BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan pemerataan dan perluasan pendirian lembaga pendidikan dimulai dari pendidikan anak usia dini disetiap pedukuhan desa untuk usia 3-4 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan periode awal yang sangat penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Secara resmi pemerintah telah mengesahkan dan memberlakukan program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak. Sementara itu Pendidikan Anak Usia Dini dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005. Secara lebih operasianal arah kebijakan pemerintah di bidang PAUD dijabarkan lagi dalam Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 yang pada prinsipnya mencakup perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, Fasli Jalal (2005). Sementara itu Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 7 dijelaskan: Taman Kanak-kanak selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 – 6 tahun. Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek perkembangan. Menurut Depdiknas (2005: 1) rentang usai 0-8 tahun yang biasa disebut dengan masa emas (golden age). 1
Masa emas adalah masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam memgembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal, Depdiknas (2005: 1) Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No. 20 tahun 2003 : Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2010: 1 tentang SISDIKNAS). Seperti halnya prinsip yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro yakni pendidikan berlangsung seumur hidup (long life education), pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan atas potensi dan kepribadian baik dalam keluarga, sekolah maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar mengenal, memakai, dan menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu perkembangan yang penting adalah aspek perkembangan bahasa. Perkembagan kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan (Depdiknas, 2005: 6). Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekitar anak, yang antara lain lingkungan sebaya, teman bermain, 2
orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Dilihat dari tujuan tersebut, sangat penting untuk diketahui bahwa perkembangan bahasa bukan saja berguna bagi perkembangan bidang pendidikan khususnya di TK, namun juga perlu untuk diketahui oleh guru dan orang tua. Masalah perkembangan bahasa di TK, memiliki makna yang sangat penting baik bagi anak maupun bagi guru. Hal ini dikarenakan bahasa memungkinkan anak belajar memahami dan mengontrol diri sendiri (Suhartono, 2005: 8 ). Salah satu aspek dalam perkembangan bahasa adalah berbicara. Secara tidak langsung ketika anak mulai berbicara, mereka sudah mengembangkan kemampuan tentang sistem fonologi, sintaksis, semantik, dan sistem pragmatis (Nurbiana Dhieni, 2006: 3.4). Perkembangan bahasa pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak perlu mendapatkan perhatian penting mengingat bahwa bahasa merupakan pusat dari perkembangan aspek lainnya (Suhartono, 2005: 12). Berdasarkan hasil observasi saya di TK Pertiwi 57 Bangunharjo Kelompok B2, menujukkan bahwa perkembangan bahasa mempunyai 4 keterampilan yang perlu ditingkatkan ada keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis. Dalam kelompok B2 TK keterampilan berbicara anak masih rendah. Sebagian besar anak masih belum tepat dalam pelafalan bunyi bahasa, perbendaharaan kata yang dimiliki anak masih
kurang, serta anak kurang percaya diri untuk
mengungkapkan pendapat pada saat pertanyaan muncul, ketika guru sedang menjelaskan materi pada saat proses belajar mengajar.
3
Keterampilan berbicara kelompok B2 TK Pertiwi 57 Bangunharjo adalah pengucapan atau pelafalan bunyi bahasa, berani mengungkapkan pendapatnya, dan kosakata dengan menggunakan aspek-aspek berbicara yang benar masih rendah dan minim. Aspek tersebut meliputi ucapan, intonasi, ritme, dan tekanan. Demikian pula pembelajaran keterampilan berbicara kelompok B2 harus memperhatikan aspek-aspek berbicara yang benar. Meskipun ada anak yang berbicara itu karena guru yang mulai bertanya. Sedangkan sebagaian besar anakanak yang lain hanya mendengarkan saja dan cenderung pasif. Dari 29 anak dalam 1 kelompok hanya ada 4-5 anak yang berani mengeluarkan pendapatnya. Beberapa masalah tersebut juga disebabkan karena guru kurang menstimulasi anak dalam kemampuan berbicara anak. Kegiatan pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru dan mengabaikan kemampuan anak, sehingga anak hanya pasif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu dalam proses pembelajaran guru belum memanfaatkan media yang menarik minat belajar anak, sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak optimal serta anak kurang bersemangat. Di sinilah tugas guru harus benar-benar menyajikan materi yang dapat mengembangkan kemampuan bahasa khususnya keterampilan berbicara bagi anak dengan menggunakan media yang sesuai dengan aspek perkembangan yang ingin dicapai. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas diperlukan media yang tepat untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar anak antara lain pemilihan metode menggajar, pemilihan media, serta perencanaan guru untuk menyiapkan bahan ajar sudah matang, dalam penyampaian materi guru juga sudah menguasainya. 4
Berdasarkan hal tersebut peneliti sebagai guru bermaksud meningkatkan keterampilan berbicara melalui pengguaan media cerita bergambar. Pemerintah melalui Depdiknas, telah menyusun kurikulum yang pada tahun 2010 menggunakan sistem
KTSP, dalam pelaksanaan pembelajaran
sesuai
kebutuhan TK masing-masing. Pengembangan berbahasa pada anak di Taman Kanak-kanak menekankan pada mendengar dan berbicara bukan pada membaca dan menulis. Pengembangan kemampuan berbahasa anak TK agar mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-simbol yang melambangkanya untuk persiapan membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik di TK mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif, dan membangkikan minat untuk berbahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan Nasional 2010: 14-15) Proses kegiatan belajar mengajar anak usia dini penggunaan media /alat untuk memperjelas maksud dan tujuan pembelajarannya. Dalam hal ini media cerita bergambar mempunyai arti sebagai bentuk benda yang digambar. Di samping itu, gambar dapat menarik perhatian anak, menujukkan simbol benda yang dimaksud tentang pesan sehingga anak lebih mudah mengerti apa yang diajarkan (Suhartono, 2005: 22). Gambar yang digunakan sesuai dengan tema hari itu dan disesuaikan dengan perkembangan anak pada masa itu. Selain itu anak usia dini 5
juga mempunyai sifat unik dengan potensi yang berbeda-beda memiliki ketelitian, bakat dan minat sendiri (Slamet Suyanto, 2005: 5). Anak mulai mengenali beberapa simbol dan benda termasuk bahasa dan gambar. Penggunaan media cerita begambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidetifikasi masalahmasalah sebagai berikut : 1. Perkembangan bahasa khususnya keterampilan berbicara anak masih rendah. 2. Sebagian besar anak masih belum tepat dalam pelafalan bunyi bahasa. 3. Perbendaharaan kata yang dimiliki anak masih kurang. 4. Anak kurang percaya diri untuk mengungkapkan pendapat pada saat pertanyaan muncul. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada penelitian dibatasi pada peningkatan keterampilan berbicara anak melalui penggunaan media cerita bergambar. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui penggunaan media cerita bergambar kelompok B2 TK Pertiwi 57 Bangunharjo?
6
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui penggunaan media cerita bergambar.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi siswa 1. Melatih siswa untuk mengenal kata dengan gambar melalui media cerita bergambar. 2. Memberdayakan potensi siswa dalam bekerjasama dan menjalin komunikasi dengan siswa lain. b. Bagi guru 1. Menambah wawasan guru dalam menvariasikan pendekatan pembelajaran. 2. Memberi motivasi guru untuk memberikan media pembelajaran. c. Bagi sekolah 1. Memberikan sarana dan prasarana yang menunjang proses kegiatan belajar anak. 2. Menambah wawasan hasil belajar bagi sekolah .
7