BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Setiap kegiatan tidak bisa dilepaskan dari risiko, begitu pula dengan kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan penyimpangan antara kenyataan dengan yang diharapkan (Jones, 2004), dengan demikian risiko dapat mempengaruhi pencapaian tujuan kegiatan tersebut. Risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam kegiatan bisnisnya, bisa terjadi pada setiap tahap kegiatan yang dilakukannya. Disamping tahap terjadinya, risiko juga memiliki karakteristik yang belum tentu sama untuk industri yang berbeda, sehingga ada risiko yang spesifik bagi suatu industri. Hal tersebut juga berlaku untuk industri pembangkit listrik, Perusahaan di industri ini akan menghadapi risiko yang tidak sama dengan yang dihadapi oleh perusahaan di industri perbankan misalnya. Industri pembangkit listrik sendiri memiliki risiko-risiko yang sifatnya unik dan melekat pada jenis pembangkit listrik itu sendiri, sehingga sebuah pembangkit listrik tenaga uap akan memiliki jenis risiko tertentu yang tidak ada di pembangkit listrik tenaga air, pembangkit tenaga panas bumi maupun pembangkit listrik tenaga matahari. Salah satu risiko spesifik yang ada di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah risiko ketersediaan bahan bakar. Bahan bakar keberadaannya mutlak
1
diperlukan untuk memutar turbin dan generator untuk menghasilkan energi listrik. PLTU batubara juga menghadapi risiko tersebut. PLTU batubara adalah pembangkit listrik tenaga uap yang beroperasi dengan menggunakan bahan bakar utama batubara untuk menghasilkan energi listrik. Kekurangan batubara bukan berarti PLTU X harus berhenti beroperasi, karena PLTU ini masih bisa memproduksi energi listrik dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi sebagai pengganti batubara. Operasi masih bisa dilakukan, namun bila ini terjadi konsekuensinya adalah biaya produksi yang ditanggung oleh PLTU tersebut menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan beroperasi menggunakan bahan bakar minyak bumi. Hal tersebut dikarenakan harga bahan bakar minyak bumi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kWh energi listrik lebih mahal dibanding harga batubara yang diperlukan untuk memproduksi energi listrik 1 kWh. Perhitungannya adalah sebagai berikut : produksi listrik menggunakan bahan bakar batubara memerlukan 0,5067 kg/kWh, harga batubara yang digunakan oleh PLTU X Rp 631.241,- per MT (1 MT = 1.000 kg); Sedangkan bila menggunakan bahan bakar minyak bumi diperlukan 0,3 liter untuk menghasilkan 1 kWh dengan harga Rp 5.674,-/liter, sehingga biaya produksi listrik dengan bahan bakar batubara adalah Rp 319,85/kWh, sedangkan biaya produksi energi listrik dengan menggunakan minyak bumi adalah Rp 1.702,20/kWh
Perbandingan biaya produksi listrik dengan kedua bahan bakar
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
2
Tabel 1.1 perbandingan produksi listrik dengan batubara dan minyak bumi Batubara
Minyak bumi
Harga
Rp 631,241 / kg
Rp 5.674,00 / liter
Kuantitas yang diperlukan untuk hasilkan 1 kWh
0,5067 kg
0,3 liter
Biaya produksi/kWh
Rp 319,85
Rp 1.702,20
(sumber : data internal PLTU X, diolah)
Tabel tersebut di atas memperlihatkan bahwa biaya produksi listrik/kWh dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi listrik dengan menggunakan bahan bakar batubara. Akibat dari hal itu, untuk tujuan efisiensi biaya produksi sebuah PLTU batubara meskipun bisa beroperasi dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi namun PLTU tersebut akan mengoptimalkan produksinya dengan menggunakan bahan bakar batubara. Konsekuensi dari hal tersebut adalah PLTU ini harus mampu menjaga ketersediaan batubara dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat. Hal ini mengakibatkan terhambatnya kelancaran produksi, namun bila kondisi ini diatasi dengan beroperasi menggunakan bahan bakar minyak, maka akan berdampak pada menurunnya laba perusahaan sebagai akibat membengkaknya biaya produksi yang harus dikeluaran oleh PLTU ini. Menjaga ketersediaan bahan bakar batubara bagi PPLTU X tidak selalu mudah untuk dilakukan, karena ada berbagai kondisi yang perlu diantisipasi dalam rangka untuk mewujudkan hal tersebut. Kondisi tersebut antara lain tidak
3
seimbangnya pasokan dengan penawaran di pasar sebagai akibat melonjaknya permintaan yang tidak diimbangi dengan kenaikan pasokan atau berkurangnya pasokan batubara sebagai akibat jumlah produksinya yang menurun atau tidak lancarnya jalur pendistribusiannya. Kondisi yang demikian akan memicu kenaikan harga, pemasok batubara sebagai mana penjual pada umumnya, akan cenderung menjual produknya kepada pihak yang bersedia untuk membeli dagangannya dengan harga yang lebih tinggi, dengan asumsi kondisi lain di luar harga adalah sama. Itu berarti PLTU X harus siap kehilangan pasokan batubara apabila produsen batubara menjual produksinya kepada pihak lain yang bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi. Salah satu antisipasi atas kemungkinan kurangnya pasokan batubara, PLTU X dapat melakukan tindakan manajemen risiko dengan cara hedging. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi ketidakpastian harga batubara di masa yang akan datang. Alat untuk melakukan hedging, antara lain dengan kontrak forward, futures, dan option. Kontrak forward adalah suatu perjanjian yang mengharuskan satu pihak untuk membeli atau menjual sesuatu pada suatu tanggal mendatang yang disepakati dan pada suatu harga yang telah ditentukan. Harga yang disepakati pihak-pihak untuk bertransaksi di masa depan disebut harga berjangka. Tanggal kesepakatan pihakpihak untuk bertransaksi di masa depan disebut tanggal penyelesaian (exercise date). Kontrak futures kontrak berjangka adalah tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditas atau instrumen keuangan dengan harga tertentu
4
yang penyerahan barangnya disepakati akan dilakukan pada saat yang akan datang. Kontrak adalah mengikat pada saat terjadinya kesepakatan antara pembeli dan penjual. Tidak ada pasar sekunder untuk kontrak dalam perdagangan berjangka. Semua kontrak adalah kontrak primer dan setiap kontrak dengan subjek tertentu yang terjadi (dibuka) harus didaftarkan pada otoritas bursa setempat, jadi kontrak diciptakan di sebuah bursa.
Perbedaan antara kontrak forward dan kontrak futures, yaitu: 1. Nilai kontrak, futures nilai kontraknya terstandar, sedangkan forward tidak. 2. Tanggal pengiriman, kontrak forward mempunyai kebebasan menentukan tanggal pengiriman antara penjual dan pembeli, sedangkan futures tertentu tanggal pengirimannya. 3. Exercise date, untuk forward akan tergantung pada pihak-pihak yang bertransaksi sedangkan kontrak futures dilakukan dengan bursa, disamping itu dalam kontrak futures ada marking to market selama kurun waktu persetujuan kontrak sapai dengan exercise date-nya. 4. Ada beberapa ciri forward yang bisa diperbaiki agar diperoleh instrumen keuangan derivatif yang lebih baik. Pertama, dalam forward, potensi kerugian (dan juga keuntungan) akan diakumulasi sampai jatuh tempo. Kedua, instrumen forward mempunyai fleksibilitas (variasi) yang cukup tinggi. Variasi tersebut mencakup : besarnya nilai kontrak dan waktu jatuh tempo. Fleksibilitas semacam itu menguntungkan di satu sisi karena bisa
5
mengakomodasi kebutuhan yang berbeda-beda, namun di sisi lain fleksibilitas tersebut tidak menguntungkan karena menghambat likuiditas. 5. Instrumen keuangan futures didesain untuk meminimalkan dua kelemahan tersebut. Secara spesifik, instrumen keuangan futures diperdagangkan oleh Bursa
Keuangan, dengan
menggunakan
bentuk
yang
standar,
dan
menggunakan mekanisme marking to market untuk meminimalkan akumulasi kerugian. Perbedaan antara forward dengan futures terletak pada mekanisme perdagangannya, sedangkan struktur pay-off antara keduanya pada dasarnya sama. Barangkali ada perbedaan kecil karena aliran kas yang diterima oleh forward diterima pada saat jatuh tempo, sedangkan pada futures, aliran kas bisa terjadi sebelum jatuh tempo. Futures dan forward
sama-sama bisa
digunakan untuk perlindungan nilai,.
Option adalah suatu hak (boleh digunakan dan juga boleh tidak digunakan) yang didasarkan pada suatu perjanjian untuk membeli atau menjual suatu komoditas, surat berharga keuangan, atau suatu mata uang asing pada suatu tingkat harga yang telah disetujui dan ditetapkan di muka untuk suatu waktu dalam masa kontrak. Option dapat digunakan untuk meminimalisasi risiko dan sekaligus memaksimalkan keuntungan dengan daya ungkit (leverage) yang lebih besar. Berdasarkan waktu exercise-nya, kontrak ini dibedakan menjadi 2 yaitu American Option dan European Option.
6
1.1.1
Isu Penelitian
PLTU X untuk memperoleh batubara yang diperlukan untuk operasional memproduksi energi listrik, mengandalkan pasokan batubara dari PerusahaanPerusahaan penghasil batubara. Saat kondisi pasar batubara stabil serta sarana dan prasarana penunjangnya tidak mengalami permasalahan, pasokan batubara yang diterima oleh PLTU X juga relatif lancar. Keadaan tersebut akan berubah pada saat pasar batubara berada pada kondisi jumlah penawaran batubara kurang dari jumlah yang diminta, sehingga keseimbangan pasar akan mengalami pergeseran. Kejadian ini bisa mengganggu kelancaran pasokan batubara ke PLTU X sebagai akibat para pemasok lebih memilih untuk memenuhi permintaan batubara dari Luar Negeri atau swasta dan mengesampingkan memasok batubara ke PLTU X. Ini disebabkan karena pembeli dari Luar Negeri dan pihak swasta tersebut bersedia membeli batubara dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan kemampuan PLTU X untuk membeli komoditas tersebut yang berpatokan pada Harga Batubara Acuan (HBA) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. HBA ini berfungsi sebagai acuan harga bagi PLTU X, namun tidak mengikat bahwa harga beli batubara dari pemasok harus sama persis dengan HBA. Harga beli masih dimungkinkan lebih tinggi atau lebih rendah daripada HBA, tergantung pada kondisi yang ada di lapangan antara lain kondisi pasar batubara dan kondisi lain yang mempengaruhi pasokan batubara.
7
Keadaan ini berdampak pada menurunnya jumlah produksi energi listrik yang dihasilkan oleh PLTU tersebut, bila PLTU ini mengandalkan batubara sebagai bahan bakarnya. Sementara bila PLTU ini berkomitmen untuk menjaga jumlah produksi dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi sebagai pengganti batubara, maka PLTU ini akan menanggung konsekuensi kenaikan biaya produksinya. Hal ini terjadi sebagai akibat biaya produksi listrik per kilo Watt hour (kWh) dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi listrik/kWh dengan menggunakan bahan bakar batubara. 1.1.2
Motivasi Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
untuk
memberikan
alternatif
solusi
atas
ketidaklancaran pasokan batubara di PLTU X yang berdampak pada menurunnya jumlah produksi atau meningkatnya biaya produksi yang ditanggung oleh PLTU tersebut, oleh karena itu penulis menyarankan PLTU X melakukan hedging batubara dengan instrumen kontrak futures. Meskipun kontrak futures mensyaratkan adanya biaya margin, namun kontrak ini mampu menjamin kepastian pasokan batubara pada tanggal exercise date-nya. Kontrak futures yang tersedia di bursa ada berbagai pilihan tanggal jatuh tempo kontrak (exercise date), sehingga PLTU X memiliki keleluasaan untuk memilih exercise date yang sesuai dengan waktu yang diperkiran persediaan batubara di PLTU X berada pada titik kritis.
8
1.2 Rumusan Masalah PLTU X, dalam rangka untuk mengantisipasi terjadinya kondisi kekurangan persediaan bahan bakar batubara sebagai akibat berkurangnya pasokan komoditas bahan bakar tersebut, maka PLTU tersebut perlu untuk melakukan manajemen risiko pasokan batubara dengan cara melakukan hedging, khususnya dengan instrumen futures. Hal tersebut bertujuan agar pada saat yang diperkirakan pasokan bahan bakar batubara mengalami penurunan yang berakibat pada menipisnya persediaan sehingga kurang dari persediaan minimal yang dipersyaratkan, PLTU tersebut dapat mengeksekusi kontrak hedgingnya. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1. Kapan pasokan batubara PLTU X diperkirakan akan berada pada titik kritis? 2. Perbandingan biaya manajemen risiko dengan melakukan hedging instrumen futures batubara dibandingkan PLTU X tersebut tidak melakukan hedging dan krisis pasokan batubara diatasi melalui cara berproduksi menggunakan bahan bakar minyak bumi? 1.2.1. Identifikasi Masalah Kurang lancarnya pasokan batubara kepada PLTU X sebagai akibat jumlah permintaan batubara di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penawarannya akan mengakibatkan terganggunya produksi energi listrik di PLTU X. Tersendatnya pasokan batubara ini mengakibatkan menurunnya kapasitas produksi yang dihasilkan bila PLTU ini bertahan untuk tetap menggunakan bahan
9
bakar batubara, atau peningkatan biaya produksi bila PLTU ini mengalihkan kebutuhan bahan bakarnya pada bahan bakar minyak bumi untuk mengoperasikan mesin pembangkitnya. Biaya produksi listrik dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya prosuksi dengan menggunakan bahan bakar batubara. 1.2.2. Batasan Penelitian Penelitaian ini dilakukan untuk menganalisis biaya manajemen risiko atas ketidaklancaran pasokan batubara yang dihadapi oleh PLTU X, yang dibatasi pada penggunaan instrumen hedging dengan menggunakan kontrak futures batubara. Analisis ini dilakukan berdasar kebutuhan batubara yang digunakan untuk aktivitas operasi PLTU X untuk menghasilkan output energi listrik, yang akan disalurkan kepada konsumennya melalui jaringan interkoneksi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Pulau Jawa dan Bali. Selanjutnya biaya tersebut dibandingkan dengan jumlah biaya produksi yang ditanggung oleh PLTU X bila kekurangan pasokan batubara terjadi sesuai yang diramalkan dan PLTU tersebut mengalihkan kebutuhan bahan bakarnya dengan menggunakan minyak bumi sebagai pengganti batubara. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1
Melakukan prediksi kapan PLTU X akan mengalami kekurangan pasokan bahan bakar batubara.
10
2
Membandingkan biaya manajemen risiko yang harus ditanggung oleh PLTU X apabila PLTU ini melakukan tindakan hedging dengan menggunakan kontrak futures komoditas batubara untuk mengantisipasi krisis pasokan batubara dibanding dengan beroperasi dengan menggunakan minyak bumi sebagai pengganti bahan bakar batubara saat PLTU ini mengalami krisis pasokan batubara.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pihak PLTU X sebagai perusahaan, penulis, pembaca, maupun masyarakat secara luas. Manfaat tersebut dalam bentuk : 1. Bagi Perusahaan : memberikan alternatif solusi untuk mengatasi kondisi tidak lancarnya pasokan batubara yang diperlukan oleh PLTU tersebut yang akan berdampak pada terhambatnya proses produksi. Sekaligus PLTU X bisa mengetahui bagaimana perhitungan dan analisis atas cost yang harus dikeluarkan oleh PLTU tersbut apabila alternatif yang ini digunakan untuk mengelola risiko ketidaklancaran pasokan batubara tersebut. 2. Bagi penulis : penelitian ini bermafaat bagi penulis untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang penulis miliki ke dalam praktek, yaitu melakukan tindakan hedging dengan menggunakan kontrak futures atas komoditas batubara di PLTU X. 3. Bagi pembaca : penelitian ini menjadi tambahan referensi bacaan mengenai penggunaan kontrak futures komoditas batubara sebagai tindakan hedging atas
11
risiko tidak lancarnya pasokan batubara di sebuah PLTU yang berbahan bakar batubara. 4. Bagi pelanggan/masyarakat, bila alternatif solusi yang penulis tawarkan ini diterapkan dan berhasil mengatasi risiko tidak lancarnya pasokan batubara di PLTU X, maka produksi energi listrik di PLTU X dapat berjalan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini berimplikasi pada lancarnya pasokan energi listrik dari PLTU X kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik. 5. Bagi Pemerintah, sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menciptakan kesejehteraan hidup warga negaranya, termasuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan energi listrik, maka kelancaran produksi listrik dengan biaya yang ekonomis menjadi perhatian penting bagi Pemerintah. Alternatif solusi yang penulis tawarkan dalam penelitian ini yaitu penggunaan hedging dengan instrumen futures untuk memitigasi risiko kekurangan pasokan bahan bakar batubara di PLTU X bila terbukti menghasilkan penghematan dibanding dengan cara yang selama ini dilakukan oleh PLTU X yaitu mengatasi kekurangan batubara dengan beralih ke minyak bumi, maka misi Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan energi listrik di Pulau Jawa dan Bali dengan biaya yang ekonomis, bisa terbantu untuk direalisasikan.
12
1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I
: Pada bab ini diuraikan mengenai Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, isu penelitian, motivasi penelitian, masalah penelitian, identifikasi masalah, batasan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan susunan penelitian.
Bab II
: Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka mencakup penelitian yang berkaitan dengan manajemen risiko dan juga dibahas mengenai penelitian tentang hedging dengan mengunakan kontrak futures.
Bab III
: Metode penelitian dan profil Perusahaan, pada bab ini dibahas mengenai objek penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan profil PLTU X.
Bab IV
: Bab ini membahas mengenai hasil dari penelitian ini beserta pembahasannya.
Bab V
: dibahas mengenai kesimpulan dan saran atas penelitian ini.
13