BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rendahnya tingkat partisipasi anak balita (bawah lima tahun) ke posyandu (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data laporan tahunan cakupan penimbangan anak balita dalam empat tahun terakhir menjadi permasalahan yang cukup serius dan perlu dicarikan jalan keluarnya. Banyak faktor yang mungkin menjadi sumber penyebab dari permasalahan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar sesungguhnya tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu dilakukan penelitian awal pada salah satu posyandu (posyandu Banjar Mantring) dengan jumlah sampel 20 anak balita dan didapatkan hasil tingkat partisipasinya dalam satu tahun terakhir sebesar 43%. Tingkat partisipasi ini tentunya masih rendah dari yang diharapkan. Hasil survey alasan dari ibu balita tidak menimbang anaknya keposyandu yang pernah dilaksanakan tahun 2010 terhadap 47 ibu balita, ditemukan beberapa alasan yaitu karena kesibukan (36,4%), kurang informasi pelaksanaan posyandu atau lupa dengan jadwal posyandu (31,8%), ibu merasa anak balitanya sudah tidak perlu ditimbang lagi karena tidak penting dan tidak mendapatkan imunisasi (30%), anak masih bersekolah pada saat pelaksanaan posyandu (20%), tidak ada pengobatan dan pelayanan imunisasi di posyandu (13,6%), anak balitanya sakit (13,6%) dan tidak rutinnya pemberian makanan tambahan (PMT) yang diberikan diposyandu (35%) (Sri dkk, 2010).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, mendapatkan data cakupan penimbangan anak balita di posyandu (anak pernah ditimbang di posyandu sekurang-kurangnnya satu kali selama sebulan terakhir) secara nasional sebesar 74,5 persen sedangkan yang tidak ditimbang hanya 25,5 persen. Frekuensi kunjungan anak balita ke posyandu semakin berkurang dengan semakin meningkatnya umur anak. Sebagai gambaran proporsi anak 6-11 bulan yang ditimbang di posyandu 91,3 persen, anak usia 12-23 bulan turun menjadi 83,6 persen, dan pada usia 24-35 bulan turun menjadi 73,3 persen (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007). Cakupan penimbangan anak balita di Provinsi Bali pada tahun 2010 menunjukkan, anak balita yang ditimbang ke posyandu adalah sebesar 85,4 persen (Dikes Bali, 2010). Sedangkan di Kabupaten Gianyar, cakupan anak balita yang ditimbang ke posyandu tahun 2010 adalah sebesar 73,8 persen. Dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar, besarnya cakupan penimbangan anak balita di posyandu setiap tahunnya berfluktuatif. Cakupan penimbangan anak balita tertinggi tahun 2007-2010 berada di wilayah Kecamatan Payangan dan terendah di Kecamatan Tampaksiring (Bidang SDM Dikes Gianyar, 2010). Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Tampaksiring I tahun 2010 menunjukkan, cakupan anak balita yang ditimbang di posyandu sebesar 63,5 persen. Kelompok umur anak yang ditimbang di posyandu menunjukkan 82,3 persen berumur antara 0-11 bulan, 71,5 persen berumur 12-23 bulan dan 50,1 persen berusia 24-59 bulan. Data cakupan anak balita yang ditimbang di posyandu dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa penimbangan anak balita ke
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I masih rendah (target 80%), yaitu tahun 2007 cakupan anak balita yang ditimbang di posyandu adalah 59,5 persen, tahun 2008 adalah 57,9 persen dan tahun 2009 adalah 63,6 persen. Posyandu sebagai salah satu program yang berbasis masyarakat dengan berbagai
kegiatannya
diharapakan
mampu
memantau
pertumbuhan
dan
perkembangan anak serta berbagai permasalahan kesehatan terutama masalah gizi kurang dan gizi buruk serta mempercepat menurunkan angka kematian anak sesuai dengan yang dicanangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yaitu dari 97 per 1000 kelahiran hidup tahun 1990 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup tahun 2015. Data kematian anak (bayi dan balita) sampai tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup (Stalker, 2008). Manfaat penimbangan anak balita ke posyandu dilihat dari kegiatan bulanan posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberi konseling gizi, memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar (pemberian imunisasi, kapsul vitamin A dan pengobatan).
Untuk
tujuan
pemantauan
pertumbuhan
balita
dilakukan
penimbangan balita setiap bulan dan hasilnya dicatat dalam KMS sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dilihat perkembangan pertumbuhan anak tersebut naik, tetap atau turun. Dengan dilakukannya penimbangan anak balita setiap bulannya di posyandu dapat dinilai apakah pertumbuhan badannya normal atau mengalami gangguan pertumbuhan (Depkes RI, 2006).
Rendahnya partisipasi anak balita dalam kegiatan posyandu tentunya mengakibatkan banyak anak yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terpantau oleh petugas kesehatan sehingga banyak permasalahan gizi terutama gizi kurang tidak terpantau dan tertangani sejak dini yang berakibat keadaannya menjadi bertambah buruk menjadi kesus gizi buruk. Informasi dari petugas Gizi puskesmas menyebutkan bahwa prevalensi kasus gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I masih cukup tinggi (gizi kurang 2,26% dan gizi buruk 0,34 %). Jumlah kasus ini diperkirakan hanya sebagian kecil dari sekian banyak kasus yang sebenarnya mungkin terjadi di masyarakat (kasus fenomena gunung es) (Adisasmita, 2007). Permasalahan terkait dengan rendahnya partisipasi anak balita dalam kegiatan posyandu seperti yang terjadi di Puskesmas Tampaksiring I juga terjadi di beberapa tempat lainnya. Beberapa penelitian pernah dilakukan di tempat lain untuk mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi ibu membawa anaknya ke posyandu. Pradianto (1989) dalam penelitiannya menyimpulkan, status pekerjaan dan persepsi ibu tentang kegiatan posyandu merupakan faktor yang memudahkan ibu untuk menimbang anaknya ke posyandu dan faktor pendapatan keluarga serta tersedianya jaminan kesehatan bukan merupakan faktor pendorong untuk menggunakan posyandu bahkan memungkinkan ibu untuk memilih
fasilitas
lain
selain
posyandu.
Penelitian
Hutagalung
(1992)
menunjukkan bahwa faktor individu (pengetahuan ibu dan sikap ibu), faktor posyandu (kelengkapan posyandu, pelayanan posyandu dan supervisi petugas kesehatan) dan faktor masyarakat (partisipasi tokoh masyarakat dan pembinaan
oleh kader) mempengaruhi perilaku ibu menimbang anaknya ke posyandu. Thaha (1990), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perilaku petugas kesehatan mampu mempengaruhi peningkatan pada praktek ibu menimbang anak ke posyandu. Harahap (2011), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional, instrument dan informasi dari keluarga, kader dan petugas kesehatan terhadap partisipasi ibu balita ke posyandu. Mengacu dari permasalahan tersebut diatas, dengan mempertimbangkan hasil penelitian awal, penelitian sejenis ditempat lain dan pertimbangan keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya meneliti beberapa faktor yang diprediksi berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I yaitu faktor sosiodemografi ibu yang meliputi pengetahuan ibu tentang posyandu, persepsi ibu mengenai manfaat ke posyandu, dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dukungan kader, dukungan petugas kesehatan dan faktor mutu layanan posyandu. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah anak yang berumur dibawah dua tahun (0-23 bulan), dengan asumsi bahwa pada umur anak tersebut terdapat variasi tingkat partisipasi di posyandu dan anak pada usia tersebut aktivitasnya masih masih terbatas dan pengasuhannya melekat dengan ibu. Sedangkan yang menjadi responden adalah pengasuhnya (ibu).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah mengenai hubungan sosiodemografi ibu dan mutu layanan posyandu dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu sebagai berikut : 1. Apakah pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar? 2. Apakah persepsi ibu mengenai manfaat ke posyandu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar ? 3. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar ? 4. Apakah dukungan tokoh masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar ? 5. Apakah dukungan kader posyandu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar ? 6. Apakah dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar ?
7. Apakah mutu layanan posyandu berhubungan dengan tingkat partisipasi anak
dalam
kegiatan
posyandu
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Tampaksiring I, Gianyar ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi ibu dan mutu layanan posyandu dengan tingkat kehadiran ibu dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan pengetahuan ibu dengan tingkat tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 2. Hubungan persepsi ibu mengenai manfaat ke posyandu dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 3. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 4. Hubungan dukungan tokoh masyarakat dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 5. Hubungan dukungan kader dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar.
6. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar. 7. Hubungan mutu layanan posyandu dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I, Gianyar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan penimbangan di posyandu. 2. Menjadi acuan oleh peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut 3. Menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan berkomunikasi dan meningkatkan kepekaan terhadap permasalahan kesehatan di masyarakat. 1.4.1. Manfaat Praktis 1.4.2.1.Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada manajemen puskesmas dan pemegang program posyandu mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anak ke posyandu sehingga puskesmas bisa lebih terfokus dalam melakukan pembinaan dan perbaikan terhadap hal-hal yang masih kurang terkait dengan program posyandu yang sudah berjalan dalam
upaya untuk meningkatkan tingkat partisipasi anak dalam kegiatan penimbangan di posyandu. 1.4.1.1. Bagi masyarakat Masyarakat khususnya yang mempunyai anak balita akan mendapatkan pelayanan posyandu yang lebih baik dari aspek pelayanan oleh petugas posyandu maupun aspek layanan yang diberikan di posyandu.