1
BAB I PENDAHULUAN
I.
1. Latar Belakang Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas
bawah
akut
yang
tersering.
Sekitar
15-20%
kasus
merupakan bentuk infeksi akut di parenkim paru yang serius (Dahlan, 2014). Diperkirakan terdapat 12 kasus per 1000 orang tiap tahunnya (Marrie, 2008). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru. Saat ini pneumonia dikelompokkan menjadi 2, yaitu pneumonia komunitas (PK) dan pneumonia nosokomial (PN). PK adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan PN adalah pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di RS, baik di ruang rawat umum ataupun ICU (Dahlan, 2014). Karena PK terjadi di luar rumah sakit, kebanyakan pasien
PK
ditangani
secara
rawat
jalan
dan
mungkin
terlambat dirujuk ke rumah sakit pada kasus yang serius. Sehingga dilakukan pendekatan menggunakan pedoman dari American Thoracic Society (ATS) dan Infectious Diseases Society
of
America
(IDSA).
Pedoman
tersebut
merekomendasikan klinisi untuk membuat penilaian resiko yang
objektif
menggunakan
alat
prediksi
klinis
1
2
tervalidasi dalam membantu klinisi menentukan apakah pasien dengan PK harus dirawat jalan atau dirawat inap. Alat
prediksi
yang
paling
sering
digunakan
adalah
Pneumonia Severity Index (PSI) dan beberapa variasi dari British
Thoracic
Society
(BTS)
seperti
CURB-65
(kebingungan, Urea nitrogen, laju respirasi, tekanan darah, usia 65 tahun atau lebih tua). Semua pedoman merekomendasikan penggunaan alat prediksi tersebut untuk mendukung, bukan untuk menggantikan keputusan klinis. Berdasarkan protokol, pasien PK yang datang ke ruang emergensi yang memiliki kelas resiko I, II, atau III dirawat sebagai pasien rawat jalan dan hospitalisasi bagi pasien dengan kelas resiko IV dan V. Kebanyakan pasien yang dinilai menggunakan protokol PSI mempunyai tingkat keparahan yang lebih tinggi. Bagaimanapun juga, mereka lebih jarang dihospitalisasi, hospitalisasi yang lebih
singkat
dan
memiliki
luaran
klinis
yang
sama
dibandingkan dengan pasien yang dirawat tanpa penilaian PSI (Ebell, 2006). Red Cell Distribution Width (RDW) merupakan salah satu parameter laboratorium yang mengukur variasi ukuran atau volume sel darah merah. RDW meningkat terkait dengan variasi ukuran sel darah merah atau kondisi yang biasa disebut anisositosis. Uji laboratorium RDW merupakan
3
bagian
dari
digunakan
bersama
Corpuscular penyebab
pemeriksaan indeks
Volume
anemia
(MCV)
(Curry,
darah RBC
lengkap lain,
untuk
standar
khususnya
membantu
2015).
dan Mean
menentukan
Bagaimanapun
juga
penelitian terbaru menunjukkan peningkatan RDW berkaitan dengan prognosis buruk pada beberapa penyakit jantung, stroke akut, pulmonary thromboembolism, penyakit ginjal kronis dan septic shock. Mekanisme pasti peningkatan RDW pada
kondisi
tersebut
masih
belum
diketahui.
Namun,
diasumsikan terkait dengan proses inflamasi yang mungkin mengganggu proses eritropoesis (Braun et al., 2014).
I.
2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah
yaitu
bagaimana
perbedaan
proporsi
pasien
PK
dengan
peningkatan RDW yang memiliki kelas resiko PSI tiga dan empat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
I.
3. Tujuan Penelitian Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
proporsi pasien PK dengan peningkatan RDW yang memiliki kelas resiko PSI tiga dan empat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
4
I.
4. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1.
Bagi
rumah
sakit
dan
klinisi,
dapat
menggunakan nilai RDW dan kelas resiko PSI pada pasien
dengan
PK
untuk
mendukung
keputusan
klinis dalam merawat pasien terutama terkait dengan
menentukan
menggunakannya
hospitalisasi
untuk
pasien
memperkirakan
dan
prognosis
penyakit. Sehingga penanganan yang tepat dapat segera dilakukan. 2.
Bagi
peneliti,
dapat
mengetahui
perbedaan
proporsi pasien PK dengan peningkatan RDW yang memiliki kelas resiko PSI tiga dan empat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
5
I.5.
Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian penelitian No
Peneli ti
1
Braun et al., 2011
2
Braun et al., 2014
Desain, besar sampel Studi Kohort Retrosp ektif, 3815 pasien Studi Kohort Retrosp ektif, 637 pasien
Variabel Cara Pengukuran bebas
Variabel Terikat
Cara Pengukuran
Hasil
Peningka tan nilai RDW
Mortalitas dan morbiditas
Rekam medis
Mortalitas dan morbiditas
Rekam medis
Mortalitas dan morbiditas berkorelasi dengan peningkatan nilai RDW Mortalitas dan morbiditas berkorelasi dengan peningkatan nilai RDW
Pengukuran RDW dilakukan di rumah sakit, dan dibandingkan dengan nilai normal RDW yang digunakan pada laboratorium tersebut, yaitu 11.5 sampai 14.5% Peningka Pengukuran RDW tan dilakukan di rumah nilai sakit, dan dibandingkan RDW dengan nilai normal RDW yang digunakan pada laboratorium tersebut, yaitu 11.5 sampai 14.5%