BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Di era Perkembangan zaman yang menyebabkan terjadinya globalisasi dan ekonomi inovasi telah memperoleh ekonomi global yang dimiliki tingkat persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan (Canton, 2007). Didalam perusahaan-perusahaan yang terjadi pada era “new economy” ini tidak mengedepankan investasinya dalam ases tetap, tetapi melainkan dalam bentuk asset tak berwujud, dikarenakan asset tak berwujud menjadikan pengendaliaan bagi nilai perusahaan disaat ini (Daum,2001 dalam Bollen et al, 2005). Munculnya “new economy”, secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga telah memicu tumbuhnya minat pada pengelolaan aset tidak berwujud khususnya dalam intellectual capital dimana sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan asset tidak berwujud (intangible asset) telah meningkat secara drastis. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pengungkapan dalam pengelolaan asset tidak berwujud khususnya intellectual capital sebagai penggerak nilai perusahaan ditambah adanya kesulitan dalam mengukur intellectual capital secara langsung mengakibatkan Pulic (1998) memperkenalkan pengukuran intellectual capital secara tidak langsung dengan menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™), yaitu suatu ukuran untuk menilai efisiensi 1
2
dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan. Sumber daya perusahaan yang juga merupakan komponen utama dari VAIC™ adalah physical capital (VACA - Value Added Capital Employed), human capital (VAHU - Value Added Human Capital), structural capital (STVA - Structural Capital Value Added). Kinerja keuangan perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Elanvita (2008) dalam Pramelasari (2010) prestasi perusahaan yang ditunjukkan oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan Pranata (2007) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Dalam contoh sampel yang diambil pada perusahaan farmasi, indicator intellectual capital dengan melihat return on asset perusahaan untuk mengukur pengelolaan asset miliknya, yang mengakibatkan semakin tinggi intellectual capital maka laba semakin meningkat yang membuat nilai ROA menjadi meningkat, namun pada salah satu sampel yaitu perusahaan
PYRIDAM
FARMA Tbk menghasilkan indicator yang berkebalikan bahwasannya setiap kenaikan VAIC tidak selalu dibarengi dengan meningkatkannya nilai ROA yang dikarenakan setiap kenaikan asset perusahaan tidak selamanya juga bisa
3
menaikkan laba bersih perusahaan yang membuat hubungan VAIC dan ROA tidak selamanya selalu berhubungan positif. Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2009) tentang asset tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun lebih kurang IC telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No.19, asset tidak berwujud adalah asset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrative (IAI,2009). Namun demikian, bertolak belakang dengan meningkatnya pengakuan IC dalam mendorong nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan, pengukuran yang tepat terhadap IC perusahaan belum dapat ditetapkan (Ulum et al.,2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara intellectual capital diukur dengan VAIC yang dikembangkan oleh Pulic (1998) dalam Ulum (2009) terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor farmasi di Indonesia. Indikator kinerja perusahaan yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan ukuran profitabilitas yang mengukur kinerja laba perusahaan. Metode Pulic dipakai dalam mengukur intellectual capital karena seluruh informasi tersedia dilaporan keuangan. Sektor farmasi dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena sektor farmasi merupakan sektor industri yang dinilai sangat intensif akan pengetahuan dan merupakan
4
sumber yang besar akan intellectual capital (Daum, 2005). Dan menurut Global Industriy Clasifiction Standard (GICS) dalam Woodcock dan Whiting (2009) bahwa perusahaan farmasi telah dikelompokkan kedalam perusahaan yang padat akan intellectual capital, perusahaan farmasi ini sangat di butuhkan oleh konsumen dalam pemilihan objek penelitian perusahaan farmasi merupakan perusahan yang bergerak dibidang jasa sehingga bidang kesehatan memerlukan perusahaan ini, dan perusahaan ini dapat dikatakan baik salah satu indikatornya dilihat dari intellectual capitalnnya sebagai pengelolaan asset yang dapat meningkatkan
laba
sebuah
perusahaan,
semakin
efisien
perusahaan
mengunakan asetnya baik asset fisik maupun asset non fisik akan menguntungkan bagi perusahaan tersebut maka dari itu saya memilih objek perusahaan farmasi. menurut Sektor ini sangat intensif dengan penelitiannya, sangat tinggi akan inovasi, seimbang dalam penggunaan tenaga manusia dan teknologi (Hermans, 2004), dan sebagian besar bergantung pada intellectual capital untuk sumber pembaharuannya (Zucker et al., 1994). Indonesia dipilih menjadi negara pengambilan sampel karena penelitian di Indonesia masih sedikit terutama penelitian Intellectual Capital pada perusahaan sektor farmasi. Sedangkan
penelitian Intellectual Capital dinegara lain sudah mulai
berkembang diantaranya penelitian dari Firer dan Williams (2003) yang menggunakan 75 objek perusahaan sector public yang terdaftar di Afrika Selatan pada tahun 2001. Ghosh dan Mondal (2009) meneliti perusahaan perangkat lunak dan farmasi di India. Hasil dari penelitian tersebut
5
menunjukkan bahwa intellectual capital hanya berpengaruh pada profitabilitas perusahaan dan tidak berpengaruh pada produktivitas dan valuasi pasar di India. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul “PENGARUH
INTELLECTUAL
CAPITAL TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013.”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah Intellectual Capital berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013?
C.
Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013. Dalam penelitian ini indikator kinerja perusahaan yang digunakan oleh peneliti adalah Return on Aset (ROA).
D.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Memberikan bukti empiris mengenai Apakah Intellectual Capital
6
berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013 ?
E.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi pihak perusahaan Sebagai sumber informasi agar perusahaan lebih memperhatikan dan mengembangkan Intellectual Capital yang dimiliki, karena intellectual capital merupakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif perusahaan. 2. Bagi regulator Sebagai
sumber
informasi
dan
referensi
mengenai
relevansi
pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan keuangan karena belum ada standarisasi mengenai penyajian dan pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan. 3. Bagi peneliti Sebagai sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.