BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan beberapa bagian lainnya yang meliputi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelaasan metode penelitian, dan susunan penelitian.
Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai metode
penelitian yang terdiri dari metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari analisis internal yang dimiliki oleh perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. 1.1.
Latar Belakang Tersedianya jaringan telekomunikasi di Indonesia, merupakan salah satu
indikator tingkat ekonomi di suatu wilayah. Tersedianya jaringan telekomunikasi yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia, karena dengan adanya kemudahan dalam melakukan tekeomunikasi jarak jauh, masyarakat maupun pelaku ekonomi dapat mengurangi biaya transportasi, biaya logistik, dan dapat mengefisiensikan waktu yang digunakan dalam melakukan telekomunikasi tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi baik dalam infrastuktur maupun produk akhir yang dijual kepada konsumen berupa handphone ataupun modem, makin mempermudah konsumen dalam melakukan
1
komunikasi maupun akses data. Perkambangan ini tentu saja makin meningkatkan kebutuhan para operator penyedia jasa telekomunikasi untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas jasanya. Aktivasi telepon seluler yang jauh lebih mudah daripada aktivasi telepon jaringan tetap (fixed line), mengakibatkan industri telekomunikasi terus tumbuh. Selain itu, waktu aktivasi dalam penggunaan telepon seluler jauh lebih pendek dari pada waktu yang dibutuhkan untuk mengaktivasi telepon jaringan tetap, menjadi salah satu faktor yang berperan dalam peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler. Berikut ini adalah gambaran perkembangan
jumlah pelanggan
telepon bergerak seluler di Indonesia yang dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1 :Teledensitas Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Telepon Tetap Nirkabel Tahun 2005-2010
Teledesitas 2006 2007 2008 2009 Tetap Kabel 3.94 3.88 3.81 3.69 Tetap Nirkabel 2.71 4.81 9.53 11.69 Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
2010 3.55 13.37
2
Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Kementrian Telekomunikasi dan Informatika pada tahun 2010, selama kurun waktu 2006 hingga 2010, pelanggan telepon tetap kabel cenderung mengalami penurunan rata-rata 0,71% setiap tahunnya. Sebaliknya, pelanggan telepon tetap nirkabel jumlah mengalami pertumbuhan sebesar 26%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar untuk telepon tetap nirkabel terus mengalami peningkatan, sehingga peluang dalam industri telepon tetap nirkabel masih sangat besar.
3
Tabel 1.2 : Perkembangan Jumlah Pelanggan Telepon Bergerak Perkembangan Jumlah Pelanggan Telepon Bergerak Seluler Operator
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
16,291,000
24,269,000
35,597,000
47,890,000
65,299,991
81,643,532
Indosat
9,754,607
14,512,453
16,704,729
24,545,422
36,510,246
28,707,198
Excelcomindo
3,791,000
6,978,519
9,527,970
15,469,000
26,015,517
31,438,377
500
1,200,000
1,825,888
3,012,801
2,701,914
2,805,842
STI
-
10,609
134,713
310,464
784,343
636,868
Natrindo
-
21,537
12,715
4,788
3,234,800
4,105,156
Hutchison
-
-
-
2,039,406
4,500,609
7,311,000
Smart Telecom
-
-
-
115
1,530,823
2,599,665
Telkomsel
Mobile 8
Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Operator yang memiliki jumlah pelanggan terbanyak hingga tahun 2009, yaitu Telkomsel, memiliki jumlah pelanggan sebanyak 81.643.532 orang, dimana jumlah tersebut meningkat lima kali lipat dari jumlah pelanggannya di tahun 2004, yaitu sebanyak 16.291.000, dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang terus meningkat 34.35% pada tahun 2008, dan meningkat 25.02% pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya. Sedangkan operator telekomunikasi yang memiliki jumlah pelanggan kedua terbanyak, XL Axiata, memiliki jumlah pelanggan sebanyak 31.438.377 orang pada tahun 2009, yang berarti juga terjadi peningkatan jumlah pelanggan sebesar 5.422.860 orang atau sebesar 20.84% dari tahun 2008. Berbeda dengan pesaingnya, yaitu XL Axiata dan Telkomsel, pada tahun 2009 Indosat mengalami penurunan jumlah pelanggan sebanyak 7.803.048 pelanggan, atau sebesar 21.37% dari jumlah pelannggannya di tahun 2008. Operator lain yang jumlah pelanggannya mengalami peningkatan, adalah Mobile 8, Natrindo, Hutchison, dan Smart Telecom. Peningkatan jumlah pelanggan yang
4
diraih oleh ketiga operator tersebut adalah sebesar 103.928 pelanggan (3.84%) untuk Mobile 8, 870.356 pelanggan (26.9%) untuk Natrindo, 2.810.391 pelanggan (62.44%) untuk Hutchison, dan sebesar 1.068.842 pelanggan (69.825%) untuk Smart Telecom. Sedangkan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia mengalami penurunan jumlah pelanggan di tahun 2009 sebesar 147.4745 pelanggan, atau sebesar 23% dari jumlah pelanggan sebelumnya di tahun 2008.
Gambar 1.1 : Teledensitas Pengguna Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel Menurut Wilayah Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Sedangkan menurut teledensitas atau jumlah dari saluran telepon dibagi dengan total penduduk yang dikalikan 100 pada tahun 2010, wilayah Jakarta-Banten memiliki nilai teledensitas tertinggi dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia dengan nilai teledensitas sebesar 73,72 untuk pelanggan telepon . Hal ini berarti, di dalam tiap 100 penduduk, terdapat sekitar 73 penduduk yang menggunakan saluran telepon tetap, sedangkan nilai teledensitas penduduk Jakarta-Banten untuk
5
pengguna telepon tetap nirkabel adalah sebesar 65.59 yang artinya penduduk yang menggunakan saluran tetap telepon lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pelanggan yang menggunakan saluran tetap nirkabel di wilayah Jakarta-Banten. Wilayah yang memiliki teledensitas pengguna saluran telepon tetap kabel maupun nirkabel terbesar kedua setelah wilayah Jakarta-Banten, adalah wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara yang memiliki densitas pelanggan saluran telepon tetap nirkabel sebesar 12,23 dan teledensitas pelanggan saluran telepon tetap sebesar 15,37. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia juga dapat diamati dari peningkatan teledensitas pengguna telepon bergerak seluler di Indonesia. Pada tahun 2006, teledensitas pengguna telepon bergerrak seluler di Indonesia adalah sebesar 28,73. Jumlah ini meningkat di tahun 2007 menjadi sebesar 41,52 dan di tahun 2010 menjadi 85,85.
6
Gambar 1.2 : Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Bergerak Seluler 20062010 Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Pasar industri telekomunikasi di Indonesia cenderung menunjukkan pengembangan ke arah yang positif, dimana perusahaan-perusahaan yang ikut bersaing untuk menyediakan jasa telekomunikasi diantaranya adalah : PT Telekomunikasi Indonesia Seluler, Tbk (Telkomsel), PT XL Axiata (XL) Tbk, PT Indosat Tbk (Indosat), PT Hutchison CP Telecommunications (3), PT Axis Telecom Indonesia (Axis), PT Bakrie Telecom Tbk, PT Smartfren Tbk, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesa (Ceria), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Flexi). Perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya menyediakan jasa jaringan telekomunikasi berbasis GSM (Global System for Global Communication), dan 3G (Third Generation) untuk layanan datanya, namun juga terdapat beberapa operator yang menyediakan layanan jaringan telekomunikasi berbasis CDMA
7
(Code Division Multiple Access) dan EVDO (Evolution, data Optimized). Umumnya, perusahaan-perusahaan penyedia layanan jaringan telekomunikasi yang berbasis GSM sudah lebih dahulu masuk ke pasar di Indonesia, sedangkan masuknya operator atau perusahaan penyedia layanan jaringan telekomunikasi yang berbasis CDMA mulai sejak tahun 2003 dimana PT. Bakrie Telecom mulai menggunakan teknologi CDMA2000 1x dan mulai mengeluarkan produk dengan brand Esia. Saat awal diluncurkan, produk Esia yang dikeluarkan oleh PT Bakrie Telecom, Tbk masih mencakup beberapa kota di Indonesia di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Walaupun
tingkat
persaingan
di
dalam
industri
penyedia
jasa
telekomunikasi seluler ini cenderung tinggi, market share di industri ini sebagian besar dimiliki oleh tiga operator besar, dengan operator yang memiliki jumlah subscriber tertinggi menguasai hampir 50% market share yang ada.
8
Tabel 1.3 : Jumlah Subscriber Telepon Seluler (Q3 2011) Operator Telkomsel Indosat XL Axiata Hutchison '3' Telecom Axis (e) Bakrie Telecom Smartfren (e) Ceria (e)
Jumlah Subscriber ('000) 104.149 51.500 43.436 19.490 16.000 14.442 10.600 500
Market share 40,0% 19,8% 16,7% 7,5% 6,1% 5,6% 4,1% 0,2%
Sumber : Indonesia Telecommunications Report 2012
Berdasarkan data dari Business Monitor International Ltd (2012), market leader dalam industri ini adalah Telkomsel, perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi selular yang merupakan anak perusahaan PT Telkom, pelopor dalam industri telekomunikasi di Indonesia, dengan market share sebesar 40% pada bulan September 2011, dengan jumlah subscriber sebanyak 104,144 juta. Dengan jumlah tersebut, Telkomsel telah menjadi operator mobile network ketujuh yang memiliki jumlah pelanggan lebih dari 100 juta subscribers. Dalam beberapa kuarter terakhir, pertumbuhan yang signifikan banyak didorong oleh promosi tarif dan paket layanan yang ditawarkan bersama dengan mulai meningkatnya jumlah pengguna smartphone Blackberry. Telkomsel sendiri memiliki jumlah pelanggan pengguna Blackberry sebanyak 3,04 juta pada bulan September 2011, meningkat sebayak 230% dari tahun sebelumnya.
9
Operator yang memiliki market share kedua terbesar adalah Indosat, yang memiliki 51,5 juta pelanggan hingga periode September 2012 dan memiliki market share sebesar 19,8%. Persentase ini meningkat dibandingkan persentase market share tahun sebelumnya, yaitu sebesar 17,9%. XL Axiata merupakan operator yang memiliki market share ketiga terbesar setelah Telkomsel dan Indosat. Dengan jumlah subscriber sebanyak 43,436 juta subscriber pada periode September 2011, XL Axiata menguasai 16,7%. Sedangkan Hutchison (3), memiliki market share terbesar yang keempat dengan jumlah pelanggan yang diestimasikan sebesar 16,49 subscriber pada September 2011, dengan market share sebesar 7,5%. Jumlah subscriber yang dimiliki oleh Hutchison meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 16,27 juta subscriber.
1.2 Rumusan Masalah Pada tahun 2010 dan 2011, operator telekomunikasi yang berbasis CDMA kurang dapat bersaing dengan operator telekomunikasi berbasis GSM. Beberapa permasalahan yang menyebabkan hal tersebut dijelaskan dalam poin-poin di bawah ini. - Mulai berubahnya layanan yang dominan dipakai oleh pelanggan, dimana pada tahun 2009 masyarakat Indonesia mulai banyak menggunakan smartphone sehingga operator harus dapat menyediakan layanan data agar dapat terus
10
bersaing. Perbandingan net income beberapa operator dijelaskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.4 : Perbandingan Net Income Operator di Indonesia Tahun 2007 – 2011
Sumber :Diolah dari berbagai sumber
Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan pada tahun 2007 hingga tahun 2008 cenderung mengalami penurunan hingga adanya rugi yang doalami oleh PT XL Axiata, Tbk dan PT Smartfrren, Tbk, sedangkan PT Telekomunikasi Selular dan PT Bakrie Telecom, Tbk mengalami penurunan laba dan tidak mengalami kerugian. Sedangkan pada tahun 2009, perusahaan telekomunikasi lainnya, yaitu PT Telekomunikasi Selular dan PT XL Axiata, Tbk dapat meningkatkan laba perusahaannya menjadi IDR 13.160.000.000 dan menjadi IDR 17.709.000.000. Namun di tahun 2010, laba perusahaan PT Telekomunikasi Selular, Tbk mengalami penurunan sebesar 6%, di mana pada tahun yang sama, PT XL Axiata mencatatkan peningkatan laba sebesar 69%. Penurunan laba juga dialami oleh dua operator yag bergerak di jaringan CDMA, yaitu PT. Bakrie Telecom, Tbk dan PT Smartfren, dengan penurunan sebesar 89,83% dan 93,51%. Penurunan laba ini masih dialami oleh PT. Telecom, Tbk dan PT Smartfren, Tbk di tahun 2011. Apabila di tahun 2011 PT. Bakrie Telecom, Tbk mencatat kerugian perusahaan sebesar IDR 782.700.000.000,00, 11
maka PT. Smartfren, Tbk mengalami kerugian yang lebih besar daripada kerugian yang
dialaminya
pada
tahun
2010,
yaitu
menjadi
senilai
IDR
2.400.248.000.000,000. - Banyaknya operator di Indonesia, mulai meningkatnya pengunaan data oleh konsumen yang disertai banyaknya smartphone, merupakan beberapa faktor eksternal yang mengurangi ARPU (Average Revenue Per User) perusahaan, yang sebelumnya unggul dalam layanan suara karena memilikin tarif yang murah dibandingkan dengan operator lain. Kurangnya daya saing perusaahan dalam industri telekomunikasi yang tingkat persaingannya makin tinggi mengakibatkan penurunan pertumbuhan subscriber yang secara garis besar dapat diamati dari tabel di bawah ini : Tabel 15: Data Subscriber PT Bakrie Telecom, Tbk
Sumber : Laporan Tahunan PT. Bakrie Telecom, Tbk Tahun 2011
Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa pertumbuhan jumlah subscriber mengalami penurunan sejak tahun 2008, yang terjadi pula pada jumlah pelanggan prepaid. Sedangkan jumlah pelanggan postpaid mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. ARPU yang mengalami penurunan
12
dari tahun ke tahun merupakan salah satu pertanda bahwa terdapat pengurangan pemakaian telepon oleh subscriber sehingga menyebabkan pendapatan rata-rata per subscriber menurun, dimana hal ini bisa dibsebabkan kurangnya infrastruktur untuk mendukung layanan data dan mulai berkurangnya penggunaan layanan voice oleh konsumen. Penurunan tingkat pertumbuhan subscriber dan ARPU tersebut bertolak belakang dengan penambahan jumlah BTS yang dilakukan oleh Bakrie Telecom, dimana jumlah BTS selalu meningkat dari tahun 2007 hingga tahun 2011.
1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah: 1. Apakah strategi yang diterapkan oleh Bakrie Telecom saat ini masih efektif dalam menghadapi persaingan? 2. Apa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan Bakrie Telecom dalam menghadapi persaingan? 3. Strategi apa yang sesuai untuk Bakrie Telecom dalam menghadapi persaingan?
13
1.4 Penjelasan Metode Penelitian 1.4.1. Metode Pengumpulan Data Sumber data penelitian adalah dari data primer yang berupa hasil wawancara dengan Chief Business Plan & Control Officer dan General Manager Relationship & System PT. Bakrie Telecom, Tbk. Wawancara yanng dilakukan adalah untuk menganalisis strategi perusahaan dan industri telekomunikasi di Indonesia. Selain itu data primer juga diperoleh dari hasil penilaian rating oleh Chief Business Plan & Control Officer, Chief Product Tariff & CCM Officer dan General Manager Relationship & System yang akan digunakan dalam Internal Factor Analysis dan External Factor Analysis Sedangkan data sekunder adalah berupa data laporan keuangan PT. Bakrie Telecom, Tbk, laporan keuangan PT. XL Axiata Tbk, laporan keuangan PT Telekomunikasi Selular Tbk, dan laporan keuangan PT Smafrtfren Tbk. Selain itu, data industri telekomunikasi akan didapat dari Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia tahun 2011, yang diterbitkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan Indonesia Telecommunications Report kuartal 2 tahun 2012 yang diterbitkan oleh Business Monitor International.
1.4.2. Metode Analisis Analisa terhadap perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
14
1.
Evaluasi Strategi Bersaing Analisis strategi bersaing dilakukan dengan melakukan evaluasi akan strategi-strategi yang telah dilakukan dan diterapkan oleh perusahaan agar perusahaan dapat meningkatkan layanan dan performanya di dalam industri telekomunikasi.
2.
Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan terhadap kondisi-konsdisi di dalam perusahaan. Analisis yang akan dilakukan terdiri dari : a. Analisis Keuangan, merupakan analisis untuk mengetahui kondisi internal perusahaan untuk mengetahui performa perusahaan. Analisis keuangan yang akan dilakukan akan berdasarkan pendapatan usaha, beban usaha, dan rugi usaha dan margin usaha. b. Aspek Produk, merupakan analisis tentang produk atau jasa yang dimilki oleh perusahaan yang dapat berperan meningkatkan performa perusahaan. c. Aspek Sumber Daya Manusia, merupakan analisis yang dilaukan terhadap sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Analisis Lingkungan Eksternal a. Analisis Lingkungan Makro Analisis lingkungan makro merupakan analisis yang mengevaluasi lingkungan ekternal perusahaan secara makro, dan terdiri dari analisis
15
lingkungan politik atau
regulasi,
analisis lingkungan ekonomi
general, analisis lingkungan sosial, dan teknologi. b. Analisis Lingkungan Persaingan Dalam analisis lingkungan persaingan, akan digunakan
analisis
dengan Porter’s Five Forces model, di mana produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan akan dianalisis berdasarkanfaktor kekuatan pemasok, ancaman pendatang baru, ancaman dari produk substitusi,
dan
kekuatan
dari
pembeli,
yang
kesemuanya
mempengaruhi tingkat persaingan diantara perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Berikut adalah penjelasan dari tiaptiap faktor pada Porter’s Five Forces : -
Intensitas persaingan di dalam pasar diamati dari beberapa hal yang dapat mempengaruhinya, antara lain adalah penjual, tingkat pertumbuhan industri,
tingkat konsentrasi
perbedaan cost yang
signifikan antar perusahaan, tingkat diferensiasi produk antara perusahaan,
tingkat loyalitas pelanggan, cost pembeli dari satu
kompetitor ke kompetitor lainnya, dan analisis mengenai adanya price leadership yang terjadi di dalam industri. -
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman pendatang baru akan diamati dari tingkat pengaruh adanya economies of scale, akses pendatang baru terhadap kemudahan dalam pemilihan site, teknologi, dan izin dari pemerintah, dan keuntungan incumbentsterhadap penggunaaan teknologi.
Faktor-
16
faktor yang relevan terhadap pengaruh ancaman dari pendatang baru di industri telekomunikasi adalah skala ekonomi yang signifikan, akses pendatang baru terhadap jalur distribusi, akses pendatang baru terhadap sumber material atau sumber daya, dan akses pendatang baru terhadap lokasi yang dipilih -
Analisis terhadap pengaruh produk substitusi maupun produk komplementer akan diamati dari availibility produk substitusi, nilai harga terhadap produk yang dimiliki oleh produk substitusi, availability dari prosuk dimiliki oleh produk substitusi. Faktor-faktor yang signifikan yang mempengaruhi sebuah produk apabila ditinjau dari ancaman produk substitusinya maupun sokongan dari produk komplementernya di industri telekomunikasi adalah ketersediaan produk atau jasa distribusi dan karakterisyik harga-nilau dari produk distribusi.
-
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pembeli akan diamati dari kemampuan pembeli dalam mendapatkan produk substitusi bagi produk yang digunakannya dan analisis harga yang disesuaikan dengan keinginan konsumen atau harga yang ditentukan oleh penjual
-
Analisis terhadap kekuatan tawar menaawar pemasok, yang akan dianalisis dari jumlah produk susbstitusi dari produk-produk yang disediakan
oleh
suppiler
dan
kemampuan
supplier
dalam
mendiskriminasi harga.
17
4. Analisis SWOT Analisis SWOT yang akan dilakukan mencakup evaluasi perusahaan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dan tingkat peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari industri telekomunikasi. 5. Formulasi Strategi Formulasi strategi yang akan dilakukan adalah berdasarkan penghitungan bobot dan rating dari masing-masing unsur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang didapatkan dari analisis SWOT, yang disusun menjadi matriks IFE (Internal Factors Analysis) dan EFE (External Factor Analysis). Setelah didapatkan nilai weighted score dari matriks IFE dan EFE tersebut, maka dapat diketahui posisi perusahaan dari matriks internal-eksternal, di mana matriks tersebut akan membantu dalam memetakan strategi perusahaan ke depan. Setelah itu, posisi perusahaan akan dianalisa berdasarkan grand strategy matrix yang didapatkan dari analisis terhadap tingkat pertumbuan pasar dan posisi kompetitif perusahaan. 6. Driving Forces & Key Success Factor Analisis terhadap faktor-faktor terpenting yang memberikan pengaruh terbesar dalam membentuk ulang suatu industri dan merubah kondisi kompetisi industri. Analisis ini akan meliputi tingkat perkembangan teknologi dalam dunia telekomunikasi, perubahan tren dalam penggunaan
18
handphone pintar, dan perubahan tingkat penggunaan suatu produk atau jasa oleh konsumen. Menurut Thompson, et al. (2012), key success factor pada suatu industri adalah faktor-faktor kompetitif yang mempengaruhi kemampuan anggota industri tersebut untuk bertahan dan sukses di pasar, yaitu antara lain : elemen-elemen strategi, atribut produk, pendekatan operasional, sumber daya, dan kemampuan berkompetisi yang memberikan perbedaan antara menjadi kompetitor yang kuat atau kompetitor yang lemah, dan antara keuntungan dan kerugian.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber dan atau dapat dikembangkan menajdi penelitian berikutnya. 2. Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memecahkan permasalahan maupun sebagai alat bantu dalam membuat keputusan
19
1.6
Susunan Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan yang utuh, yang disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB 1
: PENDAHULUAN
Berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan, metode penelitian dan metode analisis yang dilakukan pada penelitian. BAB 2
: TINJAUAN LITERATUR
Berisi penjelasan tentang berbagai kajian literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian, serta penelitiann terdahulu. BAB 3 : PROFIL INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DAN PERUSAHAAN Berisi penjelasan tentang industri telekomunikasi di Indonesia, serta tentang perusahaan PT. Bakrie Telecom, Tbk. BAB 4
: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan terkait dengan analisis data yang telah didapatkan dengan metode analisis yang telah dijelaskan, beserta pembahasan yang mendalam.
20
BAB 5
: SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan, serta rekomendasi untuk manajemen perusahaan
PT. Bakrie
Telecom, Tbk, dan bagi praktisi yang akan melakukan studi lanjutan dari penelitian ini.
21