BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit ,terdiri dari
persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan mempunyai BM 64.000 dalton. Heme disintesis di mitokondria dan penggabungan globin terjadi di sitoplasma eritrosit yang sedang berkembang. Bagian Heme pada hemoglobin terdiri dari sebuah atom Fe yang terletak ditengah-tengah struktur porfirin. Setiap molekul hemoglobin mengandung 4 heme. (1,2) Globin adalah suatu protein yang terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida. Rantai polipeptida ini terdiri dari 2 pasang rantai dengan jumlah, jenis dan urutan asam amino tertentu.(2,3) Masing-masing rantai polipeptida mengikat 1 gugus heme. Sintesis globin terjadi di eritroblast dini atau basofilik dan berlanjut dengan tingkat terbatas sampai di retikulosit. Gen-gen untuk sintesis globin terletak di kromosom 11 ( rantai gamma,delta & beta ) dan kromosom 16 ( rantai alfa ).Manusia mempunyai 6 rantai polipeptida globin yaitu rantai α dan non α yang terdiri dari β, γ, δ, ε, ζ.. (3,4)
Universitas Sumatera Utara
Pada orang normal ada 7 sintesis rantai globin yang berbeda yaitu : 4 pada masa embrio seperti Hb Gower 1 ( ζ2ε2 ), Hb Gower 2 ( α2ε2 ), Hb Portland 1 ( ζ2 ε2 ), dan Hb Portland 2 (ζ2 γ2 ). Hb F (α2γ2 ) adalah Hb yang predominant pada saat kehidupan janin dan menjadi hemoglobin yang utama setelah lahir. Hb A (α2β2 ) adalah hemoglobin mayor yang ditemukan pada dewasa dan anak-anak. Hb A2 (α2δ2 ) dan Hb F ditemukan dalam jumlah kecil pada dewasa ( kira-kira 1,5 - 3,5 % dan 0,2 – 1,0 % ). Perbandingan komposisi Hb A, A2 dan F menetap sampai dewasa setelah umur 6 – 12 bulan. Pada orang dewasa , HbA2 kira-kira 1,5% -- 3,5% hemoglobin total, Persentasenya jauh lebih rendah dari pada waktu dilahirkan, kira-kira 0,2% 0,3% meningkat pada saat dewasa pada 2 tahun pertama. Kenaikan yang tajam terjadi pada 1 tahun pertama dan naik dengan perlahan pada 3 tahun kelahiran.(5,6) Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah klinis yang dalam beberapa keadaan relative mudah didiagnosa dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium status besi konvensional seperti serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC), saturasi transferin dan serum feritin.(7,8) Serum iron menunjukkan variasi diurnal, dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada sore hari dibandingkan pagi hari.(9,10,11) Pada ADB
nilai TIBC
meningkat, tetapi dapat normal atau menurun pada keadaan inflamasi dan hypoalbuminemia.(12) Gambaran darah tepi ADB adalah mikrositer. Diagnosa
Universitas Sumatera Utara
banding untuk anemia mikrositer adalah ADB, talasemia, anemia sideroblstik dan anemia penyakit kronis.(13,14) Nilai feritin yang rendah merupakan diagnosa untuk ADB. WHO merekomendasikan kosentrasi feritin < 12ug/l mengindikasikan deplesi cadangan besi pada anak-anak < 5 tahun dan nilai < 15 ug/l mengindikasikan deplesi cadangan besi pada umur > 5 tahun. (15,16,17) Penelitian di Bali dengan memakai feritin serum < 12 ug/l dan 20 ug/l memberikan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 68% dan 98% serta 68% dan 96%.(18,19) Penelitian Mast AE dkk dengan memakai feritin <12 ug/l
mendapatkan
sensitivitas 25% dan spesivisitas 98%. Akan tetapi dengan memakai feritin < 30 ug/l didapati sensitivitas 92% dan spesitivisitas 98%.(19) Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada negara berkembang maupun maju. Prevalensi anemia defisiensi besi 2 – 5 % diantara laki-laki dewasa dan wanita post menstruasi dinegara maju, dan
sering
pada
pasien-pasien
yang
mengunjungi
gastroenterolog
(4–13%). Penyebab anemia defisiensi besi pada wanita pre-menopause adalah
kehilangan
darah
pada
saat
menstruasi,
dan
perdarahan
menopause.(20,21,22) Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia. Martotmojo dkk memperkirakan anemia defisiensi besi pada laki-laki 16 – 59 % dan 25 – 84 % pada wanita tidak hamil. Di India, Amerika Latin dan Filipina prevalensi anemia defisiensi besi pada perempuan hamil berkisar antara 35 – 59 %. Dari penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
pernah dilakukan di Indonesia prevalensi ADB pada anak balita sekitar 25-35%. Dari hasil SKRT tahun 1992 prevalens ADB pada anak balita di indonesia adalah 55,5%.(20,23) Pada tahun 2002 prevalensi anemia pada usia 4-5 bulan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan bahwa 37% bayi memiliki kadar Hb di bawah 10gr/dl sedangakan untuk kadar Hb di bawah
11gr/dl
mencapai
angka
71%.(21)
Pauline
di
Jakarta
juga
menambahkan selama kurun waktu 2001-2003 tercatat sekitar 2 juta ibu hamil menderita anemia gizi dan 8,1 juta anak menderita anemia.(22) Selain itu data menunjukkan bahwa bayi dari ibu anemia dengan berat bayi normal memiliki kecendrungan hampir 2 kali lipat menjadi anemia dibandingkan bayi dengan berat lahir normal dari ibu yang tidak menderita anemia. Berdasarkan data prevalensi anemia defisiensi gizi pada ibu hamil di 27 provinsi di Indonesia tahun
1992,
Sumatera
Barat
memiliki
prevalensi
terbesar
(82,6%)
dibandingkan propinsi lain di Indonnesia.(22,23) Perubahan hemoglobin janin ke dewasa merupakan proses biologi berupa diferensiasi sel induk eritroid, sel stem pluripoten, gen dan reseptor yang mempengaruhi eritroid dan dikontrol oleh faktor hormonal.(5) Komponen utama dari Hemoglobin adalah HbA dengan struktur molekular α2β2, nilai normalnya 95 - 98 %. Hemoglobin minor mengandung rantai HbF (α2 γ2) nilai normalnya 0,5 – 0,8 % atau HbA2 (α2δ2 ) nilai nomalnya 1,5 – 3,5 %. Pada orang dewasa, nilai kuantitas HbA2 normal adalah 1,5% - 3,5%.(5,6) Nilai
Universitas Sumatera Utara
kuantitas HbA2 dapat menurun pada thalassemia-α dan anemia defisiensi besi.(24) Pada kelompok normal kadar HbA2 2,9% ± 0,4 sedangkan pada anemia defisiensi besi kadarnya 2,7% ± 0,6.(25)
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang penelitian yang telah diuraikan
diatas dapatlah dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah ada perbedaan nilai HbA2 pada penderita anemia defisiensi besi dibandingkan dengan kontrol?
1.3.
Hipotesa Ada perbedaan nilai HbA2 antara penderita anemia defisiensi besi
dibandingkan dengan kontrol. 1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum Untuk melihat besarnya nilai HbA2 pada penderita anemia defisiensi besi. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mendapatkan nilai HbA2 pada penderita anemia defesiensi besi dan pada kontrol
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui nilai
parameter hematologi (Hb,MCV, MCH,
MCHC dan RBC) dan ferritin rata-rata pada penderita anemia defisiensi besi dan pada kontrol 3. Untuk melihat korelasi (hubungan) antara nilai HbA2 dan MCV, MCH, MCHC, RBC, dan ferritin.
1.5.
Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan pada klinisi tentang
nilai HbA2 pada penderita anemia defisiensi besi.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.
KERANGKA KONSEPSIONAL
Kriteria Inklusi
Penderita ADB
Kadar HbA2
Kriteria Ekslusi
Universitas Sumatera Utara