BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Persaingan kerja saat ini semakin ketat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, angka pengangguran pemuda di Indonesia mencapai 17% dari 70 juta jiwa, atau sekitar 12 juta pemuda yang menganggur. Hal ini menyebabkan para pemuda harus waspada pada masa depannya agar tidak menjadi bagian dari pengangguran tersebut setelah lulus dari perguruan tinggi. Salah satu solusi alternatif bagi para pemuda untuk meminimalisir angka pengangguran adalah dengan menjadi wirausaha selepas lulus dari perguruan tinggi atau masih berstatus Mahasiswa, sehingga ketika lulus sudah memiliki pekerjaan. Wirausaha juga dapat menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan individu maupun keluarga. Kewirausahaan merupakan solusi bagi Indonesia untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia agar dapat menghadapi persaingan ekonomi menjelang pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Hal ini tak lepas dari fakta bahwa sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan (Bahrul Ulum, 2011). Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) (2013), Indonesia mengalami kenaikan jumlah pelaku wirausaha sejak digalakkan program Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Indonesia berhasil meningkatkan jumlah
1
2
wirausaha menjadi 1,56% pada tahun 2012 yang semula sebesar 0,24% pada tahun 2011 . Walau memang Indonesia masih tertinggal jauh dengan Negara lain yaitu: Amerika Serikat memiliki wirausaha 11,5%, Singapura 7,2%, Thailand 4,1%, Korea Selatan 4,0% dan Malaysia 2,1% dari seluruh populasi penduduknya (Sugiarto, 2013). Menurut Agus Muharram (2012) selaku Deputi Menkop dan UKM bidang Pengembangan SDM, Kemenkop & UKM, setidaknya dengan meningkatnya jumlah wirausaha telah mendukung pada program pemerintah yaitu menjadikan minimal 2% dari populasi penduduk Indonesia adalah berwirausaha sebagai motor penggerak perekonomian Indonesia. Berwirausaha merupakan suatu kegiatan yang sudah banyak dilakukan oleh kalangan Mahasiswa di Indonesia termasuk di Kota Bandung saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan banyak Mahasiswa yang membuka usaha di bidang produk kreatif dan inovatif, menjadi pedagang retail barang-barang fashion, online shop, serta membuka usaha kuliner baik skala mikro maupun makro. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil wawancara Peneliti pada sejumlah wirausaha Mahasiswa di Kota Bandung, Peneliti juga mendapatkan informasi bahwa cukup banyak organisasi bisnis berkembang di Kota Bandung seperti: Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Gerakan Indonesia Muda Berbisnis (GIMB), Indonesia Business School, Billionaire, University School of Business, YEA, Nubiz, dan Butterfly Business Action. Kegiatan bisnis merupakan sebuah tantangan bagi Mahasiswa. Dalam melakukan kegiatan bisnis diharapkan Mahasiswa mendapatkan hasil dari usahanya
yaitu berupa laba. Agar laba dapat terlihat dengan jelas, diperlukan pencatatan
3
akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan yang berfungsi sebagai komparasi antara anggaran dengan realisasi yang dinyatakan dalam informasi akuntansi. Proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan informasi akuntansi yang digunakan oleh manajemen. Manajemen membaca informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan dan informasi kinerja keuangan lain. Informasi akuntansi dapat dijadikan sebagai pembanding dari waktu ke waktu dan dasar acuan untuk mengambil keputusan penting dalam kemajuan usaha. Tidak dapat disangkal bahwa sebagian besar informasi yang dibutuhkan pengusaha adalah informasi akuntansi (Haryono Jusup, 2005). Kegiatan bisnis tidak hanya untuk jangka waktu satu bulan atau satu tahun saja, akan tetapi bertahun-tahun. Maka dalam pelaksanaan bisnis diperlukan pencatatan akuntansi, karena tidak mungkin pelaku bisnis dapat mengingat transaksi dalam beberapa waktu sekaligus. Kegunaan akuntansi sangat bervariasi, mulai dari sebagai alat hitung menghitung, sumber informasi dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang dihasilkan dapat digunakan untuk semua tahap manajemen mulai dari perencanaan, pengendalian, sampai pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2009). Amin (2013) mengatakan bahwa berwirausaha membutuhkan kerja keras dan proses panjang. Diperlukan kesabaran tinggi untuk meraih kesuksesan. Berdasarkan survey yang ia lakukan, 80% bisnis mati di tahun pertama, 16% bisnis mati di tahun kelima, 4% merayakan ulang tahun kesepuluh dan seterusnya.
4
Permasalahan bisnis tersebut diakibatkan karena para wirausaha khususnya Mahasiswa kurang memahami pentingnya akuntansi untuk kelancaran bisnis. Beberapa penelitian (Peterson, Kometsky & Ridgway, 1993; Monk, 2000) mengungkapkan bahwa kelemahan catatan keuangan merupakan salah satu alasan utama kegagalan perusahaan kecil dan menengah. Kekurangan catatan akuntansi akan menimbulkan masalah perpajakan atau institusi pemerintah lainnya, dan juga menyulitkan manajer perusahaan untuk mengukur prestasi perusahaan (Hadiyah Fitriyah, 2006). Wichman (1984) menjelaskan bahwa kapabilitas akuntansi merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan perusahaan kecil dan menengah. Peacock (1985) dalam Suhairi (2004) menyimpulkan bahwa rendahnya pengetahuan akuntansi pemilik menyebabkan banyak perusahaan kecil yang mengalami kegagalan. Maka dibutuhkan sejumlah wirausaha muda yang memiliki kesadaran dan pemahaman akuntansi untuk menggunakan informasi akuntansi. Bila dihubungkan dengan para pelaku usaha khususnya para Mahasiswa, pemahaman akuntansi masih digunakan sebagai alat hitung dalam artian untuk melakukan pencatatan pada saat terjadi transaksi penjualan dan pembelian, menghitung berapa kas masuk (cash in flow) dan kas keluar (cash out flow) (Hendro, 2011 dalam Rina Christanti, 2012). Sehingga tidak ada bukti tertulis mengenai perkembangan usaha dalam beberapa waktu, sebab minimnya penggunaan informasi akuntansi.
5
Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terlebih dahulu untuk menguatkan fakta mengenai penggunaan informasi akuntansi yang digunakan oleh wirausaha Mahasiswa. Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 dalam acara pencetusan Wirausaha Baru Jawa Barat yang diselenggarakan oleh Badan UMKM Jawa Barat di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro Bandung. Peneliti juga menyebarkan kuesioner kepada 45 Mahasiswa yang berpartisipasi pada acara tersebut, terdapat 7 butir pertanyaan mengenai penggunaan informasi akuntansi. Dari kuesioner responden, menghasilkan informasi bahwa wirausaha Mahasiswa yang menggunakan informasi akuntansi masih tergolong sangat rendah, presentase penggunaannya hanya sebanyak 18,7%. Alasan sebagian dari mereka tidak menggunakan informasi akuntansi karena merasa tidak paham tentang ilmu akuntansi dan tidak memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya, berarti para wirausaha mahasiswa kurang memiliki pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha belum cukup baik dalam hal keinginan untuk mencapai prestasi pada usahanya. Kewajiban menyelenggarakan pencatatan akuntansi yang baik bagi usaha kecil di Indonesia sebenarnya telah tersirat dalam Undang-Undang Usaha Kecil No. 9 tahun 1995 dan dalam Undang-Undang Perpajakan. Pemerintah maupun komunitas
akuntansi
telah
menegaskan
pentingnya
pencatatan
dan
penyelenggaraan informasi akuntansi bagi usaha kecil, walaupun dalam kenyataannya desakan hukum (law enforcement) dari regulator belum memadai (Margani Pinasti, 2007).
6
Informasi
akuntansi
mempunyai
peran
penting
untuk
mencapai
keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson, W.L., M.J. Byrd, and L.C, 2000 dalam Margani Pinasti, 2007). Informasi akuntansi dapat digunakan untuk mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang sangat diperlukan oleh pihak manajemen dalam merumuskan berbagai keputusan dan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Informasi akuntansi juga berguna dalam rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang, mengontrol biaya, mengukur dan meningkatkan produktivitas dan memberikan dukungan terhadap proses produksi (Johnson dan Kaplan, 1987 dalam Isa Koswara, 2014). Informasi akuntansi tidak akan bermakna apabila penggunanya tidak memiliki pengetahuan akuntansi dalam menjalankan bisnis. Karena dalam membaca laporan keuangan diperlukan sebuah ilmu agar paham maksud dan isi laporan keuangan. Sehingga akan dapat diketahui berapa nilai laba, aset, ataupun modal yang dimiliki yang tercatat dalam informasi akuntansi. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang pengetahuan akuntansi (Suhairi, 2004). Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhairi, Yahya, dan Haron (2004) mengemukakan bahwa seorang wirausaha yang mempunyai pengetahuan akuntansi tinggi, lebih banyak menggunakan informasi akuntansi dalam membuat keputusan. Penelitian Veronica (2010) menyatakan bahwa pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial melalui penggunaan sistem informasi akuntansi. Dengan demikian,
7
menurut kedua penelitian tersebut bahwa pengetahuan akuntansi mempunyai pengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi. Merujuk pada penelitian lain yaitu Holmes dan Nicholls (1989) menyatakan bahwa rendahnya penggunaan informasi akuntansi dalam perusahaan kecil disebabkan karena rendahnya pengetahuan akuntansi yang dimiliki oleh pelaku usaha. Hidayah Fitriyah (2006), Rina Christanti, (2009), dan Isa Koswara (2014) juga menunjukan bahwa pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi. Tidak hanya pengetahuan akuntansi saja yang dibutuhkan dalam penggunaan informasi akuntansi, akan tetapi diperlukan pula aspek kepribadian wirausahanya sendiri, karena faktor kepribadian usahawan merupakan faktor penting yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi (Dermer, 1973 dalam Suhairi, 2004). Wirausahawan yang memiliki kepribadian yang baik cenderung melakukan persaingan bisnis dengan cara yang berbeda termasuk dalam menggunakan informasi akuntansi. Cara pandang dan berpikir mereka melihat ke depan dan lebih prospektif dalam mengembangkan usaha (Suhairi, 2004). Kepribadian yang mendasari seorang wirausaha dapat dilihat dari aspek lokus pengawasan internal dan keinginan berprestasi. Lokus pengawasan internal adalah sejauhmana seorang wirausaha mengendalikan dirinya dan menjadi tuan atas nasibnya sendiri (Veronica, 2012). Apabila ia tidak mampu mengendalikan diri dan pasrah pada nasib yang menimpanya, maka seseorang tersebut memiliki lokus pengawasan eksternal atau cenderung reaktif. Sedangkan aspek keinginan
8
berprestasi adalah bagaimana seorang wirausaha memiliki hasrat untuk mengembangkan bisnisnya sehingga mampu bertahan dalam bisnis bahkan dapat bersaing dengan para wirausaha lain. Seperti yang dikatakan Boone, Brabander, dan Hellemans (2000) yang menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai lokus pengawasan internal lebih mampu mempertahankan kontinuitas perusahaan (Suhairi, 2004). Penelitian ini akan mereplikasi pada penelitian Suhairi (2004) dengan menggunakan variabel pengetahuan akuntansi, kepribadian wirausaha, dan penggunaan informasi akuntansi. Penelitian Suhairi menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha dalam menggunakan informasi akuntansi baik secara simultan maupun parsial. Beberapa peneliti terdahulu seperti Veronica Christina (2012) dan Rina Christanti (2012) pun menunjukkan adanya pengaruh positif antara pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha terhadap penggunaan informasi akuntansi, akan tetapi penelitian Rahman dan McCosh (1976) dalam Suhairi (2004) berbeda dengan hasil dari beberapa peneliti tersebut. Rahman dan McCosh mendapatkan bahwa seorang wirausaha yang memiliki pengetahuan akuntansi tinggi dan kepribadian wirausaha baik akan lebih sedikit menggunakan informasi akuntansi, disebabkan penilaian prestasi dan kinerja dari seseorang tidak hanya berdasarkan pada informasi akuntansi saja, melainkan juga informasi bukan akuntansi, karena kombinasi kedua ukuran dapat dinilai dengan konsep Balance Scorecard (Sim dan Koh, 2001 dalam Suhairi, 2004).
9
Mengingat pentingnya pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh pelaku bisnis khususnya Mahasiswa, agar tidak terjadi pengulangan bisnis mati pada tahun pertama. Pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha tersebut menjadi pendorong dalam menggunakan informasi akuntansi yang benar untuk mempermudah pengambilan keputusan. Maka peneliti memiliki minat untuk mengambil judul penelitian, “Pengaruh Pengetahuan Akuntansi dan Kepribadian Wirausaha terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi”. 1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah dalam penelitian ini
adalah Mahasiswa kurang menggunakan informasi akuntansi dalam proses bisnisnya. Sehingga dirumuskan pertanyaan penelitian berdasarkan identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pengetahuan akuntansi, kepribadian wirausaha, dan penggunaan informasi akuntansi pada Mahasiswa di Kota Bandung? 2. Apakah pengetahuan akuntansi Mahasiswa berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi? 3. Apakah kepribadian wirausaha Mahasiswa berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi? 4. Apakah pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha Mahasiswa secara
simultan
akuntansi?
berpengaruh
terhadap
penggunaan
informasi
10
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi maupun
data yang relevan dengan masalah yang diidentifikasikan, kemudian data dan informasi dianalisis dan diolah untuk dibuat penelitian dan ditarik kesimpulan. Maksud yang lainnya adalah untuk membantu para wirausaha Mahasiswa agar melakukan pencatatan akuntansi dengan baik untuk menghasilkan informasi akuntansi, sehingga dapat digunakan dan berguna untuk pengambilan keputusan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan solusi atas masalah dengan mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Penerapan pengetahuan akuntansi, kepribadian wirausaha, dan penggunaan informasi akuntansi pada Mahasiswa di Kota Bandung 2. Pengaruh pengetahuan akuntansi Mahasiswa terhadap penggunaan informasi akuntansi. 3. Pengaruh kepribadian wirausaha Mahasiswa terhadap penggunaan informasi akuntansi. 4. Pengaruh pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha secara simultan berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi
11
1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak. Adapun
kegunaan dalam penelitian ini diarahkan pada kegunaan praktis dan kegunaan teoritis, sebagai berikut : a. Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Untuk membandingkan antara teori yang dipelajari dengan keadaan yang sesungguhnya di kalangan wirausaha Mahasiswa. b. Sebagai dasar untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam teori-teori yang telah dipelajari. c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan untuk penulis sendiri, apabila memang pada suatu saat membutuhkan metode dalam melakukan bisnis, karena penulis sendiri berniat untuk membuka bisnis dan akan menjalankan dengan baik melalui informasi akuntansi yang dipelajari dalam penelitian ini. 2. Bagi Para pelaku wirausaha Hasil dan kesimpulan dilakukan sebagai dasar pertimbangan para pelaku usaha untuk dapat mengimplementasikan informasi akuntansi lebih serius dalam lingkungan bisnisnya. Agar mampu lebih bertahan dalam bisnis.
12
3. Bagi Pihak Lain Peneltian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi para peneliti berikutnya dan sebagai acuan apabila ingin meneliti dengan objek yang sama, berkaitan dengan penggunaan informasi akuntansi. b. Kegunaan Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi tambahan referensi, kepustakaan, atau rujukan mengenai pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha terhadap penggunaan informasi akuntansi. 1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di beberapa Universitas Negeri dan Swasta
di Kota Bandung, untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagaimana sesuai dengan masalah yang dibahas. Adapun waktu penelitiannya akan dilakukan mulai bulan April 2015.