BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan pesat di bidang teknologi infomasi dan komunikasi pada
abad ke-21 telah membawa banyak perubahan dalam berbagai kehidupan manusia dan lingkungan bisnis, tidak terkecuali dunia pendidikan dan berbagai institusi di dalamnya. Persaingan sebagai ciri utama peradaban modern telah berkembang seiring mantapnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang inovatif dan variatif. Dunia pendidikan pun mau tidak mau ikut terlibat dalam persaingan ini. Berbagai model pembelajaran yang diberikan institusi pendidikan dari beragam tingkatan ditawarkan untuk menjadi pilihan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan untuk mencapainya. Institusi pendidikan pun dituntut untuk menunjukkan profesionalitas dalam pemberian layanan akademisnya. Tingginya tingkat persaingan di dunia pendidikan ini menyebabkan institusi pendidikan seperti Perguruan Tinggi harus bersiap diri, mencari keunggulan yang bisa menjamin terjaganya eksistensi institusi pendidikan dalam persaingan yang makin ketat. Perguruan tinggi negeri (PTN) masih merupakan tujuan utama para mahasiswa baru. Di Indonesia berdiri 46 Universitas Negeri, 6 Institut Negeri, dan 19 politeknik Negeri. Di samping itu, di Indonesia juga terdapat 2.700 perguruan tinggi swasta (PTS) dengan 11 ribu jurusan dan program studi. Dalam menjaring calon mahasiswa, persaingan antar-perguruan tinggi (antar-PTN atau antar-PTN
dan PTS) semakin ketat. Dalam persaingan tersebut, PTN memang lebih diuntungkan. Status negeri bagi masyarakat pada umumnya selain menjanjikan biaya yang relatif rendah juga masih menjanjikan kualitas lebih tinggi, dan memiliki peluang yang lebih luas memasuki pasar kerja. Pada tahun 2012 saja tercatat 1.517.125 siswa telah lulus ujian nasional. Rata rata daya tampung Perguruan Tinggi Negri (PTN) di Indonesia tentu hanyalah separuh dari jumlah lulusan siswa tersebut. Maka gambaran tersebut membuka kesempatan bagi para pengelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk menampung mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Jawa Barat sebagai salah satu Provinsi di Indonesia merupakan salah satu barometer pendidikan dan memiliki PTS terbanyak di bandingkan dengan Provinsi lain di Indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Rekapitulasi Perguruan Tinggi Swasta Di lingkungan Kopertis Wilayah IV Jawa Barat Bentuk PTS
2008
2009
2010
2011
Akademi
115
124
117
106
Institut
5
6
6
6
Politeknik
25
30
26
27
Sekolah Tinggi
179
181
185
184
Universitas
40
43
43
42
Jumlah
364
384
377
365
Sumber : PUSDALISBANG Jawa Barat 2008-2011
Jumlah PTS Di lingkungan Kopertis Wilayah IV Jawa Barat yang tidak stabil dan cenderung terus menurun dalam 3 tahun terakhir menggambarkan
ketatnya persaingan dalam dunia industri pendidikan semakin kompetitif. Perguruan tinggi swasta mempunyai kewajiban memberikan laporan evaluasi program studi berbasis evaluasi diri kepada pemerintah melalui Kopertis, selama 4 tahun berturut-turut dan bila tidak dilakukan, maka pihak pemerintah melalui Kopertis akan mengeluarkan rekomendasi untuk menutup kampus. Terkadang masih ada beberapa pihak yang lalai dalam melapor dan pemerintah terpaksa menutup atau mencabut izin operasional PTS melalui prosedur yang telah ditentukan. Penyebab lain menurunnya jumlah PTS menurun di lingkungan Kopertis Wilayah IV Jawa Barat adalah karena biaya operasional yang terlalu tinggi seperti biaya menggaji dosen, biaya pengadaan alat perkuliahan dan biaya proses perkuliahan, sementara mahasiswa baru yang mendaftar tidak ada ataupun sedikit, tentu PTS akan merugi dan terancam tutup karena biaya yang dikeluarkan tidak tertutup karena tidak adanya dana yang masuk. Dengan ketatnya persaingan yang ada PTS yang tidak meningkatkan konsistensinya dan tidak memiliki daya saing organisasi yang kuat pasti akan sepi peminat calon mahasiswa dan tidak memungkiri harus mengalami krisis dan gulung tikar. Untuk tetap bertahan di dalam persaingan yang ketat dengan PTS lainnya, PTS harus selalu mengembangkan kualitas dan potensi kelebihan yang dimiliki melaui keunggulan yang tidak dimiliki oleh pesaing. Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota favorit untuk melanjutkan pendidikan, karena memiliki 19 Perguruan Tinggi Swasta dalam bentuk Universitas. Namun, berdasarkan data di Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah IV Jabar dan Banten dalam satu
tahun terakhir, jumlah pendaftar calon mahasiswa pada 20-30 persen PTS di Jabar dan Banten, mengalami penurunan signifikan. Selain faktor persaingan yang ketat dari PTN, faktor lain kemungkinan penyebab penurunan pendaftaran calon mahasiswa PTS adalah keterbatasan ekonomi keluarga yang mengharuskan siswa langsung bekerja, ditambah lagi dengan adanya siswa yang lebih memilih untuk mengenyam pendidikan di luar negri. Turun naik penerimaan calon mahasiswa juga dialami oleh Universitas Widyatama (UTama), salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung. Penurunan jumlah mahasiswa yang melakukan registrasi ulang pada Universitas Widyatama mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 34% dari tahun sebelumnya, dari 1674 orang menjadi 1091 orang. Pada tahun 2011 calon mahasiswa yang melakukan registrasi meningkat sebesar 15 persen dari tahun 2010 dari 1091 orang menjadi 1257 orang. Akan tetapi, peningkatan ini masih dibawah jumlah mahasiswa yang melakukan registrasi pada tahun 2009. Apabila penurunan jumlah mahasiswa ini terus terjadi, hal ini akan berpengaruh kepada operasional Universitas Widyatama.
Data fluktuasi jumlah registrasi mahasiswa baru dari tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini : Tabel 1.2 Jumlah Registrasi Mahasiswa Baru Di Universitas Widyatama JURUSAN
2009
2010
2011
Akuntansi(S1)
605
420
469
Akuntansi (D3)
94
60
63
Manajemen (S1)
572
370
484
Manajemen (D3)
115
45
66
Teknik Industri (S1)
53
25
18
Teknik Informatika (S1)
118
80
75
Sistem Informasi (S1)
30
26
20
Komputer Multimedia (D3)
7
8
1
Bahasa Inggris (S1)
46
26
38
Bahasa Jepang (D3)
6
10
7
Desain Grafis (D4)
29
22
15
1674
1091
1257
Jumlah
Sumber : Marketing Universitas Widyatama
Saat ini dunia pendidikan dan perguruan tinggi ibarat sebuah industri yang perlu dikelola komponen-komponennya secara efisien dan professional agar menghasilkan komoditi akhir berupa lulusan mahasiswa yang dapat dipasarkan. Salah satu persyaratan bagi keberhasilan pendidikan adalah adanya sistem manajemen yang terstruktur dan pencitraan yang baik terhadap civitasnya, agar tetap memiliki daya saing kuat dalam
perang
industri
pendidikan yang
berlangsung. Menurut Brata atmaja (1994), Daya saing adalah kekuatan, kemampuan atau kesanggupan untuk bersaing. Banyak cara yang dapat dilakukan agar perusahaan memiliki daya saing organisasi dan menjadi lebih kuat, seperti melakukan inovasi dan differensiasi produk, mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terkini, meningkatkan manajemen kualitas, merancang desain pekerjaan yang baik, dan lain-lain. Perusahaan yang memiliki daya saing organisasi cenderung akan bertahan lama di dalam sebuah persaingan bisnis. Menurut Tangkilisan (2003), Daya saing organisasi
adalah
merujuk
pada
kemampuan
sebuah
organisasi
untuk
memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Daya saing organisasi merupakan keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuannya, Contoh, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam Institusi bidang Pendidikan, masing-masing berusaha untuk menarik calon mahasiswa sebanyak-banyaknya dengan cara berkompetisi sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya. Dengan demikian untuk bisa bertahan dan menanggulangi ketidakstabilan persaingan Perguruan Tinggi Swasta di dunia bisnis pendidikan, penting bagi Universitas Widyatama untuk tetap menjaga keunggulan yang dimiliki dan meningkatkan daya saing organisasi agar Universitas Widyatama dapat bertahan sebagai salah satu Perguruan Tingi Swasta yang kompeten di kota Bandung.
Hal yang ingin diketahui adalah untuk mengukur bagaimana daya saing organisasi Universitas Widyatama, terutama aspek-aspek yang menentukan daya saing organisasi Universitas Widyatama agar Universitas Widyatama tetap unggul dalam persaingannya dengan PTS lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Pengukuran Daya Saing
Organisasi Universitas Widyatama
1.2
Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut : a) Bagaimana Daya Saing Organisasi Universitas Widyatama? b) Apa saja aspek-aspek yang menentukan Daya Saing Organisasi Universitas Widyatama?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan
informasi yang memberikan gambaran tentang Daya Saing Organisasi Universitas Widyatama. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a) Untuk mengukur bagaimana Daya Saing Organisasi Universitas Widyatama. b) Untuk memahami aspek-aspek yang menentukan Daya Saing Organisasi Universitas Widyatama.
1.4
Kegunaan Penelitian Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Kegunaan Akademis Sebagai masukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan bacaan yang diharapkan akan menambah wawasan pengetahuan bagi yang membacanya terutama mengenai masalah daya saing organisasi. 2. Kegunaan bagi Penulis Untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis lebih luas dalam bidang pemasaran terutama mengenai pengukuran daya saing organisasi Universitas Widyatama melalui penerapan ilmu. 3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan bacaan atau referensi tentang pengukuran daya saing organisasi Universitas Widyatama.
1.5
Kerangka Pemikiran Daya saing merupakan salah satu keunggulan yang sangat penting bagi
sebuah perusahaan, daya saing tidak hanya sebuah kekuatan tapi lebih dari itu merupakan konsistensi untuk tetap bertahan menghadapi persaingan bisnis yang ketat dari pesaing lain. Wikipedia online (2007), mengartikan daya saing (competitiveness) sebagai berikut : A comparative concept of the ability and performance of a firm, subsector or country to sell and supply goods and/or services in a given market
Dengan demikian dalam kerangka ini, daya saing memiliki tingkat komparasi antara satu entitas yang ikut dalam sebuah kompetisi dengan entitas lainnya. Lebih jauh Wikipedia juga menjelaskan bahwa competitiveness, seringkali dipakai dalam kerangka pasar yang struktur persaingannya sempurna (perfect competition) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia (2002) berpendapat bahwa :
Daya saing adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak untuk merebut pasar. Sedangkan pengertian daya saing menurut Brata atmaja (1994) adalah sebagai berikut : Daya saing adalah kekuatan, kemampuan atau kesanggupan untuk bersaing . Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa daya saing merupakan efisiensi dan efektivitas yang memiliki sasaran yang tepat dalam menentukan arah dan hasil sasaran yang ingin dicapai yang meliputi tujuan akhir dan proses pencapaian akhir dalam menghadapi persaingan. Selanjutnya Sumihardjo (2008), mengemukakan bahwa daya saing meliputi: a. Kemampuan memperkokoh posisi pasarnya. b. Kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya. c. Kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti. d. Kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Untuk itu perusahaan harus senantiasa mempertahankan daya saing
organisasi agar perusahaan memiliki keunggulan dan efektifitas organisasi dalam mengadaptasi perubahan lingkungan sikap-sikap perilaku konsumen yang akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian. Berikut ini pengertian daya saing organisasi menurut para ahli : Pengertian daya saing organisasi menurut Tangkilisan (2003) adalah : Daya saing organisasi merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya . Pengertian daya saing organisasi menurut South (1981) adalah : merupakan suatu persatuan yang kuat antara keunggulan perusahaan dan efektifitas organisasi dalam mengadaptasi perubahan lingkungan Jadi, suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki daya saing organisasi ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain. Constantine (2003), mengemukakan bahwa daya saing organisasi dibentuk melalui 6 (enam) dimensi sebagai berikut : 1. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah kondisi fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja dimana
para
karyawan
perusahaan
beraktivitas
dan
menghasilkan
produktivitas sehari-harinya. 2. Desain Pekerjaan Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok karayawan secara organisasional. Tujuannya adalah
untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan organisasi, teknologi dan keperilakuan. 3. Inovasi Pengembangan dan implementasi ide baru yang mempunyai dampak pada teori, praktek, produk, ataupun perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain kerja. Makin besar ukuran suatu organisasi makin cepat menerima inovasi. 4. Manajemen Teknologi Manajemen teknologi adalah ilmu manajemen yang menggabungkan bidang bisnis dengan teknologi pengambilan keputusan pada jenjang manapun dalam suatu perusahaan.Tujuan dari manajemen teknologi sendiri adalah untuk menciptakan dan/atau menambah nilai bagi perusahaan melalui teknologi, baik diciptakan sendiri atau adaptasi dari luar. 5. Manajemen Kualitas Manajemen kualitas merupakan bagaimana organisasi memastikan bahwa barang atau jasa yang dihasilkannya memenuhi kebutuhan konsumen dan memenuhi peraturan terkait dengan barang atau jasa tersebut. 6. Indikator Kualitas Pada dasarnya terdapat tiga orientasi pengukuran kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain yaitu, persepsi konsumen, produk/jasa, dan proses. Untuk yang berwujud barang, ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan dengan jelas. Tetapi untuk sebuah jasa, produk dan proses mungkin tidak dapat dibedakan dengan jelas karena produk jasa bisa jadi merupakan proses itu sendiri.
1.6
Metodologi Penelitian. Didalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey yang berguna untuk memperoleh informasi dari beberapa responden, dengan mengumpulkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta memberikan gambaran dan analisis mengenai masalah yang ada sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian lapangan (Field research) Yaitu pengumpulan data yang berupa fakta atau gejala lainnya di lapangan. Penelitian yang dilakukan di lapangan dilakukan dengan cara : a. Kuesioner Penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap mengenai objek yang diteliti kepada responden. b. Observasi Yaitu penulis mengumpulkan data dengan mengamati langsung sumber data yang dianalisis kemudian diuraikan dalam data tertulis. 2. Penelitian kepustakaan (library research) Yaitu suatu pengumpulan teknik data yaitu dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari buku buku dan literatur lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data dari library research ini merupakan data sekunder yaitu data yang diteliti untuk selanjutnya dijadikan sebagai landasan teori oleh penulis.
1.7
Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam skripsi ini, penulis
melakukan Penelitian di Universitas Widyatama dengan responden Dosen dan Karyawan
Administrasi
di
Universitas
Widyatama.
Lokasi
Universitas
Widyatama berkedudukan di Jl. Cikutra No.204 A Bandung 40125, Jawa Barat, Indonesia.