BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Rumah Sakit Pendidikan
Berdasarkan studi literatur maupun studi dokumentasi, terlihat bahwa perkembangan Pendidikan Dokter Jawa dimulai pada tahun 1815, dan para ahli menganggap bahwa tahun tersebut merupakan awal perkembangan pendidikan dokter di Indonesia. Pelaksanaan pendidikan dokter
tersebut dilaksanakan di Rumah Sakit Militer dengan motivasi diperlukannya tenaga kesehatan pribumi yang dapat memberikan penjelasan tentang kesehatan kepada rakyat dan bisa bertindak sebagai vaccinatur (juru cacar)1. Sesuai dengan perkembangannya, pendidikan dokter ini dipindahkan ke RS. Stradsverband di daerah Glodok, dengan alasan sarana tidak memadai.
Begitupun
di
Rumah Sakit Stradsverband masalah sarana merupakan
permasalahan bagi program pendidikan dokter. Dengan demikian masalah
sarana di Rumah Sakit yang digunakan sebagai tempat pendidikan merupakan permasalahan yang dirasakan dari dulu.
Dengan adanya perkembangan demikian, maka pada tahun 1903 Pemerintah Hindia Belanda mengambil keputusan untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut, dengan cara menyerahkan pengawasan pendidikan dokter di bawah Direktur On Derwijs, Eeredienst dan Nijverheid yang dapat disamakan dengan Depdikbud sekarang ini.
Rukmono, Beberapa Segi Rumah Sakit Pendidikan, Kumpulan Naskah Ilmiah Koneres I Persi, Jakarta, 1980, h 197 , *
Menurut hemat peneliti, pemindahan pengawasan ini, merupakan awal adanya keterkaitan tanggung jawab Departemen Pendidikan terhadap Rumah Sakit yang digunakan untuk program pendidikan. Dengan demikian tergambar bahwa Centrale Burgerlijke Zienkeninrichting yang digunakan untuk pendidikan
dokter pada tahun 1919 (Rumah Sakit. Dr. Cipto Mangunkusumo sekarang ini) dan Stovia (Fakultas Kedokteran UI sekarang ini) merupakan awal mulanya dua instansi yang pelaksanaannya di bawah 1atap.
2. Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai Rumah Sakit Pendidikan
Tahun 1914 Gemeente Bandung mempunyai gagasan untuk mendirikan Rumah Sakit. Pembangunannya baru bisa dimulai pada tahun 1920 dan
diresmikan penggunaannya pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama resmi
Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis2. Masyarakat Bandung menyebutnya Rumah Sakit Ranca Badak, dan pada tahun 1927 diubah namanya menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana, yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Sejak pecahnya perang Pasifik pada tahun 1942, tercatat dalam sejarah perkembangan Rumah Sakit Hasan Sadikin, bahwa Rumah Sakit Ranca Badak
digunakan sebagai Rumah Sakit Militer sampai zaman Jepang dengan nama Rigun Byoin. Setelah Indonesia merdeka, Rumah Sakit Ranca Badak menjadi Rumah Sakit Umum dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Pada tahun 1954 oleh Menteri Kesehatan ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Propinsi dibawah pengawasan langsung Departemen Kesehatan. Pada tanggal 24 2i
'bid, h 198
Mi 1956 beberapa tokoh daerah membentuk Yayasan Fakultas Kedokteran
Bandung, dan yayasan tersebut menggabungkan diri dengan Panitia Rakyat Pembentukan Universitas Negeri di Bandung. Di bawah pimpinan Prof.H. Moch Jamin, panitia ini akhirnya ditetapkan sebagai panitia negara yang diketuai oleh Gubernur KepalaDaerahTingkat I JawaBarat.
MelaluiPP Nomor.37 Tahun 1957 maka lahirlah Universitas Negeri Padjadjaran, dan pada tahun ini lahir pula Fakultas Kedokteran. Dengan adanya Fakultas
Kedokteran maka direktur Rumah Sakit Umum Ranca Badak
menyerah kan sebagian
gedungnya
untuk
digunakan
oleh
Fakultas
Kedokteran. Pada tahun 1969 dibentuk suatu panitia persiapan untuk mendirikan Teaching Hospital yang diprakarsai oleh Prof. R. Soerjaatmadja dengan ketuanya Dekan Fakultas Kedokteran Prof dr. Soegiri.
Pada tahun 1970, melalui SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tertanggal
31
Agustus
1970
Nomor 201/BX Pes/HUK/SK/1970
ditetapkan Panitia Teaching Hospital. Adapun anggotanya terdiri dari beberapa unsur, dengan ketuanya Dekan Fakultas Kedokteran yaitu Prof.dr. Soegiri. Dan menetapkan Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai Teaching Hospital.
Dengan adanya Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 134/Men-Kes/SK/IV/1978 dan dengan adanya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Menteri Dalam Negeri tahun 1981 maka lahirlah Piagam Kerjasama antara Dekan Fakultas Kedokteran dan Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin. Pada tahun 1986
Piagam Kerjasama
tersebut
disempurnakan melalui Surat Keputusan
Bersama antara Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Dekan Fakultas Kedokteran Nomor 20ll/D/TU/K/XII/1986.
Akhir-akhir ini muncul kritik dari masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Hasan Sadikin maupun oleh tenaga kesehatan lainnya. Keluhan masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin dimuat di surat kabar, sehingga muncul citra dari masyarakat tentang tidak baiknya pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Hasan Sadikin. Banyak yang beranggapan bahwa kritik terhadap kondisi pelayanan kesehatan tersebut tidak terlepas dari akibat adanya permasalahan yang kompleks di Rumah Sakit Pendidikan, misalnya kecenderungan adanya dualisme administrasi3. Peneliti berpendapat bahwa kritik masyarakat tersebut, merupakan suatu gejala adanya kesenjangan antara tuntutan masyarakat dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan maupun oleh Rumah Sakit Umum seperti Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Sebetulnya gejala demikian tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang selalu ada di dalam sejarah perkembangan
Rumah Sakit sebagai lembaga yang bermotif untuk melayani kepentingan masyarakat (Non Profit Institution Dedicated To Community Service), sejalan dengan tuntutan masyarakat yang selalu meningkat. Oleh karena itu situasi
kompleks sangat dirasakan oleh pimpinan-pimpinan Rumah Sakit yang merasa dituntut untuk mengutamakan misi sosial.
Menurut Harold E. Smalley, anggapan demikian sudah bersifat umum dan
sangat mempengaruhi pimpinan Rumah Sakit, sehingga banyak pimpinan
Rumah Sakit membuat kebijakan-kebijakan berdasarkan
pertimbangan
sosial. Dengan demikian wajarlah banyak pimpinan Rumah Sakit bertindak
kearah tidak efektif {Ineffective Economic Motivation) yang berkecenderungan 3. Ascobat Gani, "Hubungan FK dengan RS Pendidikan dalam Dinamika Perkembangan Upaya Kesehatan", Makalah, Panitia Diskusi Panel FK UI, Jakarta, 1992
tidak mementingkan proses administrasi, sehingga banyak program-program Rumah Sakit tidak efektif4'
Di lain fihak banyak anggota masyarakat yang menanggapi masalah
kesenjangan tersebut dari aspek etik profesi kedokteran. Pada dasamya masyarakat menganggap bahwa
kesenjangan
itu
timbul
dikarenakan
adanya ketidakserasian antara nilai etik profesi yang dianut oleh tenaga kesehatan dengan praktek pelayanan kesehatan yang diberikannya. Dengan demikian fungsi Rumah Sakit tidak berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat yang selalu meningkat.
Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut,
peneliti condong untuk
menganggap bahwa faktor kecenderungan terjadinya kesenjangan antara tuntutan masyarakat dengan pelayanan kesehatan, tidak terlepas dari adanya permasalahan permasalahan yang berkenaan dengan sikap tenaga medis dan
para medis yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat; dan adanya permasalahan-permasalah yang berkenaan dengan administrasi Rumah Sakit, akibat tingginya kompleksitas Rumah Sakit Umum sebagai lembaga yang bermotif untuk melayani kepentingan masyarakat (Non profit institution dedicated to community service).
Isue tentang permasalahan
administrasi
Rumah
Sakit sudah lama
dibicarakan di kalangan Rumah Sakit maupun di kalangan Fakultas Kedokteran. Dengan adanya SK Menteri Kesehatan No. 134/Menkes/SK/IV/78, yang menunjuk Rumah Sakit Umum untuk digunakan sebagai wahana
pendidikan, isue tersebut makin santer karena dikaitkan dengan posisi dan peran Rumah Sakit Umum sebagai Rumah Sakit Pendidikan. Begitupun dengan •Harold E. Smalley, Hospital Management Engineering, New Jersey: Prentice Hall Inc.
p36 - 60
'
6
Rumah Sakit Hasan Sadikin yang berfungsi sebagai Teaching Hospital berdasarkan SK Gubernur tahun 1970.
Dengan status sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka peran, posisi maupun fungsi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, ditinjau dalam kerangka pembangunan nasional maupun regional akan berubah menjadi pemelihara sumberdaya manusia yang diwujudkan dalam bentuk pemberian perawatan preventif maupun kuratif dan berperan sebagai pengembang tenaga
kerja ^yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan tenaga medis dan para medis. Dengan peran sebagai pemelihara sumberdaya manusia dan pengembang tenaga kerja, maka ruang lingkup Rumah Sakit Hasan Sadikin menjadi luas sekali.
Menurut Zuchradi6 ruang lingkup Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai Rumah Sakit Pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat maupun pemerintah adalah sebagai berikut:
a.
sebagai tempat pelayanan medik yang bermutu, lokasinya dapat dicapai dengan mudah oleh masyarakat, terbayar dan pelayanannya memuaskan masyarakat;
b.
sebagai tempat pendidikan bagi semua tenaga kesehatan, calon dokter, calon dokter ahli, siswa para medik, serta tenaga non kesehatan dari semua instansi yang menginginkan Rumah Sakit
c
Hasan Sadikin sebagai tempat berpraktek bagi siswa-siswanya; sebagai tempat penelitian, baik penelitian dasar, penelitian terapan maupun pengembangan; dan
j??,^!?' *"£• B^aiFakultas Persoalan sebagai konsekuensi Pengembangan RSPendidikan, Bandung: Kedokteran, 1973,h. 4-10 8 RSU ™U meniadi menjadt
6Zuchradi,Perkembangan RSHasan Saikin Bandung1970-1978, Bandung, 1978, h4
d.
sebagai Rumah Sakit rujukan untuk Daerah Tingkat IJawa Barat.
Melihat ruang lingkup Rumah Sakit Hasan Sadikin yang luas, peneliti beranggapan bahwa hal tersebut sebagai faktor tingginya kompleksitas di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Adapun faktor-faktor tersebut, menurut hemat peneliti karena adanya fungsi luas dalam aspek-aspek: pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang diatur oleh dua sumber otoritas, yaitu Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan &Kebudayaan. Dengan demikian peneliti menganggap wajar bila pada kenyataannya, apa yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin selama inimemberikan kesan
kompleks dan bersifat dualisme dalam pengelolaannya 7. Oleh karena itu akan
relevan sekali kalau permasalahan-permasalahan tersebut dihubungkan dengan Pendapat Zuchradi yang berpendapat dalam nada pertanyaan sebagai berikut: apakah Rumah Sakit memenuhi syarat untuk dapat diorganisasikan dengan baik"8.
Dengan demikian
Zuchradi meragukan kemampuan administrasi
untuk bisa menjalankan peran dan fungsi Rumah Sakit Hasan Sadikin dalam melaksanakan misi sebagai Rumah Sakit Pendidikan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam latar belakang masalah, maka peneliti bisa menarik suatu kesimpulan bahwa
kritik
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, ataupun isue-isue tentang sikap tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan tuntunan masyarakat, tidak bisa terlepas darimasalah-masalah sebagai berikut:
Kesimpulan dan Rekomendasi Seminar Pemantapan Organisasi dan Fungsi RS
Pendidikan diIndonesia, Bandung, 1987. g
Zuchradi, Perkembangan RS Hasan Sadikin Bandung 1970 -1978, Bandung, 1978, h4
8
a.
Relevansi pendidikan tenaga
medis dan para medis dengan
tuntutan masyarakat;
b.
Pengaruh administrasi pendidikan di Fakultas Kedokteran atau di
lembaga pendidikan tenaga paramedis yang erat kaitannya dengan proses pembentukan sikap tenaga kesehatan, yang sesuai dengan kode etik kedokteran;
c.
Diabaikannya etik profesi oleh tenaga
medis/paramedis akibat
perkembangan sosial budaya atau tekanan ekonomi; dan
d.
Pengaruh administrasi Rumah Sakit yang kurang efektif, akibat tingginya kompleksitas di Rumah SakitPendidikan.
Menyadari luasnya permasalahan tersebut peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan pembatasan permasalahan sebagai fokus penelitian, di dalam aspek pendidikan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dengan demikian penelitian yang akan dilaksanakan, merupakan studi evaluatif terhadap pelaksanaan program kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNPAD yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Adapun fokus penelitian mencakup aspek-aspek pokok dari keefektifan program pendidikan yang diduga akan mempengaruhi fungsi Rumah Sakit
Hasan Sadikin sebagai Rumah Sakit Pendidikan {Teaching Hospital). Dan sebagai pelengkap studi evaluatif, sasaran fokus penelitian diarahkan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keefektifan administrasi pendidikan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, meliputi keefektifan individu, keefektifan kelompok dan keefektifan organisasi. Faktor-faktor ini diperlukan karena diduga sangat mempengaruhi program pendidikan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan sadikin.
9
B. DEFINISI OPERASIONAL DAN RUMUSAN MASALAH
Secara umum rumusan permasalahan sebenarnya telah dikemukakan
dalam pembatasan masalah sebagai uraian tentang fokus studi evaluatif, yaitu efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Namun demikian peneliti menganggap perlu merumuskan permasalahan tersebut sampai terelaborasi secara operasional. Oleh karena itu
peneliti akan menelaah dari segi konseptual maupun definisi operasionalnya berdasarkan beberapa anggapan dasar yang relevan dengan permasalahan penelitian sebagai berikut:
a.
Manajemen
itu
merupakan
suatu
instrumen
untuk
mengoptimalisasikan berfungsinya komponen-komponen dari suatu sistem secara terencana, terorganisir, terarah, terkoordinasikan, terkontrol atau
terkendali serta
terevaluasi
efektivitas dan efisiensinya 9. Berdasarkan definisi ini peneliti bisa mengasumsikan bahwa perangkat komponen-komponen yang tersedia di Rumah Sakit Hasan Sadikin membentuk suatu sistem
yang saling mempengaruhi termasuk sistem pendidikan. Asumsi
lain yang bisa ditarik dari anggapan dasar ini ialah dapat dimanfaatkannya secara optimal kontribusi komponen sistem yang ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk pencapaian hasil pendidikan tenaga kesehatan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dengan menggunakan masukan yang minimal.
ihaLVbmfA'Educatioml System Plan™8> New Jersey, Englewood Cliffs, Prentice
10
Usaha pendidikan dan pengajaran atau instruksional merupakan suatu sistem, dan proses belajar mengajar itu merupakan operasionalisasinya10. Tahap Sarjana Kedokteran. Adalah program pendidikan di Fakultas Kedokteran dengan beban 149 SKS yang harus diselesaikan oleh siswa dalam8 -14 semester n.
Tahap Kepaniteraan. Adalah program pendidikan 4 - 8 semester
sebagai tahap tindak lanjut yang berkesinambungan dari tahap Pendidikan Sarjana Kedokteran untuk bisa lulus Pendidikan Dokter1,1 Berdasarkan definisi tersebut peneliti bisa mengasumsikan bahwa upaya pendidikan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan
Sadikin yaitu sistem Kepaniteraan, merupakan suatu sistem yang saling berinterelasi, berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Secara fungsional komponen-komponen sistem tersebut berperan dalam proses belajar mengajar yang melibatkan komponen manusia, material, biaya, peralatan dan metode.
Proses dan hasil belajar siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor internal sebagai potensi
dirinya maupun faktor ekternal dimana
faktor-faktor tersebut sampai batas-batas tertentu dapat dikenali, diamati, diukur dikendalikan dan dimanipulasi 12. Maka untuk memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas belajar, individu
memerlukan bantuan fasilitator yang datang dari lingkungannya agar Proses Belajar Mengajarnya berlangsung secara efisien dan 10 ibid 11 12
Buku Pedoman Fakultas Kedokteran-UNPAD, Bandung, FK-UNPAD, 1986, h8-10 Gagne, RM and Briggs, LJ, Principle of Instructional Design, New York, 1978.
11
hasilnya efektif. Berdasarkan anggapan dasar ini peneliti bisa mengasumsikan bahwa proses belajar dan hasil belajar siswa di
Rumah Sakit Hasan Sadikin merupakan resultante dari pengaruh komponen- komponen sistem yang dimanipulasikan sebagai sistem kepaniteraan Fakultas Kedokteran/Kedokteran Gigi.
d.
Strategi pendekatan administrasi sistem instruksional dipandang sebagai faktor ekstemal yang dapat memberikan pengaruh tertentu baik terhadap proses Belajar
Mengajar
maupun
terhadap hasilnyaD. Berdasarkan anggapan dasar ini peneliti bisa menjelaskan kemungkinan berbagai alternatif cara perlakuan untuk memanipulasikan masukan instrumen (instrumental input) dalam Proses Belajar Mengajar. Misalnya sistem kepaniteraan di
Rumah Sakit Hasan Sadikin yang akan memberikan corak yang khas dalam mewujudkan lingkungan yang kondusif, sehingga memudahkan siswa dalam melaksanakan proses belajarnya. e.
Tingkat keberhasilan dari administrasi bisa dilihat dari effektivitas
organisasi melalui indikator prestasi individu, kelompok
dan
14
orgamsasi . Berdasarkan anggapan dasar ini, peneliti bisa mengasumsikan bahwa effektivitas administrasi di Rumah Sakit
Hasan Sadikin bisa diukur melalui indikator prestasi dari komponen tenaga kesehatan, tenaga administrasi, dan komponen kelompok profesi lainnya dilingkungan Rumah Sakit HasanSadikin.
13
•Abin Syamsudin, M., Efektivitas Belajar Mengajar dengan Menggunakan Tiga Model Strategi Pendekatan Manajemen Sistem Isntmksional dan Mengindahkan Tisa Kateeori Kemampuan Siwa; FPS-IKIP Bandung, 1986, h 166 -184
W1989Oh'27V^0eViCh' D°nnely' 0rSanisasi' Perilaku, Struktur, Proses, Jakarta, Erlangga,
12
f.
Organisasi pada dasamya sebagai wadah untuk meraih tujuan secara lebih effektif dan efisien, melalui kegiatan bersama dalam proses manajerial. Berdasarkan anggapan dasar ini peneliti bisa mengasumsikan bahwa pengorganisasian proses Belajar Mengajar dalam bentuk sistem kepaniteraan di Rumah Sakit Hasan Sadikin merupakan bagian dari aktivitas organisasi Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk membantu tujuan belajar secara efektif dan efisien.
g.
Manajemen Teaching Hospital. Adalah administrasi mengenai peranan dan fungsi pimpinan yang meliputi berbagai kegiatan yang langsung untuk mengatur peran dan fungsi rumah sakit untuk mencapai tujuan pelayanan untuk orang sakit, pendidikan dan riset secara efisien dan ekonomisI5*
h.
Administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan sama dengan, manajemen pendidikan, sama dengan pengelolaan pendidikan, adalah rangkaian kegiatan atau keselumhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang dilaksanakan di lingkungan tertentu temtama berupa lembaga pendidikan formal16.
Berdasarkan definisi operasional dan anggapan dasar tersebut peneliti berangggapan bahwa program pendidikan di Rumah Sakit Hasan Sadikin akan
berhasil bila ditopang oleh keberhasilan administrasi pendidikan. Dan tingkat keberhasilan administrasi pendidikan bisa dilihat dari sari efektivitas organisasi melalui prestasi individu, kelompok, dan organisasi .Dengan demikian, Capt. JE Stone, Hospital Organization and Management, London, : Faber and Faber
Limited, p 126.
Sutisna Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Professional Bandung, Angkasa, 1987, h 15-20
J
h
13
permasalahan yang akan diteliti adalah faktor yang terkandung dalam pertanyaan sebagai berikut:
a.
Apakah kondisi kelembagaan Rumah Sakit Hasan Sadikin, sebagai Rumah Sakit Pendidikan, menopang program kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNPAD?
b.
Apakah administrasi pendidikan program kepaniteraan di Fakultas Kedokteran UNPAD, telah sesuai dengan syarat-syarat administrasi yang efektif dan efisien?
Rumusan masalah tersebut di atas akan ditelaah lebih lanjut di dalam Bablll dan hasil telaahannya dijadikan sebagai panduan penelitian yang akan dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin.
4-
SISWA
SUMBER DAYA
PASIEN'
MASUKAN
DEPDIKBUD
TJEFRES"
SUMBER OTORITAS
BELAJAR SISWA
"KEMAMPUAN
PENDIDIKAN
MANAJEMEN
BELAJAR SISWA
MENGAJAR
PENELITIAN
HASIL
PROSES BELAJAR
PENDIDIKAN
PEUYANAN. KESEHATAN
FUNGSI RSHS
INSTRUMENTAL INPUT
/
\
/
\ PENELITIAN
HASIL
KESEHATAN
TENAGA
KESEHATAN
PEUYANAN
KELUARAN
z
>
CO
Z
>
>
H
>
tfi
X
>-l
23J
00 c/>> -2
z
c
*n
rn
z
m
m
15
C. TUJUAN DAN KEGUANAAN PENELITIAN 1. Tujuan
Secara umum penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui effektivitas
Program pendidikan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, dengan penelaahan aspek organisasi formal baik dalam dimensi nomotetis
maupun dimensi idiografis. Akan tetapi secara khusus, dalam operasionalnya tujuan tersebut dapat dikemukakan seperti di bawah ini: a.
untuk menelaah faktor-faktor kelembagaan Rumah Sakit Hasan
Sadikin yang diperkirakan dapat mempengamhi fungsinya sebagai Rumah Sakit Pendidikan, khususnya dalam pelaksanaan program kepaniteraan;
b.
mengungkapkan permasalahan yang muncul secara nyata pada obyek penelitian di dalam proses administratif;
c.
memperoleh gambaran tentang hubungan struktural antara Rumah
Sakit Hasan Sadikin dengan Fakultas Kedokteran UNPAD yang pada gilirannya akan mencerminkan tingkat efektifitas, baik dalam fungsi pendidikan maupun fungsi pelayanan kesehatan;
d.
menemukan variabel-variabel
efektivitas yang
lemah dalam
komponen administrasi pendidikan, yang dilaksanakan oleh Fakultas
Kedokteran UNPAD, yang diduga akan mempengamhi efektifitas administrasi pendidikan; dan
e.
mengungkapkan. permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan program kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNPAD di Rumah Sakit Hasan Sadikin.
16
2. Kegunaan Penelitian
Seandainya tujuan-tujuan penelitian tersebut dapat tercapai sebagaimana yang direncanakan, maka hasilnya bisa digunakan untuk:
a.
Peningkatan fungsi Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai Rumah Sakit Pendidikan {Teaching Hospital)',
b.
Untuk pengembangan bidang administrasi Rumah Sakit {Hospital Management) maupun sebagai kontribusi informasi pengetahuan bam bagi pengembangan displin ilmu administrasi pendidikan;
c
Untuk masukan ke Fakultas
Kedokteran UNPAD guna
penyempurnaan sistim kepaniteraan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin;
d.
Sebagai bahan rekomendasi, baik untuk Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan maupun ke Departemen Kesehatan sebagai bahan kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Rumah Sakit Pendidikan; dan
e.
sebagai bahan masukan bagi pimpinan Rumah Sakit Hasan Sadikin
dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan, khususnya dalam mendukung program kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNPAD.