BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dengan adanya komunikasi manusia bisa saling berinteraksi. Salah satu alat komunikasi manusia adalah bahasa. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat, dan sejalan dengan itu kata dan kalimat berubah terus, maka dengan sendirinya maknanya pun berubah. Seseorang kadang tidak hanya menguasai satu bahasa saja. Karena adanya keinginan atau kebutuhan, seseorang dapat menguasai bahasa asing. Dalam mempelajari sebuah bahasa, akan dihadapi berbagai kendala, seperti kata-kata yang memiliki makna tertentu dalam sebuah bahasa asing, belum tentu memiliki makna yang sama jika memakai kata yang sama dalam bahasa ibu. Dalam hal ini, idiom menjadi salah satu potensi penyebab kendala tersebut, karena makna idiom sangat berbeda dengan makna gramatikalnya. Banyak idiom bahasa jepang yang bila diartikan setiap unsurnya akan menghasilkan sebuah makna yang sama sekali tidak dimaksud oleh penuturnya. Dalam buku Semantik Leksikal (Edisi Kedua), Pateda mengungkapkan bahwa salah satu contoh kasus bahasa yang mengalami perubahan
i
makna adalah idiom karena makna unsur-unsur dari idiom sering menjadi kabur (2001:230). Idiom memiliki arti sebagai berikut; (1) Bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur gabungan. (2) Kebiasaan khusus dalam suatu bahasa Idiom adalah bahasa yang telah teradatkan, artinya, bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya (Badudu, 1989:47). Sementara menurut Harimurti Kridalaksana, idiom adalah 1. (a) Konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama dengan yang lain, (b) kontruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. (1983:62-63). Definisi idiom dalam buku Kan'youku no Imi to Youhou adalah sebuah bentuk kombinasi atau pasangan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang kombinasinya relatif ketat, yang keseluruhannya membentuk satu makna yang telah ditetapkan menjadi pemahaman umum (Miyaji, 1982:238). Idiom dalam bahasa Jepang memiliki banyak variasi. Di antaranya adalah idiom yang menggunakan bagian tubuh, seperti kepala, muka, tangan, perut, dada, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kaki atau ashi. Contoh idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kaki dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah ii
足を引っ張る(ashi o hipparu). Idiom ashi o hipparu terdiri dari nomina ashi 'kaki', partikel o, dan verba hipparu 'menarik'. Makna gramatikal ashi o hipparu adalah 'menarik kaki'. Namun, makna idiom ini tidak sama dengan makna kata-kata pembentuknya. Hal ini bisa dilihat dari data di bawah: (1) Karera
wa
tanin
no
ashi
o
hipparu (http://ejje.weblio.jp/)
'mereka mengganggu pekerjaan orang lain' Pada data (1) dapat dipahami idiom ashi o hipparu akan memiliki makna mengganggu atau membuat masalah, maka bila diartikan secara keseluruhan, makna kalimat di atas adalah 'mereka mengganggu pekerjaan orang lain' atau 'mereka membuat masalah kepada orang lain'. Dapat dipahami bahwa idiom ashi o hipparu yang apabila data (1) diartikan dengan makna gramatikalnya akan bermakna 'mereka menarik kaki orang lain', yang sebagai catatan merupakan kegiatan yang mengganggu seseorang. Maka dari itu dapat dipahami bahwa ashi o hipparu memiliki makna idiom yang selaras dengan makna gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, terdapat beberapa rintangan yang mempersulit dalam memahami bahasa Jepang, idiom adalah merupakan salah satunya. Tidak hanya dalam bahasa Jepang, bahasa asing apapun akan memiliki idiom. Karena makna unsur-unsurnya tidak bisa menentukan makna dari sebuah idiom atau ungkapan. Seperti contoh ashi o hipparu diatas, apabila diartikan tanpa pemahaman mengenai
iii
idiom bahasa Jepang, tentunya akan mengalami kesalahpahaman di antara pembicara dan pendengar. Kata ashi 'kaki' dalam bahasa Jepang yang diketahui secara luas bermakna 'kaki', memiliki makna yang berbeda saat menjadi satu unsur pada idiom. Kata ashi sendiri memiliki tiga jenis makna, yaitu makna leksikal, makna idiom, dan makna metafora. Perubahan makna kata ashi tersebut diungkapkan oleh beberapa linguis Jepang, di antaranya adalah Shinmura Izuru dalam Koojien. Data di bawah merupakan contoh idiom ashi yang memiliki makna yang tidak dapat diramalkan dari unsur yang membentuknya. (2) Kono shina wa igai ni ashi ga hayai nee. Zaikoo no hoo wa mada daijoobukai. (RKJ:466) ‘Di luar dugaan, barang ini cepat busuk ya? Bagaimana dengan persediaan yang ada?’ Pada data (2) ashi ga hayai memiliki makna gramatikal 'kakinya cepat', maka dari itu kalimat kono shina wa igai ni ashi ga hayai nee pada data (2) akan bermakna 'barang ini di luar dugaan memiliki kaki yang cepat ya', dapat dilihat makna kalimat tersebut tidak masuk akal. Maka dapat dilihat makna idiom ashi ga hayai tidak memiliki keselarasan dengan makna gramatikalnya. Hal ini menarik perhatian penulis, seperti contoh ashi o hipparu di atas, terdapat idiom ashi yang maknanya memiliki keselarasan dengan unsur pembentuknya, namun memiliki makna yang lebih dalam. Sedangkan ashi ga hayai iv
tidak memiliki keselarasan sama sekali dengan makna gramatikalnya. Berdasarkan hal ini penulis ingin meneliti perubahan makna ashi pada idiom beserta mengklasifikasi makna yang terkandung dalam idiom ashi. 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah klasifikasi makna idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kaki. Idiom ashi memiliki makna yang beragam, dari makna yang dapat diramalkan dari unsur pembentuk, seperti ashi o hipparu, sehingga idiom dengan makna yang tidak dapat diramalkan dari unsur pembentuknya, seperti ashi ga hayai. Penulis ingin meneliti apakah dengan makna yang beragam, apakah makna idiom ashi dapat dirangkum menjadi beberapa klasifikasi yang menyempit. 1.3.
Ruang Lingkup Penelitian Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak idiom yang menggunakan leksem
bagian tubuh, dari kepala sampai kaki. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem bagian tubuh ashi 'kaki'. Dalam bahasa Jepang, kata ashi memiliki makna yang berbeda tergantung dari huruf kanji yang digunakan, diantaranya adalah 足 dan 脚, dalam penelitian ini, ashi yang dipakai adalah ashi yang memakai huruf kanji 足.
v
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan ruang lingkup penelitian,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengklasifikasi makna idiom ashi menjadi beberapa kelompok kata dengan makna yang menyempit. 1.5.
Tinjauan Pustaka Penelitian ini tentu tidak lepas dari buku dan penelitian yang sudah ada
sebelumnya, baik yang dalam bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Pustakapustaka tersebut yang dijadikan acuan dan referensi peneliti dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan Miyaji Yutaka, dalam buku Kan'youku no Imi to Youhou, membedakan idiom menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis katanya, perbendaharaan katanya, dan bentuknya. Pembagian idiom berdasarkan perbendaharaan katanya salah satunya adalah shintaigoi no kan'youku (idiom yang menggunakan bagian tubuh). Yaitu idiom yang menggunakan nama bagian tubuh sebagai salah satu pembentuknya (1982:247). Jeffrey G. Garrison (2006) dalam bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia yang berjudul Idiom Bahasa Jepang: Memakai Nama-Nama Bagian Tubuh. Dalam buku tersebut, Garrison menjelaskan idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem anggota tubuh manusia beserta contohnya.
vi
Dalam buku Nihon'go no Goi to Hyougen, Suzuki Takao menyatakan bahwa idiom yang menggunakan nama bagian tubuh merupakan suatu ungkapan yang tidak hanya menunjuk secara langsung keadaan atau kerja bagian tersebut, tetapi secara tidak langsung juga mengiaskan keadaan atau aktivitas yang terdapat dalam jiwa manusia (1990:155). Ciri khasnya adalah bahwa idiom ini tidak berhenti hanya memberikan gambaran secara nyata tentang keadaan atau peristiwa yang bersifat formal ataupun fungsional, tetapi secara langsung mengungkapkan suatu hal yang menyebabkan keadaan atau peristiwa tersebut (1990:156). Danny Minn via Noviyanti (7:2011) dalam penelitiannya yang berjudul A Study of Japanese Idiom for Learners and Teachers of Japanese: A Corpus-Based Approach Idiom Reference menyebutkan beberapa alasan mengapa idiom bahasa Jepang menjadi salah satu bagian yang sulit dipahami oleh penutur asing, yaitu antara lain: (1) idiom terdiri dari dua atau lebih kata yang memiliki makna tertentu yang tidak bisa dipahami hanya berdasar pada makna leksikal masing-masing katakata yang menyusunnya. (2) makna idiom berkaitan dengan budaya, sejarah, dan adat-istiadat sosial masyarakat, (3) penutur asing tidak tahu idiom-idiom mana saja yang paling sering digunakan sehingga mereka tidak tahu dimana harus memulai untuk belajar tentang idiom Jepang. Kemudian ada beberapa skripsi yang meneliti idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh. Yang pertama adalah Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Tangan karya Ita Fitriana (2010). vii
Dalam
penelitiannya
Fitriana
meneliti
idiom-idiom
bahasa
Jepang
yang
menggunakan bagian tubuh tangan berdasarkan struktur sintaksisnya, keterkaitan antara makna leksikal dengan makna kiasannya, serta mengklasifikasi idiom berdasarkan situasi, hal, atau keadaan yang digunakan pada masing-masing idiom. Galih Dhiah Noviyanti (2011) menulis Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Mata. Noviyanti meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh mata berdasarkan struktur sintaksisnya dan keterkaitannya antara makna gramatikal dengan makna kiasannya. Adisty Nadya Dhamarani (2015) dalam skripsinya Analisis Kontrastif Idiom yang Menggunakan Leksem Mulut dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang membahas tentang idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem mulut dan idiom bahasa Indonesia yang menggunakan leksem mulut kemudian menganalisa persamaan dan perbedaan struktur, beserta maknanya. Maria Magdalena Pramasti (2003) yang menulis Analisis Semantik idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Kepala, meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang mengguanakn bagian tubuh kepala berdasarkan struktur sintaksisnya, keterkaitan antara makna leksikal dengan makna kiasannya, serta mengklasifikasi idiom berdasarkan situasi, hal, atau keadaan yang digunakan pada masing-masing idiom.
viii
Skripsi dari Universitas Negeri Semarang tahun 2013, Iko Setyowati dari Semarang membahas idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kao atau muka. Dalam skripsi ini Setyowati menjelaskan perbedaan makna unsur leksem muka dalam idiom beserta maknanya. Dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, leksem yang menjadi objek penelitian bermacam-macam. Dari penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2013), Pramasti (2003), Noviyanti (2011), dan Fitriana (2010), metode yang digunakan adalah membandingkan makna leksikal, makna gramatikal, dan makna idiom pada sebuah idiom. Pada penelitian ini, penelitian akan dilakukan dengan mengklasifikasi makna idiom menjadi beberapa golongan makna. 1.6.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitiannya
adalah metode deskriptif. Penelitian kualitatif mengutamakan uraian disertai alasan, serta kemampuan mengungkapkan penelitian dalam bahasa berdasarkan data. Metode deskriptif adalah metode yang menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan berupa paparan bahasa seperti apa adanya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menempuh dua tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap ix
penyediaan data, dikumpulkan idiom-idiom yang menggunakan kata 'kaki' sebagai pembentuknya. Data penelitian dikumpulkan dengan metode pustaka dan diperoleh dari sumber tulisan berupa kamus, yaitu Koojien 'Kamus Koojien', Gakken Kokugo Daijiten 'Kamus Besar Penelitian Bahasa Nasional', Koojirin, 'Kamus Koojirin', Kan'youku no Imi to Youhou 'Arti dan Penggunaan Idiom Bahasa Jepang', Reikai Shinkokugo Jiten 'Kamus Penggunaan Bahasa Nasional Baru'. Data
yang
terkumpul
kemudian
diklasifikasi
berdasarkan
struktur
sintaksisnya. Contoh penggunaan idiom dalam kalimat diperoleh dari sumber berupa kamus, atau buku acuan yang lain. Setelah data terpenuhi, tahap selanjutnya adalah menganalisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode yang digunakan adalah metode padan, yaitu metode yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Alat penentu yang dimaksud dan akan digunakan dalam penelitian ini adalah referensial, yaitu alat penentu yang berupa kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa (contoh : penentuan bahwa nomina itu adalah menyatakan benda-benda; penentuan bahwa verba itu adalah menyatakan tindakan tertentu) (Sudaryanto, 1993:15). Analisis data dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama adalah membandingkan makna leksikal masing-masing data dengan makna idiomatisnya. x
Tahap analisis pertama ini menggunakan teknik hubung banding menyamakan dengan membandingkan situasi yang diungkapkan makna kiasan dengan arti katakata yang membentuk makna leksikal, untuk menemukan ciri-ciri kesamaan dan keterkaitan antara makna leksikal masing-masing data dengan makna kiasannya. Selain itu, teknik ganti digunakan untuk menemukan perubahan makna ashi 'kaki' pada masing-masing data. Analisis perubahan makna kata ashi 'kaki' didasarkan pada perubahan makna kata ashi 'kaki’ menurut linguis yang tercantum sumber tulisan. Tahap analisis kedua adalah mengklasifikasikan data berdasarkan keterkaitan antara makna idiomatis yang dimiliki oleh idiom yang diperoleh dalam data. 1.7.
Sistematika Penyajian Penelitian ini akan dipaparkan menjadi 4 bab. Bab I merupakan pendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teori mengenai teori semantik, pengertian idiom, perubahan makna leksem kaki, dan struktur idiom bahasa Jepang yang digunakan dalam penelitian. Bab III mengenai analisis data yang mencakup pengelompokan makna pada idiom ashi, pembahasan mengenai idiom ashi, dan memaparkan makna yang dimiliki leksem ashi. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan.
xi