BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak pada peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Subekti dan Widiyanti, 2004). Laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang berperan penting dalam pengambilan keputusan dan bertujuan sebagai media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Wicaksono, 2009:3). Informasi ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan, karena banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Investor membutuhkan informasi laporan keuangan untuk mendukung keputusan agar dapat memaksimalkan utilitas investasinya (Wirakusuma, 2004). Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu (Rachmawati, 2008). Salah satu kewajiban perusahaan manufaktur yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah 1
diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar dalam BadanPengawas Pasar Modal (Bapepam). Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dan tentunya hal ini membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Hal ini mencerminkan betapa pentingnya ketepatwaktuan (timeliness) penyajian laporan keuangan kepada publik dan perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangannya yang dapat menyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang. Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya rumor-rumor maupun kemungkinan terdapatnya informasi yang menyesatkan mengenai perusahaan tersebut. Apabila hal ini sering terjadi maka akan mengarahkan pasar tidak lagi bekerja dengan baik. Untuk itu, regulator memandang perlu menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh setiap emiten. (Wirakusuma, 2004). Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal. Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara
berkala kepada
Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang.
2
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001), khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengetahuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak peningkatan kualitas auditnya. Pelaksanaan audit semakin sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian pekerjaan auditnya. Hal yang penting adalah bagaimana agar dalam penyajian laporan keuangan itu bisa tepat waktu atau tidak terlambat dan kerahasiaan informasi terhadap laporan keuangan tidak bocor kepada pihak lain yang bukan kompetensinya untuk ikut mempengaruhinya. Tetapi apabila terjadi hal sebaliknya yaitu terjadi keterlambatan maka akan menyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang dan tidak akurat (Kartika, 2009). Menurut Generally Accepted Auditing Standard (GAAS) khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Selain itu, standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai (Boynton dan Kell,
3
2001). Karena adanya standar inilah memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi laporan audit atau laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu memperpanjang masa audit. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan, sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap
keterlambatan
informasi
tersebut
dan
mempengaruhi
tingkat
ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan (Halim, 2000). Kondisi ini sering disebut juga audit delay. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006). Semakin panjang audit delay maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Berdasarkan peraturan Pasar Modal No. KEP 80/ PM/ 1996 mengenai penyampaian laporan keuangan menyatakan bahwa: perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada Bapepam selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya keputusan No. KEP 17/ PM/ 2002 oleh Ketua Bapepam tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala yang mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
4
Pembaharuan keputusan tersebut mendorong manajemen dan akuntan publik untuk bekerja lebih cepat, sehingga memberikan informasi laporan keuangan dapat segera dimanfaatkan dan akurat kepada investor mengenai kondisi emiten atau perusahaan publik serta dalam rangka mengikuti perkembangan pasar modal global. Halim (2000) melakukan penelitian tentang audit delay dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997 menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 84.45 hari. Rustiana (2007) melakukan penelitian tentang audit delay dengan menggunakan semua perusahaan dalam industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2002-2004, menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 71.62 hari. Ubaidillah (2008)
melakukan penelitian tentang
audit delay dengan
menggunakan sampel 337 perusahaan di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005, menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 88 hari. Rachmawati (2008) melakukan penelitian tentang audit delay pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003-2005, menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 76 hari. Kartika (2009) dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001–2005 menunjukkan audit delay rata-rata 69 hari. Subekti dan Widiyanti (2004) melakukan penelitian tentang audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 adalah 98,38 hari, dan Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang audit delay dengan menggunakan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999-2001, menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 99,92 hari, ini merupakan sebagai
5
permasalahan yang serius jika dibandingkan dengan rata-rata audit delay hanya 84-88 hari. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Ubaidillah (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pertama, penulis akan menambahkan variabel independen yaitu variabel reputasi auditor dan variabel laba/rugi perusahaan. Kedua, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perbedaan tahun penelitiannya, dimana pada penelitian sebelumnya tahun 2005 sedangkan pada penelitian ini akan diperluas tahun penelitiannya yaitu pada tahun 2008-2010 dan dibatasi pada perusahaan manufaktur. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan ini mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Mengingat begitu pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil topik penelitian di bidang akuntansi khususnya auditing dengan judul "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 s.d. 2010).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay? 2. Apakah opini audit berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay? 3. Apakah raputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
6
4. Apakah leverage berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay? 5. Apakah laba/rugi perusahaan berpengaruh secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay ? 6. Apakah ukuran perusahaan, opini audit, reputasi auditor, leverage, dan laba/rugi perusahaan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap audit delay?
C. Tujuan Berdasarkan
perumusan
masalah,
penelitian
ini
bertujuan
untuk
menentukan bukti atas hal-hal sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay 2. Menguji pengaruh opini audit terhadap audit delay 3. Menguji pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay 4. Menguji pengaruh leverage terhadap audit delay 5. Menguji pengaruh laba/rugi perusahaan terhadap audit delay 6. Menguji pengaruh ukuran perusahaan, opini audit, auditor, lamanya menjadi klien KAP, leverage, dan laba/rugi perusahaan terhadap audit delay.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kantor Akuntan Publik ( KAP) Membantu profesi auditing dan KAP dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor dominan yang dapat mempengaruhi audit delay. Selain itu bagi auditor dapat membantu dalam mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, sehingga audit delay dapat ditekan seminimal mungkin dalam usaha
7
memperbaiki ketepatan waktu (timeliness) atau mempercepat penerbitan laporan keuangan kepada publik. 2. Bagi Investor Dapat
dijadikan sebagai
informasi
yang
bermanfaat
sebagai
bahan
pertimbangan dalam berinvestasi. 3. Bagi Auditor Sebagai motivator dalam melaksanakan audit pada perusahaan supaya laporan yang dihasilkan dapat segera di laporkan ke BAPEPAM sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan BAPEPAM. 4. Bagi Akademik Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan. 5. Bagi Penulis Menambah pengetahuan gambaran data dan bukti-bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan, opini audit, reputasi auditor, leverage, dan laba/rugi perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan publik di Indonesia, terutama untuk perusahaan manufaktur dan sebagai referensi untuk penelitian dimasa yang akan datang.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Hery (2009) adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan
atau
aktivitas
perusahaan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Kartika (2009): “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat”. Menurut Halim (2001:47) Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak. Laporan keuangan yang utama terdiri dari atas neraca, laporan laba/rugi, dan laporan aliran kas. Laporan keuangan tersebut disajikan oleh manajemen perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2007) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi: neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti: laporan arus kas), catatan dan 9
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan sebagai segmen dan geografis serta pengaruh pengungkapan perubahan harga. Laporan keuangan menurut Harahap (2007:201) merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan, yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan
kepada pihak-pihak luar perusahaan yang membutuhkannya,
diantaranya kreditur, investor, serta pihak lainnya yang digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum memutuskan untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
10
2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada para pemakainya untuk dipakai dalam proses pengambilan keputusan (Harahap, 2007:66). Sedangkan menurut Heri dan Imelda (2007) laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan umum laporan keuangan menurut Rudianto (2009;18) adalah sebagai berikut: a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba. c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan mengestimasi potensi perusahaan guna menghasilkan laba di masa mendatang. d. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan
keuangan
dalam
mengestimasi
potensi
perusahaan
guna
menghasilkan laba. e. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktiva pembelanjaan dan investasi
11
f. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pengguna laporan, seperti
informasi
mengenai
kebijaksanaan
akuntansi
yang
dianut
perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 1, tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Tujuan
keseluruhan
dari
pelaporan
keuangan
adalah
untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam
12
pengambilan keputusan investasi dan kredit. Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangatlah beragam, begitu juga dengan metode pengambilan keputusan yang mereka gunakan dan kemampuan mereka untuk memproses informasi. Pengguna informasi akuntansi harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan lewat pelaporan keuangan. Investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang disusun investee terutama dalam hal pembagian deviden, sedangkan kreditor berkepentingan dalam hal pengambilan jumlah pokok pinjaman berikut bunganya. Investor dan kreditor terutama sangat tertarik terhadap arus kas investee/debitur di masa mendatang (Hery, 2009:39). 3. Karakteristik Laporan Keuangan Menurut Rudianto (2009:19) setiap perusahaan memiliki bidang usaha dan karakteristik yang berbeda satu sama lain sehingga rincian laporan keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dapat berbeda, tetapi setiap laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap institusi harus memenuhi beberapa standar kualitas berikut ini agar bermanfaat: a. Relevan Setiap jenis laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan harus sesuai dengan maksud penggunaannya sehingga dapat bermanfaat. Karena itu, dalam proses penyusunan laporan keuangan akuntan harus memfokuskan kepada tujuan umum pemakai laporan keuangan. b. Dapat dimengerti Laporan keuangan harus disusun dengan istilah dan bahasa yang sesederhana mungkin sehigga dapat dimengerti oleh pihak yang
13
membutuhkannya. Laporan keuangan yang tidak dapat dimengerti tidak akan ada manfaatnya sama sekali. c. Daya uji Informasi keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan harus dapat diuji kebenarannya
oleh seseorang
pengukur
yang
independen
dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama. d. Netral Informasi keuangan harus ditunjukkan kepada tujuan umum pengguna, bukan ditunjukkan kepada pihak tertentu saja. Laporan keuangan tidak boleh berpihak pada salah satu pengguna laporan keuangan tersebut. e. Tepat waktu Informasi keuangan harus disajikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan. Laporan keuangan yang terlambat penyajiannya akan membuat pengambilan keputusan perusahaan menjadi tertunda dan tidak relevan lagi dengan waktu dibutuhkannya informasi tersebut. f. Daya banding Laporan keuangan suatu perusahaan harus dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan itu sendiri ada periode-periode sebelumnya, atau dengan perusahaan lain yang sejenis pada periode yang sama. g. Lengkap Informasi keuangan harus menyajikan semua fakta keuangan yang penting sekaligus menyajikan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa, sehingga tidak akan menyesatkan pembacanya. Maka harus terdapat klasifikasi, susunan serta istilah yang layak dalam laporan keuangan. Demikian pula fakta atau
14
informasi tambahan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan, harus diungkapkan dengan jelas. B. Audit 1. Pengertian Audit Menurut Halim (2001:1) definisi yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.” Dari definisi tersebut dapat diuraikan 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu: a. Proses sistematik Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, struktur dan terorganisir. b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif Proses sistematik yang dilakukan tersebut merupakan proses untuk menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. c. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. d. Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence)
15
Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan. e. Kriteria yang ditentukan Kriteria
yang
ditentukan
merupakan
standar
pengukur
untuk
mempertimbangkan asersi atau representasi. f. Menyampaikan hasil-hasilnya Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. g. Para pemakai yang berkepentingan Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu: 1) Seseorang auditor harus independen 2) Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence) untuk mendukung pendapatnya 3) Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report) Menurut American Accounting Association (AAA) dalam (Rahayu, 2010:1) “Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang ditetapkan”.
16
Auditing menurut Arens, Alder, dan Beasley (2010:4) adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesuksesan antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan menurut Mulyadi (2002:9) pengertian auditing sebagai berikut: “Auditing adalah proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan”. Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. 2. Jenis Audit Jenis audit terbagi atas tiga, yaitu audit laporan keuangan, audit operasional, dan audit ketaatan (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:13): a. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. 17
Umumnya, kriteria itu adalah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut yang berbeda. Oleh karena itu, jauh lebih efisien mempekerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada membiarkan masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri. b. Audit Operasional Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan membiarkan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Karena lingkup evaluasi efektivitas operasi begitu luas, maka tidak mungkin untuk menentukan ciri pelaksanaan audit operaisonal dengan pasti. Di dalam suatu organisasi, bisa jadi auditor mengevaluasi apakah manajemen telah menggunakan informasi yang tepat dan mencukupi dalam pengambilan keputusan pembelian aktiva tetap yang baru,
sedangkan
dalam
organisasi
yang
berbeda
mungkin
akan
mengevaluasi efisiensi administrasi penjualan. Dalam audit professional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, pemasaran, dan bidang-bidang lain yang sesuai dengan keahlian auditor.
18
Pelaksanaan audit operasional dan hasil yang dilaporkan lebih sulit untuk didefinisikan daripada jenis audit lainnya. Efisiensi dan efektivitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara objektif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cenderung subyektif. Pada praktiknya, auditor operasional cenderung memberikan saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan prestasi kerja yang sekarang. Auditor operasional merupakan konsultasi manajemen daripada audit. c. Audit Ketaatan Audit ketaatan memepertimbangkan apakah audit (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, peninjauan tingkat upah untuk menentukan kesesuaian dengan peraturan upah minimum, atau pemeriksaan surat perjanjian dengan bank atau kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut telah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Dalam audit atas badan-badan pemerintah makin banyak audit ketaatan yang dilakukan oleh karena banyaknya aturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang. Di hampir semua organisasi swasta dan nirlaba, selalu terdapat kebijakan, dan kewajiban hukum yang membutuhkan suatu audit ketaatan. Hasil audit biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan perusahaan adalah pihak yang paling
19
berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, mereka sering memperkerjakan auditor untuk melakukan tugas itu. Tetapi terdapat beberapa pengecualian, misalnya dalam hal perjanjian yang melibatkan dua pihak atau lebih. Apabila suatu pihak hendak memastikan apakah pihak lain benar-benar menaati perjanjian sesuai ketentuan yang berlaku, maka auditor akan dipekerjakan oleh organisasi yang mengeluarkan ketentuan. Contoh dalam kasus ini adalah audit atas seorang wajib pajak untuk memastikan apakah dia telah mematuhi undang-undang perpajakan yang beralaku. 3. Jenis Auditor Auditor merujuk pada seseorang yang melakukan audit. Dalam praktiknya, sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Tipe yang umum adalah akuntan publik terdaftar, auditor pemerintah, auditor pajak, serta auditor internal (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:15) a. Akuntan Publik Terdaftar Kantor akuntan publik sebagai auditor independen bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya. Penggunaan laporan keuangan yang diaudit di Indonesia dunia usaha dan pasar modal. Umumnya masyarakat menyebut kantor akuntan publik sebagai auditor atau auditor independen, meskipun masih terdapat auditor-auditor lain diluar akuntan publik terdaftar. Di Indonesia, penggunaan gelar akuntan terdaftar diatur oleh undang-undang No. 34 tahun 1954. Persyaratan menjadi seorang akuntan publik terdaftar di atur oleh Menteri keuangan, terakhir dengan keputusan No. 763 tahun 1986.
20
b. Auditor Pemerintah Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan Negara. Pada tingkat tertinggi terhadap Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada departemen-departemen pemerintah. Di Amerika Serikat sendiri terdapat General Office (GAO). Sebagai tugas-tugas BPKP tidak berbeda dengan tugas kantor akuntan publik. Sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan pemerintah telah dianut oleh BPKP. Disamping audit atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP seringkali melakukan evaluasi efisien dan efektivitas operasi berbagai pelaksanaan komputerisasi suatu badan pemerintah. Dalam hal ini para auditor dapat meninjau dan menganalisis segala aspek sistem komputerisasi tersebut, tetapi penekanan utamanya adalah pada penilaian terhadap kelayakan peralatan, efisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan keluaran, serta hal-hal lainnya guna melihat kemungkinan perolehan layanan yang sama dengan biaya yang lebih rendah. c. Auditor Pajak Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan RI, bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP di lapangan adalah KPP (Kantor Pelayanan Pajak) dan kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggung jawab Karikpa adalah melakukan audit
21
terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya adalah ketaatan. Pekerjaan audit untuk menilai ketaatan terhadap undang-undang perpajakan sepertinya merupakan hal yang mudah, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Undang-undang perpajakan merupakan hal yang rumit dan seringkali ditafsirkan dengan berbagai cara. Demikian juga dengan surat pemberitahuan pajak yang dapat berwujud laporan yang sederhana dari seorang wajib pajak perorangan dan dapat berupa laporan yang rumit dari sebuah perusahaan multinasional. Selain itu , terdapat masalah yang berkaitan dengan pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak pertambahan nilai atas barang mewah (PPnBM). Auditor yang melibatkan diri dalam audit ini harus memiliki pengetahuan yang mencukupi mengenai hal-hal tersebut. d. Auditor Internal Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Bagian audit dari suatu perusahaan bisa beranggotakan lebih dari seratus orang dan biasanya bertanggung jawab langsung kepada presiden direktur, direktur eksekutif, atau kepada komite audit dari dewan atau komisaris. Pada BUMN, auditor intern berada dibawah SPI (Satuan Pengawas Intern). Tugas auditor intern tergantung pada atasannya. Ada bagian audit yang hanya terdiri dari satu atau dua orang, yang sebagian besar tugasnya melakukan audit ketaatan secara rutin. Bagian audit lainnya barangkali berjumlah beberapa staf yang mempunyai tugas yang berbeda-
22
beda, termasuk juga hal-hal di luar akuntansi. Pada tahun-tahun terakhir, banyak auditor intern yang terlibat dalam kegiatan audit operasional. Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor intern harus berada di luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan bawahan atasan seperti lainnya. Auditor intern wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Biasanya pihak-pihak ekstern enggan memanfaatkan informasi dari auditor intern karena independennya yang terbatas. Keterbatasan independensi ini merupakan perbedaan utama antara auditor intern dengan akuntan publik. 4. Perlunya Laporan Keuangan di Audit Di dalam laporan keuangan dapat terjadi kemungkinan adanya ”information risk”, risiko ini menunjukkan kemungkinan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan usaha yang tidak tepat. Risiko informasi tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan ketidak akuratnya laporan keuangan organisasi yang besangkutan. Selain itu kondisi masyarakat yang kompleks menjadi penyebab terdapatnya kemungkinan pengambil keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan (Rahayu, 2010:5). Menurut Rahayu (2010:5) penyebab information risk adalah jauhnya sumber informasi, motif penyedia informasi, banyaknya data, kompleksitas transaksi dan perbedaan kepentingan.
23
a. Jauhnya sumber informasi Informasi yang diperoleh pengambil keputusan sulit untuk didapatkan secara langsung dari partner usaha, biasanya diperoleh dari pihak lain, hal ini akan menimbulkan ketidaktepatan informasi. b. Motif penyedia informasi Adanya motif tertentu pihak penyedia informasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasi. Penyebab dari hal ini adalah karena adanya kepercayaan yang sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena adanya unsur kesengajaan memberi kesan baik pada pihak lain. c. Banyaknya data d. Luasnya usaha organisasi membuat semakin kompleks dan banyaknya transaksi usaha. Jika setiap departemen yang ada dalam organisasi tersebut tidak memiliki prosedur yang tepat dalam menjalankan usahanya, kemungkinan kesalahan baik kecil, maupun besar tidak dapat terdeteksi sehingga menyebabkan menumpuknya kesalahan yang akan berefek pada ketidaktepatan pencatatan iformasi dan laporan keuangan. e. Kompleksitas transaksi Perkembangan perusahaan yang pesat membuat transaksi keuangan semakin kompleks dan semakin sulit untuk dicatat dengan baik. Peraturan akuntansi yang bersinggungan dengan entitas lain membuat masalah menjadi penting dan sulit. f. Perbedaan kepentingan Manajemen akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja yang baik dengan meningkatkan laba dan merubah perlakuan akuntansi.
24
Menurut Halim (2001:48) ada empat alasan kapan audit atas laporan keuangan diperlukan. Keempat alasan tersebut adalah: a. Perbedaan kepentingan Ada perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan. Manajemen mempunyai kepentingan untuk mempertahankan jabatannya. Untuk itu manajemen akan berusaha agar laporan keuangan perusahaan yang dipimpinnya memperlihatkan kinerja yang baik, misalnya dengan mengubah metode perlakuan akuntansi sehingga menjadi lebih besar. Di pihak lain, antara para pemakai laporan keuangan sendiri pun mempunyai berbagai kepentingan yang berbeda terhadap laporan keuangan perusahaan. Pemegang saham lebih senang kebijakan dividen yang liberal yang memberi dividen lebih besar. Kreditor seperti bank lebih senang bila tidak ada dividen. Para pemakai mengharapkan kepastian dari auditor independen bahwa laporan keuangan bebas dari pengaruh konflik kepentingan terutama kepentingan
manajemen.
Laporan
keuangan
perlu
diaudit
untuk
menentukan kewajaran dan kenetralan laporan keuangan. Auditor independen juga diharapkan mempertimbangkan setiap kebutuhan dari berbagai kelompok pemakai laporan keuangan. Dengan demikian, audit laporan keuangan diperlukan untuk meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan bahwa laporan keuangan bersifat netral, sehingga tingkat reliabilitasnya dapat ditingkatkan.
25
b. Konsekuensi Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pemakai, investor, kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya sangat mengandalkan
laporan
keuangan
yang
dipublikasikan.
Mereka
meningkatkan agar laporan keuangan berisi sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk mengambil keputusan. Mereka menginginkan adanya pengungkapan (disclosure) yang memadai. Para pemakai lapora keuangan mengandalkan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan disusun sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan berisi pengungkapan yang diperlukan bagi para pemakai yang berkepengetahuan dan mengerti tentang laporan keuangan. c. Kompleksitas Dunia bisnis yang selalu berkembang pesat mengakibatkan permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks. Peningkatan kompleksitas ini mengakibatkan semakin tingginya risiko kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Hal ini menyulitkan para pemakai keuangan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu, mereka mengandalkan laporan auditor independen atas laporan keuangan yang diaudit untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang bersangkutan. d. Keterbatasan akses Pemakai laporan keuangan pada umumnya mempunyai keterbatasan akses terhadap data akuntansi. Ada jarak antara pemakai dengan aktivitas perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Jika para pemakai ingin mengakses data secara langsung, maka mereka akan menghadapi kendala
26
waktu,
biaya,
ketelitian,
dan
tenaga.
Oleh
karena
itu,
mereka
mempercayakan pemeriksaan kepada pihak ketiga yaitu auditor independen. Sedangkan menurut Harahap (1991) dikutip oleh Halim (2001:49) di Indonesia umumnya audit dilaksanakan hanya karena terpaksa dengan keadaan seperti: a. Ketentuan Bank dalam pemberian kredit. b. Ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal bagi perusahaan yang go public. c. Ketentuan-ketentuan tender, penawaran, pendaftaran rekanan. d. Keadaan terpaksa karena terjadinya kecurangan . e. Ketentuan Organisasi yang diatur dalam anggaran dasar. Bagi perusahaan, audit masih merupakan komoditi mahal yang tidak perlu dilaksanakan, sehingga pelaksanaan audit dilapangan terkadang dipersulit. Perusahaan menganggap kompetensi auditor hanya untuk menemukan kecurangan yang dianggap dapat merugikan perusahaan, bahkan perusahaan menganggap auditor sebagai kaki tangan pemerintah untuk menemukan kecurangan dibidang perpajakan. 5. Tujuan Audit Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan spesifik tersebut, auditor akan dapat
27
mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun, dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut (Halim, 2001:135). Sedangkan menurut (Rahayu, 2010:93) tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materil, sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi yang lazim. Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan auditor menurut Standar Professional Akuntan Publik: a. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report). b. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language). c. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report). d. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report). e. Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report). 6. Standar Audit Merupakan pedoman untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan audit laporan keuangan. Menurut Rahayu (2010:41) standar audit terbagi atas sepuluh standar, dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu: a. Standar umum 1) Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai
28
2) Sikap mental yang independen 3) Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama b. Standar pekerjaan lapangan Merupakan pedoman auditor dalam melaksanakan prosedur audit. Standar pekerjaan lapangan antara lain: 1) Perencanaan dan supervisi audit. Perencanaan
merupakan
pengembangan
strategi
menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan, yang meliputi penentuan: (i) Sifat, luas, dan pelaksanaan audit, (ii) Program audit. Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah: (i) memberikan instruksi kepada asisten, (ii) menjaga informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, (iii) mereview pekerjaan yang dilaksanakan, (iv) menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit
kantor akuntan, (v) pemahaman memadai atas
pengendalian intern Auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan
keuangan,
dan
apakah
pengendalian
intern
tersebut
dioperasikan.
29
2) Bukti kompeten yang cukup Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. c. Standar Pelaporan Merupakan pedoman auditor yang membuat laporan audit. Standar pelaporan terdiri dari 4 jenis antara lain: 1) Pernyataan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum Standar pelaporan pertama berbunyi: ”Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”. 2) Pernyataan ketidakkonsistenan penerapan prisip akuntansi yang berlaku umum. Standar pelaporan kedua berbunyi: ”laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakkonsistennan penerapan prisnip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”. 3) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Standar pelaporan ketiga berbunyi: ”pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lapin dalam laporan auditor”. 4) Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Standar pelaporan keempat berbunyi sebagai berikut: ”laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
30
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor”. C. Audit Delay Menurut Halim (2002), Kartika (2009) dan Utami (2006) pengertian audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Sedangkan menurut Newton and Ashton (1989) pengertian audit delay adalah: “The number of calendar days the from the financial statement date to the audit report date”. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006) Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar negara. Penelitian yang dilakukan Andi Kartika (2009) di indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001–2005 menunjukkan audit delay rata-rata 69 hari.
31
Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari. Kartika
(2009)
melakukan
penelitian
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi audit delay di Indonesia dengan menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2005. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ukuran perusahaan, laba/rugi perusahaan, opini auditor dan tingkat profitabilitas. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan faktor ukuran perusahaan, lab/rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay. Opini auditor mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay. Faktor profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Halim (2000), melakukan penelitian dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997 menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 84.45 hari. Variabel yang digunakan antara lain total revenue, jenis industri, bulan penutupan buku tahunan, lamanya menjadi klien KAP, rugi/laba operasi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ke tujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap audit delay, namun yang konsisten berpengaruh adalah tahun buku dan pelaporan kerugian. Rachmawaty (2008) melakukan penelitian tentang faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi audit delay dan timeliness di Indonesia dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003-2005. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik. Dari hasil penelitian, faktor internal yang
32
mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan dan faktor eksternal ukuran akuntan publik. Sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah ukuran perusahaan, solvabilitas dan faktor eksternal ukuran akuntan publik, sedangkan profitabilitas dan internal auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap timeliness. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan dan ukuran akuntan publik secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. Ubaidillah (2008) melakukan penelitian beberapa faktor yang berdampak pada perbedaan audit delay, dengan menggunakan sampel 337 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2005 menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 88 hari. Variabel yang digunakan adalah opini audit, tingkat profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat leverage dan opini audit berpengaruh terhadap audit delay dan mempunyai hubungan tanda yang positif, sedangkan variabel ukuran perusahaan dan tingkat profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur. Utami (2006) melakukan penelitian tentang analisis determinan audit delay di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, jenis opini audit, laba/rugi, dan rasio hutang terhadap ekuitas. Sampel yang digunakan berjumlah 90 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara empiris determinan audit delay meliputi faktor lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, emiten
33
mengalami kerugian tahun berjalan, dan laporan keuangan mendapat opini selain unqualified dari akuntan publik. Sedangkan secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap audit delay. Carslaw dan Kaplan (1991), melakukan penelitian mengenai audit delay pada perusahaan publik di New Zealand. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis opini akuntan publik, auditor, tahun buku perusahaan, kepemilikan total asset. Variabel yang berpengaruh terhadap audit delay adalah ukuran perusahaan dan perusahaan melaporkan kerugian.
D. Ukuran Perusahaan Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan (Schwartz dan Soo:1996; Owusu dan Ansah:2000). Hasil penelitian kontradiksi ditemukan pada penelitian di Indonesia dimana ukuran perusahaan tidak berpengaruh kuat terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan (Naim: 1998; Budi: 2000). Halim (2000) di Indonesia tidak berhasil membuktikan ukuran perusahaan yang menggunakan proksi yang sama yaitu total revenue mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian Halim (2000) sejalan dengan penelitian Na’im (1998) seperti yang dikutip dari Halim (2000) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpegaruh kuat terhadap audit delay, namun arah hubungannya positif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) di New Zealand yang menggunakan total asset sebagai proksi ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit delay mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan yang lebih besar mempunyai pengendalian internal yang lebih kuat yang akan mengurangi kecenderungan 34
kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dan untuk melakukan pekerjaan intern. Selain itu juga berkaitan dengan pelayanan yang lebih baik, untuk klien yang lebih besar oleh firma untuk memastikan kepuasan dari klien. Selain itu penelitian-penelitian yang telah dilakukan seperti Courtis (1976), Gilling (1977), Ashton dan Elliot (1987) yang dikutip oleh Halim (2000) menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Menurut Dyer dan McHugh (1975) seperti yang dikutip oleh Halim (2000) bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay, dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.
E. Opini Audit Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat independen (Mulyadi, 2002:19) yaitu:
35
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini: a. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan. b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language). Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas. Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa penjelas: a. Adanya ketidakpastian yang material. b. Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan. c. Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut: a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
36
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. d. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. e. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan. 4. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
37
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit.
F. Reputasi Auditor Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah: 1. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan. 2. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya. 3. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo. 4. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata. Menurut
Supriyati Yuliastri Rolinda
(2007)
Kantor
Akuntan Publik
internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk
38
menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan.
G. Leverage Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari pasti membutuhkan modal. Modal tersebut berasal dari modal sendiri maupun modal yang berasal dari pinjaman. Perusahaan yang menggunakan sumber dana dari luar untuk membiayai operasional perusahaan baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan penerapan dari kebijakan leverage. Arti leverage menurut Sularto dan Sudarmadji (2007) sacara harfiah adalah pengungkit. Pengungkit biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat. Dalam keuangan leverage juga mempunyai maksud yang serupa, yaitu leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat
keuntungan yang
39
diharapkan. Istilah leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan. Pengertian leverage menurut Ria (2008) adalah usaha untuk menggunakan sesuatu yang akan membawa konsekuensi beban tetap. Terdapat 2 macam leverage yaitu : 1. Operating Leverage Operating leverage adalah penggunaan suatu kekayaan atau aktiva tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap bagi perusahaan seperti mesin-mesin, gedung dan sebagainya. Dalam hal ini beban tetapnya akan berupa biaya depresiasi. 2. Financial Leverage Financial leverage adalah peggunaan sumber dana tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap yang berupa biaya bunga. Sumber dana ini dapat berupa utang obligasi, kredit dari bank dan sebagainya. Dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (Uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat leverage ini bisa saja berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, atau dari satu periode ke periode lainnya di dalam satu perusahaan, tetapi yang jelas semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi tingkat resiko yang di hadapi serta semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan. Istilah resiko (risk) disini dimaksudkan dengan ketidakpastian (Uncertainty) dalam hubungannya dengan
40
kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetapnya (fixed payment obligation) (Sularto dan Sudarmadji, 2007). Menurut Ubaidillah (2008) leverage yang tinggi memberikan arti bahwa perusahaan tersebut sangat tergantung dari pinjaman dari luar, sebaliknya bila tingkat leverage rendah maka permodalan tersebut lebih banyak didanai oleh pemilik perusahaan tersebut. Tingkat leverage yang dihasilkan sebuah perusahaan dapat dijadikan informasi sekaligus sebagai sinyal kepada publik untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi perusahaan. Sinyal tersebut bisa berupa good news ataupun bad news.
H. Laba/Rugi Perusahaan Laba
menunjukkan keberhasilan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa laba merupakan berita baik. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang meraih laba cenderung akan lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (Hassanudin, 2002). Menurut Carslaw dan Kalpan (1991) apabila perusahaan rugi maka perusahaan akan meminta auditornya untuk menjadualkan pengauditan lebih lambat dari biasanya, sehingga menunda untuk mengumumkan “bad news” kepada publik. Auditor akan bertindak lebih berhati-hati dan cermat selama proses audit dalam memberikan jawaban apakah peningkatan kerugian yang dialami oleh perusahaan diakibatkan oleh kegagalan atau disebabkan oleh kecurangan manajemen. Sementara pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin, sehingga mampu
41
mengumumkan laporan keuangan auditan ke publik lebih awal. Wirakusuma (2004) mengutip temuan Dye dan Sridhar (1995) bahwa perusahaan yang memiliki good news akan melaporakan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang operasionalnya gagal (bad news). Penelitian Halim (2000), membuktikan audit delay dipengaruhi secara positif oleh adanya pengumuman rugi/laba usaha. Perusahaan yang mengumumkan rugi cenderung mengalami audit delay yang lama dibandingkan dengan perusahaan yang mengumumkan laba. Menurut Na’im (1998) tingkat profitabilitas yang rendah memacu kemunduran publikasi laporan keuangan.
I. Keterkaitan Antar Variabel 1. Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay Penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) di New Zelland yang menggunakan total asset sebagai proksi ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit delay mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan yang lebih besar mempunyai pengendalian internal yang lebih kuat yang akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan membuat auditor lebih mampu untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dan untuk melakukan pekerjaan intern. Selain itu juga berkaitan dengan pelayanan yang lebih baik, untuk klien yang lebih besar oleh firma untuk memastikan kepuasan dari klien. Hasil penelitian Kartika (2009) di Indonesia menunjukkan bahwa total asset mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Semakin besar total asset yang dimiliki oleh suatu
42
perusahaan maka semakin kecil audit delay-nya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyer dan Mc Hugh dalam penelitian Subekti dan Widiyanti (2004). Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor,
pengawas
permodalan dan pemerintah sehingga cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan auditan lebih awal. Namun, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim (2000) yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan yang diaudit maka audit delay-nya akan semakin lama. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Jadi, ukuran perusahaan tidak berpegaruh kuat terhadap audit delay, namun arah hubungannya positif. Selain itu menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) seperti yang dikutip oleh Halim (2000) menyatakan bahwa manajemen dari perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Dengan demikian perusahaan berskala cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas penulis menduga bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay. Oleh karena itu dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 : Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay
43
2. Opini Audit dengan Audit Delay Penelitian yang dilakukan oleh Ubaidillah (2005) di Indonesia menunjukkan bahwa opini auditor secara parsial berpengaruh terhadap lamanya pelaporan keuangan setelah audit (audit delay). Sama halnya dengan hasil penelitian ini, hasil penelitian Whitteredpun (1980) yang terdapat pada penelitian Subekti dan Widiyanti (2003) ternyata membuktikan bahwa audit delay akan lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima opini wajar dengan pengecualian. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menunjukkan bahwa opini auditor independen mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai waktu audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soetedjo (2006). Perusahaan yang tidak menerima opini audit standar unqualified opinion diperkirakan mengalami audit delay yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut memandang sebagai bad news dan akan memperlambat proses audit. Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1998) yang menemukan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap ketidaktepatan pelaporan keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang tidak memenuhi ketepatan pelaporan keuangan umumnya memperoleh unqualified opinion dari auditor, tidak berbeda dengan perusahaan yang memenuhi ketepatan pelaporan keuangan.
44
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas penulis menduga bahwa terdapat pengaruh opini audit terhadap audit delay. Oleh karena itu dapat drumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha2 : Opini audit perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay 3. Reputasi Auditor dengan Audit Delay Penelitian yang dilakukan Heri dan Imelda (2007) menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four akan mempunyai audit delay yang lebih pendek dari pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four. Hasil ini mendukung penelitian Subekti dan Widiyanti (2004). Hal ini disebabkan karena kantor akuntan publik yang besar akan menyelesaikan auditnya dengan tepat waktu, karena pengalaman mereka dan dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dari pada kantor akuntan publik yang kecil. Di samping itu, kantor akuntan publik yang besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan kantor akuntan publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat
juga
merupakan
cara
kantor
akuntan
publik
besar
untuk
mempertahankan reputasi mereka, jika tidak untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) dengan hasil bahwa reputasi auditor mempunyai pengaruh yang negatif, tetapi pengaruh ini tidak signifikan. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas penulis menduga bahwa terdapat pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay. Oleh karena itu dapat drumuskan hipotesis sebagai berikut:
45
Ha3 : Reputasi auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay 4. Leverage dengan Audit Delay Penelitian yang dilakukan Meiden dan Wenny (2007) menemukan bahwa leverage mempunyai pengaruh yang signifikan dengan audit delay. Semakin tingginya tingakat leverage, semakin tinggi pula resiko perusahaan, karena masih banyak kewajiban kepada kreditur yang harus dilunasi. Perusahaan yang memiliki banyak hutang pada struktur keuangannya, maka perusahaan tersebut memiliki resiko yang cukup besar, sehingga bias menunda publikasi laporan keuangan tahunan. Penelitian yang dilakukan oleh Ubaidillah (2008) menemukan bahwa leverage mempunyai hubungan yang positif dengan audit delay. Tingkat leverage yang rendah memberikan arti bahwa permodalan perusahaan lebih banyak didanai oleh pemilik perusahaan tersebut, sebalikanya bila tingkat leverage yang tinggi maka perusahaan tersebut sangat tergantung dari pinjaman dari luar perusahaan dan akan menghadapi tingginya tingkat resiko. Hal ini mempengaruhi tingkat resiko yang diaudit maka audit delay-nya akan semakin lama. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Weston dan Copelan (1995) yang terdapat dalam penelitian Halim (2000), hasil penelitian ini sekali lagi memberikan tambahan bukti di Indonesia mengenai variabel lain yang mempengaruhi audit delay, dimana variabel ini belum diteliti oleh Subekti dan Widiyanti (2004). Berdasarkan penelitian-penelitian diatas penulis menduga bahwa terdapat pengaruh Leverage
terhadap audit delay. Oleh karena itu dapat
drumuskan hipotesis sebagai berikut:
46
Ha4 : Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 5. Laba/Rugi dengan Audit Delay Penelitian yang dilakukan oleh Caslaw dan Kaplan (1991) menemukan bahwa rugi perusahaan mempunyai hubungan yang positif dengan audit delay. Hasil dari penelitian ini konsisten dengan penelitian Ashton (1987). Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Halim (2000) juga memberikan hasil yang sama bahwa perusahaan yang mengalami rugi akan mengalami audit delay yang lebih panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2006) dan Sejati (2007) juga memberikan hasil yang sama bahwa perusahaan yang mengalami rugi akan mengalami audit delay yang lebih besar. Beberapa faktor yang mengkaitkan pelaporan rugi dengan audit delay adalah : pertama, ketika rugi terjadi perusahaan akan cenderung menunda berita buruk. Sebuah perusahaan yang mengalami rugi akan meminta auditor untuk menjadual audit lebih dari biasanya misalnya terlambat memulai proses audit atau memperlama proses audit. Kedua, seorang auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit pada perusahaan yang rugi jika auditor meyakini bahwa kerugian perusahaan kemungkinan disebabkan karena kegagalan keuangan atau kecurangan manajemen. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menunjukkan bahwa laba rugi operasi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan berpengaruh terhadap audit delay. Ini berkaitan dengan ketidakstabilan kondisi ekonomi saat ini, dimana kebanyakan perusahaan yang mengalami kerugian diabaikan dalam pelaporan keuangannya karena kerugian dianggap sebagai hal yang biasa.
47
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas penulis menduga bahwa terdapat pengaruh laba/rugi perusahaan terhadap audit delay. Oleh karena itu dapat drumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha5 : Laba/rugi perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay Ha6 :
Ukuran perusahaan, opini audit, reputasi auditor, leverage, dan laba/rugi perusahaan
berpengaruh signifikan
secara
simultan
terhadap audit delay.
J. Kerangka Pemikiran Menurut Hamid (2007:26) mendefinisikan kerangka karangan berfikir sebagai berikut: “Kerangka pemikiran adalah merupakan sintesa dari serangkaian teori yang sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative dari serangkaian masalah yang ditetapkan”. Informasi sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Namun demikian, informasi baru akan bermanfaat bagi pemakainya apabila informasi tersebut disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut dalam (Scott, 2003) yang dikutip oleh (Rachmawati, 2008). Ketepatwaktuan tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak mungkin tanpa ketepatwaktuan informasi mengenai kondisi dan proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan keuangan (Rachmawati, 2008). 48
Ada dua logika yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Pertama, perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajeman yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. Kedua, bahwa semakin besar perusahaan maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit lebih lama. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Sehingga ukuran perusahaan dengan indikator total asset memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Perusahaan yang tidak menerima opini audit standar unqualified opinion diperkirakan mengalami audit delay yang lebih panjang, hal ini dikarenakan perusahaan tersebut memandang sebagai bad news dan akan meperlambat peroses audit. Opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan opini yang tidak diharapkan oleh semua manajemen. Semakin tidak baik opini yang diterima oleh perusahaan maka semakin lama laporan keuangan auditan dipublikasikan. Laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat waktu mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan yang. Kualitas audit diukur dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik yang dibedakan menjadi kantor akuntan publik yang masuk empat besar, dalam hal ini
49
the big four dan kantor akuntan publik non the Big Four. Dimana Kantor akuntan publik empat besar cenderung untuk lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima dan mengeluarkan pendapat yang going concern. Kantor akuntan publik the big four lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dan mengeluarkan pendapat yang sesuai standar dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan, kantor akuntan publik besar cenderung menyajikan audit yang lebih cepat dibandingkan dengan kantor akuntan publik non the big four karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan (Prabandi dan Rustiana, 2007:31). Kantor akuntan publik the big four umumnya mempunyai sumber daya yang lebih besar sehingga dapat melakukan audit lebih cepat dan efisien. Hal ini membuktikan pendapat bahwa perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan auditnya bila dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non the big four. Supriyati Yuliasri Rolinda (2007:123) telah membuktikan bahwa Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap Audit Delay studi empiris pada perusahaan manufaktur dan finansial di Indonesia pada tahun 2004-2005 hal ini dikarenakan sebagian besar perusahaan sudah menggunakan jasa audit Kantor Akuntan Publik the big four yang dapat melakukan auditnya dengan cepat dan efisien. Semakin tingginya tingakat leverage, semakin tinggi pula resiko perusahaan, karena masih banyak kewajiban kepada kreditur yang harus dilunasi (Meiden dan Weni, 2007). Perusahaan yang melaporkan kerugian akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan akan mempercepat
50
auditnya, sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kapada para investor dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Sehingga laporan laba/rugi perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Kerangka pemikiran dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan (Utami, 2006) Opini Auditor (Ubaidillah, 2008)
Reputasi Auditor (Subekti dan Widiyanti, 2004)
Audit Delay
Leverage (Ubaidillah, 2008) Laba/Rugi Perusahaan (Utami, 2006)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis penelitian ini adalah : Ha1 :
Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay
Ha2 :
Opini audit perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay 51
Ha3 :
Reputasi auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay
Ha4 :
Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay
Ha5 :
Laba/rugi perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay
Ha6 :
Ukuran perusahaan, opini auditor, lamanya menjadi klien KAP, leverage, dan laporan laba/rugi perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit delay
52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik perusahaan berskala kecil maupun besar pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Hipotesis untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, reputasi auditor, Leverage, dan Laba/Rugi Perusahaan terhadap Audit Delay. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kausalitas yaitu bentuk penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian subjektif
peneliti dengan karakteristik tertentu yang
dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteistik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu (Iskandar, 2009:76). Kriteria yang diperlukan adalah: 1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan selama tahun 2008- 2010. 2. Perusahaan tersebut mempunyai data yang lengkap. 3. Laporann Opini Auditor.
53
Kriteria
Jumlah
Perusahaan manufaktur Perusahaan
yang
datanya
221 tidak
lengkap
(33)
Tidak ada opini audit
(29)
*Total perusahaan yang dijadikan sampel
159
C. Metode Pengumpulan Data Menurut Hamid (2007:33) metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan melalui studi pustaka, terutama yang berhubungan dengan data-data sekunder. Sementara itu data primer dapat dilakukan melalui studi lapangan, berupa eksperimen, observasi dan wawancara dengan metode kuesioner. Data pada penelitian ini bersumber dari data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, misalnya melalui orang lain atau melihat dokumen. Data diperoleh dari: 1. Laporan keuangan tahunan perusahaan publik tahun 2008-2010 2. IDX Fact Books Desember tahun 2008-2010 atau akses di website BEI (www.idx.co.id).
D. Metode Analisis 1. Metode Analisis Statistik deskriftif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui 54
hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriftif tanpa diolah dengan tekhnik-tekhnik analisis statistik lainnya. (Sarwono, 2009:35). Menurut Sugiyono (2005:144) Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Penggunaan statistik parametris dan non-parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan dan homogeny, dalam regresi harus terpenuhi asumsi liniaritas. 2. Uji Asumsi Klasik Menurut Sunyoto (2009:79) Uji asumsi klasik digunakan untuk mengukur tingkat asosiasi atau keeratan hubungan dan pengaruh antar variabel bebas melalui besaran koefisien korelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan
antara
lain
uji
normalitas,
uji
heteroskedastisitas,
uji
multikolinieritas dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang sahih (valid) adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2000:12). Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis
55
diagonal,
maka
menunjukkan
pola
distribusi
normal
yang
mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauhi garis diagonal, maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:10). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas(Ghozali, 2005:105). Dalam penelitian ini pengujian heteroskedasitas dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedatis dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya po la tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
56
c. Uji Multikoliniearitas Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas dapat dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation faktor (VIF), jika nilai tolerance value >0.10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005 : 91). d. Uji Autokorelasi Dilakukan dengan uji Durbin Watson. Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1
(sebelumnya). Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi (Sunyoto,2009:91). Suatu jenis pengujian yang umumnya digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi yang dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson yang disebut sebagai statistik
Durbin-Watson.
Pengujian
ini
dilakukan
dengan
membandingkan nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai d1 dan dU dari tabel Durbin-Watson.
57
3. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000:163). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Sunyoto, 2009:11). Variabel independen terdiri dari ukuran perusahaan, opini audit, lamanya menjadi klien KAP, leverage, dan laba/rugi perusahaan sedangkan variabel dependennya adalah audit delay. Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e Dimana: Y
: lamanya hari penyelesaian audit (audit delay).
a
: konstanta
b1-5 : koefesien regresi X1
: ukuran perusahaan (UK)
X2
: opini audit (OA)
X3
: reputasi auditor (REP)
X4
: leverage (LEV)
X5
: laba/rugi perusahaan (LR)
E
: error
58
Pengujian ini dilakukan melaui: a. Koefesien Determinasi (R2) Koefesien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefesien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1(satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). b. Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2005:84). Menurut Santoso (2000:168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 , maka H 0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas
59
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. c. Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2005:84). Menurut Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 , maka H 0 diterima dan Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 , maka H 0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Abdul Hamid (2007:3) menyatakan bahwa: “Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Variabel penelitian ini merupakan suatu atribut
60
atau sifat atau nilai dan orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” 1. Variabel Dependen (Y) Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini adalah Audit delay yaitu lama waktu penyelesaian audit diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga diterbitkannya laporan keuangan (Rustiana, 2007) 2. Variabel Independen (X) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini adalah: a. Ukuran perusahaan, variabel ukuran perusahaan dapat diukur dengan total
aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun pelaporan. Total aktiva menunjukkan total sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio dan ukuran perusahaan dilambangkan dengan UK (Utami, 2006). b. Opini audit (OA), diukur dengan dummy yaitu untuk opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion) diberi kode 0, untuk opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) diberi kode 1 dan opini tidak wajar (Adverse Opinion) diberi kode 2 (Ubaidillah, 2008). c. Reputasi auditor (REP), diukur dengan menggunakan dummy dengan
mengelompokkan auditor-auditor yang berasal dari KAP Big Four dan Non Big Four. Kelompok KAP Big Four diberi kode 0 dan kelompok KAP Non Big Four diberi kode 1 (Subekti dan Widiyanti, 2004).
61
d. Leverage (LEV), diukur berdasarkan total utang yang terdiri dari kewajiban
jangka panjang dibagi dengan total aktiva akhir tahun buku setiap perusahaan (Ubaidillah, 2008). e. Laba/rugi perusahaan (LR), diukur dengan menggunakan skala
nominal, maka perusahaan yang mengalami rugi diberi kode 1, sedangkan laba diberi kode 0 ( Utami, 2006).
Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Ukuran Perusahaan (X2) (Sumber: Carslaw dan Kaplan (1991), Utami (2006), Kartika (2009), Wirakusuma (2004), dan Rachmawaty (2008)) Opini Audit (X3) (Sumber: Kartika (2009), Ubaidillah (2008), Subekti dan Widiyanti (2004), dan Carslaw dan Kaplan (1991)) Reputasi Auditor (X4) (Sumber: Kartika (2009), Subekti dan widiyanti (2004) dan Utami (2006))
Sub Variabel
Indikator
Skala Pengukuran
Ukuran Perusahaan
Total aset perusahaan
Opini Audit
Dummy Variabel unqualified opinion diberi kode (0), qualified opinión diberi kode (1) dan opini tidak wajar (Adverse Opinion) diberi kode 2
Skala Nominal
Reputasi Auditor
Dummy Variabel Big Four = (0) Non Big Four = (1)
Skala Nominal
Skala Rasio
62
Leverage (X5) (Sumber: Ubaidillah (2008))
Leverage
Laba/Rugi Perusahaan (X6) (Sumber: Halim (2000), Ashton (1978), Carslaw dan Kaplan (1991), Rustiana (2007), Utami (2006) dan Kartika (2009)) Audit Delay (Y) (Sumber: Kartika (2009), Ubaidillah (2008), Utami (2006) dan Rachmawaty (2008))
Laba/Rugi Perusahaan
Audit delay
total utang yang terdiri dari kewajiban jangka panjang dibagi dengan total aktiva akhir tahun buku setiap perusahaan Dummy Variabel Laba diberi kode (0) dan Rugi diberi kode (1)
Skala Rasio
Jumlah hari terhitung dari tanggal laporan keuangan sampai dengan tanggal laporan audit.
Skala Rasio
Skala Nominal
63
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penenlitian 1. Gambar Objek Penelitian Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan pemerintah, publik maupun swasta. Perkembangan perusahaan yang go public dipasar modal semakin tahun semakin bertambah yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan industri dan bidang usahanya. Seiring dengan aktifnya kembali pasar modal Indonesia yaitu tahun 1997 dalam hal ini adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007, maka semenjak itu pula industri-industri yang ada di Indonesia mulai diperdagangkan kembali dijantung bursa. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejumlah 221 perusahaan per tahunnya, sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 663 per tiga tahun dan sampel yang digunakan di penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010 dan perusahaan yang mempunyai data lengkap. Dengan jumlah sampel awal 221 perusahaan per tahun, setelah dilakukan seleksi pemilihan sampel sesuai kriteria yang telah ditentukan diperoleh 159 perusahaan setiap tahunnya yang memenuhi kriteria. Sehingga total
64
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 yang dijadikan sampel adalah 477 perusahaan. 2. Deskripsi Variabel Penelitian Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data informasi keuangan berupa laporan audit dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Variabel dependen yang digunakan adalah lamanya proses audit yang dihitung dari tanggal tutup buku hingga diterbitkannya laporan audit (audit delay). Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (UK) yang dinyatakan dalam total asset yang dimiliki perusahaan, Opini Audit (OA) untuk unqualified opinion diberi kode (0), qualified opinión diberi kode (1) dan opini tidak wajar (Adverse Opinion) diberi kode 2, Reputasi Audit (REP) untuk The Big Four diberi kode (0) dan Non Big Four diberi kode (1), Leverage (LEV) yang diukur berdasarkan total utang yang terdiri dari kewajiban jangka panjang dibagi dengan total aktiva akhir tahun buku setiap perusahaan sampel, sedangkan laba dan rugi perusahaan (LR) untuk perusahaan yang mengalami rugi diberi kode (1) dan perusahaan yang mengalami laba diberi kode (0). Tabel 4.1 Deskripsi Data Audit Delay Tahun 2008-2010 N
Rata-rata
Maximum
Minimum
Standar Deviasi
477
75.73 hari
167 hari
12 hari
8.10 hari
Sumber : Data diolah 2011
Berdasarkan deskripsi data yang dihasilkan lamanya audit yang terjadi pada perusahaan publik di Indonesia tahun 2008-2010 rata-rata
65
adalah 75.73 hari, dengan nilai maximum 167 hari, nilai minimum 12 hari dan standar deviasi 8.10 hari. Tabel 4.2 Deskripsi Data Ukuran Perusahaan (UK) tahun 2008-2010 N Rata-rata Max Min Standar Deviasi 477 RP 4,222,679,850,714 Rp 112,857,000,000,000 Rp 901,048,232 Rp 643,430,996 Sumber : Data diolah 2011
Frekuensi Ukuran Perusahaan (UK) Interval dalam jutaan rupiah Frekuensi 901-500.000 163 500.001-4.222.679 232 4.222.680-10.000.000 37 10.000.001-112.857.000 45 *Total 477 Sumber : Data diolah 2011
Berdasarkan tabel deskripsi data dan tabel ferkuensi yang dihasilkan rata-rata total asset (dalam jutaan rupiah) tahun 2008-2010 adalah sebesar 4.222.679 dengan nilai minimum 901 dan nilai maksimumnya sebesar 112.857.000. Rata-rata total asset berada pada interval pertama yaitu 901500.000 dengan frekuensi 163 perusahaan, 500.001-4.222.679 dengan frekuensi 232 perusahaan, 4.222.681-10.000.000 dengan frekuensi 37 perusahaan dan 45 perusahaan total assetnya berada pada interval 10.000.001-112.857.000. Tabel 4.3 Frekuensi Opini Audit (OA) tahun 2008-2010 No. Kategori Opini Audit Frekuensi Persentase (%) 1 Unqualified opinion 360 75.47 2 Qualified opinión 98 20,54 3 Adverse Opinion 19 03.99 4 *Jumlah 477 100 Sumber : Data diolah 2011
66
Berdasarkan tabel frekuensi opini auditor dapat diketahui unqualified opinion sebesar 75,47% atau 360 perusahaan dari data laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 20082010. Sedangkan yang termasuk qualified opinion adalah sebesar 20,54% atau 98 perusahaan dan adverse opinion sebesar 3.99% atau 19 perusahaan. Tabel 4.4 Frekuensi Reputasi Audit (REP) tahun 2008-2010 No. Kategori Opini Audit Frekuensi Persentase (%) 1 The Big Four 250 52.41 2 Non Big Four 227 47.59 3 *Jumlah 477 100 Sumber : Data diolah 2011
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dibedakan kategori the Big Four dan non the Big Four. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata Kantor Akuntan Publik yang masuk the Big Four terdapat 52,41% atau sebanyak 250 perusahaan, sedangkan yang tidak masuk dalam the Big four ada 47,59% atau sebanyak 227 perusahaan. Hal ini menandakan bahwa KAP di BEI untuk perusahaan manufaktur adalah sebagian besar masuk kategori Kantor Akuntan Publik the Big four.
N
Tabel 4.5 Deskripsi data Leverage (LEV) tahun 2008-2010 Rata-rata Max Min Standar Deviasi
477 1.09549896585552 163.229776127012 0.00110705857221561 1.93183461307941 Sumber : Data diolah 2011
Nilai rata-rata tingkat leverage sebesar 1.09549896585552, dengan nilai max 163.229776127012, minimum 0.00110705857221561 dan standar deviasi 1.93183461307941. Dilihat dari karakteristik data tersebut diketahui bahwa ratarata perubahan leverage
positif.
Semakin besar rasio ini, semakin buruk
perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka panjang adalah kurang baik.
67
Tabel 4.6 Frekuensi Laba Rugi Perusahaan (LR) tahun 2008-2010 Laba/rugi Frekuensi Persentase (%) perusahaan Laba 403 84,48 Rugi 74 15,52 *Total 477 100 Sumber : Data diolah 2011
Berdasarkan tabel frekuensi laba rugi perusahaan dapat diketahui bahwa tahun 2008-2010 perusahaan yang mengalami rugi sebesar 15.52% dan perusahaan yang mengalami laba sebesar 84.48%.
B. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
68
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2
dapat disimpulkan bahwa titik
penyebaran data mendekat mengikuti arah garis horizontal. Hal ini berarti bahwa model ini dianggap linier atau memenuhi asumsi normalitas. b. Hasil Uji Heterokedastisitas
69
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas. Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi audit delay berdasarkan masukan atas variabel ukuran perusahaan, opini audit, reputasi audit, leverage dan laba/rugi perusahaan. c. Hasil Uji Multikolinieritas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk
70
mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Nilai VIF (variance inflation faktor) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model Tolerance
VIF
1 (Constant) UK
.938
1.066
OP
.490
2.039
REP
.931
1.074
LEV
.971
1.030
LR .494 Sumber : Data diolah 2011
2.024
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan sbb: 1) Nilai VIF variabel Ukuran Perusahaan adalah 1,066 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,938 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. 2) Nilai VIF variabel Opini Audit adalah 2,039 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,490 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. 3) Nilai VIF variabel Reputasi Audit adalah 1,074 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,931 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. 4) Nilai VIF variabel Leverage adalah 1,030 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,971 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. 71
5) Nilai VIF Variabel Laba/Rugi adalah 2,024 < 10 dan nilai Tolerance adalah 0,494 > 0,1 maka model regresi linier berganda ini tidak mengandung multikolinieritas. d. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui adanya tidak korelasi variabel pengganggu e1 pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (e1-1). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Jika Durbin Watson berada di daerah no Autoccorelasi dengan acuan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2, maka model regresi terbebas dari autokorelasi. Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .514a
R Square
Adjusted R Square Durbin-Watson
.264
.256
2.024
Sumber : Data diolah tahun 2011
Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS 16 diperoleh besarnya nilai statistik Durbin Watson, d=2.024. Sedangkan untuk jumlah sampel n=477, k'=5 dan tingkat signifikansi 5% dari Tabel d diperoleh nilai dL= 1.832 dan dU=1.866. Nilai d atau DW=2.024 dan dU=1.866, jika dibandingkan ternyata nilai d>dU maka keputusannya adalah tidak menolak Ho, dengan demikian Ho yang menyatakan tidak terjadi autokorelasi tidak ditolak. Berdasarkan hasil pengujian ini, ternyata pada tingkat signifikansi 5% data yang diolah tersebut tidak menunjukkan adanya gejala autokorelasi, sehingga asumsi klasik mengenai tidak terjadinya gejala autokorelasi dapat terpenuhi oleh model yang diperoleh. 72
2. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu: a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model 1
R .514a
R Square .264
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.256
13.60170
Sumber : olah data tahun 2011
Berdasarakan table 4.9 dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai koefisien korelasi kekuatan hubungan antara variabel Ukuran Perusahaan (X1), variabel Opini Audit (X2), variabel Reputasi Audit (X3), variabel Leverage (X4), dan variabel Laba/Rugi (X5) terhadap variabel Audit Delay (Y) adalah sebesar 0,264 Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel Ukuran Perusahaan (X1), variabel Opini Audit (X2), variabel Reputasi Audit (X3), variabel Leverage (X4), dan variabel Laba/Rugi (X5) terhadap variabel Audit Delay (Y) adalah lemah. b. Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R square digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi antara variabel Ukuran Perusahaan (X1), variabel variabel Opini Audit (X2), variabel Reputasi Audit (X3), variabel Leverage (X4), dan variabel Laba/Rugi (X5) terhadap variabel Audit Delay (Y) adalah sebesar adalah sebesar 0,256 atau 25,6%. 73
Hal ini berarti bahwa variabel Audit Delay (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Ukuran Perusahaan (X1), variabel Opini Audit (X2), variabel Reputasi Audit (X3), variabel Leverage (X4), dan variabel Laba/Rugi (X5) adalah sebesar 25,6% selebihnya 74,4% (100% - 25,6%= 74,4%) berasal dari variabel lain atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini, seperti jenis industri, lamanya menjadi KAP, profitabilitas, solvabilitas, komite audit, audit internal, umur KAP. c. Hasil Uji Statistik t Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.10, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
74.036
1.009
UK
.000
.000
OP
19.105
REP LEV LR
Beta
T
Sig.
73.356
.000
-.120
-2.936
.003
1.712
.630
11.162
.000
-2.848
1.291
-.090
-2.206
.028
-.082
.078
-.042
-1.056
.291
-9.587
2.384
-.226
-4.022
.000
Sumber : Data diolah tahun 2011
Berdasarkan hasil pengolahan regresi linier berganda, maka persamaan regresipun dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = 74,036 + 000 X1 + 19,105 X2 – 2,848 X3 – 0,082 X4 – 9,587 X5 Hipotesis 1: Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel Ukuran Perusahaan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti 74
menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor eksternal karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel Ukuran Perusahaan kurang dari 0,05. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sistem pengendalian intern perusahaan yang kuat dan baik, sehingga penyampaian laporan keuangan auditan sudah ditentukan waktunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009), Halim (2000) dan Subekti dan Widiyanti (2004). yang berhasil membuktikan pengaruh secara signifikan antar audit delay dengan ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Seperti yang dikutip dari Ahmad dan Kamarudin (2003) lebih singkatnya audit delay pada perusahaan yang lebih besar disebabkan beberapa faktor, yaitu adanya pengendalian intern yang kuat sehingga memudahkan
auditor
menyelesaikan
pekerjaannya
dan
adanya
kemampuan untuk menekan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya secara tepat waktu. Selain itu, perusahaan besar mempu nyai sumber daya yang lebih banyak untuk membayar audit fees yang lebih tinggi dan dapat menyelesaikan biaya tersebut segera setelah berakhirnya tahun buku. Dyer dan McHugh (1975) berargumen bahwa manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay, karena perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar
75
cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan mereka lebih awal. Hipotesis 2: Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Delay Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel Opini Audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa opini audit berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel opini audit lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disebabkan untuk perusahaan yang menerima wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai waktu audit yang lebih cepat 17 (17,442) hari dibandingkan
perusahaan
yang
menerima
opini
wajar
dengan
pengecualian (qualified opinion). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004) yang membuktikan bahwa audit delay akan lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima opini tidak wajar. Hal ini terjadi karena opini audit selaian opini wajar tanpa pengecualian mampunyai berita buruk. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Utami (2006), Kartika (2009), Ubaidillah (2008) dan Wirakusuma (2004) yang dimana penelitian mereka membuktikan bahwa opini audit memiliki pengaruh terhadap audit delay di Indonesia. Hipotesis 3: Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Delay Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel Reputasi Auditor mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.028. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa reputasi auditor
76
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel reputasi auditor lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Heri dan Imelda (2007) dan Subekti dan Widiyanti (2004). Hal ini disebabkan karena kantor akuntan publik yang besar akan menyelesaikan auditnya dengan tepat waktu, karena pengalaman mereka dan dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dari pada kantor akuntan publik yang kecil. Di samping itu, kantor akuntan publik yang besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan kantor akuntan publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara kantor akuntan publik besar untuk mempertahankan reputasi mereka.jika tidak untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Hipotesis 4: Pengaruh Leverage terhadap Audit Delay Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel leverage mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,291. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat dikatakan bahwa leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel leverage lebih besar dari 0,05. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Meiden dan Wenny (2007) yang membuktikan adanya hubungan yang tidak signifikan antara leverage dengan audit delay. Semakin tingginya tingkat leverage, semakin tinggi pula resiko perusahaan, karena masih banyak kewajiban kepada kreditur yang harus dilunasi. Perusahaan yang memiliki banyak hutang pada struktur keuangannya, maka perusahaan tersebut memiliki resiko
77
yang cukup besar, sehingga bisa menunda publikasi laporan keuangan tahunan. Hasil ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita (2004) yang menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dialakukan oleh Ubaidillah (2008) yang membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan antara leverage dengan audit delay. Hipotesis 5: Pengaruh Laba/Rugi Perusahaan terhadap Audit Delay Hasil uji hipotesis 5 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel laba/rugi perusahaan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti menerima Ha5 sehingga dapat dikatakan bahwa laba/rugi perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel laba/rugi perusahaan lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Halim (2000), Carslaw dan Kaplan (1991), Utami (2006), dan Kartika (2009). Hal ini disebabkan karena pelaporan rugi dapat dikatakan sebagai berita buruk (bad news) yang akan menimbulkan reaksi pasar terhadap pengumuman tersebut. Oleh sebab itu akuntan publik cenderung berhati-hati dalam prosedur-prosedur audit yang dapat memastikan nilai kerugian sehingga dengan demikian proses audit akan menjadi lebih panjang. d. Hasil Uji Statistik F Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.11, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
78
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
31209.703
5
6241.941
Residual
87137.949
471
185.006
118347.652
476
Total
F 33.739
Sig. a
.000
Sumber : Data diolah tahun 2011
Hipotesis 6: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Reputasi Auditor, Leverage dan Laba/rugi Perusahaan terhadap Audit delay Hasil uji hipotesis 6 dapat dilihat pada tabel 4.11 nilai F diperoleh sebesar 33.739 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha6 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Reputasi Auditor, Leverage dan Laba/rugi Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Meiden dan Wenny (2007) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara tingkat opini audit dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, Subekti dan Widiyanti (2004) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara jenis industri, opini audit, reputasi audit dan profitabilitas terhadap audit delay dan Utami (2006) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara jenis opini auditor, laba/rugi emiten, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, dan jenis industri terhadap audit delay.
79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, opini audit, reputasi auditor, leverage dan laba/rugi perusahaan terhadap audit delay. Data perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 447 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. 1. Berdasarkan hasil uji regresi dengan dummy, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Sesuai dengan penelitian Kartika (2009), Halim (2000) dan Subekti dan Widiyanti (2004). b. Opini Audit secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Sesuai dengan penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Utami (2006), Kartika (2009), Ubaidillah (2008) dan Wirakusuma (2004). c. Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Sesuai dengan penelitian Heri dan Imelda (2007) dan Subekti dan Widiyanti (2004). d. Leverage secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Sesuai dengan penelitian Meiden dan Wenny (2007). e. Laba/rugi perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sesuai dengan penelitian Halim (2000), Carslaw dan Kaplan (1991), Utami (2006), dan Kartika (2009).
80
2. Diantara variabel ukuran perusahaan, opini audit, reputasi auditor dan laba/rugi perusahaan yang memiliki pengaruh paling dominan adalah opini audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009), Subekti dan Widiyanti (2004).
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa opini audit, reputasi auditor dan laba/rugi perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan pada aset perusahaan besar, dimana semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil audit delay, karena dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan. Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai waktu audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Kantor akuntan publik the big four umumnya mempunyai sumber daya yang lebih besar sehingga dapat melakukan audit lebih cepat dan efisien. Hal ini membuktikan pendapat bahwa perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan auditnya bila dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non big four. Hal ini juga mengindikasikan adanya kecenderungan pada perusahaan yang memiliki banyak hutang pada struktur keuangannya, maka perusahaan tersebut memiliki resiko yang cukup besar, sehingga bisa menunda publikasi laporan keuangan tahunan dan perusahaan yang mengalami kerugian untuk memperlambat proses auditnya karena mereka menganggap bahwa rugi perusahaan tersebut sebagai sebuah bad news yang dapat
81
mempengaruhi keputusan investor. Dalam hal ini seharusnya Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih memperketat peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan karena keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan menyebabkan dampak yang merugikan bagi investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Kepada para auditor disarankan untuk melakukan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efesien dan auditor dapat mengeluarkan laporan hasil audit yang sesuai dengan prosedur dan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. 2. Para peneliti dapat menggunakan lebih banyak variasi varibel lain seperti klasifikasi industri, internal audit, komite audit dan lainnya yang dapat digunakan untuk menguji Audit Delay. 3. Penelitian lain yang serupa juga dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini dengan menggunakan pendekatan uji beda dan atau menambahkan variabel lain yang dirasa dapat mempengaruhi Audit Delay.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A., M. S. Beasley dan R. J. Elder. “Auditing and Assurance Services”. Pearson. 2010. Ashton R. H. “An Empirical Analysis of Audit Delay”, Journal of Accounting Research Autumn, 1987. Ashton, Graul dan Newton. “Audit Delay and the Timeliness of Reporting”, Vol.5 No. 2, 1989.
Corporate
Boynton, dan Walter G. Kell. “Modern Auditing”, New York, 1996 Carslaw, Charles dan Kaplan. “An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand”. Vol. 22, No. 85. 1991. Courtis, J. K. “Relationship Between Timeliness in Corporate Reporting and Corporate attributes”, 1976. Dyer, dan McHugh. “The Timeliness of the Australian Annual Report”, 1975. Elliot. “Subject to Audit Opinion and Abnormal Security Returns: Outcomes and Ambiguities”, Journal of Accounting Research Autumn, 1982. Frildawati, Devi. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005. Gilling. “Timeliness in Corporate Reporting: Some Further Comment”, Accounting and Bussniss Research, 1977. Halim, Abdul. “Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan”, Edisi kedua, Unit Penerbit dan Percetakan, Yogyakarta, 2001. Halim, Varianada. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”, Vol. 2, No. 1, April 2000. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. 83
Harahap, Sofyan Syafri. “Teori Akuntansi”, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2007. Hassanudin. “Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Suatu Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi)”, Jurnal Indonesia Membangun, Juli 2002. Heri dan Imelda “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”, Jurnal Akuntansi/ Tahun XI No. 2, Mei 2007. Hery. “Teori Akuntansi”, Edisi Pertama, Cetakan ke 1, Kencana Jakarta, 2009. Hossain, Monirul dan Tayrol. “An Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan”, 1998. Ikatan Akuntansi Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta 2001. Imam, Mulyadi dan Subekti. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia”, SNA VII Denpasar Bali. 2-3 Desember 2004. Kartika, Andi. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia”, Vol. 16 No. 1, Maret 2009. Kosasi, Ahmad. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Meiden, Carmel dan Wenny. “Variabel Total lag Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Vol. 1, No. 1, Juni 2007. Mulyadi. “Auditing”, Universitas Gajah Mada, Penerbit : Graha Ilmu, 2002. Owusu, S dan Ansah. “Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbamwe Stock Exchange”, Accounting and Bussiness Research, 1976. Prabandari, J.D.M & Rustiana. Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi empiris pada perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEJ). Jurnal Kinerja, Volume 11, No.1, Hal. 27-39, 2007.
84
Rachmawati, Sistya. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Vol. 13, No. 2, November 2008. Rahayu. “Auditing (Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik)”, Penerbit : Graha Ilmu, 2010. Ria. “Fungsi Keuangan”, 2008. Diakses tanggal 11 Mei 2011. http://qeyty.blogspot.com/2008/10/bab-vii-fungsi-keuangan.html Rudianto. “Pengantar Akuntansi”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009. Rustiana. “Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay”, Vol. 11, No. 1, 2007. Sarwono, Jonathan. “Statistik itu Mudah (Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16)”, Gajah Mada, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Schwartz dan Soo. “Evidence of Regulator Non-Compliance With SEC Disclosure Rules on Auditor Changes”, 1996. Sejati, Anggit Wasis. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2007. Sudarmadji dan Sularto. “Leverage” Vol. 2, 21-22 Agustus 2007. Diakses tanggal 11 Mei 2011. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:oskHHsPUpeEJ:elib .unikom.ac.id/download.php%3Fid%3D17295+pengertian+leverage&cd=2& hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id Suetedjo, Soegeng. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Log (ARL)”. Vol. 9, No. 2. Agustus 2006. Sugiono, “Statistik untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005. Sunyoto, Danang. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, Media Pressindo, Yogyakarta, 2009. Supriyati Yuliasri Rolinda. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia). Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Vol . 10 No. 3, hal 109126. 85
Trianto, Yugo. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia), Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, 2006. Ubaidillah. “Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur”, Vol. 2, No. 2, Juli 2008. Utami, Wiwik. “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Pusat Penelitian dan Dosen FE, Universitas Mercu Buana, Bulletin Penelitian N0. 9, 2006. Wicaksono, Arif. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia. Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, 2009. Widiyanti, Novi Wulandari dan Subekti, Imam. “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay Di Indonesia”. Jurnal SNA VII Denpasar Bali, 2-3 Desember 2004. Wirakusuma, Mede Gede. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik”, SNA VII Denpasar Bali, 2-3 Desember 2004. Yuliana dan Aloysia Yanti Ardianti. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Modus, Vol 16 (2): 135-146.
86
LAMPIRAN A DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2010 No.
Nama Perusahaan
Kode
No.
1 2 3
PT Ace Hard Ware Indonesia Tbk PT Agis Tbk PT Akasha Wira International Tbk PT AKR corporindo Tbk
ACES TMPI ADES
81 82 83
PT Mayora Indah PT Merck Tbk PT Metrodata Elektronics Tbk
MYOR MERK MTDL
AKRA
84
SDPC
SQMI ALFA OKAS
85 86 87
PT Millennium Pharmacon International Tbk PT Mitra Adiperkasa Tbk PT Mobile-8 Telecom Tbk PT Modern Internasional Tbk
MAPI FREN MDRN
ANTM AQUA
88 89
PT Mulia Industrindo Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk
MLTA MLBI
ARGO APOL
90 91
PT Multi Indocitra Tbk PT Multi Prima Sejahtera Tbk
MICE LPIN
ARNA APLI ASGR ASII AUTO BTEL BRPT RMBA
92 93 94 95 96 97 98 99
PT Multipolar Tbk PT Multistrada Arah Sarana Tbk PT Mustika Ratu Tbk PT Myoh Technology Tbk PT Nipress Tbk PT Nusantara Infrastructure Tbk PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk PT Pan Brothers Tex Tbk
MLPL MASA MRAT MYOH NIPS META PKTK PBRX
BLTA BRNA BTON BUDI
100 101 102 103
PT Panasia Filament Inti Tbk PT Pelayaran tempuran Emas Tbk PT Perdana Bangun Pusaka Tbk PT Pioneerindo Gourment International Tbk PT Polychem Indonesia Tbk PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT Resources Alam Indonesia Tbk PT Ricky Putra Globalindo Tbk PT Rig Tenders Indonesia Tbk PT Rimo Catur Lestari Tbk PT Roda Vivatex Tbk PT Samudera Indonesia Tbk
PAFI TMAS KONI PTSP
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
PT Allbond Makmur Usaha Tbk PT Alfa Retalindo Tbk PT Ancora Indonesia Resources Tbk PT Aneka Kemasindo Tbk PT Aqua Golden Mississippi Tbk PT Argo Pantes Tbk PT Arpeni Utama Ocean Line Tbk PT Arwana Citramulia Tbk PT Asiaplast Industries Tbk PT Astra Graphia Tbk PT Astra International Tbk PT Astra Otopart Tbk PT Bakrie Telcom Tbk PT Barito Pacific Tbk PT Bentoel International Investama Tbk PT Berlian Laju Tanker Tbk PT Berlina Tbk PT Betonjaya Manunggal Tbk PT Budi Acid Jaya Tbk
CEKA 104 CSAP 105 CMPP 106
27 28
PT Cahaya Calbar Tbk PT Catur Sentosa Adiprana Tbk PT Centris Multi Persada Pratama Tbk PT Century Textile Industry Tbk PT Citra Tubindo Tbk
29
PT Colorpak Indonesia Tbk
CLPI
109
30 31 32 33 34
PT Darya Varia Laboratoria Tbk PT Davomas Abadi Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Delta Dunia Petroindo Tbk PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk
DVLA DAVO DLTA DOID PDES
110 111 112 113 114
CNTX 107 CTBN 108
Nama Perusahaan
Kode
ADMG PSDN PRAI PYFA RALS KKGI RICY RIGS RIMO RDTX SMDR 87
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT Dynaplast Tbk
DPNAS 115 PT Sat Nusapersada Tbk DYNA 116 PT Schering Plough Indonesia Tbk PT Ekadharma International Tbk EKAD 117 PT Sekar Laut Tbk PT Enseval Putera Megatradiang EPMT 118 PT Sekawan Inti Pratama Tbk Tbk PT Ever Shine Textile Industry ESTI 119 PT Selamat Sempurna Tbk Tbk PT Excelcomindo Pratama Tbk EXCL 120 PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 121 PT Sepatu Bata Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk FAST 122 PT Siantar Top Tbk PT Fortune Mate Indonesia Tbk FMII 123 PT Sierad Produce Tbk PT Gajah Tunggal Tbk GITL 124 PT SMART Tbk PT Goodyear Indonesia Tbk GDYR 125 PT Sorini Agro Asia Corporindo PT Gudang Garam Tbk GGRM 126 PT Sugi Samapersada Tbk PT Hanson International Tbk NYRX 127 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk PT Hero Supermarket Tbk HERO 128 PT Sumber Alfaria Triwijaya Tbk PT Holcim Indonesia Tbk SMCB 129 PT Sumi Indo Kabel Tbk PT HM Sampoerna Tbk HMSP 130 PT Suparma Tbk PT Humpuss Intermoda HITS 131 PT Surabaya Industry Pulp & Transportasi Tbk Kertas Tbk PT Indal Aluminium Industry Tbk INAI 132 PT Surya Intrindo Makmur Tbk PT Indo Acidatama Tbk SRSN 133 PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Indo Kordsa Tbk BRAM 134 PT Steady Safe Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa INTP 135 PT Taisho Pharmaceutical Tbk Indonesia Tbk PT Indofarma Tbk INDF 136 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 137 PT Tembaga Mulia Semanan Tbk PT Indonesia Air Trnsport Tbk IATA 138 PT Tempo Scan Pacific PT Indorama Syntetics Tbk INDR 139 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Indosat Tbk ISAT 140 PT Tigaraksa Satria Tbk PT Inter Delta Tbk INTD 141 PT Tira Austenite Tbk PT Intraco Penta Tbk INTA 142 PT Tirta Mahakam Resources Tbk PT Jakarta Kyoei Steel Works JKSW 143 PT Titan Kimia Nusantara Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS 144 PT Toba Pulp Lestari Tbk PT Jembo cable Company Tbk JECC 145 PT Toko Gunung Agung Tbk PT Kabelindo Murni Tbk KBLM 146 PT Trada Maritime Tbk PT Kageo Igar Jaya Tbk IGAR 147 PT Tri Polyta Indonesia Tbk PT Karwell Indonesia Tbk KARW 148 PT Trias Sentosa Tbk PT Kedaung Indah Can Tbk KICI 149 PT Tunas Baru Lampung Tbk PT Kedawung Setia Industrial KDSI 150 PT Tunas Ridean Tbk Tbk PT Keramik Indonesi Assosiasi KIAS 151 PT Ultra Jaya Milk Tbk Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 152 PT Unggul Indah Cahaya Tbk PT KMI Wire and Cable Tbk KBRI 153 pt Unilever Indonesia Tbk PT Kokoh Inti Arebama Tbk KOIN 154 PT United Tractor Tbk PT Langgeng Makmur Industry LMPI 155 PT Unitex Tbk
PTSN SCPI SKLT SIAP SMSM SMGR BATA STTP SIPD SMAR SOBI SUGI SULI AMRT IKBI SPMA SAIP SIMM TOTO SAFE SQBI TLKM TBMS TSPC AISA TGKA TIRA TIRT FPNI INRU TKGA TRAM TPIA TRST TBLA TURI ULTJ UNIC UNVR UNTR UNTX 88
Tbk
89
Lampiran B DATA VARIABEL PENELITIAN No.
Kode
Tahun
Audelay
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
ACES TMPI ADES AKRA SQMI ALFA OKAS ANTM AQUA ARGO APOL ARNA APLI ASGR ASII AUTO BTEL BRPT RMBA BLTA BRNA BTON BUDI CEKA CSAP CMPP CNTX CTBN CLPI DVLA DAVO DLTA DOID PDES DPNAS DYNA EKAD EPMT ESTI EXCL FASW FAST FMII GITL GDYR
2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008
48 167 84 84 56 147 159 82 90 75 96 58 83 51 50 51 74 81 38 92 71 75 84 30 76 89 86 71 79 49 64 79 66 97 90 86 57 71 76 54 78 89 75 86 71
UK 790.28 1538.37 185.02 4874.85 26.17 603.47 642.78 42.86 1003.49 1888.36 7294.28 738.09 276.08 841.05 80740.00 3981.32 8545.93 16375.29 4455.53 2497.92 432.64 70.51 1698.75 604.64 1226.64 68.24 232.83 1907.63 258.90 637.66 2806.02 698.30 420.00 173.22 142.63 1235.00 140.76 2513.34 530.25 28911.71 3718.55 784.76 306.91 8713.56 1022.33
OP
REP
0 2 1 0 0 1 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 1 1 0 1 1 2 0
1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
LEV 0.142758 0.289157 0.719493 0.598626 0.403719 0.356644 0.521912 0.383392 0.411033 0.847566 0.775460 0.607264 0.545490 0.604216 0.497436 0.299119 0.405328 0.462526 0.611449 0.752477 0.533112 0.216577 0.618136 0.591651 0.613691 0.546735 0.996907 0.510057 0.650813 0.203575 0.840719 0.211707 0.156581 0.382367 0.237947 0.581295 0.432388 0.467655 0.530262 0.850998 0.648288 0.385104 0.404475 0.810706 0.709753
LR 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 90
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
GGRM NYRX HERO SMCB HMSP HITS INAI SRSN BRAM INTP INDM INDF IATA INDR ISAT INTD INTA JKSW JPRS JECC KBLM IGAR KARW KICI KDSI KIAS KAEF KBRI KOIN LMPI LTLS LION LMSH TCID MPPA MYOR MERK MTDL SDPC MAPI FREN MDRN MLTA MLBI MICE LPIN MLPL MASA MRAT MYOH NIPS META PKTK
2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008
68 90 77 40 79 84 82 73 86 63 79 78 90 72 47 66 69 85 82 59 84 64 89 62 76 80 72 78 84 33 79 75 70 51 86 79 80 84 43 86 86 128 85 85 90 69 86 90 70 82 90 56 90
24072.96 2.23 2127.69 7674.98 16133.82 2967.70 622.41 392.94 1349.63 11286.71 966.81 39594.26 603.91 609.67 51693.32 37.67 1137.22 300.34 339.34 673.40 459.11 305.78 152.43 86.22 485.72 830.75 1445.67 607.23 431.95 560.08 3494.85 253.14 61.99 910.79 9741.37 2923.00 375.06 1288.80 308.66 3760.97 4797.89 790.84 3733.02 941.39 268.63 182.94 11402.50 2379.02 354.78 7.55 325.01 1560.94 2357.78
0 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 2 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0.355323 0.727317 0.645210 0.669325 0.501034 0.445414 0.876921 0.508722 0.166618 0.244976 0.691155 0.667581 0.686045 0.585239 0.657624 1.961961 0.711029 2.393463 0.381832 0.870517 0.509483 0.237787 1.535537 0.235710 0.530312 0.852951 0.344411 0.657240 0.738666 0.298473 0.726946 0.205157 0.388610 0.103892 0.675278 0.563231 0.127287 0.674301 0.741605 0.700190 0.850076 0.598560 2.329226 0.634300 0.651421 0.548196 0.724953 0.459948 0.144162 0.805062 0.620596 0.741770 0.754885
0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 91
99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151
PBRX PAFI TMAS KONI PTSP ADMG PSDN PRAI PYFA RALS KKGI RICY RIGS RIMO RDTX SMDR PTSN SCPI SKLT SIAP SMSM SMGR BATA STTP SIPD SMAR SOBI SUGI SULI AMRT IKBI SPMA SAIP SIMM TOTO SAFE SQBI TLKM TBMS TSPC AISA TGKA TIRA TIRT FPNI INRU TKGA TRAM TPIA TRST TBLA TURI ULTJ
2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008
84 85 70 90 75 84 65 84 57 85 38 80 80 86 70 65 79 59 78 64 70 81 86 33 79 40 59 75 75 78 71 80 85 90 79 80 79 85 79 84 73 76 74 87 58 51 76 80 50 76 84 90 84
952.74 581.54 1292.02 53.56 81.78 3855.93 286.99 107.47 98.66 3004.06 225.16 645.76 1054.84 71.15 580.93 5928.07 964.59 199.53 201.00 142.22 929.75 10602.96 401.90 626.75 1384.71 10025.92 1111.10 44.19 2169.94 2306.63 636.41 1564.90 2523.43 60.64 1031.13 131.34 294.72 91256.25 1173.32 2967.06 1016.96 1525.75 228.58 567.23 3515.54 311.92 96.60 1377.53 2374.67 2158.87 2802.50 3583.33 1740.65
1 1 0 2 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1
0.896453 1.041783 0.617225 0.686890 0.898906 0.737585 0.525487 2.994712 0.298030 0.225219 0.450110 0.498128 0.402365 0.787138 0.257597 0.517716 0.465483 0.958158 0.499170 0.372447 0.367075 0.229110 0.320433 0.499238 0.253785 0.523392 0.465050 0.105307 0.827633 0.737322 0.203128 0.577077 1.454343 1.631132 0.647775 0.146000 0.272049 0.517843 0.935918 0.218038 0.615476 0.744499 0.649838 0.769300 0.597238 0.572970 0.959260 0.267336 0.405396 0.519476 0.681152 0.714056 0.346995
1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 92
152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204
UNIC UNVR UNTR UNTX VOKS WICO YPAS ZBRA ACES TMPI ADES AKRA SQMI ALFA OKAS ANTM AQUA ARGO APOL ARNA APLI ASGR ASII AUTO BTEL BRPT RMBA BLTA BRNA BTON BUDI CEKA CSAP CMPP CNTX CTBN CLPI DVLA DAVO DLTA DOID PDES DPNAS DYNA EKAD EPMT ESTI EXCL FASW FAST FMII GITL GDYR
2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
48 84 60 87 78 86 65 90 47 109 84 84 74 84 76 85 88 89 90 74 77 69 75 78 76 89 81 102 67 64 80 84 79 84 96 86 70 68 64 82 64 71 84 81 76 79 76 75 80 109 71 76 71
2837.70 6504.74 22847.72 153.15 1165.13 227.56 180.55 76.73 970.56 1378.73 178.29 6059.07 26.57 673.29 1005.87 32.50 1147.21 1461.06 6771.97 822.69 302.38 774.86 88938.00 4644.94 11436.28 16015.19 4302.66 2497.92 507.23 69.78 1598.82 568.36 1385.59 68.24 381.42 1982.97 219.20 783.61 2806.02 760.43 361.05 171.20 142.55 1290.59 518.86 2986.18 518.86 27380.10 3671.23 1041.41 307.23 8877.15 1127.63
0 0 0 1 0 1 0 1 0 2 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
0.554592 0.522376 0.508362 2.103197 0.729347 0.716073 0.343731 0.408678 0.105905 0.225585 0.622973 0.632482 0.517637 0.535930 0.590871 0.399573 0.419185 0.974866 0.880001 0.576601 0.485335 0.508373 0.449819 0.271756 0.559565 0.508625 0.592028 0.752477 0.603227 0.073906 0.510145 0.469523 0.652127 0.546735 0.911482 0.456339 0.473953 0.291842 0.840719 0.211471 0.019008 0.357444 0.192935 0.562144 0.461544 0.536867 0.505071 0.678485 0.568377 0.386307 0.073495 0.699153 0.631657
0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 93
205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257
GGRM NYRX HERO SMCB HMSP HITS INAI SRSN BRAM INTP INDM INDF IATA INDR ISAT INTD INTA JKSW JPRS JECC KBLM IGAR KARW KICI KDSI KIAS KAEF KBRI KOIN LMPI LTLS LION LMSH TCID MPPA MYOR MERK MTDL SDPC MAPI FREN MDRN MLTA MLBI MICE LPIN MLPL MASA MRAT MYOH NIPS META PKTK
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
80 78 70 63 83 90 73 67 81 62 80 77 78 85 49 74 56 90 82 60 84 61 84 62 71 78 72 69 82 46 80 69 64 61 85 78 82 85 41 85 90 81 74 72 88 79 85 81 82 59 113 67 80
24263.14 0.90 2830.29 7265.37 17716.45 2164.50 470.42 412.78 1598.24 13276.27 728.03 40382.95 562.17 545.03 55041.49 35.07 1039.51 270.97 353.95 562.00 354.78 317.81 101.93 84.28 550.69 1320.52 1562.62 594.56 534.87 540.51 3081.13 271.37 72.83 994.62 10560.11 3246.50 433.97 1059.05 268.01 3379.39 4756.93 773.05 3238.59 993.47 291.31 137.91 11868.38 2536.05 386.35 6.93 314.45 1232.53 2329.75
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0.328209 1.632298 0.672581 0.543563 0.409254 0.386875 0.864416 0.473268 0.223903 0.193735 0.589688 0.616269 0.668180 0.531676 0.667736 2.054343 0.656130 2.519737 0.232412 0.824352 0.369426 0.191140 1.870170 0.279978 0.566639 0.836697 0.363049 0.511115 0.777880 0.261996 0.689773 0.160547 0.454589 0.114439 0.662788 0.499914 0.183853 0.617320 0.666928 0.618849 0.833394 0.573766 2.086893 0.893964 0.131594 0.319744 0.709936 0.555699 0.126384 0.862079 0.596202 0.709052 0.706245
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 94
258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310
PBRX PAFI TMAS KONI PTSP ADMG PSDN PRAI PYFA RALS KKGI RICY RIGS RIMO RDTX SMDR PTSN SCPI SKLT SIAP SMSM SMGR BATA STTP SIPD SMAR SOBI SUGI SULI AMRT IKBI SPMA SAIP SIMM TOTO SAFE SQBI TLKM TBMS TSPC AISA TGKA TIRA TIRT FPNI INRU TKGA TRAM TPIA TRST TBLA TURI ULTJ
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
71 83 56 87 76 84 64 87 63 60 67 84 88 85 67 84 65 90 64 76 76 76 80 85 67 40 70 83 69 56 73 79 71 78 81 88 81 98 70 80 79 82 76 88 54 60 83 85 49 77 81 80 83
819.57 463.57 1608.98 93.12 90.67 3719.87 353.63 94.85 105.20 3209.21 272.94 599.72 1020.97 16.69 651.18 5778.20 899.69 206.26 196.19 147.43 941.65 12951.31 416.68 548.72 1641.30 10210.55 948.76 37.76 2062.76 2860.48 561.95 1432.64 2413.70 60.04 1010.89 86.63 318.93 97559.61 996.06 3263.10 1347.04 1741.98 201.79 522.36 3595.73 306.14 101.75 1614.88 2747.92 1921.66 2858.07 1770.69 1732.70
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1
0.838870 1.081226 0.795522 0.761374 0.764765 0.706889 0.508614 3.130306 0.310182 0.229524 0.447430 0.454226 0.353957 1.808601 0.180323 0.575558 0.480727 0.773736 0.421614 0.363975 0.422022 0.203316 0.276796 0.262814 0.281760 0.515169 0.319618 0.014404 0.876994 0.688481 0.124361 0.519233 1.335974 0.783909 0.477023 1.798047 0.173972 0.488281 0.870474 0.250880 0.681622 0.732179 0.589040 0.795145 0.559861 0.604340 0.959177 0.275463 0.350103 0.404302 0.605502 0.435126 0.310592
0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 95
311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 389 360 361 362 363
UNIC UNVR UNTR UNTX VOKS WICO YPAS ZBRA ACES TMPI ADES AKRA SQMI ALFA OKAS ANTM AQUA ARGO APOL ARNA APLI ASGR ASII AUTO BTEL BRPT RMBA BLTA BRNA BTON BUDI CEKA CSAP CMPP CNTX CTBN CLPI DVLA DAVO DLTA DOID PDES DPNAS DYNA EKAD EPMT ESTI EXCL FASW FAST FMII GITL GDYR
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
51 82 50 81 80 85 76 90 70 123 69 85 84 85 76 88 85 74 95 74 77 77 75 77 76 84 81 90 75 68 80 83 77 84 90 48 70 79 54 82 84 84 84 80 80 62 88 28 84 84 87 81 73
2506.83 7484.99 24404.83 147.66 1151.52 218.44 191.14 70.59 1191.33 1407.38 324.49 7665.59 22.04 673.05 1287.12 28.38 1229.71 1428.23 5505.20 837.15 334.95 982.48 112857.00 5585.85 12352.89 16015.19 1229.71 2680.92 550.91 89.82 1967.63 850.47 1704.91 65.28 350.70 2736.75 275.39 854.11 2857.20 708.58 7637.44 200.55 175.68 1552.29 204.47 3254.77 583.25 27251.28 4495.02 1236.04 347.82 10371.57 1276.85
0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
0.493171 0.504532 0.428348 1.909295 0.747229 0.666419 0.352975 0.465484 0.123179 0.321219 0.692203 0.627056 0.112279 0.596826 0.646059 0.477516 0.432529 0.851632 1.152645 0.547204 0.314944 0.524688 0.479970 0.265439 0.579464 0.508625 0.432529 0.737170 0.593464 0.185143 0.592126 0.636962 0.693263 0.529856 0.937055 0.586570 0.511563 0.249977 0.662093 0.162613 0.982588 0.440280 0.275168 0.624228 0.387690 0.447331 0.560764 0.570109 0.597199 0.351427 0.198245 0.659975 0.637633
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 96
364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416
GGRM NYRX HERO SMCB HMSP HITS INAI SRSN BRAM INTP INDM INDF IATA INDR ISAT INTD INTA JKSW JPRS JECC KBLM IGAR KARW KICI KDSI KIAS KAEF KBRI KOIN LMPI LTLS LION LMSH TCID MPPA MYOR MERK MTDL SDPC MAPI FREN MDRN MLTA MLBI MICE LPIN MLPL MASA MRAT MYOH NIPS META PKTK
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
87 89 55 31 85 119 83 80 80 59 84 70 88 70 41 66 59 83 82 73 84 61 80 70 70 74 74 69 88 74 82 74 63 61 12 80 82 89 38 77 81 84 84 33 77 69 12 56 80 84 84 70 80
30741.68 133.22 3125.37 10437.25 20525.12 1159.23 389.01 364.00 1492.73 15346.15 733.96 47275.96 593.41 565.67 52818.19 42.59 1634.90 289.99 411.28 562.00 403.19 317.81 73.65 85.94 557.72 1266.12 1657.29 594.56 510.96 608.92 3591.14 303.90 78.20 1047.24 11420.60 4399.19 434.77 945.24 276.52 3670.50 4483.61 793.66 4532.30 1137.08 371.83 150.94 14016.69 3038.41 386.33 3.06 337.31 1909.04 2329.75
0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0.306470 1.839193 0.632491 0.345996 0.502295 0.987372 0.795104 0.372941 0.190156 0.146326 0.575905 0.474303 0.695042 0.489853 0.654731 0.785961 0.732816 2.311151 0.270246 0.824352 0.435506 0.191140 2.341518 0.244378 0.541816 0.794103 0.327798 0.511115 0.755244 0.340315 0.715843 0.144691 0.388935 0.094303 0.374686 0.536165 0.165035 0.618430 0.671718 0.599744 1.026649 0.535710 0.001107 0.585458 0.231627 0.291517 0.393541 0.463820 0.126393 1.293579 0.558659 0.466453 0.710108
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 97
417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469
PBRX PAFI TMAS KONI PTSP ADMG PSDN PRAI PYFA RALS KKGI RICY RIGS RIMO RDTX SMDR PTSN SCPI SKLT SIAP SMSM SMGR BATA STTP SIPD SMAR SOBI SUGI SULI AMRT IKBI SPMA SAIP SIMM TOTO SAFE SQBI TLKM TBMS TSPC AISA TGKA TIRA TIRT FPNI INRU TKGA TRAM TPIA TRST TBLA TURI ULTJ
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
81 81 89 69 83 77 68 76 50 61 67 80 89 84 69 80 61 90 66 77 80 67 83 96 77 39 80 83 99 59 62 76 73 71 87 88 88 89 67 82 119 77 77 80 56 67 84 83 45 80 82 89 80
887.28 352.37 1287.71 84.84 109.01 3766.14 414.61 87.88 99.94 3485.98 527.25 613.32 979.25 17.74 852.45 5673.22 825.57 233.76 199.38 150.91 1067.10 15563.00 484.26 649.27 2055.74 12475.63 1656.57 40.82 2087.77 4262.93 600.82 1490.03 2211.70 70.64 1091.58 86.83 320.02 99758.45 1239.04 3589.54 1936.95 1466.08 217.84 577.18 3266.54 291.21 104.62 2184.54 3003.09 2029.56 3651.11 2100.15 2006.60
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1
0.811145 1.365013 0.829664 0.722220 0.621703 0.668268 0.533257 0.188082 0.269282 0.231082 0.416127 0.448935 0.318034 2.382586 0.161881 0.569352 0.432719 0.948138 0.409817 0.343041 0.467272 0.219961 0.315418 0.311015 0.400211 0.520924 0.542882 0.277702 0.815327 0.745455 0.180415 0.517873 1.393902 0.641599 0.421957 1.793790 0.159277 0.434486 0.903646 0.263227 0.695367 0.728283 0.560420 0.768950 0.564282 0.567043 1.025536 0.415108 0.317325 0.390024 0.659941 0.422208 0.351577
0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 98
470 471 472 473 474 475 476 477
UNIC UNVR UNTR UNTX VOKS WICO YPAS ZBRA
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
49 82 55 84 77 87 66 68
2536.12 8701.26 29700.91 153.90 1126.48 213.29 200.86 62.20
0 0 0 1 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1
0.454835 0.534682 0.455727 2.062751 0.657318 0.650715 0.345323 0.546988
0 0 0 1 0 1 0 1
99
LAMPIRAN C
1. HASIL UJI NORMALITAS
100
2. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
3. HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
74.036
1.009
UK
.000
.000
OP
19.105
REP LEV LR
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
73.356
.000
-.120
-2.936
.003
.938
1.066
1.712
.630
11.162
.000
.490
2.039
-2.848
1.291
-.090
-2.206
.028
.931
1.074
-.082
.078
-.042
-1.056
.291
.971
1.030
-9.587
2.384
-.226
-4.022
.000
.494
2.024
Sumber : Data diolah 2011
101
4. HASIL UJI AUTOKORELASI b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.514
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate
.264
.256
13.60170
DurbinWatson 2.024
Sumber : Data diolah 2011
102
LAMPIRAN D
MULTIPLE REGRESSION Variables Entered/Removedb
Variables Entered
Model
Variables Removed
Method
1 LR, REP, UK, LEV, OPa
. Enter
Sumber : Data diolah 2011
Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.514a
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-
Square
Estimate
Watson
.264
.256
13.60170
2.024
Sumber : Data diolah 2011
Anova
Model
Sum of Squares
Mean Square
df
F
Sig.
1Regression 31209.703 Residual Total
5 6241.941 33.739
87137.949
471
118347.652
476
.000a
185.006
Sumber : Data diolah 2011
103
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
74.036
1.009
UK
.000
.000
OP
19.105
REP
-2.848
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
73.356
.000
-.120
-2.936
.003
.938
1.066
1.712
.630
11.162
.000
.490
2.039
1.291
-.090
-2.206
.028
.931
1.074
(Constant) 1
LEV
-.082
.078
-.042
-1.056
.291
.971
1.030
LR
-9.587
2.384
-.226
-4.022
.000
.494
2.024
Sumber : Data diolah 2011
104
LAMPIRAN E STATISTIK d-DURBIN WATSON Taraf nyata untuk dL dan dU : 5% N
K
dl
du
460. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 470. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 480. 490.
21. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 2.
1.75680 1.84429 1.84002 1.83572 1.83142 1.82709 1.82275 1.81840 1.81403 1.80964 1.80524 1.80083 1.79640 1.79195 1.78749 1.78301 1.77852 1.77401 1.76949 1.76496 1.76041 1.84596 1.84177 1.83757 1.83336 1.82912 1.82488 1.82061 1.81634 1.81205 1.80774 1.80341 1.79908 1.79473 1.79036 1.78599 1.78159 1.77719 1.77276 1.76833 1.76388 1.84758
1.93800 1.85282 1.85711 1.86141 1.86574 1.87009 1.87445 1.87883 1.88324 1.88767 1.89211 1.89657 1.90105 1.90556 1.91008 1.91461 1.91918 1.92376 1.92835 1.93296 1.93760 1.85431 1.85851 1.86272 1.86695 1.87121 1.87548 1.87977 1.88408 1.88841 1.89276 1.89712 1.90151 1.90591 1.91034 1.91477 1.91923 1.92371 1.92820 1.93271 1.93725 1.85576
105