BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara yang terkenal akan penduduknya yang
bekerja di bidang agraris. Banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menyebabkan penduduk lain harus mencari pekerjaan di sektor yang berbeda untuk melanjutkan keberlangsungan hidupnya. Salah satu sektor yang dapat digali dan mengarah kepembangunan non pertanian yaitu sektor Industri. Sektor industri memiliki peranan yang sangat vital dalam keberlangsungan perekonomian di Indonesia karena sektor industri tumbuh dengan pesat. Industri kerajinan di Indonesia pada saat ini memiliki daya saing tinggi dan mampu menyerap banyak tenaga kerja sekaligus penghasil devisa. Salah satu industri kerajinan yang berkembang cukup pesat di Indonesia adalah Industri kerajinan Kulit. Industri kerajinan kulit merupakan industri yang lebih diminati oleh masyarakat dari segi keberdayaagunaannya dibandingkan dengan industri kerajianan lain. Pengembangan industri kulit yang dimulai pada tahun 1970an telah membuktikan, bahwa industri kulit dan produk kulit di dalam negeri telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan di sektor hulu tepatnya di Pulau Jawa misalnya, dari 37 pabrik berskala besar dan menengah pada tahun 1975 menjadi 112 pabrik pada tahun 1995. Pada masa itu muncul sentra-sentra industri kulit seperti di Magetan, Garut (Jawa Barat) dan Madiun (Jawa Timur).
1
Pada masa yang bersamaan pabrik berskala kecil juga tumbuh dari sekitar 200 pabrik menjadi 500 pabrik dan kapasitas terpasangpun meningkat dari 40.000 ton menjadi 70.000 ton per tahun. Pertumbuhan ekspor produk kerajinan Indonesia meningkat 5-10 persen setiap tahunnya. Cabang Industri kerajinan kulit tidak begitu besar, hanya ada 6,1 % dari total unit usaha industri kecil di Kabupaten Bantul. Walaupun demikian cabang industri keajinan kulit ini mampu menyumbangkan nilai tambah terbesar diantara cabang industri kecil yang ada didaerah ini. Secara keseluruhan cabang Industri kerajinan kulit mengalami peningkatan dalam segi produksi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kinerja usaha jasa industri yang terkait dalam cabang industri kecil ini. Sedangkan dalam pengembangan industri kecil kerajinan kulit justru mengalami penurunan walau tidak drastis.. Studi pengembangan industri di Kabupaten Bantul sangat dibutuhkan, sehingga dapat memperluas kesempatan berusaha dan meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun pengembangan industri akan mencapai nilai optimal apabila diketahui potensi yang dimiliki, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kondisi faktual industri yang ada sekarang baik dari aspek produktivitas, investasi, lokasi maupun interkorelasi industri Pemerintah Daerah mempunyai peran yang cukup signifikan dalam pengembangan industrialisasi di daerah. Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk menentukan arah kebijakan pengembangan industri, baik menyangkut pola pengembangan, macam dan jenis industri, penyelesaian masalah
2
lingkungan, lokasi industri, dan penyusunan prioritas pengembangan maupun model
kemitraaan
yang
akan
dikembangkan.
Karena
pengembangan
industrialisasi tidak lepas dari berbagai permasalahan seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia,teknologi, ekonomi dan manajemen, lingkungan, budaya maupun aturan perundangan, maka penentuan prioritas pengembangan industri harus senantiasa mempertimbangkan dengan semua faktor di atas, sehingga terjadi kesinambungan pembangunan. Desa Sabdodadi memiliki luas wilayah 232,90 ha yang merupakan wilayah pengembangan industri kerajinan
kulit khususnya Manding. Aneka Produk
kerajinan berbahan dasar kulit hewan terutama sapi, domba, dan kambing dihasilkan oleh tangan-tangan terampil dari Manding. Kerajinan kulit Manding tidak semata-mata menggunakan bahan kulit sebagai bahan kerajinan tetapi juga memadukan kulit dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, eceng gondok, agel dan lidi. Aneka kerajinan berbahan dasar kulit yang bisa didapatkan dari Manding, antara lain: tas kulit, kipas, souvenir pernikahan, dompet, kap lampu, sepatu,
sandal, gantungan kunci,ikat pinggang dan lain
sebagainya. Industri kerajinan kulit Manding ini dapat menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja serta pengembangannya menunjang pembangunan keseluruhan industri kecil kerajinan kulit khususnya di Kabupaten Bantul. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas menjadi dasar penelitian peneliti yang berjudul “Kajian Pendapatan Pengusaha Industri Kerajinan Kulit Manding, Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul”
3
1.2
Perumusan Masalah Di Kabupaten Bantul, Industri Kerajinan kecil merupakan sub sektor yang
potensial untuk dikembangkan dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan prasarana transportasi yang cukup memadai. Pengembangan industri kerajinan di Bantul dikembangkan sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Karakteristik sosial ekonomi pengusaha industri kerajinan kulit dianalisa untuk mengetahui bagaimana kaitannya terhadap pendapatan pengusaha Industri kerajinan kulit Manding di Desa Sabdodadi yang sebagian besar mengantungkan sumber pendapatannya dari sektor Industri ini. Industri kerajinan kulit Manding yang berada di Desa Sabdodadi ini dinilai cukup berkembang apabila dilihat dari jumlah industri yang ada disana dan telah banyak orang yang mengenalnya. Selain hal diatas, kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi ikut andil dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha. Faktor – faktor produksi ini meliputi modal, bahan baku, tenaga kerja, dan transportasi. Distribusi produk bertujuan menyampaikan produk ketangan konsumen sehingga diperlukan adanya suatu sistem pemasaran. Pemasaran produk-produk hasil kerajinan kulit pada industri kerajinan kulit telah terjalin kerjama sama yang baik
antara
pengusaha
dengan
distributor
dan
konsumen.
Di
dalam
perkembangannya ada beberapa hasil industri dari kerajinan kulit yang sudah merambah pasar ekspor. Permasalahan muncul ketika terjadi Gempa bumi pada tahun 2006 dan melumpuhkan perekonomian masyarakat Bantul termasuk industri
4
kerajinan kulit Manding di Desa Sabdodadi. Dengan adanya kejadian ini para pengusaha harus menata kembali industri yang sudah puluhan tahun dirintis dengan susah payah. Walaupun saat ini kondisinya sudah membaik tetapi volume pemasarannya belum meningkat. Beberapa pengusaha mengatakan bahwa semenjak tragedi gempa tahun 2006 yang lalu ternyata masih banyak para pelanggan terutama yang berasal luar negeri yang putus komunikasi. Erupsi Gunung Api Merapi yang terjadi pada tahun 2010 juga mempengaruhi aktifitas jual beli karena masih banyak orang yang beranggapan Jogja merupakan tempat rawan bencana alam. Selain permasalahan diatas, meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan efek domino dimana semakin sempitnya luas lahan pertanian yang beralih fungsi menyebabkan semakin sempitnya kesempatan kerja dan turunnya pendapatan. Rentetan kejadian diatas pada akhirnya mempengaruhi sumber pendapatan para pengusaha yang imbasnya terjadinya penurunan kesejahteraan pengusaha. Dengan adanya industri kerajinan kulit ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang besar di daerah pedesaan. Tentunya hal ini memberikan dampak yang positif dalam pemberantasan jumlah pengangguran. Berdasarkan uraian-uraian yang melatarbelakangi permasalahan, maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu dijawab melalui penelitian tentang kajian pendapatan pengusaha industri kerajinan kulit Manding. Pertanyaan-pertanyaan penuntun penelitian tersebut yaitu :
5
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi pengusaha kerajinan kulit di Dusun Manding? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap proses produksi? 3. Bagaimana sistem pemasarannya dan daerah tujuan pemasaran produk industri kerajinan kulit? 4. Seberapa besar sumbangan pendapatan dari usaha Industri kerajianan kulit terhadap pendapatan total pengusaha?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengusaha kerajinan kulit Manding di Desa Sabdodadi. 2) Mengetahui faktor - faktor produksi yang berpengaruh
dalam proses
produksi. 3) Mengetahui sistem pemasaran dan daerah pemasaran kerajinan kulit Manding di Desa Sabdodadi. 4) Mengetahui besarnya sumbangan pendapatan dari usaha Industri Kerajianan kulit terhadap pendapatan total pengusaha.
6
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian secara langsung dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yakni manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1) Secara teoritis dapat menerapkan ilmu geografi khususnya cabang ilmu geogafi Industri dalam pemecahan permasalahan kesejahteraan pada daerah penelitian. 2) Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi instansi terkait dalam memperhatikan, mendukung, serta membantu perkembangan Industri di Kabupaten Bantul serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan informasi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1 Industri Geografi merupakan studi mengenai hubungan kausal gejala-gejala dan peristiwa yang terjadi pada muka bumi baik secara fisik maupun secara ruang yang menyangkut mahluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasialan pembangunan ( Bintarto, 1984 ). Geografi industri sebagai cabang dari geografi manusia sangat berkepentingan dengan permasalahan industri pada suatu wilayah. Pada dasarnya studi mengenai geografi manusia adalah studi tentang struktur aktivitas manusia (Miller, 1964).
7
Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi. Menurut Hasibuan (2000) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara mikro industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barangbarang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makrodapat membentuk pendapatan. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam Undang-Undang No.5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri. Dikemukakan Dumairy (1996), bahwa industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan prusahaan-perusahaan kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Kartasapoetra (1997), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi
8
menjadi barang yang nilainya lebih tinggi. Badan Pusat Statistik (1998), industri adalah suatu unit usaha atau usaha atau kesatuan produksi yang terletak pada tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang-barang (bahan baku) dengan mesin atau tangan menjadi produk baru. Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari peralatan sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi, pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, industri sudah dikenal sejak zaman purbakala. Walaupun pada awal perkembangannya masih sangat sederhana dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang terbatas.
1.5.2 Klasifikasi Industri Badan Pusat Statistik (BPS) membagi industri menjadi empat golongan, yaitu : 1. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20 – 99 orang. 3. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5 – 19 orang. 4. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1 – 4 orang. Menurut Luthan (1979) dalam bukunya yang berjudul “ Beberapa Aspek Ketenagakerjaan Perusahaan Kecil di Indonesia “ mengklasifikasikan industri ke dalam empat golongan, yaitu :
9
1. Industri besar, adalah industri yang menggunakan mesin dengan tenaga kerja 50 orang ke atas. 2. Industri sedang, adalah industri yang menggunakan mesin dengan tenaga kerja 5 – 49 orang. 3. Industri kecil, adalah industri yang menggunakan mesin dengan tenaga kerja 1 – 4 orang. 4. Industri Rumah tangga, yaitu suatu usaha pengubahan atau pembentukan suatu barang menjadi barang lain yang nilainya lebih tinggi dan tidak menggunakan tenaga kerja yang dibayar, misalnya seorang istri yang membantu suaminya dalam usaha atau kegiatan industri keluarga. Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau beberpa pendekatan. Di Indonesia, industri digolongkan berdasarkan kelompok komoditas, skala usaha dan berdasarkan arus produknya. Penggolongan yang paling universal adalah berdasarkan International Standard of Industrial Classification ( ISIC ), yaitu berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.
10
Tabel 1.1 Penggolongan Industri menurut ISIC Kode
Kelompok Industri
31
Industri makanan, minuman, dan tembakau
32
Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
33
Industri kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk perabotan rumah tangga
34
Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan
35
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik.
36
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
37
Industri logam dasar
38
Industri barang dari logam, mesin, dan peralatan
39
Industri pengolahan lainnya
Sumber : Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (2000)
1.5.3 Faktor – faktor Produksi Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas modal,bahan baku, bahan tambahan,pemasaran, tenaga kerja, dan transportasi.
11
1.5.3.1. Modal Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat atau mesin produksi. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman,yang masing-masing berperan langsung dalam proses produksi. Akumulasi terjadinya apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar produktivitas dan pendapatan. Riyanto (1997) mengatakan bahwa modal terbagi menjadi dua yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menurut fungsi kerjanya dapat dibedakan menjadi kerja dan modal tetap. Sedangkan modal pasif dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing atau modal badan usaha dan modal kreditur/uang. Dengan perkembangan teknologi serta semakin ketatnya persaingan disektor industri, maka faktor produksi modal memiliki arti yang penting bagi pengusaha untuk mengambangkan usahanya.
1.5.3.2 Bahan baku Bahan baku disebut juga bahan dasar yang dipergunakan untuk memproduksi suatu barang. Bahan baku merupakan bagian yang integral dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Persediaan bahan baku yang cukup dapat mempelancar proses produksi serta barang jadi yang dihasilkan harus dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran, yaitu memberikan kepuasan kepada pelanggan, karena apabila barang tidak tersedia maka perusahaan kehilangan
12
kesempatan merebut pasar dan perusahaan tidak dapat memasok barang pada tingkat optimal.
1.5.3.3 Pemasaran Pemasaran merupakan hal yang diperlukan untuk menyampaikan atau menjual hasil produksi ke tangan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung (Nuryana, 2011:8). Pemasaran merupakan faktor yang sangat penting karena pemasaran dalam industri kerajinanan kulit menentukan keberhasilan penjualan suatu produk hasil kerajinan kulit yang berdampak pada pendapatan dan keberlangsungan hidup pengusaha industri kerajinan kulit. Sistem pemasaran adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembagalembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktorfaktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan itu mencakup : 1. Gabungan organisasi yang melaksanakan kerja pemasaran. 2. Produk, jasa, gagasan atau manusia yang dipasarkan. 3. Target pasar. 4. Perantara (pengecer, grosir, agen transportasi, lembaga keuangan). 5. Kendala lingkungan (environmental constraints).
13
Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang saling berkaitan, yaitu organisasi pemasaran dan target pasarnmya. Unsur-unsur dalam sebuah sistem pemasaran serupa dengan unsur-unsur yang ada pada sistem radio stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi pada waktu dipertemukan secara tepat. Sistem pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu antara lain : a. Sistem pemasaran dengan saluran vertikal Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan. Tujuan dari sistem ini yaitu mengendalikan perilaku saluran dan mencegah perselisihan antara anggota saluran. b. Sistem pemasaran dengan saluran horisontal Pada sistem ini, ada suatu kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul. c. Sistem pemasaran dengan saluran ganda Pada sistem ini beberapa gaya pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajemen digabungkan, kemudian dari belakang dipimpin secara sentral.
1.5.3.4 Tenaga Kerja Tenaga kerja atau man power menurut Simanjuntak (1998) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age population). Secara praktis, pengertiantenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan
14
batas usia kerja menjadi 15 tahun sehingga tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik, tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itusendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998). Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan yang bekerja, golongan yang menganggur dan golongan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential labor force. Selanjutnya angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua sub kelompok, yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja (misalnya : wanita karir yang sedang hamil). Badan Pusat Statistik (2009) mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh
15
pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu. Termasuk dalam batas ini pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam satu usaha / kegiatan ekonomi. Badan Pusat Statistik (2009) mengatakan bahwa penganggur ialah orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Lengkapnya, orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur inilah oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka. Sukirno (2000) menerangkan ada tiga faktor yang menyebabkan pengangguran dinegara-negara berkembang. Faktor pertama adalah ketidak seimbangan diantara sumber-sumber ekonomi yang dimiliki kebanyakan negaranegara berkembang. Disatu pihak negara-negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang sangat berlebihan dilain pihak negara-negara itu menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja dan pengusaha yang mampu mengembangkan usaha yang dapat menyediakan kesempatan kerja yang cukup untuk penduduk yang ada. Faktor kedua yaitu corak kegiatan ekonomi yang masih bertumpu kepada sektor-sektor tradisional baik dibidang pertanian maupun dalam bidang industri danjasa-jasa. Kegiatan-kegiatan seperti itu mempunyai produktivitas yang relatif rendah dan menyebabkan pendapatan dan tabungan yang rendah. Faktor ketiga yaitu perkembangan dan struktur demografi di negara-negara berkembang menimbulkan tendensi dimana keadaan pengangguran menjadi semakin serius dari tahun ketahun. Ada tiga jenis pengangguran yang banyak terjadi di negara berkembang, tetapi tidak terdapat di negara maju, yaitu:
16
1. Pengangguran tersembunyi (diguised unemployment), merupakan keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. 2. Pengangguran
bermusim
(seasonal
unemployment),
yaitu
keadaan
pengangguran pada masa-masa tertentu dalam satu tahun. Setengah pengangguran (under employment), yaitu keadaan pengangguran dimana seorang pekerja melakukan pekerjaan jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal (Sukirno, 2000).
1.5.3.5 Transportasi Transportasi merupakan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (dari mana kegiatan pengangkutan dimulai) ke tempat tujuan (kemana kegiatan pengangkutan diakhiri). Transportasi merupakan media pendistribusian barang yang sangat penting dalam menunjang produktifitas produksi. Alat-alat transportasi dalam penyaluran barang hasil kerajinan kulit dapat diangkut oleh mobil, pick up, motor, truck dan sebagainya. Daerah yang sarana transportasi baik tentu akan menekan biaya transportasinya karena gampangnya akses dalam pendistribusian barang. Semakin dekat daerah tujuan pemasaran semakin murah juga biaya yang dikeluarkan untuk transportasi. Transportasi mempunyai peranan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dengan berusaha mengatasi kesenjangan jarak dan waktu. Jasa transportasi merupakan salah satu faktor masukan (input) yang penting dari kegiatan produksi dari sebuah Industri. Selain itu manfaat transportasi dapat dilihat dari berbagai
17
segi kehidupan masyarakat, yakni manfaat ekonomi, manfaat sosial, manfaat politis, dan manfaat kewilayahan. Kemudahan yang dapat diperoleh karena transportasi bagi manusia adalah mudahnya mengatasi jarak antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya alam atau barang produksi yang dibutuhkan manusia yang terletak pada masing-masing geografi.
1.5.4 Peranan Industri Kecil Negara - negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan beberapa negara maju lainnya, jumlah industri besar tumbuh melalui pembagian kerja dengan ribuan jenis industri kecil yang memproduksi bagian-bagian produksi yang dibutuhkan oleh Industri besar. Akan tetapi industri kecil tidak dapat diremehkan peranannya. Industri kecil memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara teruatama pada negara – negara berkembang. Menurut Tohar (2000) Industri kecil mempunyai peran dan fungsi yang meliputi penyediaan barang dan jasa, penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, sebagai nilai tambah bagi produk daerah dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
1.5.5.1 Peranan Industri Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Kontribusi sektor industri dalam perekonomian secara makro cukup berarti. Sumbangan tersebut terutama dari segi penyerapan tenaga kerja. Di samping itu mereka juga memberikan kontribusi dalam penciptaan nilai tambah dan devisa ekspor non migas meskipun nilainya relatif kecil.
18
Melihat sifat industri kecil yang banyak menggunakan tenaga manusia, maka sangat intensif dalam penggunaan sumber-sumber alam lokal. Lokasinya yang banyak terdapat di daerah pedesaan, maka diperkirakan bahwa pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja, pengurangan jumlah pengangguran dan kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi di daerah pedesaan. Apabila industri kecil ini dibina dan dikembangkan dengan baik, sumbangannya akan lebih besar bagi perekonomian nasional pada umumnya dan memberikan sumbanagn bagi daerah di mana industri kecil itu tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari peranan industri kecil terhadap perluasan kesempatan kerja, pemerataan dan peningkatan penghasilan masyarakat serta peningkatan ekspor. Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan langkah yang tepat sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia saat ini. Terkait fenomena tingginya pengangguran, maka industri kecil dan industri rumah tangga memiliki peranan yang tak kecil. Fakta berkata bahwa Industri kecil dan rumah tangga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang mampu menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah dalam menggerakan sektor industri diberbagai lapangan usaha. Terlihat dari data yang diinformasikan dari Badan Pusat Statistik (2009) menyebutkan bahwa Industrikecil dan rumah tangga di Indonesia menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau 99,40 persen dari total angkatan kerja.
19
1.5.5.2 Peranan Industri Kecil terhadap Pendapatan Menurut Wahyudi (2000), Pendapatan adalah perolehan aktiva/ sumber ekonomi dari pihak lain sebagai imbalan atas penyerahan barang dagangan, jasa/ aktivitas-aktivitas usaha perusahaan lainnya. Pendapatandariindustri sangat berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan bagi para pelaku usaha. Oleh karenanya industri yang ada di pedesaan akan mampu menopang perekonomian ekonomi pedesaan terhadap pendapatan rumah tangga baik pengusaha ataupun pekerja. Upaya untuk meningkatkan wirausaha, khususnya untuk mengembangkan usaha kecil di Indonesia telah lama dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Berbagai kebijakan maupun bantuan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendorong perkembangan usaha-usaha kecil ini. Keseriusan pemerintah untuk menangani usaha ini terlihat dengan dibentuknya Menteri Koperasi dan pengembangan usahakecil dalam kabinet Pembangunan VI (Purnomo, 1994 : 5).
1.6
Keaslian Penelitian Sutanto (2001) meneliti tentang Industri kerajinan Agel di Desa Salamrejo,
Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan analisis menggunakan uji statistik dan tabel frekuensiHasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya modal merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai produksi. Penyerapan tenaga kerja
20
industri kerajinan Agel menyerap tenaga kerja produktif relatif sedang. Daerah pemasaran tingkat pemasaran internasional memiliki nilai pemasaran terbesar Nuryana (2011) melakukan penelitian yang berjudul kontribusi pendapatan industri tahu di Desa Ngestiharjo, Kecamatan. Kasihan, Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan dalam penentuan responden berupa metode sensus dengan penggumpulan data menggunakan kuesionerdan di analisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabel silang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik sosial ekonomi pengusaha industri tahu yaitu 63,15 % pengusaha memiliki tingkat pendidikan rendah, 38,60 % pengusaha memiliki luas lahan pendapatan industri tahu perkarangan > 1.100 m2 dan sebanyak 68,42% pengusaha telah melakukan usaha industri yahu lebih dari 15 tahun. Produktivitas industri tahu ini tergolong rendah, yakni 68,42% produktivitas secara ekonomi dan 63,16% produktivitas secara fisik. Sistem pemasaran industri Tahu 73,68% pengusaha menggunakan sistem produsen (pengusaha) - konsumen dengan daerah tujuan pemasaran 82,46% adalah daerah regional. Industri Tahu ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan total pengusaha industri tahu yaitu 63,46% dengan rata-rata pendapatan industri tahu sebesar Rp.1.853.000/bulan. Kuncara (2000) melakukan penelitian tentangpengaruh faktor produksi terhadap pendapatan pengusaha industri kerajinan kulit (studi kasus di Desa Sabdodadi , kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta). Metode yang digunakan dalam penentuan responden berupa metode survey dengan analisis data menggunakan uji statistik korelasi product moment dari Pearson dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama usaha pengusaha industri
21
kerajinan yang paling mendominasi adalah 10-20 tahun sebesar 47,2%. Hasil ini menggambarkan bahwa semakin lama pengusaha melakukan usaha industri maka akan semakin tinggi pendapatan para tenaga kerja. Kustanti (2011)
meneliti tentang peranan industri bambu terhadap
perluasan kesempatan kerja dan distribusi pendapatan (Studi kasus di Desa Sendang agung, Minggir, Sleman). Metode yang digunakan dalam penentuan responden berupa metode sensus dengan penggumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan uji ststistik T-test, uji Multiplier effect, dan indeks GINI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan industri bambu mempunyai pengaruh besar dalam merangsang munculnya kegiatan ekonomi lain. Semakin tinggi hasil produksi, semakin luas kesempatan kerja. Untuk Sektor pendapatan terdapat adanya ketimpangan distribusi pendapatan rumah tangga antar pengusaha industri bambu. Dhefitra (2014) meneliti tentang kajian pendapatan pengusaha industri kerajinan kulit Manding di Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.Penelitian ini menggunakan metode deskrifstif kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode sensus berupa observasi, wawancara terstruktur dan dokumentasi. Analisis data menggunakan uji statistik regresi berganda dan tabel frekuensi.
22
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Nama, Tahun
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Sutanto
Industri kerajinan kulit Agel di 1. Untuk mengetahui kontribusi Metode sensus
(skripsi,2005)
Desa
Salamrejo
Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo
Hasil Penelitian
dengan 1. Besarnya modal merupakan faktor
penyerapan tenaga kerja dari analisis menggunakan uji
yang paling berpengaruh terhadap
industri kerajinan kulit agel statistik dan tabel frekuensi
nilai produksi.
terhadap jumlah tenaga kerja
2. Penyerapan Tenaga kerja industri
usia produktif yang bekerja di
kerajinan Agel menyerap tenaga
Desa Salamrejo.
kerja produktif relatif sedang.
2. Mengetahui adanya hubungan faktor
produksi
karakteristik
3. Daerah
dan
pemasaran
tingkat
pemasaran internasiaonal memiliki
pengusaha
nilai pemasaran terbesar.
dengan tingkat pendapatan. Nuryana (skripsi, Kontribusi pendapatan industri 1. Mengetahui 2011)
tahu
di
Desa
Ngetisharjo
Kecamatan .Kasian, Kabupaten Bantul
sosial
karakteristik Metode
ekonomi
dengan 1. Karakteristik
pengusaha pengumpulan
data
menggunakan
kuesioner
industri tahu. 2. Mengetahui
sensus
produktivitas dan
usaha industri tahu.
di
analisis
menggunakan
dengan tabel
3. Mengetahui sistem pemasaran frekuensi dan tabel silang
sosial
ekonomi
pengusaha industri tahu yaitu 63,15 %
pengusaha
pendidikan
memiliki
rendah,
pengusahamemiliki perkarangan
>
tingkat
38,60 luas
1.100
%
lahan 2
m
dan
dan daerah pemasaran industri
sebanyak 68,42 % pengusaha telah
tahu.
melakukan usaha industri tahu lebih
23
4. Mengetahui pendapatan terhadap
kontribusi industri
tahu
pendapatan
total
pengusaha industri tahu.
dari 15 tahun. 2. Produktifutas masuk
Industri
dalam
tahu
kategori
ini
rendah,
yakni 68,42 % produktifitas secara ekonomi dan 63,16 % produktifitas secara fisik. 3. Sistem pemasaran industri tahu 73,68 % pengusaha menggunakan sistem produsen
(
konsumen
daerah
dan
pengusaha)tujuan
pemasaran 82,46 % adalah daerah regional. 4. Pendapatan
industri
tahu
mempunyai kontribusi yang besar terhadap
pendapatan
total
pengusaha industri tahu yaitu 63,46 % dengan rata-rata pendapatan industri
tahu
sebesar
1.853.000/bulan.
24
Rp
Kuncara (skripsi, Pengaruh 2000)
faktor
produksi 1. Untuk
mengetahui
terhadap pendapatan pengusaha
sosial
industri kerajinan kulit (studi
industri kerajinan kulit di Desa momentdari
kasus
Sabdodadi, Kecamatan Bantul, Regresi berganda
di
Desa
Sabdodadi,
Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta)
ekonomi
kondisi Metode survei dengan uji 1. Menunjukan bahwa lama usaha
pengusaha stastistik korelasi product Pearson,
2. Semakin
2. Mengetahui faktor produksi paling
lama
pengusaha
melakukan usaha industri, maka
berpengaruh
terhadap
paling mendominasi adala 10-20 tahun sebesar 47,2 %.
Kabupaten Bantul.
yang
pengusaha industri kerajinan yang
akan semakin tinggi pendapatan
pendapatan
para tenaga kerja.
pengusaha industri kerajinan kulit Kustanti (skripsi, Peranan industri bambu terhadap 1. Mengkaji keterkaitan kegiatan Metode Sensus dengan uji 1. Kegiatan 2011)
perluasan kesempatan kerja dan
industri
distribusi pendapatan (studi kasus
kegiatan ekonomi lain.
di
Desa
bambu
dengan statistik Multiplier
Sendangagung, 2. Mengetahui kesempatan kerja GINI
Kecamata Minggir, Kabupaten
yang
tercipta
dari
adanya
Sleman
kegiatan industri tersebut. 3. Mengetahui pengaruh kegiatan industri
bambu
terhadap
distribusi pendapatan rumah
industri
bambu
T-test,
Uji
mempunyai pengaruh besar dalam
effect,
indeks
merangsang munculnya kegiatan ekonomi lainnya. 2. Semakin tinggi
hasil produksi,
semakin luas kesempatan kerja. 3. Adanya
ketimpangan
distribusi
pendapatan rumah tangga antar pengusaha
tangga.
25
Dhefitra 2014)
(skripsi, Kajian
pendapatan
pengusaha 1. Mengetahui ekonomi
karakteristik Metode
sensus
industri kerajinan kulit Manding
sosial
di Desa Sabdodadi, Kecamatan
kerajinan kulit Manding di observasi,
Bantul, Kabupaten Bantul
Desa Sabdodadi.
dengan 1. Menunjukkan
pengusaha pengumpulan data berupa wawancara
terstruktur
produksi terhadap
bahwa
yang pendapatan
faktor
berpengaruh pengusaha
dan
adalah modal dan bahan baku
2. Mengetahui faktor - faktor dokumentasi. Untuk analisis
dengan nilai signifikansi 0,045 dan
produksi yang berpengaruh data dalam proses produksi.
menggunakan
uji
0,002.
statistik regresi berganda 2. Sebagian besar sistem pemasaran
3. Mengetahui sistem pemasaran dan tabel frekuensi
yang dilakukan dengan sistem dari
pemasaran
produsen-pedagang (pengecer) –
kerajinan kulit Manding di
konsumen. Daerah pemasaran hasil
Desa Sabdodadi.
produksi industri kerajinan kulit
dan
daerah
4. Mengetahui
besarnya
meliputi empat kota yaitu Bantul
sumbangan pendapatan dari
dan sekitarnya, Kota Yogyakarta,
usaha industri kerajianan kulit
serta Jakarta.
terhadap pengusaha.
pendapatan
total
3. Kontribusi pendapatan dari usaha industri kerajinan kulit terhadap pendapatan total pengusaha sebesar 100%.
26
1.7
Batasan Operasional Daerah Pemasaran lokal adalah daerah tujuan pemasaran dari industri
kerajinan kulit Manding yang berada dalam Kabupaten Bantul dan sekitarnya. Daerah Pemasaran Regional adalah daerah tujuan pemasaran dari industri kerajinan kulit Manding yang meliputi Yogyakarta dan Jakarta (minimal mencakup antar kabupaten). Industriadalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri (UndangUndang No.5, 1984). Industi kerajinan Kulit adalah Industri pengolahan bahan baku kulit menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti tas, dompet, sepatu,ikat pinggang dan lain-lain yang berada di Dusun Manding, Desa Sabdodadi. Industri rumah tangga adalah Industri kerajinan kulit yang memiliki jumlah pekerja 1-4 orang. Karakteristik
sosial
ekonomi
pengusahaadalah
latarbelakang
pengusaha industri kerajinan kulit yang meliputi tingkat pendidikan, Jumlah anggota rumah tangga, mata pencaharian pokok dan sampingan, lama usaha, dan umur pengusaha.
27
Kerajinan kulitadalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain. Pekerjaialah orang yang bekerja di industri kerajinan kulit Manding dan mendapatkan upah dari apa yang dikerjakan. Pendapatan Pokok adalah pendapatan yang berasal dari usaha Industri kerajinan kulit Manding. Pendapatan Sampingan adalah pendapatan yang berasal dari luar sektor non industri kerajinan kulit Manding. Pendapatan total adalah pendapatan yang diterima oleh pengusaha Industri kerajinan kulit dari sektor kerajinan kulit dan pendapatan diluar sektor non industri kulit. Pengusaha adalah Pengrajin serta pemilik showroom Industri kerajinan kulit Manding. Sistem Pemasaran adalah cara pengusaha Industri kerajinan kulit Manding memasarkan produk kerajinan kulit ke konsumen yaitu dengan cara dari produsen (pengusaha) – konsumen, produsen (pengusaha) – pedagang pengecer – konsumen, dan produsen (pengusaha) – pedagang (pelanggan).
28
1.8
Kerangka Pemikiran Setiap daerah memiliki potensi baik berupa sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia yang berbeda-beda. Potensi tersebut akan bernilai guna tergantung bagaimana suatu daerah tersebut memanfaatkannya. Terkait dengan kegiatan ekonomi, apabila dilakukan secara baik dan benar pada dasarnya akan mendatangkan pendapatan bagi para pelaku ekonomi tesebut yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Saat ini dengan semakin tingginya pertumbuhan penduduk membuat persaingan hidup semakin tinggi. Akibatnya kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari semakin meningkat. Sektor pertanian yang selama ini diandalkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup akibat dari tekanan penduduk akan kebutuhan lahan yang semakin sempit. Pada akhirnya penduduk akan beralih ke sektor non pertanian yang dianggap dapat menghasilkan sumber pendapatan yang lebih baik. Aktivitas ekonomi pedesaan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dipedesaan bisa berupa aktifitas non Industri dan aktifitas Industri. Sektor Industri merupakan sektor alternatif dari aktifitas non pertanian yang memiliki peranan yang penting dalam hal meningkatan kesejahteraan hidup masyarakat terutama bagi para petani didaerah pedesaan yang memiliki lahan yang sempit akibat dari perubahan pengunaan lahan. Industri rumah tangga di pedesaan memberikan tambahan pendapatan bagi pengusaha Industri di daerah perdesaan. Karakteristik sosial ekonomi pengusaha industri kerajinan kulit Manding dapat dilihat dari pengusaha industri kerajinan kulit itu sendiri. Karakteristik
29
sosial ekonomi pengusaha tersebut berupa umur pengusaha, tingkat pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, mata pencaharian pokok dan sampingan, lama usaha. Kegiatan kerajinan industri kulit manding di Desa Sabdodadi membutuhkan faktor-faktor produksi yang meliputi modal, bahan baku,bahan tambahan, tenaga kerja, dan transportasi. Penelitian ini dalam proses produksinya hanya membahas lima faktor produksi untuk mengetahui faktor produksi yang paling berpengaruh. Setelah itu dapat diketahui faktor-faktor mana sajakah yang paling dominan dalam produksi. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental dalam industri kerajianan kulit. Pemasarann hasil produk dari industri kerajinan kulit meliputi dua aspek yaitu sistem pemasaran dan daerah pemasaran. Sistem pemasaran yaitu cara/proses barang kerajinan sampai kepada konsumen. Untuk daerah pemasaran sendiri merupakan daerah yang menjadi sasaran pemasaran. Hasil dari produk Industri kerajinan kulit Manding telah mencapai pemasaran tingkat lokal, regional, nasional, dan ada juga yang telah diekspor. Pendapatan industri kerajinan kulit Manding ini diperoleh dari hasil pemasaran kerajinan kulit. Pendapatan pengusaha kerajinan kulit meliputi pendapatan dari industri kerajinan kulit dan pendapatan dari non industri kulit. Dari keseluruhan pendapatan pengusaha akan diperoleh pendapatan total pengusaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1 diagram alir kerangka pemikiran.
30
Potensi Desa Sabdodadi
Aktifitas non Industri Pengusaha
Aktifitas Industri kerajinan Kulit
Proses Produksi Industri kerajinan kulit
Karakteristik sosial ekonomi Pengusaha 1. Umur Pengusaha 2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah anggota rumah tangga 4. Mata pencaharian pokok dan sampingan 5. Lama usaha
Produk Industri kerajinan kulit
Pemasaran Hasil kerajinan kulit
Pendapatan non Industri kerajinan kulit
Pendapatan pengusaha Industri kerajinan kulit
Faktor-faktor Produksi 1) Modal 2) Bahan baku 3) Bahan Tambahan 4) Tenaga kerja 5) Transportasi
Pemasaran : Sistem Pemasaran 1. Produsen (Pengusaha)– konsumen 2. Produsen (pengusaha)pengecer – konsumen 3. Produsen (pengusaha) konsumen(pelanggan) Daerah Pemasaran 1. Lokal 2. Regional
Pendapatan total pengusaha Industri kerajinan kulit Gambar 1.1 Diagram alir kerangka pemikiran
31
1.9
Hipotesis 1.
Modal dan bahan baku merupakan faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha.
2.
Daerah pemasaran hasil kerajinan industri kulit sebagian besar berada pada skala regional.
3.
Pendapatan dari industri kerajinan kulit memberikan kontribusi secara dominan terhadap pendapatan total pengusaha.
32