BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tonggak suatu negara, karenanya pendidikan mempunyai peran dalam membentuk kualitas generasi muda bangsa. Menyadari begitu pentingnya peranan pendidikan, maka sewajarnya pendidikan mendapatkan perhatian istimewa dari masyarakat dan pemerintah, terutama pendidikan anak usia dini. Dikarenakan anak-anak yang berusia dibawah lima tahun memiliki bermilyar-milyar sel-sel syaraf otak yang sedang berkembang dan memiliki kemampuan yang luar biasa serta daya ingat yang kuat. Oleh sebab itu sangat baik memberikan pengalaman dan mengembangkan segala potensi anak pada usia tersebut. Filosof dari inggris Jhon Lock menyatakan bahwa bayi adalah laksana kertas putih yang bersih atau belum ditulisi sama sekali (tabularasa)1. Yang berperan untuk itu adalah orang tua sebagai sumber utama dan lingkungannya sebagai sumber sekunder yang tidak kalah penting dalam menunjang terbentuknya keseimbangan rohani dan jasmani anak. Konsep kertas putih tersebut mempunyai beberapa implikasi dalam pendidikan atau pengajaran dan pengasuhan anak. Apabila para orang tua
1
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2000) 49
1
2
mengakui konsep kertas yang masih kosong, maka tugas orang tua adalah untuk memberi warna atau mengisi kertas yang masih kosong tersebut. Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu, ditandai dengan banyaknya gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu, tidak mudah letih, dan cepat bosan. Ia merasa tak mampu dan tidak menyenangai tindakantindakan yang tidak tetap dan tidak tenang. Akan tetapi menyukai keadaan alamiah merupakan ungkapan dari kebutuhan kejiwaan yang terdalam guna memahami kejadian-kejadian di sekitarnya.2 Setiap anak ingin mengetahui segala sesuatu. Oleh karena itu, pendidikan dalam banyak metodenya, perlu mengupayakan agar diimbangai dengan permainan. Pendidikan seharusnya diwarnai dengan bentuk-bentuk praktis dan menghilangkan sifat akademis yang kaku, agar anak menjadi senang dalam proses pembelajaran. Dunia anak terfokus pada alam sekitarnya. Mereka tidak berpikir kecuali terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kecenderungan, dorongan, dan kebutuhannya, dan tidak berbuat kecuali untuk dirinya sendiri. Mereka berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada ini tercipta untuk dirinya.3 Dari segi emosi, anak bersifat responsif, peka, kuat, dan berubah-ubah. Karena itulah pendidikan pada anak hendaknya mampu mentransfer emosi, perhatian, dan perasaan dalam diri pendidik kepada diri anak melalui metode
2 3
Ma’ruf zurayk, Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja, (Bandung: Mizan, 1983) 13 Ibid.
3
komunikasi perasaan dan hati. Dengan metode ini maka terjalinlah perasaan pendidik dengan perasan anak sehingga menyatulah dua kepribadian tersebut. Metode semacam ini akan menjadikan masalah pendidikan dan sistemnya akan lebih mudah dan gampang.4 Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan ini diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal. Pada jalur pendidikan formal, terdiri atas taman kanak-kanak dan raudhatul athfal. Jalur ini diperuntukkan bagi anak yang berusia lima tahun ke atas. Jalur pendidikan nonformal terdiri atas penitipan anak yang dikhususkan bagi anak usia sejak lahir atau usia tiga bulan. Kelompok bermain dikhususkan untuk anak usia dua tahun ke atas. Sedangkan jalur pendidikan informal diselenggarakan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan 4
Ibid, 14.
4
prilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap
perkembangan
yang
dilalui
anak
usia
dini.
Ada
dua
tujuan
diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu {1} untuk membentuk anak indonesia yang seutuhnya dan berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa {2} untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Usia dibawah lima tahun merupakan usia yang paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadiaan seseorang, termasuk pengembangan intelegensi. Oleh karena itu, pendidikan usia dini dan taman kanak-kanak tidak boleh dianggap remeh dan diabaikan. Bahkan pendidikan bayi sejak usia nol tahun (baru lahir) atau bahkan sejak bayi masih dalam kandungan sudah saatnya dikembangkan.5 Mengasuh anak usia dini memang benar-benar merupakan tanggung jawab yang berat. Karena usia tersebut merupakan masa emas untuk perkembangan jasmani dan rohaninya. Untuk itu, orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mendampingi dalam kehidupan kesehariaan anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan
5
Dibuat dan dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas, Pendidikan Taman Kanak-Kanak. www.penapendidikan. com.
5
rasa percaya diri, serta memahami tahap perkembangan anak. Orang tua harus menjadi guru dan pembimbing yang penuh kasih sayang bagi anak-anak mereka, dan menciptakan suasana masa anak usia dini yang menyenangkan sehingga akan menambah cinta anak dalam belajar sepanjang hidupnya. Orang tua dan guru sebaiknya saling bahu membahu dalam proses belajar anak, sehingga tercipta kerja sama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang mendukung anak dalam memperoleh pengalaman di sekolah. Guru seharusnya menyadari perlunya merancang dan mengorganisasikan lingkungan belajar anak dengan tujuan agar anak selalu tertarik dan terstimulasi untuk mau belajar. Interaksi anak didik dengan guru dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Maksudnya belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sedangkan mengajar itu sendiri merupakan suatu proses pengkondisian anak untuk belajar. Menurut Oemar Hamalik, “mengajar merupakan sesuatu pengorganisasian lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar siswa”6. Dengan banyaknya fenomena yang sedang dihadapi guru, perlu adanya suatu model pembelajaran yang bisa meningkatkan minat belajar peserta didik.
6
Oemar Hamalik, Proses BelajarMengajar (Jakarta : Bumi Aksara, 2004)
6
Baru-baru ini di indonesia telah muncul metode pembelajaran baru yang diadopsi dari creative pre school USA. Di USA metode ini telah digunakan kurang lebih dari 33 tahun untuk abnormal atau anak dengan berkebutuhan khusus. Metode ini bernama BCCT (Beyond center and circle Times) dan di Indonesia dipopulerkan dengan nama SELING (sentra dan saat lingkaran) atau sentra saja.7 Beyond centre and circle times (BCCT) adalah suatu pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dengan metode bermain sambil belajar. Beyond centre and circle times (BCCT) merupakan pengembangan dari metode montessori heigh scope dan pegglo emilia dan dikembangkan oleh creative center for childhood research and training (CCCRT) florida USA.8 Metode BCCT menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar mengikuti perintah, meniru atau menghafal). Model pembelajaran dari metode ini berpusat pada anak, sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator. Metode ini ditujukan untuk merangsang kecerdasan spiritual (SQ) anak melalui sistem permainan yang terarah. Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan tingkat kecerdasan yang berhubungan dengan personal dan makna hidup anak didik. Dengan menumbuhkan kecerdasan
7
Litbang dan Team Guru. Kelompok Bermain R.A. Istiqlal Jakarta, Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran. Jl. Taman Wijaya Kusuma Jakarta, 10710 8 Ibid.
7
spiritual ini, diharapkan dapat menjadikan anak didik lebih cerdas dalam beragama.9 Dari penjabaran di atas dapat diambil suatu permasalahan yang ingin diteliti yaitu penerapan model pembelajaran Beyond center and circle times dalam membangun kecerdasan spiritual (SQ) anak di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. B. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran BCCT di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo? 2. Apakah penerapan model pembelajaran BCCT di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo dapat membangun kecerdasan spiritual anak? C. Tujuan penelitian Berdasarkan pentanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui dan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Beyond centre and circle times di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo.
9
Ary Ginanjar Agustian. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (Jakarta, Arga) 57.
8
2. Ingin
mengetahui
dan
mendeskripsikan
dampak
penerapan
model
pembelajaran BCCT terhadap kecerdasan spiritual anak di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. D. Manfaat penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Menambah khazanah atau perbendaharaan ilmu pengetahuan, khususnya masalah model pembelajaran BCCT 2. Memberikan masukan pada guru R.A khususnya di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo terkait dengan penerapan pembelajaran BCCT yang diharapkan dapat membangun kecerdasan spiritual anak.
E. Definisi Operasional Definisi operasional sangat penting dicantumkan untuk menghindari perbedaan pengertian atau kurang jelasnya makna yang ditimbulkan.10 Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan dalam judul skripsi ini adalah: 1. Beyond Center and Circle Times Beyond Center and Circle Times adalah Sentra dan Saat Lingkaran atau dipopulerkan dengan nama SELING.11 Beyond Center and Circle Times
10
Panitia Penulis Panduan Skripsi, Panduan Penulisan Skripsi Surabaya IAIN Sunan Ampel 1998, Litbang dan Team Guru. Kelompok Bermain R.A. Istiqlal Jakarta, Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran. Jl. Taman Wijaya Kusuma Jakarta, 10710
11
9
(BCCT) adalah suatu pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dengan metode bermain sambil belajar. Metode BCCT menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghafal) 2. Kecerdasan Spiritual (SQ) Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
F. Metode penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang / prilaku yang diamati12. Adapun bentuk penelitiannya
adalah
penelitian
deskriptif
yaitu
penelitian
yang
menggambarkan suatu obyek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antara variabel penelitian.
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2006), 13
10
Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan tentang pembelajaran BCCT yang diterapkan untuk membangun kecerdasan spiritual (SQ) anak di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. Secara prakteknya peneliti sekaligus menggali informasi dari subyek penelitian, kemudian hasil penelitian diungkapkan dengan kalimat. 2. Rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan rencana yang akan dibuat oleh peneliti sebagai dasar atau pegangan kegiatan yang akan dilakukan. Rancangan penelitian ini ada beberapa tahap: a. Menentukan masalah penelitian. Dalam tahap ini peneliti menggunakan studi pendahuluan. b. Pengumpulan data. Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data dari kepala sekolah, guru kelas di R.A Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. Adapun metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan indept interview (wawancara mendalam) c. Analisis data, setelah semua data diperoleh, tahap selanjutnya adalah penyajian data dan analisisi data. Teknik analisis data merupakan cara untuk menganalisis hasil data yang diperoleh dalam penelitian. Analisis data ini dilakukan setelah terkumpulnya semua hasil data penelitian. 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data.
11
Ada dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : a. Instrumen Observasi. Instrumen observasi digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang penerapan pembelajaran Beyond Center and Circle Times di R.A Aisyiah Tanggulangin Sidoarjo. b. Instrumen Wawancara digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang
bagaimana
kecerdasan
spiritual
anak
setelah
diterapkan
pembelajaran BCCT. 4. Sumber Data Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka problem esensial yang muncul adalah dari mana data itu diperoleh.13 Dengan kata lain sumber data yang diperlukan berasal dari mana, sehingga peneliti mudah mendapatkan data-data yang diperlukan. Dengan demikian untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, penulis mengklasifikasikannya menjadi dua klasifikasi dengan huruf depan P singkatan dari bahasa inggris, yaitu: a) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Sumber data yang berupa person dalam penelitian ini adalah guru kelas, Di RA Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. b) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hal. 114.
12
warna dan lain-lain. Sedangkan bergerak misalkan aktifitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar. Sumber data yang berupa place dalam penelitian ini adalah pembelajaran BCCT . Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari guru kelas di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. Jadi penelitian ini hanya terfokus pada pembelajaran BCCT dalam membangun kecerdasan spiritual anak di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. 5. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki14. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan pembelajaran BCCT di R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. b. Metode Interview (wawancara) Metode Interview adalah percakapan dengan maksud tertentu15. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kecerdasan spiritual anak guna memperkuat data yang diperoleh melalui observasi. c. Metode dokumentasi
14 15
Ronny Kountur, Metode Penelitian, Jakarta : PPM, 2004 Muh. Ali, Penelitian Kepemimpinan (Bandung : Angkasa, 1987), 25
13
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya16. Metode ini digunakan untuk mengetahui data guru dan siswa R.A Aisyiah Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menguraikan secara sistematis
catatan
hasil
observasi,
wawancara
dan
lainnya
untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai tujuan bagi orang lain. Untuk menganalisa data yang diperoleh maka dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Dalam analisis data pada aspek pembelajaran Beyond Center and Circle Times (BCCT), hasil observasi terhadap guru akan diperoleh kriteria pembelajaran BCCT. Selanjutnya kriteria tersebut dikonfirmasikan dengan Tabel 1.1 berikut : Table 1.1 Aktifitas guru dalam Pembelajaran Beyond Center and Circle Times NO ASPEK YANG DIAMATI KRITERIA 1 1. Perencanaan a. Menggunakan tema sentra yang a. Tema sentra harus ditentukan menjadi minat anak (tekanan pada sebelum memasuki sentrakompetensi yang diharapkan sentra permainan. 16
Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek, 180
14
NO
2.
ASPEK YANG DIAMATI KRITERIA dicapai anak) b. Menggunakan pusat-pusat minat b. Menggunakan sentra sebagai awal anak belajar (tekanan permainan atau pusat-pusat pada penempatan sarana belajar minat untuk awal anak untuk menciptakan atmosfer belajar. pembelajaran) c. Gabungan antara tematik dan pusat c. Menggunakan dua minat (direncanakan dengan pendekatan (pendekatan pendekatan tematik dan tematik dan pusat minat) dilaksanakan dengan pendekatan direncanakan dengan pusat minat) pendekatan tematik dan dilaksanakan dengan pendekatan pusat minat. Pengelolaan 1) Pijakan lingkungan bermain : (bernuansa a. Menyiapkan bahan (bernuansa a. Bahan-bahan agama) harus disiapkan agama) yang akan digunakan sesuai keperluan disetiap anak sesuai keperluan di setiap sentra. sentra. b. Menata tempat kegiatan bermain b. Tempat kegiatan bermain harus ditata dengan baik yang mendukung perkembangan untuk mendukung bahasa, emosional, keaksaraan, perkembangan bahasa, kognitif, dan moral agama. emosional, keaksaraan, kognitif, dan moral agama. (bernuansa/ c. Memiliki berbagai bahan c. Bahan dinuansakan agama) yang (bernuansa/ dinuansakan agama) mendukung pengalaman yang mendukung pengalaman keaksaraan harus dimiliki keaksaraan. oleh sekolah. d. Memiliki berbagai bahan d. Berbagai bahan (bernuansa/ dinuansakan agama) yang (bernuansa/ dinuansakan agama) mendukung tiga jenis yang mendukung tiga jenis bermain, sensorimotor, bermain, sensorimotor, pembangunan, dan main pembangunan, dan main peran. peran, harus dimiliki oleh sekolah. 2) Pijakan sebelum bermain : a. Membaca do’a sebelum bermain a. Membaca do’a sebelum bermain dan belajar. dan belajar. b. Membaca buku (bernuansa/ b. Membaca buku (bernuansa
15
NO
ASPEK YANG DIAMATI KRITERIA agama) yang berkaitan dinuansakan agama) yang dengan tema atau sub tema. berkaitan dengan tema atau sub tema. c. Memanfaatkan waktu c. Guru harus mengabsensi dengan memperlihatkan mengabsensi untuk awal kegiatan kartu-kartu bertuliskan membaca dengan nama anak untuk awal memperlihatkan kartu-kartu kegiatan membaca. bertuliskan nama anak. d. Mengajak anak menghitung d. Guru harus mengajak anak menghitung jumlah anak jumlah anak yang hadir. yang hadir. anak-anak e. Bertepuk tangan sebanyak anak e. Mengajak bertepuk tangan sebanyak yang hadir. jumlah yang hadir. f. Menceritakan tema sebelum f. Bercerita sesuai tema. memasuki permainan. g. Mengadakan kesepakatan g. Membuat kesepakatan bermain. bermain dengan anak. 3) Pijakan saat bermain : dukungan a. Guru memberi dukungan kepada a. Memberikan kepada anak yang belum anak yang belum menemukan menemukan gagasan. gagasan. b. Memperkuat dan memperluas b. Guru harus memperluas dan memperkuat bahasa bahasa (agama) anak. (agama) anak. memberi contoh c. Mencontohkan komunikasi c. Guru komunikasi (Islami) yang (Islami) yang tepat. tepat kepada anak. d. Guru memberi dukungan kepada d. Guru harus memberikan dukungan pada setiap anak setiap anak untuk untuk mengembangkan mengembangkan kosa kata, serta kosa kata, serta mengkomunikasikan gagasannya. mengkomunikasi-kan gagasanya. e. Meningkatkan kesempatan meningkatkan sosialisasi melalui dukungan e. Guru kesempatan sosialisasi anak hubungan teman sebaya dalam melalui dukungan kehidupan beragama. hubungan teman sebaya dalam kehidupan beragama. f. Guru memberi dukungan kepada f. Guru harus memberikan dukungan pada anak untuk anak untuk memilih kegiatan lain
16
NO
ASPEK YANG DIAMATI jika selesai satu kegiatan.
KRITERIA memilih kegiatan lain jika selesai satu kegiatan.
4) Pijakan setelah bermain : a. Menggunakan waktu untuk a. membereskan mainan sebagai pembelajaran pengelompokan benda menurut bentuk, ukuran, atau warna. b. Merayakan hasil karya anak b. (meminta satu atau dua anak menceritakan apa yang telah dibuatnya).
3.
Guru mengajak anak untuk membereskan mainan untuk belajar mengelompokkan benda menurut bentuk, ukuran, atau warna. Guru merayakan hasil karya anak (meminta satu atau dua anak untuk menceritakan apa yang telah dibuatnya. c. Memberi kesempatan kapada c. Guru harus memberikan kesempatan pada anak lain anak lain untuk bertanya kepada untuk bertanya kepada anak anak yang bercerita di depan. yang bercerita di depan. d. Membaca do’a setelah bermain d. Berdo’a setelah bermain dan belajar. dan belajar. Evaluasi 1) Pengamatan / hasil obsrvasi anak. a. Observasi ditulis secara obyektif a. Hasil observasi harus ditulis secara obyektif dan faktual. dan faktual. b. Catatan observasi tidak boleh b. Cacatan observasi ditulis sesuai perkembangan anak, menggunakan interpretasi, tidak boleh menggunakan asumsi, atau dugaan. interpretasi, asumsi, atau 2) Laporan perkembangan anak. dugaan. perkembangan a. Laporan perkembangan a. Laporan anak ditulis berdasarkan dilakukan berdasarkan catatan catatan observasi, hasil observasi, hasil karya anak (porto karya anak (portofolio), folio), anekdot, dan wawancara. anekdot, dan wawancara. perkembangan b. Laporan perkembangan dapat b. Laporan dapat ditulis atau dilakukan secara mingguan, dilaporkan setiap bulanan, setiap akhir tema mingguan, bulanan, setiap kegiatan belajar, atau akhir tema kegiatan belajar, persemester, (tergantung atau persemester, kesiapan masing-masing sekolah) (tergantung kesiapan dari masing-masing sekolah)
17
Dalam aspek data pada aspek kecerdasan spiritual (SQ), hasil observasi terhadap siswa akan diperoleh kriteria kecerdasan spiritual (SQ), selanjutnya kriteria tersebut dikonfirmasikan dengan Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Aktifitas anak dalam pembelajaran Beyond Center and Circle Times NO KRITERIA ESQ 1. Emosional a. Kompetensi
KRITERIA a. b. c.
b. Kecakapan
a. b. c.
c.
Kemampuan
a. b. c.
2.
Spiritual a. Mempunyai a. kemandirian dan tanggung jawab. b.
BSB : Mampu membangun pengertian sendiri dalam setiap permainan BSH : Mampu membangun pengertian dengan dorongan guru. MM : Mampu membangun pengertian dengan bantuan guru. BSB : Dapat melakukan permainan secara aktif dan spontan. BSH : Dapat menggunakan bahan permainan tanpa dorongan guru. MM : dapat menggunakan bahan permainan dengan bantuan guru. BSB : Dapat melakukan setiap jenis permainan dengan baik. BSH : Dapat melakukan permainan dengan sendirinya MM : Dapat melakukan permainan dengan bantuan guru. BSB : Dapat melakukan permainan secara mandiri serta bertanggungjawab dengan bahanbahan yang disediakan. BSH : Mempunyai tanggungjawab atas segala permainan.
18
c.
MM : Dapat melakukan permainan secara mandiri melalui arahan guru.
a. b. Mampu bersikap b. fleksibel (adaptif secara spontan dan c. aktif)
BSB : Dapat bermain secara adaptif dengan bahan yang telah disediakan. BSH : Dapat bermain secara aktif dengan tempat dan bahan yang telah disediakan MM : Dapat bermain secara aktif dan spontan dengan bahan yang disediakan melalui bantuan guru.
a. Memiliki tingkat kesadaran diri b. yang tinggi. c.
BSB : Dapat mempraktekkan sholat sehari-hari dengan baik. BSH : Dapat membaca do’a sebelum dan sesudah bermain. MM : Dapat membaca do’a dengan dorongan guru.
d. Enggan untuk a. b. menyebabkan kerugian. c.
BSB : Tidak berbuat kerusakan di sekolah BSH : Tidak mengganggu teman dan tidak mencoret tembok di sekolah. MM : Tidak mencoret tembok melalui arahan dari guru.
a. Mampu memaknai setiap sisi b. kehidupan. c.
BSB : Dapat mengerti bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. BSH : Dapat mengerti bahwa manusia di dunia diciptakan untuk beribadah kepada allah. MM : Dapat mengerti bahwa manusia wajib berbakti kepada kedua orang tua.
c.
e.
Keterangan : 1. 2. 3. 4.
BSB (berkembang sangat baik) BSH (berkembang sesuai harapan) MM (mulai muncul) BM (belum muncul)
19
Sistematika Pembahasan Pada sistematika pembahasan ini penulis menyusun skripsi yang terdiri dari empat bab yaitu : Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri atas beberapa sub bab, diantaranya latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II berisi tentang kajian teori yang terdiri dari tinjauan pembelajaran Beyond Centre and Circle Times dan kecerdasan spiritual. Bab III berisi tentang laporan hasil penelitian yang terdiri dari penyajian data dan analisis data. Bab IV berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.