BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut WHO dalam Nona (2013), sehat adalah keadaan sejahtera secara
fisik, mental dan sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terbebas dari penyakit maupun cacat. Sejalan dengan definisi sehat menurut WHO, menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial sehingga memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang berperan penting untuk menunjang produktifitas orang tersebut dalam hidupnya. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang merupakan hak fundamental setiap warga negara dan mutlak untuk dipenuhi. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berupaya untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan melalui peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan merupakan gambaran profil kesehatan individu atau kelompok individu (masyarakat) di suatu daerah. Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
1
2
Derajat kesehatan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan menjadi isu global yang terungkap secara tegas dalam sasaran-sasaran pembangunan
Milenium
Indonesia
(Millenium
Development
Goals/MDGs).
Berdasarkan laporan pencapaian tujuan pembangunan Milenium Indonesia 2011 (Bappenas, 2012), menyatakan bahwa masalah-masalah yang masih memerlukan kerja keras untuk dapat diselesaikan adalah penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan morbiditas beberapa penyakit. Angka Kematian Ibu yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan target MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi yaitu 34 per 1.000 kelahiran sedangkan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran. Angka Kematian Balita yaitu 44 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan target MDGs adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Nilai-nilai tersebut belum mencapai target MDGs. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari sektor kesehatan maupun sektor dari luar kesehatan. Sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sedangkan sektor dari luar kesehatan seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan perilaku. Selain itu menurut Hendrik L. Blum dalam Nona (2013) derajat kesehatan merupakan sebuah konsep yang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu : perilaku, lingkungan, genetik, dan pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan analisis pada faktor-faktor tersebut sehingga bisa dilakukan tindakan pengelolaan yang baik dan sesuai. Ada beberapa metode dalam
3
statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor tersebut misalnya analisis regresi. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistika yang dapat digunakan untuk mencari hubungan fungsional atau melihat pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon. Dalam hal ini, indikator-indikator derajat kesehatan adalah variabel respon dan indikator-indikator dari faktor yang diduga memengaruhinya, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi adalah variabel prediktor. Analisis regresi dapat dilakukan dengan pendekatan parametrik dan nonparametrik. Pendekatan regresi parametrik mengasumsikan bentuk fungsi regresi sudah ditentukan. Apabila tidak ada informasi tentang bentuk dari fungsi regresi maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan regresi nonparametrik (Hardle,1994). Salah satu metode regresi nonparametrik adalah Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS). MARS difokuskan untuk mengatasi permasalahan yang berdimensi tinggi, yaitu data yang memiliki jumlah variabel prediktor paling sedikit 3 dan sebanyak-banyaknya 20 (Friedman,1991). Metode MARS menghasilkan pemodelan regresi yang fleksibel karena tidak menentukan tipe hubungan khusus (linier, kuadratik, kubik) diantara variabel prediktor dan respon (Budiantara et.al., 2006). Selama ini sulit untuk menentukan hubungan yang pasti antar faktor yang memengaruhi derajat kesehatan serta indikator-indikator derajat kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis derajat kesehatan masyarakat Provinsi
4
Bali dengan menggunakan metode Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS). 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana model hubungan antara indikator-indikator faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi terhadap indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Bali dengan menggunakan metode Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) ? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model hubungan
antara indikator-indikator faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi terhadap indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Bali dengan menggunakan metode Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS). 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat memberikan kontribusi dalam bidang keilmuan dengan menerapkan metode Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) 2. Dapat menjadi kajian dan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap indikator-indikator derajat kesehatan beserta modelnya guna meningkatkan derajat kesehatan Provinsi Bali
5
1.5
Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisis indikator-indikator faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi karena faktor-faktor tersebut secara umum terlihat dimasyarakat dalam memengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan indikator-indikator faktor genetik tidak disertakan dalam penelitian ini, karena merupakan bawaan individu sejak lahir sehingga sulit diamati atau dideteksi. Derajat kesehatan diukur dengan banyak indikator seperti : indikator-indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator status gizi. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan indikator angka kematian bayi, angka kematian ibu, jumlah kasus TB paru, dan persentase balita gizi buruk karena berdasarkan laporan pencapaian tujuan pembangunan Milenium Indonesia 2011 (Bappenas, 2012) indikator-indikator tersebut yang mengalami fluktuasi .