BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan
0,92 persen per tahun.
Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat dari pada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kematian yang berkaitan erat dengan usia kawin pertama sebagai salah satu sasaran program Keluarga Berencana (KB) dan sebagian kelompok masyarakat dan keluarga belum menerima dan menghayati norma keluarga kecil sebagai landasan untuk mewujudkan
1
2
keluarga yang berkualitas. Keadaan ini merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan kebijakan penduduk, yaitu dengan menurunkan tingkat pertumbuhan serendah – rendahnya. Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk dengan jalan mengikuti program KB (Sujiyatini, 2009, p.3). Dampak dari peristiwa kelahiran di suatu daerah menyebabkan berubahnya jumlah dan komposisi penduduk, sedangkan peristiwa kematian dapat menambah maupun mengurangi jumlah penduduk disuatu daerah. Mengurangi bagi yang ditinggalkan dan menambah bagi yang akan di datangi. Selain penyebab langsung seperti kelahiran, kematian dan migrasi terdapat penyebab tidak langsung seperti keadaan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, politik. Untuk itu perlu dikendalikan pertumbuhan penduduk dengan program keluarga berencana (Sujiyatini, 2009, p.3). KB merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan. Sebagian besar wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode – metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas (Depkes RI, 2008).
wanita, maupun biaya untuk memperoleh kontrasepsi
3
Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah intra uterine devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk pria (vasektomi), dan kontrasepsi pil (Proverawati, 2010, pp 3-4). Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi. Namun setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri, metode hormonal seperti suntik memiliki kerugian Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau amenore, keterlambatan kembali subur sampai satu tahun, depresi, berat badan meningkat, galaktore, setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali, dapat berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang, efek suntikan pada kanker payudara (Everett, 2005, pp.168-169) Banyak faktor yang menyebabkan ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik, faktor tersebut antara lain usia ibu, jumlah keluarga, status pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi suntik serta dukungan keluarga khususnya suami (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik. Tujuan yang ibu ketahui hanya sebatas menggunakan alat kontrasepsi suntik agar tidak hamil. Alasan ibu tidak rutin atau datang tidak sesuai jadwal melakukan KB suntik dengan alasan lupa
4
dengan tanggal yang sudah ditentukan untuk kembali suntik dan suami bekerja diluar kota, jadi ibu melakukan KB pada saat suaminya akan pulang saja. Menurut Seno (2008) faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu dalam menggunakan kb suntik adalah pendidikan, pengetahuan ibu yang kurang tentang praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik, , status pekerjaan suami, umur, jumlah anak/paritas, dan sikap ibu yang masih kurang berperan aktif terhadap menggunakan KB. Di Indonesia khususnya Jawa Tengah pada bulan Desember 2010 peserta KB aktif sekitar 5.155.761 jiwa (79,18%) dari jumlah PUS 6.511.254. Peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) meliputi IUD 8,28%, MOP 1,16% MOW 5,55% implant 9,44%, sedangkan KB Non MJKP meliputi suntik 56,89%, pil 16,72%, kondom 1,91%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010). Di Kabupaten Demak tercatat jumlah peserta KB aktif 179.096 jiwa (74,41%)
jiwa dengan presentase penggunaan alat KB terbesar adalah
kontrasepsi suntik dengan pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi. Kontrasepsi suntik 128,138 jiwa (71.55%), implant 14,621 jiwa (8.16%), kontrasepsi pil 19,346 jiwa (10.80%), kontrasepsi IUD 7,680 jiwa (4.29%), kontrasepsi MOW/MOP 7,419 jiwa (4.14%), kontrasepsi kondom 1,892 jiwa (1.06%). (Dinas Kesehatan Demak, 2009). Berdasarkan data di desa Karangasem pencapaian peserta PUS 880 jiwa (78,07%), peserta KB aktif mencapai 286 orang. Semua metode
5
kontrasepsi pada bulan maret 2011 diperoleh data peserta kontrasepsi suntik 153 orang, kontrasepsi implant 87 orang, kontrasepsi pil 11 orang, kontrasepsi IUD 8 orang, kontrasepsi MOW 20 orang, kontrasepsi MOP 7, dan kondom tidak ada yang menggunakan. Dan pada peserta KB baru mencapai 401 orang. Diperoleh data peserta kontrasepsi suntik 369 orang, kontrasepsi pil 6 orang, kontrasepsi IUD 5 orang, kontrasepsi implant 21 orang, MOW, MOP, dan kondom tidak ada yang menggunakan. Dari datadata di atas menunjukkan bahwa kontrasepsi suntik menunjukkan peringkat pertama dibandingkan kontrasepsi yang lain. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Karangasem Kecamatan Sayung Kabupaten Demak pada bulan maret tahun 2011 pada 16 ibu yang menggunakan alat kontrasepsi suntik. Ada sebagian ibu yang mengatakan tidak rutin menggunakan alat kontrasepsi suntik. Dan dengan berbagai alasan seperti suaminya bekerja diluar kota atau diluar negeri. Jadi ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik jika suaminya akan pulang dan ibu lupa dengan jadwal yang telah ditentukan petugas. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk untuk mengetahui “ faktor – faktor yang berhubungan dengan praktik ibu
6
dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik di Desa Karangasem Kecamatan Sayung Kabupaten Demak tahun 2011”.
B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat rumuskan oleh penulis adalah “ Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik di Desa Karangasem Kecamatan Sayung Kabupaten Demak tahun 2011? ”.
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik di Desa Karangasem Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan ibu. b. Untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik c. Untuk mengetahui gambaran tentang sikap ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik
7
d. Untuk mengetahui gambaran tentang praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik e. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik di Desa Karangasem Kecamatan Sayung Kabupaten Demak f. Menganalisis hubungan antara sikap dengan praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik di Desa Karangasem Kecamatan Sayung Kabupaten Demak D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat selama dalam proses belajar karena akan banyak menambah cakrawala pandang peneliti menjadi luas, disamping untuk mengetahui perpaduan antara teori pendidikan dan teori kebidanan dengan praktek yang ada dilapangan. b. Bagi masyarakat Memberikan gambaran tentang hal-hal yang mempengaruhi niat ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi suntik. c. Bagi profesi Diharapkan dapat menjadi masukan bagi profesi kebidanan dan tenaga kesehatan yang lain dalam upaya peningkatan pelayanan keluarga
8
berencana dan juga memotivasi bidan serta pelayanan kesehatan lain agar dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan pada akseptor KB. d. Bagi institusi Sebagai metode untuk mengevaluasi dan sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan teori yang sudah didapat diperkuliahan. 2. Manfaat teoritis Sebagai acuan pembelajaran mengenai metode keluarga berencana terutama suntik dan diharapkan dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya.
9
E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No
Judul penelitian
Nama penelitian
1
Faktor-faktor penentu pemilihan alat kontrasepsi DMPA pada akseptor di RB Harapan Bunda Karekteristik, dukungan suami dan pelayanan kesehatan pada akseptor KB suntik (DMPA) di RB nur hikmah gubug
Marida Isfaroh
Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntikpada akseptor kb mandiri dikelurahan karanganyar kecamatan tugu kota semarang
2
3
Tahun dan Tempat Penelitian 2010, RB Harapan Bunda
Rancangan Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Jenis Rancangan deskriptif dengan cross sectional
Variabel tunggal meliputi pendidikan, Pengetahuan, Ekonomi, Usia, paritas
Hera Fitria Sari
2009, RB Nur Hikmah
Jenis Rancangan deskriptif kualitatif dengan cross sectional
Variabel tunggal meliputi, umur, paritas, pendidikan, dukungan suami, pelayanan tenaga kesehatan
Paling besar peminat suntik DMPA adalah wanita usia 20-35 tahun (86,2%) Pendidikan menengah/SMA (78,5%), multipara (80%), Ekonomi (69,2%), Pengetahuan (49,2%) Paling besar peminat suntik DMPA adalah umur reproduksi sehat (53,8%), paritas pernah melahirkan kurang dari 2 (56,4%), pendidikan SMA (79,5%), dukungan suami (71,8%), pelayanan tenaga kesehatan (71,8%)
Lilis susiati
2000, dikelurahan karang anyar kecamatan tugu kota semarang
Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan, menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling dimana responden diambil secara acak sederhana
Variabel tunggal antara umur, pendidiakn, pekerjaan, pendapatan, paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi sunti
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 76,1% umur responden antar 2035 tahun, 85,5% berpenddidikan rendah, 50,3% tidak bekerja, 82,4% tingkat pendapatan mennengah, 62,9% mempunyai paritas 1-2 anak, 62,9% berpengetahuan cukup dan 96,9% bersikap baik.
9
10
Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan antara lain: 1.
Tahun dan tempat penelitian
2.
Rancangan penelitian
Penelitian pertama dan kedua menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional, Variabel penelitian, Variabel pertama menggunakan pendidikan, pengetahuan, ekonomi, usia, paritas, dan penelitian kedua menggunakan variabel umur, paritas, pendidikan, dukungan suami, pelayanan tenaga kesehatan.