BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Banyak hal dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan matematika. Melihat pentingnya peranan tersebut menjadikan matematika sebagai ilmu yang perlu dipelajari di setiap jenjang sekolah. Mulai dari Taman Kanakkanak, Sekolah Dasar, Menengah hingga Perguruan Tinggi. Matematika sekolah (Susilawati, 2011: 9) berorientasi pada kepentingan kependidikan dan kepentingan IPTEKS. Tidak dipungkiri, matematika menjadi ilmu dasar yang sangat diperlukan sebagai landasan bagi teknologi dan pengetahuan modern. Namun pada kenyataannya, bagi kebanyakan siswa di setiap jenjang beranggapan bahwa matematika adalah suatu mata pelajaran yang sulit sehingga tidak banyak siswa yang memiliki minat yang kuat terhadap matematika. Padahal, minat terhadap matematika dalam diri seseorang merupakan modal utama untuk dapat menumbuhkan keinginan dan memupuk kesenangan belajar matematika. Mencermati pentingnya pelajaran matematika yang memegang peranan penting dalam sendi-sendi kehidupan, maka tentu matematika memiliki tujuan pembelajaran yang dapat mengangkat kemampuan pemahaman dan komunikasi di setiap sekolah. Mengacu pada tujuan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa belajar matematika tidak hanya menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum, tetapi harus diikuti dengan pembelajaran yang bermakna.
1
2
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interaksi edukatif. Dengan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini akan berjalan baik, jika siswa lebih banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Tugas guru ialah memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar yang baik. Ketepatan penggunaan metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar. Dewasa ini, terdapat persoalan-persoalan yang sering dihadapi oleh guru matematika maupun siswa dalam proses pembelajaran matematika. Karena salah satu karakteristik matematika (Susilawati, 2011: 8), yaitu memiliki objek kajian yang abstrak. Masalah yang sering muncul adalah siswa tidak dapat memahami konsep matematika karena materi pelajaran yang dirasakan siswa terlalu abstrak dan kurang menarik. Selain itu metode penyampaian materi yang hanya terpusat pada guru sementara siswa cenderung pasif.
3
Hal tersebut diperkuat dengan hasil temuan di lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 30 Kota Bandung berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur, bahwa kemampuan matematik siswa yang mencakup kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik masih perlu ditingkatkan. Dengan KKM yang terbilang cukup tinggi, yaitu 70 untuk kelas VII dan kelas VIII dan 72 untuk kelas IX, mengharuskan setiap guru bekerja keras menerapkan berbagai metode dan strategi dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk dapat mencapai KKM tersebut. Padahal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam matematika. Hal ini dikarenakan pemahaman sangat diperlukan dalam memetakan suatu permasalahan didalam matematika. Begitu juga dengan kemampuan komunikasi matematika diperlukan untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah serta memprediksi kejadian dari suatu masalah. Berdasarkan fakta tersebut maka perlu adanya upaya pengembangan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran matematika, agar proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Karena belajar yang efisien (Slameto, 2010: 76) dapat tercapai apabila menggunakan strategi yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, kini berkembang berbagai model pembelajaran. Dewasa ini banyak berkembang berbagai macam pendekatan, metode, model dan strategi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sangat berpengaruh adalah pembelajaran kooperatif.
4
Pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2012: 14) merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus berkontribusi langsung dengan cara saling bekerja sama dan membatu untuk memahami materi pelajararan. Salah satu pembelajaran kooperatif yang menarik dan dapat menjadikan seluruh siswa menjadi aktif dan ikut berkontribusi langsung dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Pembelajaran kooperatif tipe Time Token menurut Arends (Huda, 2013: 239) merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis. Dengan kata lain siswa dilibatkan secara aktif dan guru berperan mengajak siswa untuk mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui dengan cara pemberian kupon berbicara kepada setiap siswa. Dalam prosesnya setiap siswa harus menggunakan kupon tersebut baik untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat, bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang masing-masing menggunakan satu buah kupon berbicara. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Model pembelajaran Time Token menitikberatkan pada aspek keterampilan komunikasi siswa. Sehingga, diharapkan apabila siswa sering mengomunikasikan ide-idenya maka mereka menjadi lebih memahami tentang bahan pelajaran yang telah mereka pelajari dan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa serta mampu menyampaikan informasi dalam bahasa matematika. Misalnya, meyajikan persoalan atau masalah ke dalam model matematika.
5
Pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar prisma dan limas bagi siswa SMP kelas VIII, salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki adalah mengidentifikasi sifat-sifat bagun ruang prisma dan limas serta menghitung luas permukaan dan volumenya. Kompetensi dasar tersebut mengindikasikan bahwa siswa harus memiliki kemampuan pemahaman konsep yang kuat yang disandarkan pula pada indikator kemampuan komunikasi matematik. Pembelajaran materi bangun ruang sisi datar prisma dan limas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Time Token diduga mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian mengenai: “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN TERHADAP
KEMAMPUAN
PEMAHAMAN
DAN
KOMUNIKASI
MATEMATIK SISWA” (Penelitian Eksperimen pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas di Kelas VIII SMP Negeri 30 Kota Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka rumusan permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Time Token terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan
6
pembelajaran konvensional secara keseluruhan dan berdasarkan KAM dengan kategori tinggi, sedang dan rendah? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional secara keseluruhan dan berdasarkan KAM dengan kategori tinggi, sedang dan rendah? 4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan
aktivitas
guru
dan
siswa
pada
proses
penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Time Token terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa. 2. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional secara keseluruhan dan
berdasarkan KAM dengan kategori
tinggi, sedang dan rendah. 3. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional secara keseluruhan dan tinggi, sedang dan rendah.
berdasarkan KAM dengan kategori
7
4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru serta peneliti. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut: 1. Bagi siswa Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial agar siswa dapat berbicara dalam kegiatan pembelajaran namun tidak mendominasi pembicaraan atau bahkan diam sama sekali. Siswa juga dapat berfikir secara intensif mengenai topik yang akan dibicarakan. Dengan demikian siswa dapat meningkatkan kualitas belajarnya. 2. Bagi guru Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Time Token ini dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran matematika dan menambah variasi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan di bidang matematika dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. 3. Bagi peneliti Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran matematika terutama dalam kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Time Token.
8
E. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan permasalahan tidak meluas maka penelitian ini dibatasi oleh: 1. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 Semester Genap. 2. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi bangun ruang sisi datar prisma dan limas pada kelas VIII semester genap. 3. Penelitian ini hanya mengungkapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. 4. Indikator yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa. F. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe Time Token merupakan salah satu model pembelajaran yang pada prosesnya guru memberikan kupon berbicara kepada setiap siswa untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. 2. Pembelajaran konvensional, merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi. Peran guru tampak mendominasi pada proses pembelajaran berlangsung. Pada prosesnya
9
pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pemberian tugas dan latihan. 3. Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Kemampuan pemahaman matematik adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Indikator pemahaman matematik yang akan diteliti adalah Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, kemampuan menerapkan konsep secara algoritma dan kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika. 4. Kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu dengan mengungkapkan ide-ide matematika berupa konsep, rumus ataupun strategi penyelesaian suatu masalah baik tertulis maupun tidak tertulis. Indikator kemampuan komunikasi matematik yang akan diteliti adalah kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide matematika, kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar serta menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika. G. Kerangka Pemikiran Bruner (Slameto, 2010) mengemukakan belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Oleh sebab itu, penting adanya jika sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa
10
untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran matematika. Kesempatan tersebut dapat diwujudkan dalam hal pemilihan suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran (Susilawati, 2011: 164) adalah sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajarmengajar. Sejalan dengan perkembangan berbagai model pembelajaran, salah satu model yang banyak mendapat sikap adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Slavin (Isjoni, 2012: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur yang heterogen. Salah satu pembelajaran kooperatif yaitu dengan pendekatan Time Token. Menurut Arends (Taniredja, dkk., 2011: 119) Time Token adalah pendekatan pembelajaran untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Time Token merupakan pendekatan yang bersifat metodologis. Hubungan Time Token dengan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa sangat berkaitan. Dalam Time Token siswa dituntut untuk mengemukakan ide, gagasan, pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan yang bersifat wajib. Sehingga siswa harus memahami pokok pembahasan dengan sangat baik, serta dapat mengomunikasikan suatu persoalan kedalam bentuk simbol, tabel atau ekspresi matematika lainnya untuk dapat memperjelas suatu keadaan atau permasalahan.
11
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Time Token (Suprijono, 2009: 133) adalah: 1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL). 2. Tiap siswa diberi kupon berbicara baik berupa menyampaikan ide, gagasan, pendapat, pengajukan ataupun menjawab pertanyaan mengenai pokok bahasan bangun ruang sisi datar prisma dan limas dengan waktu detik.
Nama : ____________________________ Kelas : ___ Kelompok
: ___
Gambar 1. 1 Desain Kupon Berbicara 3. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan. 4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara satu kupon. 5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis. 6. dan seterusnya.
Berdasarkan landasan tersebut, peneliti menganalisis sintak pembelajaran kooperatif tipe Time Token sebagai berikut: 1. Mengkondisikan
kelas
untuk
melaksanakan
kegiatan
diskusi
secara
berkelompok. 2. Setiap kelompok diberikan LKS untuk dapat didiskusikan bersama teman kelompoknya. 3. Setiap siswa diberikan beberapa kupon. Kupon tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
12
4. Kupon tersebut dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, bertanya, megungkapkan ide, permasalahan dan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan. 5. Setiap melakukan kegiatan tersebut, siswa menyerahkan salah satu kupon yang dimilikinya. 6. Kegiatan terus berlangsung hingga semua kupon yang dimiliki seluruh siswa habis. 7. Guru memberikan penilaian. Kompetensi siswa dalam kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar prisma dan limas masih terbilang heterogen. Seiring dengan berkembangnya berbagai model pembelajaran yang semakin bervariasi. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya di bidang matematika maka diperlukan berbagai upaya untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Dan salah satunya adalah dengan adanya variasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa. Istilah pemahaman matematik (Sumarmo, 2012: 6) sebagai terjemahan dari mathematical understanding memiliki tingkat kedalaman tuntutan kognitif yang berbeda. Beberapa indikator kemampuan pemahaman matematik menurut Kilpatrick dan Fidel (Susilawati, 2011: 212) yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu pemahaman relasional yang meliputi: 1. Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut
13
2. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma 3. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika Sedangkan komunikasi matematik (Sumarmo, 2012: 14) merupakan kemampuan matematik esensial yang tercantum dalam kurikulum matematika sekolah menengah. Indikator kemampuan komunikasi matematik yang akan diteliti diantaranya: 1. Kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide matematika. 2. Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. 3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 30 Kota Bandung, dengan menggunakan dua kelas yang terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
Kelas
VIII-A
sebagai
kelas
eksperimen
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Time Token sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas VIII-B sebagai pembanding menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi sedangkan siswa sebagai penerima informasi. Peran guru tampak mendominasi pada pembelajaran ini. Pada prosesnya pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pemberian tugas dan latihan. Pada penelitian ini kelompok yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Time Token disebut dengan kelas eksperimen dan untuk pembelajaran konvensional disebut dengan kelas kontrol. Untuk lebih jelas mengenai kerangka berfikir pada penelitian ini, akan disajikan dalam bentuk Gambar 1.2.
14
Indikator kemampuan pemahaman matematik menurut Kilpatrick dan Fidel (Susilawati, 2011: 212) yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu pemahaman relasional yang meliputi: 1. Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau 2. tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut; Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma 3. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika Indikator kemampuan komunikasi matematik (Sumarmo, 2012: 14): 1. Kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide matematika. 2. Kemampuan menjelaskan ide, situasi da relasi matematik secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. 3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika. Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe Time Token
Pembelajaran Konvensional
Kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa
Gambar 1. 2 Bagan Kerangka Pemikiran H. Hipotesis Dari kerangka pemikiran sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik jawaban sementara sebagai hipotesis penelitian, yaitu: 1. “Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional secara keseluruhan”. 2. “Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah”.
15
3. “Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional secara keseluruhan”. 4. “Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah”. I. Langkah-langkah Penelitian 1. Lokasi Penelitian Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian eksperimen adalah SMP Negeri 30 Kota Bandung. Hal ini didasarkan pada hasil studi pendahuluan pada tanggal 2 bulan Januari 2014, dengan observasi awal melalui wawancara tidak terstruktur kepada Wakasek Kurikulum dan Ketua MGMP Matematika. Adapun indikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut: a. Model pembelajaran yang masih konvensional b. Tingginya Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) pada mata pelajaran matematika untuk kelas VIII, yakni adalah 70. c. Kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik yang perlu ditingkatkan agar dapat membantu siswa dalam menguasai materi pembelajaran. 2. Sumber Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 30 Kota Bandung. Dari 12 kelas yang ada, akan diambil tiga kelas dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik yang memungkinkan peneliti untuk mengambil
16
sampel secara sengaja karena adanya pertimbangan tertentu. Berdasarkan pertimbangan maka diperoleh sampel kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol. 3. Jenis Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif pada penelitian ini meliputi hasil kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Kota Bandung pada mata pelajaran matematika pokok pembahasan bangun ruang sisi datar prisma dan limas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Time Token yang diperoleh dari hasil tes soal, baik pretest maupun posttest. Sedangkan data kualitatif meliputi lembar observasi aktivitas siswa dan guru serta penyebaran angket skala sikap yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung. Kemudian dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. 4. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen atau eksperiment research (Sugiyono, 2010: 107), yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Yaitu dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan atau treatment dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen Quasi Eksperimental Design yaitu Pretest-posttest control group design yang sebelumnya diberikan tes kemampuan awal matematika (KAM) dengan kategori
17
tinggi, sedang dan rendah dengan tujuan untuk mengklasifikasikan kemampuan awal matematika siswa sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian desain penelitian yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Desain Penelitian Kelas
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperimen
O
X1
O
Kontrol
O
X2
O
Keterangan: O = pretest dan posttest X1= pembelajaran dengan model kooperatif tipe Time Token X2= pembelajaran konvensional (Ruseffendi, 2005: 49) Adapun untuk dapat mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1. 2 Skema Desain Penelitian Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Tingkat Kemampuan Matematik Model Pembelajaran Awal Matematika (KAM) Time Token (TT) Konvensional (Konv) TT-T Konv-T Tinggi (T) TT-S Konv-S Sedang (S) TT-R Konv-R Rendah (R) TT Konv Total Keterangan: a. TT-T adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token pada siswa dengan KAM tinggi. b. TT-S adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token pada siswa dengan KAM sedang. c. TT-R adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token pada siswa dengan KAM rendah.
18
d. Konv-T adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa dengan KAM tinggi. e. Konv-S adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa dengan KAM sedang. f. Konv-R adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik pada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa dengan KAM rendah. (Kariadinata, 2011: 272) Pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada alur penelitian, seperti pada Gambar 1.3.
Gambar 1. 3 Alur Proses Penelitian
19
5. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, digunakan beberapa instrumen. Berikut penjelasan mengenai instrumen yang digunakan: a. Lembar Observasi Observasi digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Time Token yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Alat bantu yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas Guru. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek proses pembelajaran yang diterapkan sehingga dapat melihat peran guru, interaksi siswa dan kendala-kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran kooperatif tipe Time Token berlangsung. Observer dalam penelitian ini dilakukan oleh rekan peneliti yang telah diberikan gambaran dan sintak yang lengkap mengenai proses pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. b. Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Dalam penelitian ini tes yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda untuk tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) yang berjumlah 10 butir soal dan uraian untuk Pretest dan Posttest yang berjumlah 10 butir soal. Akan diberikan tiga macam tes, yaitu:
20
1) Kemampuan awal matematika Tes kemampuan awal matematika dilaksanakan sebelum pretest, dengan tujuan memperoleh klasifikasi kemampuan matematik siswa berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah. 2) Pretest Pretest akan diberikan kepada siswa pada saat sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tujuan pretest adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa sebelum diberikan perlakuan. Banyaknya soal yang akan diberikan berjumlah 10 soal, dengan 5 soal untuk mengukur kemampuan pemahaman dan 5 soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa. 3) Posttest Posttest akan diberikan kepada siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Posttest bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa setelah diberikan perlakuan. Adapun soal yang akan diberikan adalah sama dengan soal yang diberikan pada saat pretest. c. Skala Sikap Skala sikap digunakan untuk mengungkap secara umum sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Model skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Penelitian ini menggunakan angket skala sikap yang terdiri dari 25 pernyataan dengan 13 pernyataan positif dan 12
21
pernyataan negatif. Angket skala sikap diberikan diakhir pembelajaran setelah tes akhir (posttest). Teknik yang digunakan dalam penilaian skala sikap ini dengan menggunakan teknik apriori yang pada setiap pilihan jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju) yang memiliki nilai tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. 6. Analisis Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti langsung ke lokasi penelitian dengan teknik sebagai berikut: a. Lembar Observasi Lembar observasi yang dibuat adalah lembar observasi siswa dan guru yang dibuat dengan tujuan untuk melihat kesesuaian antara rencana yang disusun sesuai dengan kerangka kegiatan siswa dan kerja guru pada pembelajaran matematika berbantuan pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Lembar observasi ini diuji kelayakannya dan ditelaah oleh dosen pembimbing yang akan ditanyakan dari aspek materi, konstruksi dan bahasa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Tabel 1. 3 Aspek dan Indikator Observasi Siswa dan Guru Aspek Indikator Minat
Siswa
Kontribusi
Perhatian saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran Duduk berkelompok sesuai dengan yang telah ditentukan oleh guru Menerima kupon berbicara dan mengisi identitasnya Menyimak dengan seksama penjelasan guru
22
Aspek Interaksi
Kedisiplinan
Kesiapan Siswa
Guru Interaksi
Fungsi guru dalam model pembelajaran kooperatif tipe Time Token
Indikator Aktif menyampaikan gagasan, pertanyaan dan mesikap penjelasan guru Menyerahkan kupon jika telah menyampaikan gagasan, pertanyaan dan mesikap penjelasan guru Menerima dan mengerjakan LKS Mendiskusikan LKS Mempresentasikan hasil diskusi Menggunakan kupon berbicara saat presentasi Menggunakan kupon berbicara untuk mengungkapkan gagasan atau pendapat saat presentasi berlangsung Menyimpulkan materi yang telah dipelajari Menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu langkah-langkah pembelajaran Time Token Mengkoondisikan siswa untuk dapat melaksanakan kegitan diskusi kelompok Membagikan kupon berbicara
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat Memberikan LKS kepada siswa Membri petunjuk dan arahan kepada siswa dalam meyelesaikan permasalahan Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh siswa
Memberikan soal evaluasi
Pengelolaan waktu kgiatan mengajar yang efektif
belajar
Format lembar observasi yang digunakan adalah dengan pilihan Ya dan Tidak yang masing-masing pilihan tersebut akan diolah dalam bentuk persentase.
23
b. Instrumen Tes Sebelum diberikan tes, terlebih daluhu soal uraian diujicobakan untuk dapat mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. 1) Validitas Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Rumus yang digunakan adalah rumus product moment (Pearson) dengan angka kasar, yaitu:
( ) )( ( ) ) √( Keterangan: = Koefisien korelasi antara variabel dan variabel , = Jumlah siswa uji coba, = Skor-skor tiap butir soal untuk setiap individu atau siswa uji coba, = Skor total tiap siswa uji coba. (Arikunto, 2011: 72) Untuk menginterpretasikan tingkat validitas, maka koefisien korelasi dikategorikan pada kriteria interpretasi pada tabel 1.4. Tabel 1. 4 Kriteria Validitas Instrumen Tes Interpretasi Nilai 0,80 1,00 Sangat tinggi 0,60 0,80 Tinggi 0,40 0,60 Cukup Rendah 0,20 0,40 Sangat rendah 0,00 0,20 (Arikunto, 2011: 75) 2) Reliabilitas Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: ( (
)
)(
∑
)
24
Keterangan: = Reliabilitas yang dicari = Banyaknya butir soal yang ada pada tes = Jumlah varians skor tiap item = Varians total (Arikunto, 2011: 109) Tabel 1. 5 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Suherman, 1993: 156) 3) Daya Pembeda Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ̅̅̅
̅̅̅̅
Keterangan: = Merupakan indeks daya pembeda ̅̅̅ = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar ̅̅̅̅ = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar = Skor maksimum ideal tiap soal Tabel 1. 6 Kriteria Indeks Daya Pembeda Kualifikasi Negatif Sangat jelek Jelek Cukup Baik Baik sekali (Suherman, 2003: 161) 4) Tingkat Kesukaran Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu butir tes digunakan rumus: ̅
25
Keterangan: = Indeks kesukaran ̅ = Rata-rata skor tiap soal = Skor maksimum tiap soal Adapun interpretasi tingkat kesukaran sebagai berikut: Tabel 1. 7 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah (Suherman, 2003: 170) Untuk memperoleh intrumen yang baik perlu dilakukan uji coba soal terlebih dahulu. Uji coba soal dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Mei 2014 di kelas X SMA Negeri 12 Kota Bandung. Pelaksanaan uji coba soal dilakukan di dua kelas yang berbeda. Kelas yang pertama untuk tes kemampuan pemahaman matematik sedangkan kelas yang kedua untuk tes kemampuan komunikasi matematik. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1.8. Tabel 8 Rekapitulasi Data Hasil Soal Uji Coba Pemahaman Rekapitulasi Data1.Hasil Soal Uji Coba Pemahaman DAYA BEDA 1 0.69 Tinggi 0.52 2 0.55 Cukup 0.34 3 0.20 Sangat Rendah 0.06 4 0.73 Tinggi 0.33 5 0.70 Tinggi 0.21 6 0.59 Cukup 0.21 7 0.21 Rendah -0.02 8 0.57 Cukup 0.30 9 0.68 Tinggi 0.28 10 0.58 Cukup 0.14 Reliabilitasnya adalah 0,8484 dengan kriteria Sangat Tinggi NO VALIDITAS
KRITERIA
TINGKAT KESUKARAN Sangat Baik 0.74 Baik 0.29 Sangat Jelek 0.66 Baik 0.71 Cukup 0.60 Cukup 0.37 Sangat Jelek 0.25 Baik 0.40 Cukup 0.25 Jelek 0.18
KRITERIA
KRITERIA
KETERANGAN
Mudah Sukar Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar
dipakai direvisi dibuang dipakai dipakai dipakai dibuang dipakai dipakai dibuang
Dari hasil analisis butir soal pemahaman diperoleh 6 soal yang dapat dipakai, 1 soal perlu direvisi karena untuk tingkat kesukaran tidak sesuai dengan
26
prediksi dan 3 soal dibuang. Soal yang perlu dibuang berdasarkan validitas yang sangat rendah serta daya beda yang sangat jelek. Untuk itu soal yang dipakai adalah soal no. 1, 4, 5, 8 dan 9. Sedangkan
untuk
tes
kemampuan
komunikasi
matematik
siswa,
berdasarkan hasil analisis butir soal dapat dilihat pada tabel 1.9 berikut. Tabel 9 Rekapitulasi Data Hasil Soal Uji Coba Komunikasi Rekapitulasi Data1.Hasil Soal Uji Coba Komunikasi DAYA TINGKAT KRITERIA KRITERIA KETERANGAN BEDA KESUKARAN 1 0.50 Cukup 0.20 Jelek 0.40 Sedang direvisi 2 0.09 Sangat Rendah 0.01 Sangat Jelek 0.65 Sedang dibuang 3 -0.04 Sangat Rendah -0.03 Sangat Jelek 0.73 Mudah dibuang 4 0.38 Rendah 0.16 Jelek 0.57 Sedang dibuang 5 0.67 Tinggi 0.19 Jelek 0.75 Mudah dipakai 6 0.77 Tinggi 0.38 Baik 0.50 Sedang dipakai 7 0.84 Sangat Tinggi 0.40 Baik 0.48 Sedang dipakai 8 0.81 Sangat Tinggi 0.47 Baik 0.49 Sedang dipakai 9 0.79 Tinggi 0.33 Baik 0.30 Sukar dipakai 10 0.86 Sangat Tinggi 0.43 Baik 0.47 Sedang direvisi Reliabilitasnya adalah 0,8963 dengan kriteria Sangat Tinggi NO VALIDITAS
KRITERIA
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa 5 soal dapat dipakai, 2 soal perlu direvisi karena tingkat kesukaran tidak sesuai dengan prediksi awal dan 3 soal perlu dibuang karena validitas sangat rendah serta daya beda yang jelek dan sangat jelek. Adapun soal yang digunakan adalah soal no. 5, 7, 8, 9 dan 10. Pada no. 10 indeks validitas menunjukkan sangat tinggi namun tingkat kesukaran tidak sesuai dengan prediksi, sehingga perlu direvisi agar soal memiliki kriteria tingkat kesukaran. Berdasarkan kebutuhan soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang, maka untuk soal no. 10 perlu disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Berikut soal perlu direvisi dan setelah direvisi.
27
Tabel 1.10 Revisi Soal Sebelum direvisi Setelah direvisi Sebuah alas limas berbentuk persegi Sebuah bungkus minuman berbentuk dengan panjang sisi dan tinggi limas dengan alas persegi dengan panjang limas 15 cm yang akan diisi air sisi dan tinggi yang akan sebanyak . Berapa banyak diisi air sebanyak . Berapa bagian limas yang terisi air? banyak bagian bungkus minuman tersebut yang terisi air? Dari soal-soal yang dibuang, indikator-indikator dalam soal tersebut sudah terwakili pada soal-soal yang dipakai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.10.
No. 2 3 6 7
10
Tabel 1.11 Indikator-indikator Pemahaman yang Diteliti Soal yang dibuang Soal yang diapakai Indikator No. Indikator 4 Kemampuan menerapkan Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma konsep secara algoritma 5 8 Kemampuan mengaitkan Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika berbagai konsep matematika 9 Kemampuan Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek mengklasifikasikan objekberdasarkan dipenuhi atau 1 objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut membentuk konsep tersebut Sedangkan untuk kemampuan komunikasi matematik siswa indikator-
indikator yang diteliti dapat dilihat pada tabel 1.11.
No. 1 2 4 6 3
Tabel 1.12 Indikator-indikator Komunikasi yang Diteliti Soal yang dibuang Soal yang diapakai Indikator No. Indikator Kemampuan menghubungkan Kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar dan benda nyata, gambar dan 5 diagram kedalam ide diagram kedalam ide matematika matematika Kemampuan menjelaskan ide, Kemampuan menjelaskan ide, 7 situasi dan relasi matematik situasi dan relasi matematik 8 secara lisan dan tulisan dengan secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan benda nyata, gambar, grafik 9 aljabar. dan aljabar. Menyatakan peristiwa sehariMenyatakan peristiwa sehari10 hari dalam bahasa matematika hari dalam bahasa matematika
28
c. Skala Sikap Lembar skala sikap dibuat dengan tujuan untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran matematika berbantuan pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Lembar skala sikap yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik apriori yang mana skor dari setiap jawaban telah ditentukan oleh peneliti. Adapun skor jawabannya dapat dilihat pada Tabel 1.12. Tabel 1. 13 Penskoran Skala Sikap Apriori SS (sangat setuju) 5 1
Pernyataan Positif Negatif
S (setuju) 4 2
TS (tidak setuju) 2 4
STS (sangat tidak setuju) 1 5
Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif, sebaliknya, jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif (Suherman, 2003: 191). Indikator skala sikap yang akan diamati diantaranya: 1) Kesukaan siswa terhadap pelajaran matematika 2) Kesungguhan siswa mengikuti proses belajar mengajar 3) Menunjukkan tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika di kelas 4) Kesukaan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Time Token 5) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Time Token 6) Tanggapan
siswa
terhadap
penguasaan
pembelajaran kooperatif tipe Time Token
konsep
matematika
melalui
29
7) Menunjukkan manfaat pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe Time Token 8) Menunjukkan minat dalam menyelesaikan soal-soal pemahaman dan komunikasi matematik 7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu sumber data, jenis data, instrument yang digunakan, serta teknik pengumpulannya. Secara lengkap dijelaskan pada tebel 1.14.
No
Sumber Data
Tabel 1.14 Teknik Pengumpulan Data Instrumen Teknik pengumpulan Jenis data yang data digunakan Lembar observasi aktivitas siswa
Observasi
1
Siswa
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
2
Guru
Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
Lembar observasi aktivitas guru
Observasi
3
Siswa
Hasil belajar pada aspek kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa
Perangkat tes (Pretest dan Posttest)
Tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik
4
Siswa
Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran
Lembar skala sikap model Likert
Skala sikap
8. Analisis Data Analisis data ini berguna untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dengan melakukan langkah sebagai berikut:
30
a. Untuk menjawab rumusan masalah pertama Analisis dan pengolahan data untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu bagaimana gambaran aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran koopertif tipe Time Token, dapat dijawab dengan melihat hasil pengamatan lembar observasi siswa dan guru. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:
Dengan kriteria penilaian pada tabel berikut : Tabel 1.15 Kriteria Penilaian Aktivitas Rata-rata Aktivitas Interpretasi Kurang Cukup Baik (Jihad, 2006: 32) Selanjutnya, dilihat dari rata-rata aktivitas setiap pertemuan. Sehingga dapat mengambil kesimpulan apakah aktivitas tersebut mengalami peningkatan atau penurunan. b. Untuk menjawab rumusan masalah kedua Analisis dan pengolahan data untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
matematika
dengan
pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional secara keseluruhan dan berdasarkan kategori Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan ketgori Tinggi, Sedang dan Rendah. Dapat dilakukan dengan uji statistik Gain Ternormalisasi terhadap data hasil peningkatan kemampuan pemahaman siswa dari kelas eksperimen dan kelas konvensional.
31
Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Adapun adapun langkah-langkah dalam melakukan uji gain ternormalisasi sebagai berikut: Membuat daftar nilai pretest dan posttest. Menghitung selisih persoalan (Gain) dari masing-masing siswa menurut Hake (Jatisunda, 2013: 59), yaitu dengan menggunakan rumus berikut:
Hasil
perhitungan
N-gain
kemudian
diinterpretasikan
dengan
menggunakan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 1.16 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Nilai Gain (N-gain) Kriteria Rendah g 0,30 Sedang 0,30 ≤ g 0,70 Tinggi g ≥ 0,70 Jika sudah diperoleh indeks gain (gain ternormalisasi) maka dilanjutkan dengan uji ANOVA dua jalur terhadap
tersebut.
1) Merumuskan hipotesis Adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut: a)
H0 :
“Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional secara keseluruhan”
H1 :
“Terdapat
perbedaan
peningkatan
kemampuan
pemahaman
matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional secara keseluruhan “
32
b)
H0 :
“Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah”
H1 :
“Terdapat
perbedaan
peningkatan
kemampuan
pemahaman
matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah” c)
H0 :
“Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional secara keseluruhan”
H1 :
“Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional secara keseluruhan”
d)
H0 :
“Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah”
H1 :
“Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Time Token dengan pembelajaran konvensional berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan kategori tinggi, sedang dan rendah”
33
Telah ditentukan hipotesis sementara, maka secara sederhana hipotesis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan: : nilai gain ternormalisasi untuk kemampuan pemahaman matematik siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token : nilai gain ternormalisasi untuk kemampuan pemahaman matematik siswa dengan pembelajaran konvensional 2) Menghitung uji normalitas data dari setiap kelompok perlakuan dengan rumus: ∑,
(
)
-
Keterangan: : Chi Kuadrat hitung : Frekuensi hasil pengamatan pada klasifikasi ke-i : Frekuensi yang diharapkan pada klasifikasi ke-i Apabila
maka data berdistribusi normal, apabila
sebaliknya data tidak berdistribusi normal. 3) Menguji homogenitas variansi data a) Menguji homogenitas variansi dari skor siswa berdasarkan kemampuan awal matemtika dengan kategori siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah dengan rumus berikut: (1) Variansi skor siswa dengan kemampuan awal matematika tinggi, sedang dan rendah ̅) ∑( (2) Variansi gabungan skor siswa berdasarkan kemampuan awal matematika siswa ∑( ) ∑( ) (3) Menghitung nilai Bartlett (B) dengan rumus: (4) Menghitung
∑(
)
∑(
)
, dengan rumus: {
}
34
(5) Menghitung nilai tabel (6) Menentukan homogenitas Jika , maka variansinya homogen. Tetapi jika sebaliknya, maka variansi tidak homogen. (Kariadinata, 2011: 169-174) b) Menguji homogenitas variansi dari skor siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional. (1) Menentukan variansi setiap kelompok dengan rumus: ̅) ∑(
(2) Menghitung nilai
dengan rumus:
(3) Mencari derajat kebebasan dengan rumus: (4) Menentukan nilai (5) Menentukan kriteria homogenitas Jika , maka kedua variansi yang diuji adalah homogen, namun jika , maka kedua variansi yang diuji tidak homogen. (Kariadinata, 2011: 67) c) Menguji homogenitas variansi dari pasangan (1) Skor siswa pada model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token-siswa kemampuan tinggi (TTT) (2) Skor siswa pada model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token-siswa kemampuan sedang (TTS) (3) Skor siswa pada model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token-siswa kemampuan rendah (TTR) (4) Skor siswa pada model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran konvensional-siswa kemampuan tinggi (Konv-T) (5) Skor siswa pada model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran konvensional-siswa kemampuan sedang (Konv-S) (6) Skor siswa pada model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran konvensional-siswa kemampuan rendah (Konv-R) (7) Variansi skor siswa dengan variansi pasangan, dengan rumus: ̅) ∑(
35
(8) Variansi gabungan skor siswa berdasarkan kemampuan awal matematika siswa ∑( ) ∑( ) (9) Menghitung nilai Bartlett (B) dengan rumus: (10) Menghitung
∑(
)
∑(
)
, dengan rumus: {
}
(11) Menghitung nilai tabel (12) Menentukan homogenitas Jika , maka variansinya homogen. Tetapi jika sebaliknya, maka variansi tidak homogen. (Kariadinata, 2011: 169-174) 4) Analisys of Variance (ANOVA) dua jalur Jika data berdistribusi normal dan varians homogen, dilanjutkan dengan menguji ANOVA dua jalur dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Merumuskan Hipotesis b) Membuat Tabel Statistik deskriptif c) Melakukan perhitungan anova dua jalur dengan langkah: (1) Menghitung jumlah kuadrat Total dari kelompok A (KAM Siswa) dan kelompok B (Pendekatan Pembelajaran) dengan rumus: (∑ ) ∑ (2) Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok (Kelompok A / B), dengan rumus: (∑ ) (∑ ) ∑( ) (3) Menghitung jumlah kuadrat interaksi dari kelompok A dan B, dengan rumus: (∑ ) (∑ ) *∑ + (4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok, dengan rumus: (5) Menghitung derajat kebebasan dengan rumus:
(
)
36
(6) Menghitung Rata-rata kuadrat kelompok dengan rumus: Rata-rata kuadrat kelompok A Rata-rata kuadrat kelompok B Rata-rata kuadrat kelompok A dan B Rata-rata kuadrat dalam kelompok (7) Menghitung nilai Fhitung dengan rumus:
37
(8) Menentukan nilai F dari Tabel dengan taraf signifikansi 1% (9) Membuat tabel perolehan ANOVA Tabel 1.17 Perolehan ANOVA Sumber Variansi (SV)
Derajat Kebebasan (db)
Jumlah Kuadrat (JK)
Rerata Kuadrat (RK)
F
Kelompok KAM siswa (A) Kelompok Pembelajaran (B) A interaksi B (AB) Kelompok dalam (d) Total (T)
(Kariadinata, 2011:192) (10)
Menguji hipotesis
Adapun kriteria dari pengujian hipotesis tersebut adalah jika , maka
ditolak dan
diterima
c) Untuk menjawab rumusan masalah ketiga Analisis dan pengolahan data untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
matematika
dengan
pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan pembelajaran konvensional secara keseluruhan dan berdasarkan kategori Kemampuan Awal Matematika (KAM) dengan ketgori Tinggi, Sedang dan Rendah. Dapat dilakukan dengan uji statistik Gain Ternormalisasi terhadap data hasil peningkatan kemampuan komunikasi siswa dari kelas eksperimen dan kelas konvensional. Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Adapun langkah-langkahnya adalah sama seperti untuk menjawab pada rumusan masalah kedua.
38
d) Untuk menjawab rumusan masalah keempat Untuk menjawab rumusan masalah keempat, mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran matematika berbantuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Time Token dapat dilakukan dengan menganalisis lembar skala sikap. Untuk mengolah data yang diperoleh dari lembar skala sikap digunakan teknik apriori, yaitu setiap item dihitung berdasarkan nilai yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk melihat persentase sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan, digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: P = persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = banyak responden Dengan menggunakan kriteria Kuntjaraningrat (Febriani, 2008: 29) besar hasil perhitungan dapat ditafsirkan seperti pada Tabel 1.18. Tabel 1.18 Interpretasi Persentase Skala Sikap Besar Persentase Tafsiran Tidak seorangpun memilih 0% Sebagian kecil memilih 0% P 25% Hampir setengahnya memilih 25% P 50% Setengahnya memilih 50% Sebagian besar memilih 50% P 75% Pada umumnya memilih 76% P 100% Seluruhnya memilih 100%