BAB I PENDAHULUAN 1.1. Penjelasan dan Pengertian Judul 1.1.1. Fasilitas Wisata Kuliner di Pura Pakualaman dengan Pendekatan Konservasi Arsitektur Pengembangan wisata kuliner Keraton Pakualaman menjadi Wisata Kuliner bernuansa lokal dengan pendekatan konservasi arsitektur merupakan proses perencanaan kawasan wisata kuliner dengan menerapkan prinsip komersial yang konservatori sehingga baik dari desain maupun fungsi bangunan memiliki kegunaan untuk menunjang Pura Pakualaman. Maka dari itu bangunan harus harmoni dan mempertahankan kualitas budaya. Wisata kuliner mampu menarik minat pengunjung dengan olah desain arsitektural sehingga lebih menjual nantinya. Karena perekonomian begitu dipertimbangkan dalam pasar kuliner Fasilitas yang disediakan juga bersifat menjual sehingga tidak terjadi priceless oleh pelanggan. Misalnya dengan kulit bangunan yang mengekspose penggunaan materialnya serta didukung beberapa fasilitas unik dari kawasan wisata kuliner tersebut. Fasilitas yang dimaksud adalah mix used gallery, atau concert hall untuk gamelan yang bisa dinikmati dari sisi bangunan wisata kulinernya. Karena letak site berada di Pakualaman yang mana bangunan cagar budaya, maka bangunan komersial menggunakan pendekatan konservasi arsitektur sebagai bagian infill design. Untuk menarik minat pengunjung dari kelas hotel menuju lokal, membutuhkan detail desain yang cukup kompleks sehingga mampu menarik hati pengunjung untuk dapat meningkatkan mutu ekonomi dan budaya terhadap penjual dan pihak Kraton Pakualaman. 1.2. Latar Belakang Permasalahan 1.2.1. Potensi Wisata Kuliner di Yogyakarta Yogyakarta memiliki keanekaragaman jenis makanan dan minuman tradisional atau khas dimana bisa menjadi daya tarik pariwisata. Mulai dari makanan dari hasil 1
pertanian sendiri sampai dengan makanan ekstrem. Kepala Badan Pariwisata Daerah (Baparda) Provinsi DIY, Tazbir Yogyakarta, Kamis, mengatakan yang ditemukan di Yogyakarta pun juga ada makanan khas daerah lain. Makanan tempo dulu juga masih bertahan dan menjadi menu utama. Makanan yang khas di Yogyakarta gudeg dan bakpia. Ada juga beberapa makanan yang khas seperti bubur ayam, nasi soto, dan bakmi jawa dimana rasa dan penyajian makanan tersebut di Yogyakarta bisa jadi berbeda dengan di daerah lain. Biasanya Yogyakarta cenderung banyak khas makanan berasa manis. Baparda memaparkan bahwa julukan wisata kuliner bagi Kota Yogyakarta perlu diusulkan untuk meningkatkan mutu pariwisata Yogyakarta.1 1.2.2. Fenomena Wisata Kuliner Pura Pakualaman Kawasan Puro Pakualaman termasuk dalam Kecamatan Pakualaman yang merupakan kawasan cagar budaya dikembangkan untuk wisata budaya. Namun peminatnya sepi pengunjung. Tabel 1.1 Data statistik jumlah pengunjung yang sepi di wisata Pura Pakualaman No.
Tahun
Jumlah
1.
2007
333
2.
2008
265
3.
2009
167
4.
2010
410
Sumber : Puro Pakualaman, 2011
1
http://www.wisatamelayu.com/id/news/6766-Yogyakarta-Miliki-Potensi-Wisata-Kuliner diakses pada tanggal 20 September 2015 pukul 19.07 WIB
2
Padahal menurut data statistik, jumlah wisatawan meningkat setiap tahunnya. Tabel 1.2. jumlah wisatawan Yogyakarta yang meningkat setiap tahunnya Wisatawan
2009
2010
Nusantara
1.286.565
1.028.649
Asing
37.246
42.466
Jumlah
1.328.811
1.071.115
Sumber : www.visitingjogja.com 2 Mulanya banyak pengunjung untuk berwisata di area Keraton Pakualaman, kemudian beberapa penjual datang untuk berdagang di tepi alun-alun Puro Pakualaman. Kemudian karena antusias dari beberapa pengunjung untuk beristirahat sejenak dan membeli makanan dari pedagang tersebut kemudian pedagang membuka tenda di alun-alun Pura Pakualaman. Melihat usaha keras pedagang yang berdagang di area alun-alun, kemudian Pura Pakualaman memiliki usulan untuk memfasilitasi para pedagang sehingga memiliki tempat yang lebih layak dan rapi. Kemudian dibuatkanlah beberapa kios di sudut sudut bagian timur alun-alun. Kemudian sudut bagian barat difasilitasi resto untuk memberikan optional kepada pengunjung sehingga ada area kuliner foodcourt dan restaurant. Sebutan wisata pada wisata kuliner Puro Pakualaman adalah karena kegiatan kuliner masih dalam satu paket dengan kegiatan berwisata di Pura Pakualaman. Makanan khas di dalam Pura Pakualaman dengan diluar tentunya berbeda. Untuk di dalam Pakualaman sendiri acara-acara besar berupa apem dan tumpeng. Seperti yang dituliskan pada sebuah artikel yang membahas mengenai ulang tahun pangeran Pakualaman IX, "Apem ini adalah makanan khas. Apem memiliki makna sebagai sebuah permintaan maaf," kata Pengageng Kebudayaan Pura Pakualaman KPH Indra Kusuma.3 Untuk makanan khas rakyat di Pakualaman adalah angkringan 2
www.visitingjogja.com ; www.budpar.go.id diakses pada tanggal 11 Desember 2015 pukul 9.12 WIB http://www.antaranews.com/berita/295267/selamat-ulang-tahun-pangeran-aryo-ix diakses pada 8 Januari 2016 pukul 17.46 WIB 3
3
dan menjadi angkringan malam yang paling disesaki pengunjung setelah angkringan KR. Menu makanan yang disajikan diantaranya wedang jahe, sego kucing, dan ceker ayamnya yang nikmat.4 1.2.3. Potensi Wisata Kuliner Puro Pakualaman Beberapa jenis kuliner mengalami hibridasi sekurang-kurangnya dari penamaan. Semur (smoor) berbahan daging dimodif dengan bahan dasar soun kemudian dinamai semur campur. Hutspot makanan minimalis Belanda sebagai simbol ketahanan masyarakat Leiden dalam membebaskan diri dari pengepungan Spanyol 1573-1574 dimana di dapur Pakualaman dinamai kentang ongklok. Pada masa K.G.P.A.A. Paku Alam VIII, semua jenis kuliner tersebut diolah di dua pawon yaitu K.B.R.Ay Purnomoningrum dan pawon K.B.R.Ay Retnoningrum, sedangkan pada masa K.G.P.A.A Paku Alam IX. Dari pawon-pawon itulah makanan kesukaan K.G.P.A.A Paku Alam VIII disajikan seperti kentang ongklok, lapis daging, sayur bening bayem dingin, uter-uter, gudheg kubis, gandhon, perkedel Lombok, ayam pindang srani,orak-arik, sop buntut, klappertaart,srabi kocor,dsb.5 1.2.4. Kurangnya Daya Tarik Wisata Kuliner Puro Pakualaman Wisata kuliner disana belum terorganisir keadaan kiosnya. Keadaan site di wisata kuliner pakualaman kurang tertata dan terlihat gersang. Potensi angin yang cukup besar dan konstan dengan lapangan yang masih didominasi tanah. Kemudian keadaan wisata kuliner yang cenderung sepi karena terdapat beberapa restoran ternama di sekitaran site. Seperti masuknya rumah makan asing western, dan eastern. Karena dianggap hal baru, banyak masyarakat Yogyakarta selera untuk mencobanya sehingga perlahan mereka meninggalkan makanan yang bernuansa lokal tersebut.
1.2.5. Pentingnya Pengembangan Wisata Kuliner Pura Pakualaman Maka dari itu hendaknya untuk tetap meningkatkan fasilitas dan mutu budaya Keraton Pakualaman sebagai destinasi wisata, maka sebaiknya perlu dilakukan pengembangan yang menarik sehingga mampu mewadahi aktivitas besar yang ada di alun-alun dan meningkatkan daya tarik wisatawan. Selain itu juga perlu diperhatikan 4
http://kuliner.panduanwisata.id/indonesia/pulau-jawa/yogyakarta/angkringan-pakualaman-sajian-khasmakanan-rakyat/ diakses pada 8 Januari 2016 pukul 17.50 WIB 5 Atika.”Warnasari Sistem Budaya Kadipaten Pakualaman Yogyakarta” Hal 222 bagian Tata Boga
4
bahwa kawasan wisata Pura Pakualaman merupakan kawasan wisata cagar budaya sehingga perlu diperhatikan dengan baik perancangan yang konservatif. Perancangan diusulkan agar menjadi wisata terpadu antara wisata Keraton dengan wisata kuliner Pura Pakualaman. Wisatawan yang berkebutuhan untuk makan pun dimanjakan dengan beberapa karakter aktivitas yang mampu mengajak masyarakat bahwa makan tidak sekedar datang makan kemudian pulang. Sebagai kebutuhan primer, makan adalah fasilitas yang pada umumnya harus ada di area wisata. Untuk sebuah hal yang menjual, kini segala sesuatunya dikemas dengan cantik agar seseorang mau membayar lebih untuk makan. Contohnya dengan view, atau dengan pengalaman ruang yang ada. Wisatawan yang datang juga diajak untuk mengenali atraksi koki memasak, bagaimana seni pengolahan makanan, petualangan dalam menyantap makanan, dan juga bagaimana displat makanan juga mempengaruhi kualitas makanan. 1.2.6. Perancangan Wisata Kuliner dengan Pendekatan Konservasi Arsitektur Site berada dilingkup kawasan urban yang penuh dengan pemukiman. Kemudian titik site sendiri berada di depan Keraton Pakualaman yang begitu dipertahankan keutuhan bangunan dan merupakan daerah konservatif sehingga tidak boleh mencampur adukkan vernakular dengan destruktif. Keadaan site juga masih gersang, pohon tidak dirawat dan dibiarkan tumbuh berantakan sampai besar dan menua. Sehingga sering sekali apabila terkena terpaan angin besar, pohon pohon besar tersebut tumbang dan mengenai salah satu kios di tempat. Perlu dibuat lansekap yang tepat selain untuk estetika kualitas lahan juga agar penataan pohon besar tidak membahayakn aktivitas di sekitarnya. Dalam upaya merespon keadaan site di tersebut, maka Perancangan dibuat dengan pendekatan ekologis guna menghidupkan kembali
site yang gersang menjadi lebih
hijau/sustainable. Dimana menurut teori, konservasi arsitektur kita harus melakukan pelestarian bangunan cagar budaya dengan meningkatkan keaktifan aktivitas sekitar kawasan tersebut. Contohnya dengan area pendukung wisata berupa wisata kuliner. Tak lupa mengutamakan konservasi alam dan pelestarian lingkungan. 5
1.3.
Rumusan Masalah 1.3.3. 81 Permasalahan Non Arsitektural
Kesenjangan terjadi antara resto dengan kios, tidak ada integrasi maksimal baik zona kuliner 1 (resto) dengan zona kuliner 2 (Kios) juga dengan Keraton Pakualaman.
Bagian resto sepi di siang hari dan ramai dimalam hari berbanding terbalik dengan zona kios dimana ramai di siang hari dan sepi di malam hari sehingga belum bisa memunculkan karakter yang sama sama kuat.
Pengunjung lebih memilih makanan dibawa pulang karena area makan yang panas dan gersang.
Belum adanya pemaksimalan konservasi lingkungan dan budaya di area setempat sehingga pengelolaan tanamannya kurang.
1.3.2. Permasalahan Arsitektural / Desain 1.3.2.1. Permasalahan Umum Diperlukan Perencanaan dan perancangan fasilitas wisata kuliner di Pura Pakualaman yang dapat menarik pembeli dan memiliki nilai jual tinggi sehingga mampu meningkatkan kualitas perekonomian wisata di masa mendatang. 1.3.2.2. Permasalahan Khusus Tuntutan olah desain arsitekur dalam perancangan fasilitas wisata kuliner di kawasan Pura Pakualaman dengan pendekatan konservasi arsitektur karena menjadi hal yang mutlak dilakukan mengingat bangunan Pura Pakualaman merupakan bangunan cagar budaya.
6
1. 4. Tujuan 1.4.1. Tujuan Umum Mendapatkan landasan konseptual perencanaan & perancangan fasilitas wisata kuliner yang mampu terkoneksi antara bangunan cagar budaya dengan wisata kuliner yang menarik. 1.4.2. Tujuan Khusus Mendapat konsep perancangan fasilitas wisata kuliner di Pura Pakualaman dengan penekanan konservasi arsitektur. 1.5. Sasaran 1.5.1. Sasaran Umum a. Melakukan evaluasi terhadap eksisting site :
Idektifikasi karakter aktivitas dalam site
Identifikasi pelaku aktivitas sebagai pengguna ruang
Identifikasi hubungan keadaan sekitar dengan site
b. Perancangan wisata kuliner dengan :
Identifikasi eksisting site penataan ruang dan pola ruang kios
Identifikasi sarana prasarana keadaan lingkungan eksisting site
Identifikasi site dan interaksi lingkungan sekitaran site
c. Evaluasi tuntutan perancangan melalui :
Identifikasi kebutuhan ruang / kapasitas ruang
Identifikasi ide desain dengan teori yang cocok untuk diterapkan
Identifikasi rancangan yang harmoni dengan keadaan site didekat Keraton.
1.5.2. Sasaran Khusus a. Memadukan wisata kuliner dengan wisata yang berprinsip konservasi arsitektur serta mengaplikasikannya dengan rangkaian eco-culture. b. Meletakkan fasilitas pendukung seperti gamelan bagi wisata kuliner agar kawasan wisata kuliner dapat menjadikan figure baru bagi kota dan Pura Pakualaman. c. Melihat beberapa contoh desain mix used wisata kuliner dengan fasilitas lainnya, contohnya amphiteater. d. Desain bangunan harus yang menarik dan aestetik memiliki building envelope yang ramah lingkungan dan sustainable seperti timber wood atau bamboo. 7
e. Menentukan konsep makro, meso, dan mikro yang mampu terkoneksi antara bangunan komersial dengan bangunan konservasi yang menarik di Kawasan Pura Pakualaman
1.6. Metode Pembahasan 1.6.1. Teknik Pencarian Data a. Studi Literatur Studi literatur dapat dilakukan dengan membaca beberapa studi buku arsitektur, juga informasi bisa didapat dari internet dengan tujuan untuk memperoleh beberapa landasan teori mengenai wisata kuliner dan pendekatan konservasi arsitektur. Beberapa fenomena yang terjadi kemudian disesuaikan dengan fakta Ndalem Pakualaman baik dari segi kebudayaan, aktivitas, dan penataan ruang yang ada sehingga pencapaian konsep dapat ditembuh dengan teori dari studi literatur tersebut. b. Wawancara Menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data kepada beberapa narasumber merupakan salah satu sistem pencarian data yang baik, seperti data mengenai sejarah dulunya alun-alun sampai inisiatif dijadikan area wisata kuliner. Selain itu juga mengenai kegiatan pedagang hingga omset pedagang perhari. Kemudian pengelolaan dari Keraton Pakualaman terhadap area wisata kuliner, dan lain sebagainya. c. Regulasi Peraturan menjadi hal yang begitu penting dalam sebuah perancangan. Apalagi keadaan wisata kuliner yang ada di depan Keraton tidak boleh mengganggu aktivitas intern kraton. Selain itu berkaitan dengan arsitektur juga memperhatikan peraturan dari garis sempadan, KDB, KLB, dll) d. Kajian Pembanding Dengan mencari pembanding, kemudian melakukan evaluasi dari masingmasing presedent untuk diseleksi dan dibandingkan yang mana yang bisa menjadi referensi penting bagi perancangan wisata kuliner Puro Pakualaman.
8
1.6.2. Teknik Analisa Data Setelah melakukan pencarian data dari berbagai teknik, kemudian dilakukan analisis terhadap kondisi site yang dikaitkan dengan standart bangunan. Analisis data dilakukan setelah pencarian data dilakukan dimana kita memberikan evaluasi di akhir untuk meyimpulkan kelebihan dan kekurangannya. Analisis untuk memudahkan merangkum konsep. 1.6.3. Teknik Merumuskan Konsep Setelah merangkum beberapa kelebihan maupun kekurangannya dengan cara dianlisis, kemudian dirumuskanlah konsep yang matang berkaitan dengan wisata kuliner di Puro Pakualaman dengan pendekatan konservasi arsitektur. 1.7. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi tentang penjelasan umum dan pengertian judul. Kemudian dinlanjutkan dengan latar belakang permasalahan membahas tentang kondisi yang ada di site. Lalu rumusan masalah dibagi dua yaitu non arsitektural dan arsitektural. Dalam arsitektural terdapat pembahasan umum dan khusus. Tujuan dengan tujuan umum dan tujuan khusus. Sasaran dibagi menjadi dua umum dan khusus. Metode Pembahasan yaitu mengenai bagaimana teknik penulis dalam mencari data, analisa data, dan teknik merumuskan konsep. Sistematika penulisan yang membicarakan tentang rangkaian bab. Keaslian penulisan memperlihatkan beberapa tulisan yang sependapat baik mengenai kuliner, wisata, maupun konservasi oleh penulis, kemudian dilakukan perbandingan untuk menunjukkan keasliannya. Terakhir adalah kerangka pikir dimana merupakan hasil akhir dalam proses merumuskan konsep perancangan mengenai wisata kuliner di Puro Pakualaman dengan pendekatan konservasi arsitektur. BAB II Tinjauan Pustaka & Lapangan Berisi tentang tinjauan pustaka yang dipilih dengan membahas definisi, fungsi dan tujuan, klasifikasi, fasilitas, prinsip-prinsip, dan aktivitas yang berkaitan dengan wisata kuliner dengan pendekatan konservasi arsitektur dan konservasi arsitektur. Lapangan berisi gambaran kondisi eksisting site di Kawasan Pura Pakualaman baik berupa figure ground bangunan maupun zona-zona yang ada saat ini. Tinjauan 9
lokasi dilakukan guna melakukan evaluasi terperinci terhadap unsur terpenting di Kawasan Pura Pakualaman. Hasil output pada evaluasi adalah memberikan penjelasan yang solutif dari segi arsitektural sehingga menjadi bagian proses perancangan yang baik kedepannya. BAB IV Analisis Pendekatan Konsep Berisi mengenai analisa data dan informasi dari site Kawasan Pura Pakualaman dengan pendekatan desain ekologis dan konservasi arsitektur. Analisis yang dilakukan menjadi patokan penting dalam menentukan konsep. Kemudian studi kasus sehingga dapat membuat kesimpulan untuk merumuskan konsep. BAB V Konsep Perancangan Berisi tentang hasil akhir perumusan konsep berdasar pendekatan desain ekologis dan konservasi arsitektur. 1.8. Keaslian Penulisan Beberapa sumber karya tulis dan Pra Tugas Akhir, perlu ditunjukkan persamaan maupun perbedaan karya penulis dengan Pra Tugas Akhir yang lain. Dapat dilihat dari segi tipe permasalahan, pendekatan, dan sasarannya. Beberapa judul terkait adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Keaslian Penulisan NO. 1.
JUDUL
SUBSTANSI Melestarikan makanan
-
Latar belakang proses
Yogyakarta
tradisional sebagai sarana
-
Sasaran perancangan
Penulis :
wisata kuliner
-
Orientasi bangunan
Berwisata merupakan
-
Lokasi site di area pesisir
kebutuhan naluriah manusia
-
Latar belakang proses
Pendekatan wisata pantai
-
Sasaran perancangan
dengan daratan yang berbeda
-
Klasifikasi restoran
Food Centre di
Agustina Dwiari
-
-
Restoran Wisata di
-
Pantai Tanjung Pakis Kabupaten Karawang
-
Penulis : Hendarwan Tahun 2008
Bentuk bangunan berupa linier memanjang
Tahun 2009 2.
PERBEDAAN
-
Panorama yang indah merupakan sesuatu yang menjual 10
-
Mengkombinasikan restoran dengan fasilitas wisata yang rekreatif
-
Memiliki beberapa klasifikasi restoran yang signifikan
3.
Restoran Tepi Sungai
-
Kapuas Pontianak
sungai dengan view yang
Kalimantan Barat
menjual -
Penulis :
4.
Memanfaatkan keindahan view -
Resto maupun cafe adalah
Margareta Rica
istilah komersil yang
Aritonang
digunakan dalam berbisnis
Tahun 2008
agar menarik pengunjung -
Klasifikasi resto yang lengkap
-
Penekanan digunakan untuk
-
Benteng Vastenburg
membuat tipologi dan
Surakarta Penekanan
spesifikasi bangunan cagar
-
Olah Desain Arsitektur
budaya
Taman Budaya di
Pusaka
-
Lokasi site sungai sebagai view utama Fungsi bangunan restoran di tepi sungai
Fungsi bangunan untuk taman budaya Lokasi di Benteng Vastenburg Metode perancangan
Menciptakan bangunan baru
Penulis :
yang kontras dengan
Dicki Elhasani
lingkungan namun tetap
Tahun 2015
memperhatikan kontekstualitas. Sumber : Rangkuman Analisa Penulis
11
-
-
Keadaan pedagang yang kurang fasilitas memadai Penikmat makanan tidak mendapatkan view visual yang sebaik mungkin Pola tata ruang yang belum terintegrasi dengan baik Keamanan dari pohon besar yang tumbang belum terjaga Konsep bangunan yang belum terintegrasi antara satu dengan yang lain Kurangnya menjaga konservasi arsitektur mengingat berada di kawasan cagar budaya
LATAR BELAKANG -
MASALAH NON ARSITEKTUR
-
MASALAH ARSITEKTUR
Perlu relokasi dan penataan ulang kawasan wisata kuliner Pendekatan konsep konservasi arsitektur infill design untuk melandasi perancangan wisata kuliner
OBSERVASI & EVALUASI
MAKRO
MESO
MIKRO
PERANCANGAN WISATA KULINER
PENGEMBANGAN KONSEP KULINER
PROGRAM BARU
UNSUR BARU
INTENSIFIKASI POTENSI EKSISTING
UNSUR ASLI / LAMA
ANALISA PENDEKATAN KONSEP
TINJAUAN TEORI Kuliner | Wisata kuliner | konservasi arsitektur | Cagar Budaya
TINJAUAN LOKASI
ANALISIS MAKRO
ANALISIS MESO
ANALISIS MIKRO
UTILITAS & STRUKTUR
Konsep hubungan site
akses & zonasi
tata masa bangunan
sanitasi, utilitas, struktur
Wisata kuliner | konservasi arsitektur
SINTESIS KONSEP
Diagram 1.1 Kerangka Berfikir Sumber : Analisis Penulis 12