BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan (Hatta, 2011). Berdasarkan UndangUndang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan
yang
harus
diwujudkan
oleh
pelayanan
kesehatan. Hal ini membutuhkan campur tangan pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang sesuai dengan citacita bangsa dengan pelayanan yang efektif, efisien, dan terarah. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat harus memberikan pelayanan medik dan penunjang medik yang bermutu. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah pelayanan administrasi berupa pelayanan rekam medis.
1
Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III Tahun 2008 tentang Rekam Medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis merupakan bukti tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini merupakan cerminan kerja sama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk meyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan dilakukan setelah pemeriksaan
tindakan
dan
pengobatan,
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan. Rekam medis merupakan catatan (rekaman) yang harus dijaga kerahasiaannya dan terbatas tenaga kesehatan dan pasien serta memberikan kepastian biaya yang harus dikeluarkan (Depkes RI, 1997). Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, dilanjutkan kegiatan pencatatan data medis pasien selama pasien tersebut mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit, dan dilanjutkan penyimpanan untuk melayani permintaan dari pasien atau untuk keperluan lainnya (Depkes RI, 1997). Untuk itu, pelayanan rekam medis yang diberikan harus berkualitas dan sesuai dengan pelayanan yang ada. Dalam praktiknya, rekam medis mengalami evolusi. Menurut Hatta (2011) rekaman medis yang dirintis sejak zaman prasejarah baru
2
menunjukkan adanya kemajuan dalam pengelolaannya mulai awal abad ke-20. Hal ini ditandai dengan munculnya konsep rekaman medis bagi pasien. Selanjutnya di penghujung abad ke-20, seiring dengan munculnya revolusi teknologi yang mengantarkan profesi pada era Teknologi Informasi (TI), konsep rekaman berubah lagi. Dampak TI ini memicu terjadinya transformasi paradigma dari konsep tradisional (lama) yang disebut sebagai “manajemen rekam medis” menjadi paradigma baru yang berbasis informasi dan disebut sebagai “Manajemen Informasi Kesehatan” (MIK). Perkembangan baru ini harus dipersiapkan sejak dini di abad ke-21 karena teknologi semakin maju dan tidak ada negara di dunia yang dapat terbebaskan dari pengaruh modernisasi TI yang sedemikian cepatnya. Dengan begitu, apabila selama ini pengumpulan data menggunakan kertas, lambat laun pekerjaan ini akan digantikan oleh sistem Rekam Kesehatan Elektonik (RKE) dalam MIK. Dengan sendirinya, kegunaan, pengguna, dan fungsi rekam kesehatan menjadi semakin luas. Sistem Electronic Health Record (EHR) adalah salah satu sistem rekam
kesehatan
elektronik
yang
merupakan
kegiatan
mengkomputerisasi isi rekam medis kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya. EHR adalah rekaman atau catatan elektronik informasi terkait kesehatan (Health-Record-Information) seseorang yang mengikuti standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan, dan dirujuk oleh dokter atau tenaga
3
kesehatan yang berhak (authorized) pada lebih dari satu organisasi pelayanan kesehatan (National Alliance for Health Information Technology, 2008). Menurut Fuad (2008), EHR juga berarti sebagai rekaman atau informasi catatan elektronik terkait kesehatan (healthrelated-information) yang mengikuti standar interoperabilitas nasional dan dapat ditarik dari berbagai sumber, namun dikelola, dibagi, serta dikendalikan oleh individu. Penyelenggaraan sistem Electronic Health Record (EHR) di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas karena salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan sistem EHR, yaitu mencegah kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu (1) pencegahan adverse event, (2) memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event, dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event (Fuad, 2008). Menurut AHIMA dalam Journal of AHIMA 83 No.7 (2012), yaitu Data Quality Management Model (Updated), semakin lama sistem Electronic Health Record (EHR) menjadi lebih banyak diterapkan di semua pengaturan kesehatan. Sistem ini telah dikembangkan dan digunakan dengan berbagai metode dokumentasi sebagai salah satu catatan elektronik. Oleh karena itu, dibutuhan pengelolaan kualitas data, pelayanan, manajemen, dan pengukuran yang lebih ketat/besar dari sebelumnya. Selain itu, hal ini dapat menimbulkan perhatian untuk
4
menjamin integritas data dalam pelaksanaan kegiatan, metode pengumpulan,
atau
sistem
yang
digunakan
untuk
merekam,
menyimpan, dan mengirimkan data pada pelayanan kesehatan. Electronic Health Record (EHR) terdiri dari data baik terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini mengakibatkan berbagai peluang terjadinya kesalahan. Karena penggunaannya yang sangat penting, timbul peningkatan tekanan entitas kesehatan dan penyedia pelayanan untuk memberikan data kesehatan yang berkualitas. Selain itu, data harus dipercaya untuk mendukung keputusan klinis, keuangan, dan administrasi. Sebab EHR dan seberapa baik kualitas data kesehatan sangat penting untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik. Dalam Journal of AHIMA 83 No. 7 (2012) , juga dijelaskan checklist to assess data quality management efforts (ceklis untuk menilai upaya data manajemen mutu), salah satunya adalah: “...quality (i.e., accuracy) is routinely monitored and meaningful use is achieved via the evaluation of EHR data.” Hal tersebut berarti kualitas (yaitu, akurasi) secara rutin perlu dipantau dan penggunaan bermakna dicapai melalui evaluasi data EHR. Dalam
KEPMENKES
No.
377/Menkes/SK/III/2007
juga
disebutkan salah satu kompetensi perekam medis, yaitu menjaga mutu rekam medis. Hal ini disebutkan dalam kode unit kompetensi MIK.MU.04.005.01, yaitu melakukan penilaian dan memberikan solusi terhadap sistem komputerisasi pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)/Rekam Medis (RM). Selain itu, dijelaskan pula dalam
5
kode unit kompetensi MIK.MU.04.009.01, yaitu meningkatkan kualitas data klinis dalam proses menjaga mutu MIK/RM. Oleh karena itu, dalam suatu sistem informasi kesehatan, salah satunya sistem EHR perlu dilakukan evaluasi. Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RS Akademik UGM) pada tanggal 1 Agustus 2013 sampai dengan 31 Agustus 2013, peneliti memperoleh informasi bahwa RS Akademik UGM merupakan salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang telah menerapkan Electronic Health Record (EHR) pada Instalasi Rawat Jalan dan Gawat Darurat. Pada saat ini, RS Akademik UGM masih dalam tahap pengembangan EHR agar dapat sesuai dengan kebutuhan dan harapan rumah sakit. Oleh karena itu, peneliti melakukan evaluasi sistem EHR di RS Akademik UGM untuk mengetahui keinginan dan pendapat pengguna terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi sistem EHR. Dengan evaluasi terhadap sistem EHR yang sudah berjalan tersebut, diharapkan agar RS Akademik UGM dapat mengetahui dan lebih memahami hambatan-hambatan maupun keuntungan dari penggunaan sistem yang selama ini berjalan. Dalam memberikan analisis atau evaluasi terhadap suatu sistem, dapat dilakukan dengan beberapa model analisis. Dalam penelitian ini akan digunakan model analisis PIECES yang mampu menganalisa
sistem
berdasarkan
aspek
dari
segi
kekuatan
performance
6
maupun
(kinerja),
kelemahan
information/data
(informasi/data),
economic
(ekonomi),
control/security
(kontrol/keamanan), efficiency (efisiensi), dan service (pelayanan). Teknik analisis ini dijelaskan oleh Whitten (2007) bahwa sebuah sistem dilakukan analisis terlebih dahulu untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam pembuatan sistem itu sendiri. Sebuah sistem informasi perlu ditemukan permasalahan yang ada agar suatu sistem dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan tersebut digunakan sebagai bahan referensi dan kontrol untuk perubahan sistem, sehingga dapat menjadi masukan dalam pengembangan sistem EHR RS Akademik UGM lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang akan diteliti adalah bagaimana persepsi pengguna terhadap aspek
PIECES
(Performance,
Information/data,
Economic,
Control/security, Efficiency dan Service) pada sistem Electronic Health Record (EHR) di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Melakukan evaluasi sistem EHR di RS Akademik UGM ditinjau berdasarkan metode analisis PIECES.
7
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat aspek PIECES sistem EHR di RS Akademik
UGM. b. Mengetahui perbedaan tingkat aspek PIECES sistem EHR di RS
Akademik UGM ditinjau dari karakteristik pengguna sistem EHR.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai
alat
implementasi
evaluasi sistem
bagi EHR,
pihak
rumah
sehingga
sakit
dapat
terkait
diketahui
permasalahan dan kebutuhan bagi pengembangan sistem EHR selanjutnya agar sistem tersebut dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. b. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman secara langsung, yaitu di rumah sakit dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan.
8
2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang rekam medis. b. Bagi Peneliti Lain Sebagai
acuan
dalam
pendalaman
materi
serta
yang
bersangkutan untuk kelanjutan penelitian yang relevan.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian tentang “Evaluasi Implementasi Sistem Electronic Health Record (EHR) Di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Berdasarkan Metode Analisis PIECES” belum pernah dilakukan. Namun, beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan, antara lain: 1. Salawati
(2013)
dengan
judul
“Evaluasi
Kemudahan
dan
Kemanfaatan Penggunaan Sistem Electronic Health Record di Rumah Sakit Akademik UGM”. Tujuan dari penelitian Salawati adalah mengevaluasi kemudahan dan pemanfaatan penggunaan sistem Electronic Health Record (EHR) di RS Akademik UGM dan mengetahui perbedaan tingkat kemanfaatan dan kemudahan penggunaan sistem Electronic Health Record (EHR) di RS Akademik UGM ditinjau dari karakteristik responden. Jenis penelitian yang digunakan Salawati adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
9
kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan)
dan
kuesioner
atau
angket.
Instrumen
yang
digunakan adalah kuesioner Technology Acceptance Model (TAM). Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah tujuan penelitian yang diteliti dan instrumen yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan saat ini adalah pemanfaatan EHR berdasarkan metode analisis PIECES (performance, information, economic, control, efficiency, dan service). Selain itu, teknik analisis data yang digunakan juga berbeda. Salawati menggunakan uji One Way Anova, sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan uji Krustal Wallis. Persamaan kedua penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan pengolahan data dengan memanfaatkan SPSS untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata masing-masing kelompok. 2. Rahmawati (2013) dengan judul “Tinjauan Pengimplementasian Electronic Health Record (EHR) pada Instalasi Rekam Medis di RS Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian Rahmawati adalah mengetahui pelaksanaan sistem EHR serta mengidentifikasi kendala yang ada pada EHR di Instalasi Rekam Medis RS Akademik UGM. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan
pengumpulan
data
secara
fenomenologi.
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
10
studi dokumentasi. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah keduanya membahas tentang pelaksanaan sistem EHR di RS Akademik UGM, namun pada penelitian yang dilakukan Rahmawati sebatas tinjauan pelaksanaan, sistem serta sumber daya manusia terkait yang menggunakan sistem EHR di RS Akademik UGM, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini adalah analisis atau evaluasi EHR terhadap tingkat kinerja (performance), informasi/data (information/data),
ekonomi
(economic),
kontrol/keamanan
(control/security), efisiensi (efficiency), dan layanan (service) pada EHR. Rahmawati menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 3. Riana (2006) dengan judul “Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Ditinjau dari Aspek Persepsi Pengguna dalam Mendukung
Proses
Manajemen
di
Rumah
Sakit
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian Riana adalah melakukan
evaluasi
Muhammadiyah
kinerja
ditinjau
dari
sistem
informasi
persepsi
di
pengguna
RS
PKU
dengan
menggunakan indikator PIECES. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif evaluatif dengan pendekatan cross sectional. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama meneliti sistem informasi berdasarkan persepsi pengguna dengan
11
menggunakan metode analisis PIECES. Perbedaan kedua penelitian ini adalah pada penelitian saat ini menjelaskan data hasil kuesioner berdasarkan karakteristik responden (usia, pendidikan terakhir, masa kerja, profesi, dan unit kerja) dengan uji Krustal Wallis, sedangkan penelitian Riana tidak menjelaskan adanya perbedaan rata-rata
hasil
data
kuesioner
berdasarkan
karakteristik
respondennya. 4. Wibowo (2005) dengan judul “Evaluasi Sistem Administrasi Akademik Mahasiswa Perguruan Tinggi dengan Menggunakan Metode
Analisis
PIECES
Framework”.
Penelitian
tersebut
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa unggul dan pentingnya penerapan teknologi informasi untuk menghasilkan suatu sistem informasi yang berguna berdasarkan analisis PIECES. Persamaan kedua penelitian ini adalah metode evaluasi yang digunakan yaitu metode analisis PIECES. Sedangkan perbedaan kedua penelitian ini adalah objek yang diamati, jenis penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.
12
F. Gambaran Umum Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada 1. Statuta Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Berdasarkan buku profil Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (2013), diketahui bahwa RS Akademik UGM pada awalnya didirikan dengan peraturan Rektor No. 69/P/SK/HT/2010 tanggal 4 Januari 2010 dengan nama Hospital Akademik kemudian diperbaharui dengan Peraturan Rektor No. 245/P/SK/HT/2011 tanggal 1 Maret 2011 dengan nama Rumah Sakit Akademik UGM. RS Akademik UGM mendapat izin pendirian dari Dinas Provinsi DI Yogyakarta berdasarkan surat izin pendirian Rumah Sakit Umum Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 445/8285/V.2 tanggal 30 September 2011. RS Akademik UGM yang telah beroperasional sejak 3 Maret 2012 ini juga telah mendapatkan perpanjangan izin operasional sebagai Rumah Sakit Umum berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tanggal 5 Januari 2013 No. 503/2816/DKS/2013 tentang Pemberian Izin Operasional Sementara Rumah Sakit Akademik Universitas GADJAH Mada. RS Akademik UGM beralamat di Jalan Kabupaten Lingkar Utara, Kronggahan, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Telepon (0274) 4530303, (0274) 4530404, (0274) 4530505, dan fax (0274) 4530606, website www.rsa.ugm.ac.id.
13
RS Akademik UGM ini dibangun di atas tanah seluas 44.637 m 2 dan luas total kapling bangunan 9.282,5 m 2 (sekitar 20,8% dari luas tanah). Bangunan RS Akademik UGM berlantai lima seluas 41.866,96 m2 dan memiliki fasilitas area parkir 11.728,36 m 2 (13,85%) dan area taman hijau 17.444,14 m2 (39,08%).
2. Latar Belakang dan Idealisme Pendirian RS Akademik UGM Menurut buku profil Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (2013), pada awalnya UGM memiliki Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis. Rumah Sakit tersebut
tersebar
di
beberapa
tempat,
yaitu:
Pugeran,
Mangkubumen, Mangkuwijayan, Mangkuyudan, Jenggotan. Saat itu UGM satu-satunya Universitas yang mempunyai Rumah Sakit Pendidikan sendiri. Gagasan Prof Dr Sardjito untuk mendirikan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sekaligus sebagai lokasi mendidik calon dokter, dokter spesialis yang dekat kampus Universitas Gadjah Mada telah terwijud dengan digabungkannya beberapa Rumah Sakit UGM (satu-satunya Rumah Sakit milik Universitas Gadjah Mada saat itu) yang tersebar di kota Yogyakarta ke dalam RS Dr Sardjito. Rumah Sakit ini terletak di daerah Sekip di dalam kampus UGM yang kemudian diresmikan pada tanggal 8 Februari 1982 dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito.
14
RSUP Dr Sardjito sebagai bentuk baru dari RS UGM dengan modal awal untuk beroperasi berasal dari anggaran Depkes RI dan dari RS UGM berupa peralatan, SDM dengan Direktur Pertama Prof dr Ismangoen. Rumah sait ini menjadi Rumah Sakit Pendidikan utama bagi Fakultas Kedokteran UGM dengan semua Bagian Klinik Fakultas Kedokteran UGM berada di dalam RSUP Dr Sardjito (bedhol desa dari RS UGM). Saat ini RSUP Dr Sardjito telah berkembang pesat menjadi rumah sakit kelas A pendidikan yang besar dan megah, dengan lebih dari 750 tempat tidur, lebih dari 3000 karyawan dan menjadi RS untuk pendidikan dokter, dokter spesialis dan sub-spesialis/spesialis konsultan, ners, dietisies, apiteker, dan lain-lain. Karena sedemikian padat peserta didik yang menempuh pendidikan profesi di rumah sakit ini, maka dirasakan RSUP Dr Sardjito sudah tidak mencukupi lagi sebagai tempat memperoleh keterampilan klinis terutama bagi calon dokter (mahasiswa profesi kedokteran). Mangingat daya tampung yang tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa maka jika RS sebagai tempat pendidikan klinis tidak dikembangkan/ditambah kapasitasnya, dikhawatirkan mutu lulusan bidang profesi kedokteran dan kesehatan UGM idak akan dapat mendudkung visi UGM sebagai World Class Reserach University. Selain itu, perkembangan pelayanan rumah sakit di dunia mengarah kepada pelayanan terpadu, multiprofessional dan komprehensif, maka perlu ditambah
15
sebuah rumah sakit sehingga mampu menjawab tantangan tersebut dan menjadi satu kesatuan rumah sakit yang unggul, baik di bidang pelayanan, pendidikan, maupun riset sesuai dengan visi UGM. Telah disebutkan didepan bahwa pada awal didirikan RS Akademik UGM diberi nama Hospital Akademik. Kata hospital dipilih dengan idealisme bahwa rumah sakit ini bisa menjadi tempat yang nyaman bagi orang sakit, temapt dimana orang sakit dilayani oleh tenaga-tenaga yang ramah dan tempat yang nyaman bagi siapapun yang bekerja dan berkunjung ke RS Akademik UGM ini. Kata akademik mencerminkan Tridharma Perguruan Tinggi, dimana rumah sakit ini didirikan untuk memberikan pelayanan yang unggul kepada masyarakat sebagai bagian pengabdian masyarakat yang didukung oleh aktivitas pendidikan dan riset yang unggul pula. Selain layanan prima, dengan menjaga keselamatan pesian, dokter, dan SDM kesehatan lain maka yang dihasilkan juga berkualitas unggul. RS Akademik UGM ini dibangun secara bertahap sesuai dengan strategi pertumbuhan dalam pembangunan dan pengembangannya dengan dana APBN Kemendikbud. RS Akademik UGM didesain dengan konsep mendasar pelayanan kesehatan terpadu dan terintegrasi dalam klaster-klaster dengan multiprofesional team work dan
sistem
pendidikan
transprofessional”.
16
klinik
“interprofessional
and
3. Visi dan Misi Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Berdasarkan buku profil Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (2013), diketahui visi dan misi RS Akademik UGM sebagai berikut, Visi: Menjadi Rumah Sakit Akademik yang melaksanakan pelayanan, pendidikan, dan riset unggul, berkelas dunia, mandiri, bermatabat, dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat. Misi: a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan terpadu yang bermutu dengan menguatamakan aspek pendidikan berbasis riset, b. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan evidence dan riset IPTEKDOK, c. Menyelenggarakan riset klinik dan non klinik yang berwawasan global, d. Melaksaakan
pengabdian
kepada
kepentingan
kesehatan
masyarakat, e. Meningkatkan
kemandirian
Rumah
Sakit
Akademik
dan
kesejahteraan karyawan.
4. Pelayanan Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Desain pelayanan klinis RS Akademik UGM dalam bentuk kluster dengan ciri khas pelayan dalam tim terpadu dan
17
multiprofesional/multidisiplin. Pelayan kluster ini meliputi pelayan rawat jalan maupun rawat inap. Adapun klaster yang dikembangkan adalah: a. Klaster pelayanan kesehatan primer, b. Klaster penyakit dalam dan metabolisme, c. Klaster janung terpadu, d. Klaster bedah terpadu, e. Klaster kkesehatan ibu dan reproduksi, f. Klaster kesehatan anak terpadu, g. Klaster saraf dan perilaku, h. Klaster ginjal terpadu, i. Klaster gawat darurat dan keperawatan intensif, j. Klaster diagnostik terpadu, k. Klaster rehabilitasi terpadu, l. Pelayanan 24 jam, m. Jenis pelayan lainnya. (Buku profil Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada, 2013)
18