BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru merupakan personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan
sumber
daya
manusia,
dituntut
untuk
terus
mengikuti
berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia pengajaran. Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedagogis dan tugas administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. Moh.Rifai mengatakan bahwa: “Situasi dalam pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinannya yang dilakukan itu. Guru tidak melakukan intruksi- intruksi dan tidak berdiri di bawah intruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas”. 1 Guru disini sebagai pendidik memiliki peran yang sangat besar, di samping sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai pembimbing dalam mengarahkan pengembangan potensi peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang beragama dan mempunyai pengetahuan keagamaan, cerdas, cakap dalam hidup, terampil, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian baik, bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.
1
Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997, hal: 4
1
Guru harus mengetahui bagaimana situasi dan kondisi ajaran itu disampaikan kepada peserta didik, saran apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan belajar, bagaimana cara atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh tingkat efektifitas, efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik. Idealnya kegiatan pembelajaran mempunyai dua kegiatan yang sinergik, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan efektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang afektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri. Terdapat beberapa komponen dalam pembelajaran yang berpengaruh dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran agama, yang salah satunya adalah “metode pembelajaran agama”. Apabila ditinjau dari karakteristik
2
setiap individu dari anak didik pasti memiliki perbedaan dalam hal gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan kepercayaan, perkembangan kognitif, sosial budaya dan sebagainya, untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat, merasa senang selama proses pembelajaran. Pendidikan agama yang dianggap merupakan suatu alternatif dalam membentuk kepribadian kemanusiaan dianggap gagal, karena pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung agaknya kurang memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa.2 Pengembangan nilai-nilai agama pada siswa sangat tergantung pada peranan guru, khususnya guru agama dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam pengajaran agama Islam adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode mengajar. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan pendekatan dengan siswa, baik pendekatan emosional maupun akademik pada saat berlangsungnya pengajaran, oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.3
2
Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2001: hal: 168 3 Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997, hal: 43
3
Metode pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi, berpengaruh terhadap pembentukan jiwa anak. Motivasi belajar yang membangkitkan dan memberi arah pada dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar. Guru dituntut untuk menguasai bermacam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa, guna meningkatkan kadar keaktifan siswa,
harus selalu diupayakan tercipta berbagai metode baru maupun
menggunakan beragam metode yang ada/berkembang selama ini. Diantararanya adalah metode belajar aktif, yang mana siswa akan mampu memecahkan masalahnya sendiri, disamping itu hal yang paling penting dalam metode ini adalah siswa mampu melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis, manusia dilahirkan dengan potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan.4 Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam buku Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip-psinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilainilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
4
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi kurikulum 2004. (bandung: Remaja rosdakarya, 2004). hal.1.
4
Ada beberapa hal yang menjadi kendala, diantaranya: 1. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar PAI. 2.
Materi pembelajaran PAI masih berorientasi pada kemampuan kognitif dan kurang dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).
3. Terbatasnya sikap dan pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, sehingga pembelajaran masih berjalan secara konvesional. 4. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang belajar.5 Perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif dan konstruktif. Peserta didik agar dapat belajar dengan suasana menyenangkan dan mengasyikkan maka pendidik perlu memiliki pengetahuan tentang pendekatan dan model-model pembelajaran dengan memahami teori-teori belajar dan metodemetode mengajar yang baik dan tepat. Penyajian pembelajaran pendidikan Agama Islam tidak cukup hanya dengan penyampaian materi, namun perlu adanya penyesuaian kebutuhan siswa terhadap materi dan harus diikut sertakan sebuah strategi pembelajaran yang menjadikan siswa senang, tidak takut kalah, tidak takut disepelekan dan siswa berani bertanya apa yang sebenarnya mereka butuhkan.
5
Ibid, hal 130
5
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik,
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Namun dalam hal pelaksanaannya yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.6 Metode jigsaw Merupakan proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersamasama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slayin dan kawan-kawannya. 7 Adanya metode jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kehadiran metode jigsaw dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar PAI lebih menyenangkan karena model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif. Model pembelajaran ini menganut prinsip saling ketergantungan, langsung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses secara kelompok. Di lain pihak, kreativitas dan performasi guru menunjukkan perbaikkan yang berarti baik dalam menyusun perencanaan, penggunaan teknologi pembelajaran, pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan. Kualitas pembelajaran yang sesuai dengan rambu-rambu PAI
6 7
E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Krreatif Dan Menyenangkan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hal.164
Raharjo, Etin Solihatin, Cooperative Learning, Analisis Pembelajarn IPS . (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007). hal. 4
6
dipengaruhi pula oleh sikap guru yang kreatif untuk memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan dalam metode jigsaw. Hubungan saling membutuhkan ini dapat menimbulkan adanya saling ketergantungan positif, saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil prestasi belajar yang optimal. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat dari aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas. Diantaranya siswa sering bergurau dengan teman duduk dan mengganggu teman yang serius mengikuti pembelajaran disebelahnya8. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa tersebut memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam termasuk pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam seharusnya disampaikan dengan baik kepada siswa. Supaya siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan itu merupakan salah satu tugas utama seorang guru. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas menuntut guru untuk mendesain pembelajaran dengan menarik sehingga siswa tidak hanya masuk, duduk, dan mendengarkan saja tetapi juga terlibat dalam pembelajaran sehingga akan tumbuh semangat dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Guru pendidikan agama Islam kelas VIII dan kelas VII SMPN 13 Malang telah merancang beberapa metode yang diharapkan menjadi 8
Hasil observasi peneliti ketika melakukan praktik pengalaman lapangan di sekolah SMPN 13 Malang.
7
desain pembelajaran yang menarik sehingga siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran tersebut diantaranya metode demonstrasi, drill, jigsaw dll.9 Apabila metode jigsaw tersebut diterapkan SMPN 13 tentu akan memberi motivasi
belajar
terhadap
siswa,
untuk
itu
peneliti
mengambil
judul
“Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi PAI Melalui Metode Jigsaw Di SMPN 13 Malang ”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam materi PAI melalui metode jigsaw di SMPN 13 Malang? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan metode jigsaw pada materi PAI di SMPN 13 Malang? C. Tujuan Penelitian Berdasakan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Guna mendeskripsikan motivasi belajar siswa dalam materi PAI melalui metode jigsaw di SMPN 13 Malang. 2. Guna mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan metode jigsaw pada materi PAI di SMPN 13 Malang.
9
Ibid
8
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi guru pendidikan agama Islam, sebagai khasanah ilmu pengetahuan PAI dalam penerapan metode jigsaw di tingkat SMP/MTS sederajat. b. Sebagai upaya memperkaya strategi pembelajaran sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar pada pelajaran PAI di SMPN 13 Malang. c. Sebagai penegasan kepada siswa bahwa pembelajaran PAI tidak selamanya bersifat monoton, tetapi pembelajaran PAI juga bisa diterima melalui pembelajaran yang menyenangkan melalui metode jigsaw. d. Bagi lembaga, sebagai acuan strategi pembelajaran PAI e. Guna mengetahui bahwa metode jigsaw merupakan strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran PAI. 2. Manfaat Teoritis Sebagai kontribusi khasanah ilmu pengetahuan dan untuk diteliti pada peneliti selanjutnya. E. Batasan Istilah Guna menghindari pembahasan yang melebar, maka peneliti memfokuskan masalah ini pada Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi PAI Melalui Metode Jigsaw. Di SMPN 13 Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi
“Perilaku Tercela” yang
merupakan materi pelajaran siswa kelas VIII semester ganjil tahun 2011/2012. Materi untuk kelas VII adalah materi thaharah (bersuci) semester
9
ganjil tahun 2011/2012, untuk mempermudah penyusunan penelitian ini maka perlu untuk mendefinisikan beberapa istilah yaitu: 1. Metode Metode dalam kamus adalah cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah untuk mencapai maksud yang ditentukan.10 Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu.11 Metode dalam penelitian ini adalah cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa guna mencapai tujuan yang ditentukan. 2. Jigsaw Pembelajaran metode jigsaw merupakan bagian dari teori/model cooperarive learning yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
10 11
Kamus Bahasa Indonesia, PDF Oemar Hamalik, Metode Belajar dan kesulitan-kesulitan Belajar. (Bandung: Tarsito, 1983), hal.12.
10
Jigsaw dalam penelitian ini adalah metode yang disampaikan oleh guru PAI kepada siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. 3. Motivasi Motivasi dalam kamus adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.12 Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.13 Motivasi yang dimaksud disini adalah keseriusan siswa, kosentrasi siswa, minat siswa dan keaktifan siswa di dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. 4. Pendidikan Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Pendidikan dalam bahasa Inggris diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih
intelektual14.
Menurut
Brown pendidikan
adalah proses
pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan dalam tingkah
12
Ibid Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 74 14 Noeng Muhadjir dalam Wiji Suwarno. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2006), hal. 19. 13
11
laku dihasilkan di dalam diri orang itu melalui kelompok, dari waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.15 F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah: Bab I, merupakan pendahuluan yang membahas Latar Belakang Masalah, rumusan masalah, tujuan Penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika pembahasan. Bab II, kajian teori yang berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang akan dibahas. Bab III, metode penelitian yaitu penulis memaparkan tentang bagaimana penelitian dilakukan meliputi, Jenis dan Pendekatan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Informan Peneliti, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. Bab IV, hasil penelitian yaitu mencakup tentang latar belakang objek penelitian, penyajian dan analisa data. Bab V, penutup merupakan hasil yang diperoleh dari penelitian yang mencakup kesimpulan dan saran.
15
Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), hal. 74
12