BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu komponen yang utama dalam pendidikan. Kurikulum inilah yang bisa menentukan arah pencapaian tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah. Kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan kurikulum 2013 jenjang sekolah dasar dilakukan pada tahun pelajaran 2013/2014. Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 SD/MI dilakukan melalui pembelajaran pendekatan tematik terpadu dari kelas I sampai dengan kelas VI. Berdasarkan peraturan tersebut, pelaksanaan kurikulum 2013 ini termasuk ke dalam pembaharuan sistem kurikulum di sekolah dasar tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dikarenakan kurikulum sebelumnya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan melalui pembelajaran berbasis tematik untuk kelas I sampai dengan kelas III dan pembelajaran berbasis mata pelajaran untuk kelas IV sampai dengan kelas VI. Pembaharuan sistem kurikulum yang telah ditetapkan Kementrian Pendidikan
dan
Kebudayaan
akan
mempengaruhi
proses
pelaksanaan
pembelajaran di kelas I sampai dengan kelas VI SD/MI. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya elemen perubahan dalam kurikulum 2013. Menurut Majid
1
2
(2014:35) ada beberapa elemen perubahan kurikulum 2013 yaitu mengenai standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan standar penilaian. Standar kompetensi lulusan dalam kurikulum 2013 menekankan pada aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan. Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Standar isi untuk jenjang SD/MI terdiri dari tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Standar penilaian bergeser yang semulai penilaian hanya mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil menuju penilaian otentik yaitu mengukur semua kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) pada proses dan hasil. Pembaharuan beberapa standar dalam kurikulum 2013 akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di setiap jenjang pendidikan sekolah dasar. Guru sebagai pelaksana kurikulum 2013 di kelas mempunyai pedoman yang harus dilaksanakan dalam mengelola pembelajaran. Pedoman guru ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses bab 1 menyatakan “prinsip pembelajaran tematik terpadu berdasarkan standar kelulusan dan standar isi maka standar proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran”. Standar proses ini mengatur langkah guru mengelola proses pembelajaran agar berjalan secara optimal dan hasil belajar bisa mencapai standar kelulusan yang diharapkan. Pelaksanaan kurikulum 2013 masih dalam tahapan uji coba dan dilakukan secara bertahap pada jenjang serta satuan pendidikan. Hal ini dikarenakan masih adanya proses evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 sampai dengan tahun 2015.
3
Menurut Kemendikbud (2013:93) pelaksanaan kurikulum 2013 diseluruh sekolah dan jenjang sekolah yaitu: 1) Juli 2013 : kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%) .… Untuk SD akan dipilih 30% dari setiap kabupaten/kota di setiap provinsi. 2) Juli 2014: kelas I,II,IV,V …. Adalah tahun kedua implementasi. Seperti tahun pertama maka SD akan dipilih sebanyak 30 % sehingga secara keseluruhan implementasi kurikulum pada tahun kedua sudah mencakup 60 % SD di seluruh wilayah NKRI. 3) Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah melaksanakan sepenuhnya Kurikulum 2013. Studi pendahuluan menunjukkan bahwa seluruh Sekolah Dasar Kota Malang telah melaksanakan kurikulum 2013 pada jenjang kelas I dan kelas IV, baik sebagai sekolah sasaran maupun sebagai sekolah imbas uji coba kurikulum 2013. Salah satu aspek keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah dasar Kota Malang terkait dengan implementasi pembelajaran tematik terpadu di kelas I dan kelas IV. Berdasarkan studi pendahuluan, guru belum mengetahui pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013 secara mendalam dikarenakan guru masih kesulitan menerapkan pembelajaran tematik terpadu sesuai buku guru secara keseluruhan. Guru sekolah dasar di Kota Malang juga mempunyai keragaman kompetensi pendidik dalam menginterpretasikan prinsip proses pembelajaran tematik terpadu di kelas.Hal ini dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan guru yang berbeda.Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya problematika guru dan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran tematik terpadu di kelas. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa di sekolah sasaran yaitu SDN Blimbing 03 Kecamatan Blimbing Kota Malang masih mengalami kesulitan dalam melakukan tahap proses
4
pembelajaran tematik terpadu. Guru belum melakukan pembelajaran tematik terpadu secara optimal dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam pembelajaran tematik terpadu. Berdasarkan peraturan pada alokasi waktu pembelajaran tematik terpadu, setiap sub tema mempunyai alokasi waktu 1 minggu.Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa guru kelas IV SDN Blimbing 03 membutuhkan waktu selama 10 hari untuk menyelesaikan pembelajaran satu sub tema. Permasalahan juga terjadi di SDN Kesatrian 02 Kecamatan Blimbing sebagai sekolah imbas pelaksanaan kurikulum 2013.Guru belum secara optimal menggunakan
pendekatan
pembelajaran
tematik
terpadu
dengan
alasan
pembelajaran tematik terpadu termasuk ke dalam pembaharuan pendekatan. Guru mengalami masalah dalam mengembangkan pendekatan yang digunakan karena langkah pembelajaran masih harus meraba-raba menyesuaikan pembelajaran yang ada dalam buku babon dan buku siswa. Studi pendahuluan di lapangan menunjukkan bahwa siswa mempunyai problematika pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di kelas. Siswa mengalami kesulitan dalam evaluasi pembelajaran tematik terpadu. Siswa kelas IV SDN Blimbing 03 dan SDN Kesatrian 02 Kecamatan Blimbing menyatakan bahwa materi pelajaran terlalu banyak untuk 1 tema. Bahkan, siswa merasakan kesulitan saat Ujian Akhir Semester 1 karena harus mempelajari materi untuk satu tema bahkan dua tema setiap harinya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada kedua sekolah di Kecamatan Blimbing tersebut, terlihat masih terdapat kendala bagi guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu baik di sekolah sasaran maupun
5
sekolah imbas. Disinilah pentingnya penelitian ini sebagai upaya mengidentifikasi masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan lingkup lebih luas dan secara menyeluruh pada sekolah dasar sasaran di kecamatan Blimbing Kota Malang. Alasan utama dilakukan identifikasi masalah yang muncul dikarenakan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu perlu mendapat gambaran yang jelas. Selain itu, pentingnya penelitian ini bisa memperjelas permasalahan dan memberikan solusi efektif dari pihak guru.Sehingga pembelajaran tematik terpadu bisa berjalan secara optimal dan sesuai dengan tujuan pembaharuan kurikulum pendidikan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kukuh Andri Aka (2012) tentang “Problematika Pembelajaran PKn Pada Kelas IV SDN gugus IV Kecamatan Kedungkandang Malang tahun 2012 menunjukkan bahwa ada lima permasalahan yang dihadapi oleh pendidik yaitu (1) guru tidak melakukan analisis standar isi; (2) kurang mampu mengekplorasi pendekatan, model dan metode pembelajaran; (3) 67 % responden berpedoman pada buku ajar bukan pada standar isi; (4) kurangnya variasi pemanfaatan media dan sumber pembelajaran; (5) kecenderungan evaluasi pembelajaran pada aspek kognitif. Berdasarkan konsep ideal yang ada dalam pembaharuan kurikulum, teori pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu, peraturan pemerintah yang ada, kenyataan proses pembelajaran di lapangan, dan temuan dari penelitian terdahulu maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi problematika pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu kelas IV Sekolah Dasar di kecamatan Blimbing melalui penelitian yang berjudul “Identifikasi Problematika Pelaksanaan
6
Pembelajaran Tematik Terpadu pada Kurikulum 2013 di Kelas IV Sekolah Dasar Se-Kecamatan Blimbing Kota Malang”.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimana problematika yang muncul dalam proses pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Se-kecamatan Blimbing Kota Malang? 2) Apakah faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Se-kecamatan Blimbing Kota Malang? 3) Bagaimana cara guru mengatasi problematika yang muncul dalam proses pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Se-kecamatan Blimbing Kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut. 1) Mengetahui dan mendeskripsikan problematika yang muncul dalam proses pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Se-kecamatan Blimbing Kota Malang. 2) Mengetahui dan mendeskripsikan faktor
penunjang dan penghambat
pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Se-kecamatan Blimbing Kota Malang. 3) Mengetahui dan mendeskripsikan cara guru mengatasi problematika yang muncul dalam proses pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Sekecamatan Blimbing Kota Malang.
7
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini meliputi manfaat secara teoritis dan praktis. Penjelasan manfaat tersebut adalah sebagai berikut. 1) Manfaat teoritis bagi peneliti yaitu sebagai bahan informasi dan pemetaan problematika guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik terpadu kelas IV Sekolah Dasar. 2) Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi guru sebagai dasar perbaikan terhadap keterampilan profesional (kompetensi paedogogik) guru Sekolah Dasar. 2) Bagi siswasebagai bahan refleksi siswa dalam melaksanakan pembelajaran tematik terpadu di kelas IV Sekolah Dasar. 3) Bagi sekolah sebagai refleksi sekolah dalam meningkatkan pengelolaan kurikulum dan penyediaan sarana pra sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. 4) Bagi instansi terkait hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan evaluasi kebijakan pelaksanaan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. 5) Bagi
peneliti
di
bidang
pendidikan
digunakan
sebagai
rujukan
pengembangan alternatif solusi pemecahan masalah atas permasalahan pelaksanaan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
8
1.5 Definisi Istilah Penelitian ini mempunyai istilah yang akan ditafsirkan berdasarkan teori dan tujuan penelitian. Definisi istilah penelitian ini sebagai berikut. 1) Identifikasi adalah penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya (Setiawan dalam http://kbbi.web.id/identifikasi diakses tanggal 30 Desember 2013). 2) Problematika adalah permasalahan yang mengganggu, menghambat dan mempersulit bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran tematik terpadu (Arifin, 2011:179-180). 3) Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Permendikbud Nomor 67 tahun 2013). 4) Kurikulum 2013 adalah instrumen pendidikan dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013:81). 5) Sekolah Dasar Se-kecamatan Blimbing adalah sekolah sasaran atau sekolah yang menjadi uji coba pelaksanaan Kurikulum 2013 yang berstatus sekolah negeri di kecamatan Blimbing yang berjumlah sebanyak 5 Sekolah Dasar Negeri yaitu SDN Blimbing 03, SDN Arjosari 01, SDN Arjosari 03, SDN Purwantoro 05, dan SDN Pandanwangi 03.