1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang mendukung keberhasilan tujuan pendidikan itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah guru. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran amat dominan. Berbicara pendidikan terutama yang berkaitan dengan mutu pendidikan berarti juga akan membicarakan sosok guru, baik itu yang berkaitan dengan kinerja, totalitas, dedikasi, maupun loyalitas sebagai seorang pendidik dan pencetak bekal-bekal sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian, pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya yang bermutu pula, yang pada akhirnya akan mengangkat kualitas bangsa. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran amat dominan. Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah karena guru adalah orang yang langsung berhubungan dan berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut UNESCO, untuk memperbaiki mutu pendidikan antara lain ditentukan oleh kondisi kerja guru, dalam hal ini pengetahuan dan keterampilan, karakter personal, prospek profesional, dan motivasi yang tepat jika ingin memenuhi ekspektasi stakeholder pendidikan.
2
Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting dalam setiap upaya peningkatan mutu dan tidak ada usaha inovatif yang mengabaikan peran guru. Guru sebagai salah satu unsur sekolah diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut keahlian dan keterampilan khusus di bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah, sebagai : educator, manajer, admistrator, supervisor, leader, pencipta iklim kerja dan wirausahawan. Akan tetapi dalam kenyataan sehari-hari guru-guru dihadapkan dengan berbagai masalah, baik dalam kehidupan keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Gaji yang rendah misalnya memaksa guru harus bekerja rangkap atau berwiraswasta sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya guru-guru kehabisan waktu dan tenaga untuk mempersiapkan diri, dan tidak sempat mengembangkan diri, bahkan perhatiannya terhadap pendidikanpun menjadi menurun. (http://endang965.wordpress.com/thesis-2/) Gejala lain yang menunjukkan rendahnya kinerja guru pada saat proses pembelajaran berlangsung pertama bisa disebabkan karena masalah penempatan guru yang tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan. Selain itu
3
adalah kurangnya kemampuan, kredibilitas dan keterampilan guru dalam mengajar, sehingga peserta didik kurang memahami materi pelajaran yang diberikan. Seperti halnya institusi lain, sekolah juga memiliki harapan, guru-guru pun menghendaki agar keinginan atau harapannya dapat terpenuhi oleh organisasi. Dengan demikian ada keterkaitan antara faktor institusi yang bersifat normatif dengan faktor manusia yang bersifat psikologis. Keterkaitan antara keduanya bersifat seimbang atau equilibrium, artinya harapan sekolah sebagai institusi terpenuhi, demikian pula kinerja para guru di dalam lingkungan sekolah tersebut juga dapat diwujudkan. Untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah diperlukan penataan lingkungan kerja sekolah, karena iklim kerja berpengaruh besar terhadap kinerja pegawai dalam organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, manusia yang bekerja pada organisasi perlu disubtitusi dengan berbagai stimulus dan fasilitas yang dapat meningkatkan kebutuhan dan gairah kerjanya. Iklim organisasi sekolah berkaitan dengan perasaan guru-guru terhadap seluruh aspek organisasi sekolah baik itu kepemimpinan kepala sekolah, perilaku guru-guru, maupun kondisi fisik sekolah. Semua ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku guru dalam menjalankan tugasnya. Iklim yang mendukung usaha guru dalam menjalankan tugasnya dalam mencapai tujuan adalah iklim organisasi yang positif artinya personalia menunjukkan hubungan yang akrab antara satu dengan yang lainnya. Segala persoalan yang timbul dapat diselesaikan dengan musyawarah.
4
Iklim kerja merupakan suatu keadaan psikologis yang dirasakan guru dalam melakukan interaksinya dengan personil lainnya untuk memberikan kinerjanya yang optimal bagi sekolah. Sebagai seorang pimpinan, kepala sekolah perlu bekerja sama dengan para karyawan dan guru-guru agar tugastugas pendidikan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan, sehingga produktivitas meningkat, baik kuantitas maupun kualitas. Di negara-negara maju, riset tentang iklim kerja di sekolah (school working environment atau school climate) telah berkembang dengan mapan dan memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pembentukan sekolah-sekolah yang efektif (artikel Wahyudi, Sarno Effendy, Asmiadi). Pembentukan lingkungan kerja sekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah melakukan tugas dan peran mereka secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, untuk mewujudkan efektivitas kinerja guru dalam proses belajar mengajar diantaranya diperlukan iklim kerja yang kondusif dengan harapan setiap guru dalam pelaksanaan tugasnya mampu memunculkan kinerjanya secara optimal demi terwujudnya tujuan pendidikan sekolah. Dengan iklim kerja yang kondusif akan mendorong guru menjalankan tugasnya dengan senang hati sehingga dapat bekerja secara maksimal dan mampu mengembangkan ide-ide intelektualnya. Sedangkan iklim kerja yang kurang kondusif akan menyebabkan kinerja akan menjadi rendah. Dengan kata lain menyenangkan atau tidaknya iklim kerja dalam organisasi akan menentukan terhadap tinggi rendahnya tingkat kinerja guru.
5
Kondisi lingkungan kerja dan iklim kerja sekolah harus diciptakan sedemikian rupa sehingga guru merasa nyaman dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola pembelajaran. Dengan iklim yang mendukung akan mendorong guru untuk lebih berprestasi optimal sesuai minat dan kemampuannya, karena situasi dan kondisi yang mendukung akan memungkinkan segala aktivitas yang dilakukan pegawai berjalan dengan baik. Namun dalam kenyataan di lapangan iklim kerja tidak selamanya berjalan harmonis sesuai dengan yang diharapkan tetapi ada kalanya iklim itu berubah menjadi tidak harmonis yang disebabkan oleh banyak faktor seperti adanya ketidakcocokan dengan rekan guru-guru yang lain, juga adanya pergantian kepala sekolah yang baru. Hal tersebut dapat menjadi penyebab turunnya kinerja guru di sekolah tersebut, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya kualitas pendidikan. Tuntutan terhadap tugas dan tanggung jawab guru nampaknya akan sulit terpenuhi manakala kondisi psikologis dan sosial yang dirasakan guru tidak mendukung, karena pada dasarnya kinerja guru membutuhkan konsentrasi dan kegairahan dalam bekerja, dan hal itu dapat terwujud apabila kebutuhan guru dapat terpenuhi secara adil dan layak, sehingga akan menimbulkan kepuasan, kenyamanan, dan ketenangan dalam bekerja. Untuk melihat lebih jauh kondisi di lapangan, penulis mengadakan studi pendahuluan ke SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tempat penelitian, pada prakteknya iklim kerja telah berjalan dengan baik. Selain itu, peneliti menemukan iklim kerja secara
6
nyata dirasakan penting oleh para guru di SMPN 3 Margahayu yang menginginkan iklim kerja yang kondusif. Para guru menyatakan optimal tidaknya iklim kerja yang baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah, akan membuat semangat kerja guru meningkat. Pada saat seperti inilah iklim kerja sebenarnya sudah dirasakan penting oleh personil di SMPN 3 Margahayu, sekarang yang menjadi permasalahannya apakah pada prakteknya iklim kerja menjadi pendorong bagi meningkatnya kinerja guru dalam proses belajar mengajar ? Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti mencoba untuk mengkaji dengan melakukan penelitian. Peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar dengan mengadakan penelitian yang berjudul “PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMPN 3 MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG”.
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan gambaran secara umum mengenai ruang lingkup penelitian, pembatasan bidang penelitian dan penelaahan variabel penelitian. Perumusan masalah yang dimaksud adalah untuk menentukan batasan masalah sehingga mempunyai kejelasan masalah yang dibahas.
7
Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah yang hendak diteliti yaitu iklim kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar. Secara rinci rumusan masalah yang dikemukakan penulis adalah: 1. Bagaimana gambaran iklim kerja di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana gambaran kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperjelas arah dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka tujuan penelitian ini dirumuskan ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaimana pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru dalam Proses belajar mengajar di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu: a. Untuk memperoleh gambaran tentang iklim kerja di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung.
8
b. Untuk memperoleh gambaran tentang kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung. c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ilmu Administrasi Pendidikan,khususnya iklim kerja dan kinerja guru dalam proses belajar mengajar serta hasil penelitian ini pula diharapkan dapat menajdi bahan kajian dan pengembangan teori serta menambah informasi lebih lanjut bagi guru. 2. Secara Praktis Dalam tatanan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : a. Sebagai bahan masukan bagi lembaga/instansi terkait yang bermanfaat untuk dijadikan pertimbangan secara konstekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan kinerja guru. b. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas proses pembelajarannya.
9
c. Sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar melalui pengembangan iklim kerja organisasi. d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru yang realistis bagi peneliti yang menekuni disiplin ilmu Administrasi Pendidikan.
E. Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan titik tolak pemikiran dalam suatu penelitian yang kebenarannya tidak diragukan lagi oleh seorang peneliti, pernyataan ini sesuai pendapat Winarno Surakhmad (1998:93) Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (2002:60) mengungkapkan tentang anggapan dasar yaitu : Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan suatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran. Berdasarkan pendapat di atas, maka anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Lingkungan kerja yang kurang mendukung dan hubungan kerja yang kurang serasi antar guru turut menyebabkan penurunan kinerja guru dalam proses belajar mengajar. (Sukandar, 2003)
10
2. Kinerja guru dalam suatu lembaga, menurut pandangan teori perilaku organisasi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal ialah iklim organisasi dimana guru itu bekerja. (Adam Indrawijaya, 2002) 3. Iklim kerja merupakan salah satu penunjang terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar. Iklim kerja yang kondusif akan membuat guru nyaman dalam pelaksanaan tugasnya sehingga guru mampu memunculkan kinerjanya secara optimal demi terwujudnya tujuan pendidikan sekolah.
F. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya melalui penelitian, Winarno Surakhmad (1998:39) mengemukakan bahwa: “Hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu soal, yang dimaksudkan untuk tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban sebenarnya”. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (2002:67) mengungkapkan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis yang dikemukakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung.”
11
Gambaran mengenai hipotesis penelitian yang diajukan peneliti yaitu seperti yang tergambar di bawah ini : Gambar 1.1 Hubungan Antar Variabel
IKLIM KERJA
(Variabel X)
KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
(Variabel Y)
Keterangan: Variabel X = Iklim Kerja Variabel Y = Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar = Pengaruh Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
G. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian sebagaimana yang diungkapkan oleh Mohamad Ali (1982;165) merupakan “semacam asumsi yang bersifat teoritis dan ilmiah tentang masalah yang didasarkan pada berbagai informasi dan menjadi dasar bagi rumusan hipotesis”. Salah satu faktor keberhasilan sekolah dalam mencetak lulusan yang bermutu dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas dan menyampaikan materi pembelajarannya. Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah karena guru adalah orang yang langsung berhubungan dan berinteraksi dalam proses belajar mengajar. Guru
12
merupakan
sumber
daya
manusia
sebagai
pelaku
utama
dalam
memberdayakan sumber daya sekolah guna mencapai proses pembelajaran yang bermutu. Untuk itu, maka guru senantiasa membutuhkan pengembangan kemampuan supaya mutu pembelajaran dapat dipertahankan dan ditingkatkan karena guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Iklim kerja bagi guru merupakan suatu keadaan psikologis yang dirasakan oleh para guru dalam melakukan tugasnya sehingga mampu memunculkan kinerjanya secara optimal demi terwujudnya tujuan pendidikan di sekolah. Dengan iklim kerja guru yang kondusif merupakan harapan setiap guru dalam pelaksanaan tugasnya. Karena dengan iklim kerja yang dirasakan nyaman oleh para guru dalam melaksanakan pekerjaannya akan mendorong produktivitas kerjanya dalam mengajar di kelas. Adapun paradigma dari masalah tersebut adalah sebagai berikut : Gambar 1.2 Indikator Variabel X dan Y
X
Y
(Iklim Kerja)
(Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar)
Aspek Psikologi Aspek sosial Aspek fisik Aspek finansial
Kompetensi profesional Komunikasi Kualitas hasil belajar Ketepatan waktu
13
H. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan seorang peneliti, harus jelas dahulu metode penelitian yang akan digunakan untuk mengolah data setelah terkumpulnya data sehingga hasil pengolahan data dapat dimengerti dan diambil kesimpulannya. Suatu penelitian harus ditentukan metodenya terlebih dahulu, karena dengan metode penelitian ini akan memandu seorang peneliti mengenai urutan-urutan bagaimana penelitian ini dilakukan (Moh. Nazir, 2005:51). Lebih lanjut Winarno Surakhmad (1998:131), mengemukakan bahwa: “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pengertian metode penelitian ini mengarah kepada cara kerja yang dilandasi oleh ilmu, dengan kata lain cara kerja yang ilmiah untuk memahami suatu obyek penelitian. Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang ditunjang oleh studi kepustakaan, studi dokumentasi dan wawancara. Penelitian deskriptif adalah melakukan penelitian dengan cara menganalisis kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat sekarang sehingga mampu memberikan gambaran mengenai hal yang ditelitinya, Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
14
dipergunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru proses belajar mengajar. Sedangkan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan atas permasalahan yang diteliti.
2. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian a. Populasi Menurut
Sugiyono
(2006:55)
“Populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan
oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sesuai dengan pemasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi populasi adalah seluruh guru-guru di SMPN 3 Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah 64 orang. b. Sampel Sampel haruslah representative artinya sampel tersebut harus mewakili populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono (2006:55) “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan banyaknya sampel penelitian, Suharsimi Arikunto (2002:112) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%, atau lebih.
15
Atas dasar tersebut, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 64 orang. c. Lokasi Penelitian Sesuai dengan kepentingan penelitian, lokasi penelitian ini adalah di
SMPN
3
Margahayu
Jalan
Sadang
No.
184
Kabupaten
Bandung. Adapun yang menjadi alasan penulis mengambil lokasi penelitian ini dengan pertimbangan letaknya tidak jauh dari tempat tinggal penulis sehingga diharapkan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
3. Teknik dan alat pengumpul data Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur untuk memperoleh data dalam usaha memecahkan permasalahan dengan menggunakan teknikteknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benarbenar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak langsung yaitu komunikasi dengan subjek penelitian melalui perantara instrumen dengan alat pengumpulan datanya yaitu berupa angket tertutup sehingga kerahasiaan dari responden dapat dijaga dan tidak dapat diketahui oleh pihak lain. Dalam penyusunan alat pengumpul data, peneliti berpedoman pada ruang lingkup variabel-variabel yang terkait. Sebagai penunjang dilakukan studi dokumentasi dan wawancara.