BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Untuk itu proses pendidikan karakter di sekolah melibatkan semua komponen seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dalam pembelajaran PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena itu, muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behavior. (Depdiknas, 2011:5) Kenyataan yang selama ini ditemukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin yang berstatus swasta dan kebanyakan dari mereka adalah para siswa yang kurang berprestasi dan kebanyakan tidak diterima di sekolah negeri lainnya, selama saya berada di SMK Bina Banua Banjarmasin ini kurang lebih selama 3 bulan yaitu pada saat saya melakukan PPL II di SMK tersebut banyak sekali hal- hal yang saya temukan sehingga SMK Bina Banua ini di pandang memiliki karakter yang kurang baik, pendidikan karakter yang ada di SMK Bina Banua masih belum optimal dan hanya bersifat bahan belajar yang bersifat pengetahuan. Temuan yang terlihat dari prilaku peserta didik antara lain,kurangnya hormat kepada guru, rendahnya ketaatan terhadap disiplin sekolah, adanya sikap siswa yang tidak menepati janji seperti belum menyelesaikan tugas PR dengan tepat waktu, terlambat melunasi pembayaran sumbangan pendidikan sekolah (SPP) dengan berbagai alasan, sering kali informasi aktivitas sekolah yang disampaikan kepada orang tua yang tidak sinkron. Masih terdapat siswa yang berbuat dan bertindak sulit dipercaya seperti penulisan surat ketidakhadiran yang memanipulasi tanda tangan orang tua serta informasi keuangan yang tidak benar disampaikan kepada pihak orang tua dan keluarga sehingga memicu kesalahpahaman semua pihak. Menurut pendapat Piaget (Slameto, 2006:7) tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan: 1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, 2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 4. Menanamkan pendidikan karaktaer pada pembelajaran Pkn ini 5. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas, mencakup: 1.
Bagaimana pola penanaman nilai- nilai penidikan karakter oleh guru Pkn di SMK Bina Banua Banjarmasin?
2.
Bagaimana
peran guru Pkn dalam melaksanakan pola penanaman nilai- nilai
pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin? 3.
Bagaimana hubungan kerjasama timbal balik antara sekolah dan orang tua peserta didik dalam pola penanaman nilai- nilai pendidikan karakter
di SMK Bina Banua
Banjarmasin? BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Karakter Kamus Besar Bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter, yang ada adalah kata ‘watak’ yang diartikan sebagai: sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat. Jadi, dapat diartikan secara umum bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi, ‘positif’ orang berkarakter adalah orang yang punya kualitas moral tertentu) yang positif. Dengan demikian pendidikan membangun karakter secara implisit mengandung arti membangun
sifat atau pola prilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Menurut Soemarno Soedarsono dalam bukunya karakter merupakan “sesuatu” dalam diri manusia yang tidak bersifat turunan (diwariskan), melainkan harus dicari, ditemukan, dan ditempa karena sebenarnya sudah melekat pada tiap manusia sejak seseorang dilahirkan dan menjadi bagian kolektif dari suatu masyarakat. Dengan demikian menurut pemahaman makna karakter tersebut merupakan sifat-sifat kejiwaan yang dapat dibentuk, ditemukan dan ditempa untuk dapat meyakini nilai-nilai yang baik dan melekat dalam diri setiap individu dan berguna dalam kehidupan ini. Menurut Amir (2011:31) Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengaruh pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standart kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter peserta didik SMK mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai- nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- hari. Menurut Asmani tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih yang lebih menghargai kebebasan individu.
B. Unsur- Unsur Karakter Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya
dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius. Thomas Lickona menjawab dengan tegas ada 7 (tujuh) unsur karakter esensial yang penting harus ditanamkan kepada peserta didik, yaitu sebagai berikut: 1. ketulusan hati atau kejujuran (honesty); 2. belas kasih (compassion); 3. kegagahberanian (courage); 4. kasih sayang (kindness); 5. kontrol diri (self-control); 6. kerja sama (cooperation); 7. kerja keras (diligence or hand work). Tujuh karakter inti (core characters) itulah, menurut Thomas Lickona yang paling penting dan mendasar untuk dikembangkan pada peserta didik selain sekian banyak unsurunsur karakter yang lain. Jika kita analisis dari sudut kepentingan restorasi kehidupan bangsa kita menurut istilah Sutawi (2008:7) maka ketujuh karakter tersebut memang benar-benar menjadi unsur-unsur yang sangat esensial. Katakanlah unsur ketulusan hati atau kejujuran, bangsa saat ini sangat memerlukan kehadiran warga negara yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi.
C. Pilar Penting Karakter Manusia Manusia dihadapkan dengan permasalahan yang sama, yaitu kehidupan duniawi, akan tetapi respon yang diberikan terhadap permasalahan tersebut berbeda-beda. Misalnya, ada yang hidup penuh semangat, sedangkan yang lainnya hidup penuh malas dan putus asa. Di antara kelompok manusia juga ada yang hidup dengan keluarga yang damai dan tenang, sedangkan yang lain hidup dengan kondisi keluarga yang berantakan. Begitu juga manusia yang hidup dengan perasaan bahagia dan ceria, sedangkan yang lain hidup dengan penuh penderitaan dan keluhan. Padahal semua berangkat dari kondisi yang sama, yaitu kondisi ketika masih kecil yang penuh semangat, ceria, bahagia, dan tidak ada rasa takut atau pun rasa sedih (Gunawan, 2005:27). Pada dasarnya pengembangan karakter, dengan pola pendekatan apapun, harus tetap berlandaskan pada nilai-nilai universal. Josephson Institute of Ethics mengembangkan pendekatan pendidikan karakter melalui nilai universal yang dianggap tidak bsa secara pilitik, agama, maupun budaya. Pendekatan yang digunakan dikenal dengan enam pilar karakter yang meliputi : 1. Trustworthiness (rasa percaya diri) 2. Respect (rasa hormat) 3. Responsibility (rasa tanggung jawab) 4. Caring (rasa kepedulian) 5. Citizenship (rasa kebangsaan) 6. Fairness (rasa keadilan)
D. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMK
perlu
segera
dikaji,
dan
dicari
altenatif-alternatif
solusinya,
serta
perlu
dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah. Pendidkan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin ada 18 pendidikan karakter pada umumnya namun pendidikan karakter masih belum diterapkan secara optimal. 18 pendidikan karakter yaitu: 1. Religius (Religious) Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur (Honest) Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi (Tolerate) Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin (Dicipline) Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan 5. Kerja Keras (Hard Work) Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai habatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 6. Kreatif (Creative) Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki 7. Mandiri (independent) Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas 8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain 9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan (Nationality Spirit) Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya 12. Menghargai prestasi (respect) Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain 13. Persahabatan (Friendly) Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain 14. Cinta Damai (Peace Ful) Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikana bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan 18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan tuhan YME. E. Pembangunan Pendidikan Karakter Pembangunan karakter bangsa memiliki cakupan dan tingkat urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Ditegaskan dalam Kebijakan tersebut sangat luas karena memang secara substantif dan operasional terkait dengan “...pengembangan seluruh aspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi” (Udin S.Winataputra: online). Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa (1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya, ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa harus difokuskan pada “...tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.” F. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, dati tingkat dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Hal ini jelas tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 37 ayat (1). Dalam kurikulum yang berbasis kompetensi, (Depdiknas, 2003:7) dijelaskana bahwa: “pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”. Selanjutnya
Somantri,
(2001:299)
menyatakan
bahwa
pendidikan
kewarganegaraan yang sekiranya akan cocok dengan indonesia adalah sebagai berikut: Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari lingkungan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokrasi dalam mempersiapkan hidup demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. G. Pendidikan Guru Masyarakat yakin bahwa guru memiliki peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik dalam mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan bantuan orang lain, sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia membutuhkan bantuan orang lain dalam perkembangan hidupnya, demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan yakni di sekolah orang tua menaruh harapan kepada guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Menurut Sukadi (2006:2) dalam dunia pendidikan guru memang berperan penting yakni sebagai pengajar, pendidik, dan melatih para siswa, guru merupakan agen perubahan sosial, yang merubah pola pikir, sikap, dan perilaku umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik, bermartabat dan mempunyai sikap mandiri. H. Pola Penanaman Pendidikan Guru Pkn Pola penamaman pendidikan karakter sebagai suatu cara pembentukan ranah sikap/prilaku seseorang/siswa melalui proses pembelajaran di sekolah. Pembentukan ranah sikap/prilaku tentunya menjadikan tatanan yang diterapkan pada sekolah, terutama disetiap mata pelajaran, khususnya ditekankan pada pelajaran PKn. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Menurut
Hamalik
(2008:12)
mengatakan
bahwa:
“Pendidikan
lebih
menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas, sedangkan latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill)” (Oemar Hamalik,1995:55).
I. Hubungan Kerjasama antara orang tua peserta didik dan sekolah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagi pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarganya. Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992), adalah memberikan dasar pendidikan , sikap dan keterampilan dasar seperti, pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturanperaturan dalam.menanamkan,kebiasaan-kebiasaanya. Dari hasil penelitian bahwa bila orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar sampai ke jenjang paling tinggi, bahkan akan membantu anak ketika ia telah bekerja dan berkeluarga.
BAB III METODE PENELITIAN A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif dipilih, dikarenakan permasalahan yang belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat diungkapkan dalam metode penelitian dengan instrumen angket semata. Selain itu, penelitian bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menentukan pola, hipotesis dan teori (Wahyu, 2009:2)
Bogdan dan Taylor (Moleong 2004:4) mendifinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriftif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan diskriptif analisis dimana pendekatan ini adalah suatu pengumpulan data secara kaya dari suatu fenomena yang ada untuk dianalisis, sehingga diperoleh gambaran terhadap apa yang sudah diteliti.
B. Tempat Penelitian Tempat penelitian tersebut dilakukan di SMK Bina Banua Banjarmasin yang beralamat di jalan pramuka tembus terminal KM 6 No 17 Kelurahan Pemurus Luar Kecamatan Banjarmasin Timur. kenapa memilih tempat ini untuk dijadikan tempat penelitian karena melihat pendidikan yang sekarang sudah menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran Pkn yang ada di sekolah di SMK Bina Banua Banjarmasin, berdasarkan hasil pengamatan peneliti di sekolah bahwa banyak siswa yang kurang disiplin pada saat pelajaran dimulai, ada yang bercanda, suika datang terlambat, suka tertidur saat pelajaran berlangsung, bahkan ada yang membolos, sehingga hal ini sangat bertentangan dengan perilaku siswa yang berkarakter, maka peneliti disini ingin mengetahui bagaimana seorang guru dalam menanamkan nilai- nilai pendidikan karakter sehingga dapat menjadikan siswa- siswi yang berkarakter kreatif, cerdas dan bertanggung jawab.
C. Sumber Data Penelitian ini, sumber data dipilih secara purposive Sampling. Penentuan sumber data masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah penelitian di lapangan.
Sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memilki power dan otoritas pada obyek yang diteliti, sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data. (Wahyu, 2007: 69). Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: 1.
Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah guru PKn yang memiliki perbedaan latar
belakang yang berbeda, pengalaman, dan senioritas. Untuk mendapatkan data primer atau mengenai pola penanaman nilai- nilai pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin, maka sumber data yang dipilih adalah Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang dipilih atas dasar peranan dan kekuatan pada objek yaitu memilih orang yang dianggap mempunyai pengetahuan terhadap objek yang diteliti sebelum memasuki lapangan. 2.
Data Sekunder Di samping data primer juga dikumpulkan data sekunder, yaitu data yang bersifat
umum dan masih berhubungan dengan fenomena yang diteliti. misalnya keadaan sekolah, jumlah guru dan pegawai/ karyawan, keadaan jumlah siswa, profil sekolah, sarana dan prasarana sekolah. Data ini diperoleh melalui kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan yang ada di sekolah.
D. Instrumen Penelitian. Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data untuk mendukung lancarnya proses penelitian peneliti menggunakan alat bantu seperti camera, alat perekam dll.
Selain itu juga peneliti menggunakan instrument pengumpul data berupa pertanyaanpertanyaan (lembar Observasi/pedoman wawancara) yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu pola peneneman nilai- nilai pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin. namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara, menurut (wahyu, 2009:36)
E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Wahyu (2006: 22) tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar, sehingga teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam sebuah penelitian. Dilihat dari cara pengumpulan data, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi (pengamatan), Interview, dokumentasi atau gabungan ketiganya (Wahyu : 2006). Dalam penelitian ini. peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi ide melalui tanya jawab secara lisan dan tetulis. Teknik wawancara digunakan untuk memperkuat data dan fakta yang diperoleh dari hasil observasi lapangan. Peneliti menggunakan pedoman wawancara tertulis agar proses wawancara dapat tersusun dan mendapatkan hasil yang jelas. Wawancara dilakukan kepada responden yaitu guru PKn dan siswa pelaksanaan pendidikan nilai-nilai karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin.
2. Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan objek yang diselidiki secara sistematik dan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan melalui lembar pengamatan yang sudah disusun peneliti. Kegiatan observasi diarahkan untuk mengamati secara akurat hal-hal yang terjadi yaitu pelaksanaan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, baik yang dilakukan oleh guru PKn maupun siswa di SMK Bina Banua Banjarmasin. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa yang lalu dokumen ini berbentuk tulisan, gambar atau karya- karya menumental dari seseorang. Dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data gambaran mengenai kegiatan pembelajaran PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin seperti nilai hasil belajar maupun informasi tentang profil sekolah.
F. Teknik Analisis Data 1. Reduksi Data/ Merangkum Mereduksi Data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya serta mengorganisasikan data tentang usaha kerjasama sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar. Dalam mereduksi data, peneliti akan dipandu oleh tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah pada temuan di lapangan.
2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat (narasi), bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. 3. Menarik Kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Wahyu:2009) adalah “penarikan kesimpulan dan verifikasi”. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi jika kesimpulan awal didukung oleh data-data yang valid dankonsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
G. Pengujian Keabsahan Data 1. Perpanjangan pengamatan, dimana peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang baru. Perpanjangan pengamatan ini, mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini merupakan yang benar atau tidak. 2. Meningkatkan Ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat terekam secara pasti dan sistematis. 3. Trianggulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sesuai dengan perkembangan jaman, dalam rangka turut serta membantu pemerintah dalam memajukan kesejahteraan rakyat khusus di bidang pendidikan kejuruan, maka beberapa Mahasiswa Tingkat Doktoral Jurusan Ekonomi Perusahaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unlam berinisiatif dan mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA) Bina Banua.
B. Hasil Penelitian 1. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin Seorang guru selain menjaga komunikasi dan bergaul dengan siswanya yang baik seorang guru tentu saja sangat berperan penting dalam menjalin hubungan dan komunikasi yang baik kepada anak didiknya serta guru- guru yang lain yang ada di SMK Bina Banua Banjarmasin. Sebagai guru dalam menanamkan pendidikan karakter khususnya guru Pkn dimana seorang guru bersifat bertanggung jawab atas tugas-tugasnya dalam memberikan pengetahuan terhadap anak didiknya, bersifat disiplin dalam melaksanakan tugasnya, dan bersifat jujur. Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti melakukan wawancara untuk memperjelas dari semua yang telah peneliti lakukan wawancara untuk memperjelas dari semua yang telah peneliti dapatkan dari hasil observasi tersebut, peneliti menanyakan
tentang bagaimana seorang guru Pkn dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter, Bapak Busrian Nor mengatakan: pola penanaman nilai- nilai pendidikan karakter adalah dimana seorang guru sangat berperan penting dalam pembentukan karakter peserta didik dalam proses pendidikan sehingga guru dalam menanamkan pendidikan karakter ini harus terlabih dahulu memahami dan mengerti bagaimana criteria anak diddiknya, sehingga guru lebih mudah menanamkan pendidikan karakter. Sementara menurut MI, Bagaimana pola penanaman nilai-nilai pendidikan karakter oleh guru Pkn di SMK Bina Banua Banjarmasin adalah: Seorang guru tentunya adalah orang yang menjadi panutan bagi anak didiknya dalam proses pendidikan, sehingga guru Pkn dalam mananamkan pendidikan karakter melalui tiga proses yaitu: yang pertama melalui proses pengajaran kepada anak didiknya ,malalui keteladanan guru dan melalui pendekatan pada siswa agar seorang guru juga dapat pengganti orang tua di rumah sehiungga guru juga berperan dan melakukan pendekatan kepada siswa sehingga dapat mengetahui bagaimana karakter siswa, serta memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswa,
2. Peran guru PKn dalam melaksanakan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin Selain guru dapat memberikan pendidikan karakter maka guru juga berperan sebagai pendidik adalah orang yang bertugas mendidik. Mendidik sikap mental seseorang tidak cukup hanya mengajarkan sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus didikkan dengan guru sebagai idolanya. Berdasarkan hasil observasi kepada guru Pkn, peneliti ini melihat dan mengamati guru Pkn sebagai pendidik dalam pendidikan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin. Para guru Pkn di SMK Bina Banua Banjarmasin telah melakukan komunikasi dengan baik terhadap siswa- siswanya, bertanggung jawab atas tugas-tugasnya dan memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti melakukan wawancara untuk memperjelas dari semua yang telah peneliti di dalam mendapatkan dari hasil observasi tersebut. Bagaimana peran guru Pkn sebagai pendidik dalam menanamkan pendidikan karakter. Peran atau kemampuan apa saja yang dimiliki guru Pkn sebagai pembimbing dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter: BN Mengatakan: “Bahwa guru PKn sangat berperan penting dalam menanamkan pendidikan karakter terutama sebagai pembimbing dimana guru di tuntut untuk dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada ank didiknya agar bisa menjadi orang yang berkarakter dan menjadi orang yang benar. Dari keterangan guru Pkn tersebut diatas jelas bahwa sebagai seorang pendidik harus memiliki kemampuan agar siswa memiliki karakter yang baik dan sikap atau perilaku yang baik dalam pembentukan karaktert siswa selain guru Pkn memiliki kemampuan juga mempunyai tugas sebagai pendidik
yang menjadi
tokoh, panutan dan identifikasi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin, guru Pkn juga sangat bertanggung jawab atas hasil didikannya, oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, dan orang tua dirumah dan lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
3. Hubungan kerjasama timbal balik antara sekolah dan orang tua peserta didik
dalam mengembangkan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin. Hal ini diperkuat pula oleh pendapat Kepala SMK Bina Banua Banjarmasin yang dinyatakan bahwa keterlibatan orang tua dan masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan tingkat partisipasi orang tua berpengaruh terhadap belajar anak. Siswa dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah dan berkat usaha
orang tua mereka. Selain itu perhatian orang tua dalam memberikan bimbingan dan dukungan terhadap anak melalui nilai-nilai pendidikan karakter seperti disiplin dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah dalam mendukung proses belajarnya juga menjadi motivasi yang kuat bagi keberhasilan belajarnya, BN mengatakan: Bahwa ada hubungan saling menguntungkan antara sekolah secara timbal balik dengan masyarakat, yaitu dalam bentuk hubungan saling memberi, saling melengkapi, dan saling menerima sebagai partner yang memiliki kedudukan setara dan mitra dalam menyusun program kerja menunjang kinerja sekolah, lebih khusus lagi dalam upaya sekolah memberikan bimbingan dan pembinaan nilainilai pendidikan karakter” Sementara MI mengatakan bahwa hubungan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik: iya tentunya ada dukungan anatara sekolah dan orang tua peserta didik karena sebelum pendidikan karakter itu diterapkan para guru pun sudah mengadakan sossialisasi sehingga ada kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik. Guru bukan hanya menerapkan dalam lingkungan sekolah saja namun dalam proses pembelajaran. BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Oleh Guru Pkn Di SMK Bina Banua Banjarmasin Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter terutama pada aspek-aspek yaitu tanggung jawab, disiplin dan kejujuran selalu memberikan contoh teladan yang baik bagi siswasiswinya dan selalu melakukan komunikasi dengan baik terhadap siswa-siswinya sehingga siswa-siswi pun secara emosional merasa dekat dengan gurunya. Sehingga pada akhirnya memudahkan bagi guru-guru untuk membimbing siswa-siswi yang ada di SMK Bina Banua Banjarmasin tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan MI yang mengatakan bahwa Seorang guru tentunya adalah orang yang menjadi panutan bagi anak didiknya dalam proses pendidikan, sehingga guru Pkn dalam mananamkan pendidikan karakter melalui tiga proses yaitu: pertama melalui proses pengajaran kepada anak didiknya, malalui keteladanan guru dan melalui pendekatan pada siswa agar seorang guru juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua di rumah sehingga guru juga berperan sebagai pendidik bukan hanya mengajar dan melakukan pendekatan kepada siswa sehingga dapat mengetahui bagaimana karakter siswa, serta memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswa. Penerapan pendidikan karakter bagi siswa-siswi di SMK Bina Banua Banjarmasin memperioritaskan pada pendidikan karakter pada tiga hal yang mencakup tanggung jawab, disiplin dan jujur.
B. Persiapan Peran Guru PKn Dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter Di SMK Bina Banua Banjarmasin Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan guru PKn dalam melaksanakan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin meliputi tiga kegiatan yaitu: (1). Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran, (2) Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan (3) Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam budaya sekolah.
C. Hubungan Kerjasama Timbal Balik Antara Sekolah dan Orang Tua Peserta Didik Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Di SMK Bina Banua Banjarmasin
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua siswa dan masyarakat secara luas mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini menjadi dasar pemikiran dari program pendidikan di sekolah sebagai upaya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat berperan aktif serta perlu adanya kerjasama dari semua pihak seperti pihak sekolah dengan komite sekolah dan pihak sekolah dengan orang tua siswa.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter oleh guru PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin difokuskan pada tiga aspek, yaitu tanggung jawab, disiplin dan kejujuran siswa. Para siswa-siswa SMK Bina Banua Banjarmasin dituntut untuk bisa bertanggung jawab atas segala perbuatannya, bersikap disiplin dalam melaksanakan proses belajar, dan bersikap jujur dalam segala hal. Ke tiga hal tersebut dimulai dari guru PKn sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan karakter dengan cara memberikan contoh teladan kepada siswa-siswa untuk belajar bertanggung jawab, bersikap disiplin dan bersikap jujur. 2. Persiapan guru PKn dalam melaksanakan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin meliputi 4 (empat) tahapan yaitu: (1) tahap penanaman, (2) tahap penumbuhan, (3) tahap pengembangan, dan (4) tahap pemantapan. Guru PKn melakukan
proses pendidikan, pengajaran, dan pelatihan. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai-nilai sosial siswa ke dalam bidang kemanusiaan di sekolah, dan penanaman budaya bermasyarakat yang tinggi di lingkungan sekolah maupun dalam masyarakat sekitar sekolah. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam budaya sekolah. 3. Hubungan kerjasama timbal balik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin berjalan dengan harmonis dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan terhadap pengelolaan sekolah khususnya dalam proses belajar mengajar. B. Saran 1. Hendaknya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin harus dilaksanakan oleh semua guru yang mengajar disana, jadi tidak hanya dilaksanakan oleh guru PKn saja. 2. Hendaknya persiapan guru PKn dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai dan pendidikan karakter kejujuran, perbuatan yang bertanggung jawab dan sikap yang berdisiplin harus lebih dimatangkan lagi, lebih terarah lagi dan terencana dengan baik agar tidak ada lagi siswa yang melanggar nilai-nilai tersebut. 3. Hubungan kerjasama timbal balik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin harus ditingkatkan lagi agar dalam melaksanakan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan 18 (delapan belas) nilai-nilai pendidikan karakter yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta : Al-Mawardi Prima. Bedjo, Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan kewarganegaraan. Banjarmasin: BZA Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: Dirjan Dikdas. Khan,Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi Publishing. Kulsum, Umi. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAKEM. Surabaya. Gema Pratama Pustaka. Muchtar Rawi. 2010. Pendidikan Karakter, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter : Konstruksi Teoretik dan Praktik. Yogyakarta : ArRuzz Media Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Bandung: PT Raja Grasindo Sudrajat, Akhmad. 2010. Peran Pendidikan Menuju Bangsa Yang Bermartabat. Diakses dari: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/ Suyanto Ph.D 2010. Urgensi pendidikan. Diakses dari: sumber : Ditjen Dikdas Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya : PT. Jepe Press Media Utama (Jawa Post Group). UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang Wahyu, dkk, 2011. Pedoman penulisan karya ilmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua. Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kualitatif (2). Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
106
http://marhenyantoz.wordpress.com/2011/10/04/pendidikan- karakter- bangsa- bagi siswa/diakses tanggal 20 februari 2012 Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2187860-tujuan pendidikan karakter/#ixzz1hOipzkLW diakses tanggal 15 april 2012 Read more:http:/belajarpsikologi.com/peran-seseorang-guru/#ixzz1hP81 cqmz Diakses tanggal 15 april 2012 http://www.sriudin.com/2011/07/tujuan- fungsi-dan-media-pendidikan.html posted on 17 april 2012 by Akhmad Sudrajat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/10/17/peran-guru dalam pembentukan karakter. Diakses tanggal 19 april 2012