1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhannya agar ia memiliki kepribadian muslim.1 Yang dimaksud dengan kepribadian muslim di sini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya meliputi tingkah laku, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.2 Kepribadian muslim ini bisa terealisasikan apabila terjadi proses pembelajaran PAI. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.3 Pembelajaran PAI di sini mempunyai ruang lingkup seperti al-Qur'an dan Hadist, Fiqih, Aqidah Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam.4 Di dalam mewujudkan sebuah proses pembelajaran itu ada beberapa unsur yang saling berkaitan, salah satu unsur yang penting yaitu media pembelajaran, karena dengan adanya media belajar ini bisa digunakan untuk membantu guru dalam mengajar serta mampu membangkitkan keinginan dan minat yang baru dalam belajar yang akhirnya tujuan dari proses pembelajaran tersebut bias tercapai. Masjid merupakan salaha satu media pembelajaran, hal 1
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997), 11. Ibid., 31. 3 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Depag RI: 2008), 7. 4 Zuharini dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 60 2
2
tersebut sesuai dengan salah satu fungsi masjid adalah sebagai tempat untuk menyampaikan informasi dan penyampaian doktrin. Masjid secara bahasa adalah tempat sujud dan secara istilah masjid berarti tempat umat Islam menunaikan ibadah Islam dan dzikir kepada Allah.5 Menurut Prof. Athiyah al-Abrasy telah menyebutkan bahwa pendidikan Islam itu mempunyai hubungan yang erat dengan masjid karena kaum muslimin telah memanfaatkan masjid sebagai pusat ibadah, selain itu masjid juga digunakan untuk lembaga pendidikan, pengetahuan Islam, hukum-hukum agama, tempat-tempat pengadilan, untuk membaca al-Qur'an, praktek ibadah dan lain-lain.6 Di zaman Nabi Muhammad masjid dimanfaatkan sebagai pusat pendidikan yaitu sebagai pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan sehari-hari, dan juga digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan anak dan orang dewasa. Pada masa khalifah Bani Umayyah masjid digunakan untuk tempat pengembangan ilmu pengetahuan yang bersifat keagamaan. Pada masa Bani Abbas yaitu masa berkembangnya Islam, masjid digunakan untuk pengajian dan diskusi.7 Di lapangan telah ditemukan bahwa di SMK PGRI 2 Ponorogo ada kegiatan shalat dhuha, shalat fardhu secara berjama’ah selain itu juga
5 Zakiah Djarajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004 ), 232. 6 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, 233. 7 Ibid., 98
3
digunakan untuk proses pembelajaran PAI, misalnya untuk pembelajaran Fiqih dan baca tulis al-Qur'an yang dilaksanakan di masjid.8 Dari deskripsi diatas, khusunya fungsi masjid baik di zaman Nabi maupun sahabat, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian jika fungsi terebut diterapkan pada zaman sekarang. Urgensi ini dipicu oleh beberapa hal, di antaranya pembangunan karakter peserta didik dapat dibina dan diarahkan melalui masjid, semisal, anak yang biasa berkata jorok, jika ia masuk masjid, ia akan merasa malu untuk mengatakan jorok di dalam masjid. Kemudian anak laki-laki dan perempun berjalan dan duduk berduaan, jika itu di dalam masjid pastilah ia akan malu untuk melakukannya, karena mereka tahu bahwa masjid bukanlah tempat untuk melakukan maksiat. Dalam proses ini secara tidak langsung sudah terjadi proses mempengaruhi peserta didik untuk memahami pendidikan agama Islam secara mendalam. Selain itu masjid juga digunakan sebagi tempat dimana siswa belajar. Belajar yang terdapat perubahan yang terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Dari sinilah masjid dapat dikatakan sebagai sumber belajar pembelajaran PAI. Selanjutnya pada saat pelajaran agama Islam, khususnya fiqih ibadah, semisal pelajaran shalat fardhu, pelajaran ini akan lebih mengena kepada peserta didik jika proses pembelajaranNya dilakukan dengan metode demonstrasi, jadi untuk aplikasi metode ini diperlukan sumber pembelajaran yang berkaitan dengan materi tersebut yaitu masjid. Kemudian pembelajaran PAI lain yang membutuhkan sumber berupa masjid adalah pembelajaran adzan, shalat
8
Hasil wawancara dari salah satu guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
4
jamaah dan shalat Jum'at. Contoh lain penanaman akhlak pada peserta didik, ini dapat di berikan pada saat selesai shalat dhuha berjamaah, yang ini pernah peneliti lihat di SMK PGRI 2 Ponorogo.9 Meskipun kelihatanya sekolahan tersebut umum, namun penanaman akhlaqnya berhasil, dan itu salah satu sumber belajar pada pembelajaran PAI adalah menggunakan masjid. Masih banyak pembelajaran PAI lainya yang dapat dilakukan di masjid. Berawal dari dari fenomena diatas maka peneliti mencoba untuk menfokuskan arah penelitian dengan merumuskanya pada judul penelitian berikut : "STUDI ANALISIS FUNGSI MASJID SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMK PGRI 2 PONOROGO Tahun Pelajaran 2009/2010" B. Fokus Penelitian Dari hasil penjajagan awal dilapangan maka fokus penelitian ini adalah penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI, fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, Faktor pendukung dan penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, dan dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo? 9
Hasil observasi di lapangan. Pada tanggal 10 Juli 2009.
5
2. Apa fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo? 3.
Apa faktor pendukung dan penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo?
4. Apa dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMK PGRI 2 Ponorogo mempunyai tujuan : 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat dari media sebagai sumber pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. 4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah 1. Secara teoritis Dari hasil penelitian ini akan ditemukan pola pemanfaatan/pemberdayaan fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI.
6
2. Secara praktis a. Bagi Kepala Sekolah: agar lebih mengembangkan pemanfaatan masjid sebagai media belajar Pembelajaran PAI. b. Bagi guru PAI: mengembangkan fungsi masjid sebagai pusat pendidikan agama Islam. c. Bagi masyarakat: mengembangkan fungsi masjid untuk kegiatan keagamaan dan pusat Pendidikan Islam. F. Telaaah pustaka Telaah
pustaka
dari
skripsi
mahasiswa
Nanik
Puji
Rahayu
(NIM.243062177) jurusan tarbiyah program studi pendidikan agama islam tahun 2008, dengan judul “ implementasi media pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo”. Mempunyai rumusan masalah (1) Bagaimana implementasi media pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo?, (2) Bagaimana factor pendukung dalam media pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo ?, dan bagaimana factor pengahambat dalam media pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo?
Dan
menghasilkan
kesimpulan
(1)
implementasi
media
pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo dilihat cukup baik melalui media yang ada di SMK PGRI 2 Ponorogo melalui media yang digunakannya antara lain: papan tulis, buku pelajaran, gambar, al-Qur’an, masjid, miniatur ka’bah, perpustakaan, ruang rohis, (2) Dalam implementasi media pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo terdapat faktor pendukung yaitu adanya alat miniature ka,bahdan al-Qur’an. (3) Implementasi media pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo terdapat faktor penghambat yaitu dari segi sarana dan
7
prasarana terbatas sepertii alat-alat ibadah, alat miniatur ka,bah yagn sudah rusak dan tidak ada peralatan merawat jenazah.10 Dari telaah pustaka diatas, maka ada kesamaan yang penulis teliti yaitu tentang media belajar, akan tetapi berbeda dalam hal fokus penelitiannya, disini penulis meneliti tentang fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif.11 Dengan karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Penelitian kualitatif dengan menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrument kunci. Sedangkan instrumen lain sebagai instrumen penunjang, b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar-gambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen, dan rekaman lainnya.
10
Nanik Puji Rahayu, “Implementasi Media Pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo” (Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2008), 69. 11 Pendekatan Kualitatif adalah prosedur peenlitian yang menghasilkan data dskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dialami. Lihat Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
8
Dalam memahami fenomena, peneliti berusaha melakukan analisis sekaya mungkin mendekati bentuk data yang telah direkam, c. Dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian kualitatif lebih memperhatikan
aktifitas-aktifitas
nyata
sehari-hari,
prosedur-
prosedur dan interaksi yang terjadi, d. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, e. Makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. Ada 6 (enam) metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal, dan penelitian masa depan.12 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus, yaitu suatu deskriptif intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.13 Peniliti menggunakan metode kualitatif karena di dalam peneltian kualitatif ini menggunakan latar alami (natural setting) sebagai
12 Marrianm S.B., G.Simpson, E. L., A Quide to Research for Educators and Trainer on Adults (Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publishing Company, 1984), 13 Bogdan dan Biklen, Qualitative Research For Education, An Introduction To Theory and Methods (Boton: Allyn and Bacon, 1982),
9
sumber data langsung dan peneliti sendiri dan dalam menganalisa menggunakan anlisa induktif. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.14 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. Peneliti hadir di SMK PGRI 2 Ponorogo ini hanya pada waktu proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan di masjid. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di SMK PGRI 2 Ponorogo, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta Desa Keniten Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan bahwa dari hasil observasi di SMK PGRI 2 Ponorogo, di sana menggunakan masjid sebagai salah satu media pembelajaran PAI. 4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan
14 Pengamatan berperan serta adalah sebagai peneliti yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu cukup lama antara penelitian dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117.
10
lainnya.15 Untuk itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.16 Teknik tersebut digunakan peneliti, karena fenomena akan dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila peneliti melakukan interaksi dengan subyek penelitian dimana fenomena tersebut berlangsung. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.17 Macam-macam
wawancara
berdasarkan
perencanaan
pertanyaan menurut Patton ada 3 yaitu wawancara pembicaraan informal, pendekatan menggunakan penunjuk umum wawancara dan wawancara baku terbuka, dari macam- macam wawancara tersebut peneliti menggunakan wawancara baku terbuka, yaitu bentuk wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku dan bersifat terbuka.
Hal ini digunakan
peneliti karena untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya kemencengan. Sedangkan menurut Guba Linclon ada 3 yaitu wawancara oleh tim atau panel, wawancara terbuka dan tertutup, wawancara riwayat secara lesan dan wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Dari berbagai bentuk 15
Lofland, Analizyng Social Setting: A.Guide Qualitative Observation And Analysis (Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company, 1984), 47 16 Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan RD (Bandung: Alphabeta, 2005), 309. 17 Sugyiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2005), 72.
11
wawancara diatas, maka peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur dan bersifat terbuka, hal ini digunakan peneliti karena dalam penelitian kualitatif informan harus tahu bahwa ia sedang di teliti,18 dan wawancara tak terstruktur ini juga disebut dengan wawancara mendalam19 artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin. Orang-Orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini ada 10 (sepuluh) informan yang diambil yaitu 1 (Kepala Sekolah) SMK PGRI 2 Ponorogo, 3 Guru PAI, 1 anggota Rohis, dan 5 Siswa SMK PGRI 2 Ponorogo. Teknik wawancara ini peneliti tujukan untuk : 1) Kepala sekolah untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya SMK PGRI 2 Ponorogo dengan alasan hanya bapak kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah tersebut. 2) Guru PAI untuk memperoleh data tentang penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, faktor pendukung dan penghambat masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dan dampak
18 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitain Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 135-139. 19 Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002), 59.
12
positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, dengan alasan guru PAI merupakan mempunyai
peranan
penting
yaitu
sebagai
pengonsep
penggunaan masjid sebagai media pelaksanaan pembelajaran PAI di masjid. 3) Anggota Rohis untuk memperoleh data tentang penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, dengan alasan rohis merupakan salah satu pelaksana yang membantu guru agama dalam penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI. 4) Siswa-siswa SMK PGRI 2 Ponorogo untuk memperoleh data tentang penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, dengan alasan siswa merupakan yang melaksanakan pembelajaran PAI. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode transkip wawancara, kemudian tulisan lengkap dari wawancara ini dinamakan transkip wawancara. b. Teknik Observasi Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.20 Observasi ini dilakukan untuk menggali data dari
20
Kartini Kartono, Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1986), 157.
13
sumber data seperti peristiwa, tempat, lokasi, benda dan rekaman.
21
Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas
pengalaman
secara
langsung.
Kedua,
pengamatan
memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun "catatan lapangan" 22 Macam-macam observasi ada 3 yaitu observasi partisipatif, observasi sitematis/berstruktur dan observasi eksperimen,23 dari berbagai macam observasi maka peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti ikut mengambil bagian dalam kegiatankegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diobservasi. Dengan bersifat pasif yaitu peneliti hanya datang pada waktu terjadinya kejadian/peristiwa yang diamati.
21
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, 64. Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 153-154. 23 Kartini Kartono, Metodologi Riset, 162-167. 22
14
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang penggunaan masjid sebagai media belajar dalam pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, faktor pendukung dan penghambat masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, letak geografis SMK PGRI 2 Ponorogo dan kondisi lingkungan masjid SMK PGRI 2 Ponorogo. Format hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. Kemudian tulisan lengkap dari observasi ini dinamakan transkip observasi. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi
adalah
setiap
bahan
tertulis.
Teknik
dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. "rekaman" sebagai setiap tulisan dan pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu
peristiwa.
Sedangkan
"dokumentasi"
digunakan
untuk
mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.24
24
Lexy J Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif., 161
15
Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini sebab, pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil; ketiga, rekaman dan dokumen
merupakan
sumber
informasi
yang
kaya,
secara
konstekstual relevan dan mendasar dalam konteknya; keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dan fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkrip dokumentasi. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
16
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles & Huberman yang menggunakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. aktifitas dalam analisis data, meliputi data redcuction, data display, dan conclusion.25 langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:
Penyajian Data
Pengumpulan Data Reduksi Data
KesimpulanKesimpulan: Penarikan/Verifikas i
Penjelasan proses analisis data diatas adalah a) Pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data berdasarkan
data
dilapangan secara keseluruhan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. b) Mereduksi data dalam konteks penelitian ini adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori, sehingga data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
25
Ibid., 19.
17
melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam hal ini peneliti mereduksi sesuai dengan rumusan masalah. c) Penyajian data, yaitu mendisplaykan data/menyajikan data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan bagan, bila polapola yang ditemukan telah didukung oleh data salaam penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didispalykan pada laporan akhir penelitian. Dalam hal ini peneliti menyajikan data pada bab III. d) Penarikan kesimpulan/verifikasi yaitu penarikan kesimpulan yang terkait dengan rumusan masalah. 7. Pengecekan Keabsahan Data Uji kredibillitas data atau kepecayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, pengamatan yang tekun, tringulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota. Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan: a. Tringulasi Teknik tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam tringulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.
18
Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik tringulasi dengan memanfaatkan sumber. Teknik tringulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai peneliti dengan jalan: 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi 3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu 4) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berkependidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. b. Pengecekan Sejawat melalui Diskusi Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan maksud: 1) Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran
19
2) Diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Penulis melakukan pengecekan sejawat melalui Diskusi ini dilaksanakan bersama sdr Muhaimin tentang hal-hal yang berkaitan dengan data dilapangan dan korelasinya dengan teori dan sdri Nur’aini berdiskusi yang berkaitan dengan data yang berada di lapangan. 8. Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah a. Tahap pralapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penlitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan
perlengkapan
penelitian
dan
yang
menyangkut persoalan etika penelitian, hal tersebut dilaksanakan peneliti pada bulan Juli-September. b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, hal tersebut dilaksanakan peneliti pada bulan September.
20
c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data, hal tersebut dilaksanakan peneliti pada bulan September- oktober. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian, hal tersebut dilaksanakan peneliti pada bulan oktober. H. Sistematika Pembahasan Mensistematikan suatu pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dan memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam skripsi ini. Untuk mempermudahnya, skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang dilengkapi dengan bahasan-bahasan yang dipaparkan secara sistematis, yaitu: BAB I Pendahuluan, yang merupakan ilustrasi tentang skripsi secara keseluruhan, dalam bab ini akan dibahas latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian (berisi tentang: pendekatan dan jenis penelitian, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan serta tahapan-tahapan penelitian), dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. BAB II Kajian teori sebagai pedoman umum yang digunakan untuk landasan melakukan penelitian yang berisi kajian tentang media pembelajaran yang meliputi pengertian media pembelajaran, fungsi media pembelajara, kriteia
pemilihan
media
pembelajaran
dan
macam-macam
media
pembelajaran; PAI meliputi pengertian PAI, dasar PAI, dan tujuan PAI, Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar; Dan Masjid
21
sebagai media pembelajaran yang meliputi pengertian masjid dan fungsi masjid. BAB III Berisi tentang penyajian data yang meliputi paparan data umum dan data khusus. Data umum meliputi Sejarah Singkat Berdirinya SMK PGRI 2 Ponorogo, Letak Geografis SMK PGRI 2 Ponorogo, Visi, Misi dan Tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo, Struktur Organisasi SMK PGRI 2 Ponorogo, dan keadaan sarana dan prasarana SMK PGRI 2 Ponorogo. Data khusus meliputi adalah penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI, Faktor pendukung dan penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dan dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. BAB IV Pada Bab ini akan menguraikan tentang Analisa data kualitatif tentang penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI, Faktor pendukung dan penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dan dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. BAB V berisi penutup, merupakan bab terakhir dari semua rangkaian pembahasan dari bab I sampai bab IV. Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dan saran sebagai masukan bagi pengembangan lembaga pendidikan.
22
BAB II MASJID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PAI
A. MEDIA PEMBELAJARAN 1. Pengertian Media Pengertian media berasal dari bahasa latin medius yang secara bahasa berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar peasan dari pengirim kepada penerima pesan.26 Secara istilah ada beberapa definisi media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.27 Selain itu media juga dapat diartikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar pada dirinya terjadi.28 Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat
menyalurkan
pesan,
serta
membantu
dalam
proses
pembelajaran sehingga tujuan bisa tercapai. 2. Pengertian Pembelajaran Arti Pembelajaran secara bahasa berasal dari kata dasar belajar mendapat imbuhan pe dan akhiran an. Arti belajar meliputi: 26
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 3. Syaiful Bahri, Strategi Belajar dan Mengajar (Jakarta: PT.Rineka cipta, 1996), 137. 28 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2008), 7. 27
23
Arti belajar meliputi: a) Belajar adalah proses yang memungkinkan makhluk hidup berubah tingkah laku yang perubahannya tidak sama pada setiap saat.29 b) Belajar adalah perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu.30 Dari 2 pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses interaksi antara individu dengan lingkungannya yang mengalami perubahan tingkah laku dan perkembangan intelektual yang terjadi setiap saat dengan perubahan dan perkembangan yang tidak sama. Secara istilah pembelajaran mempunyai berbagai arti Ada berbagai pendapat mengenai arti pembelajaran secara istilah: a) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.31 b) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.32
29
Robert M.Gagne, Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), 18. 30 Dimyati dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 13 31 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Depag RI: 2008), 7. 32 Oemor Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 57.
24
c) Pembelajaran adalah suatu usaha yang bersifat sadar, mempunyai tujuan yang sistematik terarah pada perubahan tingkah laku melalui adanya proses.33 Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang saling mempengaruhi yang terjadi di lembaga pendidikan yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur dengan usaha yang sadar untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Fungsi Media Fungsi Media antara lain: a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu mengajar bagi guru. b. Pengalaman lebih nyata. c. Lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. d. Semua indera murid dapat diaktifkan e. Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.34 4. Kriteria Pemilihan Media Kriteria pemilihan media antara lain: a. Sesuai dengan tujuan yang dicapai b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, dan prinsip. 33
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 217. 34 Asnawir dkk, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),25.
25
c. Praktis, luwes dan bertahan d. Guru terampil menggunakannya.35 e. Kondisi siswa, dilihat dari segi umur, intelegensi, latar belakang pendidikan dan lingkungan anak. f. Ketersediaan media di sekolah g. Biaya yang dikeluarkan harus seimbang dengan tujuan yang akan dicapai.36 5. Macam-Macam Media Ada beberapa jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: a.
Media grafis atau media dua dimensi yang meliputi gambar, foto, grafik, bagan, atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain.
b.
Media tiga dimensi yang yaitu dala bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma dan lain-lain.
c.
Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain.
d.
Penggunaan lingkungan sebagai media. 37 a. Perpustakaan Perpustakaan adalah unit kerja yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan, yaitu tempat penyimpanan koleksi buku yang
35
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2006), 75. Asnawir dkk, Media Pembelajaran, 15. 37 Nana Sudjana dkk, Media Pengajaran (Bandung: C.V Sinar Baru bekerja sama dengan Pusat Penelitian Pengajaran dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung, 1997), 3. 36
26
dikelola atau diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan para peserta didik dan pendidik sebagai sumber informasi dalam rangka menunjang proses belajar.38 Perpustakaan merupakan sumber yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran karena di dalamnya terdapat berbagai koleksi buku-buku keagamaan dan bahan bacaan lain yang erat hubungannya dengan pendidikan agama Islam. Selain buku-buku di dalam perpustakaan juga ditemukan jurnal ilmiah, bulletin, majalah, Koran, tabloid, surat kabar dan sebagainya.39 B. Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian PAI Ada beberapa pendapat mengenai pengertian PAI meliputi : 1) PAI adalah usaha yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.40 2) PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran
38 Suryo Subroto, Proses Belajar dan Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 11. 39 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 217. 40 Zakiah Djarajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), 86.
27
agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati pengaruh agama lain. 41 Dari beberapa pengertian PAI diatas maka dapat disimpulkan bahwa PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar menjadikan ajaran Islam sebagai pandangan hidup. 2. Tujuan PAI Tujuan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya pendidikan. Tujuan pendidikan ada 4 yaitu: a. Tujuan umum yaitu tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan yang meliputi seluruh aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan, yang dapat dicapai
melalui
proses
pengajaran,
pengalaman,
pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. b. Tujuan akhir dari pendidikan Islam yaitu menjadi insan kamil. c. Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu.42 41
130.
Abdul Majid dkk, PAI Berbasis Kompetensi (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004),
28
Tujuan
PAI
adalah
menumbuhkan
dan
mengembangkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.43 3. Dasar PAI Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu al-Qur'an, as-Sunnah dan perundangan yang berlaku di Indonesia. a. Al-Qur'an Terdapat dalam Q.S Al-alaq ayat 1-5
∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ‾=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ‾=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ù&tø%$# 44
∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ
Artinya: 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S. Al-alaq ayat 1-5) 45
42
Zakiah Djarajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam , 30. Ibid., 135. 44 Al-Qur’an, 96:1-5. 45 M.Yunus, Tarjamah Al-Qur’an al-Karim (Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1993), 537. 43
29
Dari ayat-ayat al-Qur'an diatas dapat disimpulkan bahwa Islam menugaskan pada manusia untuk menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat, dan salah satu cara untuk mencapai insan yang bermartabat adalah dengan menyelanggarakan pendidikan. b. As-Sunnah
(Z` OT SX اaر )روOPQ اST مOVWX Y اZ[VQ اO[W\ ]^ آST Artinya: "Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya , maka Alloh akan menngekangnya dengan kekang berapi."(H.R Ibnu Majah) Dari Hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Allah itu akan mengekang seseorang apabila ia menyembunyikan ilmunya, maka Rosulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. c. Landasan Konsitusional Sebagai landasan konstitusional pendidikan agama Islam di Indonesia adalah Pancasila dengan kelima silanya yang utuh menjadi tiang penegak untuk dilaksanakannya pendidikan agama di Sekolah maupun diluar Sekolah.46 d. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 1) UUD 1945 pasal 29 Ayat 1 dan ayat 2 yang isinya memberikan jaminan kepada WNI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya dan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadah, dengan demikian pendidikan Islam searah 46
Rochidin Wahab FZh, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2004), 268.
30
dengan bentuk dari ibadah yang dinyakini, diizinkan dan dijamin oleh negara. 2) UU No. 2 tahun 1989 pasal 2 dasar-dasar konstitusional negara dan tujuan pendidikan nasional itu menjadikan pendidikan agama sebagai bagian yang tidak lepas dari system pendidikan formal yang ada.47 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses dan hasil belajar ada 2 yaitu: a. Faktor luar yang meliputi lingkungan alam dan sosial dan instrumental yang meliputi kurikulum, guru, sarana, fasilitas, administrasi dan manajemen. Alat-alat pendidikan 1) Pengertian alat pendidikan agama Alat pendidikan agama adalah segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan agama. 2) Macam-macam alat pendidikan agama a) Alat pengajaran agama yaitu salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan
agama
dengan
cara
memberikan
pengajaran pada murid. Macam-macam alat pengajaran agama antara lain:
47
Ibid., 269
31
1. Alat pengajaran klasikal yaitu alat yang dipergunakan guru bersama-sama dengan murid. Contohnya: kapur tulis, papan tulis, tempat shalat dan sebagainya. 2. Alat pengajaran individual yaitu alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru, misalnya alat-alat tulis, buku pelajaran untuk murid, buku pegangan dan sebagainya. 3. Alat peraga yaitu alat-alat yang berfungsi untuk memperjelas ataupun memberikan ganbaran yang konkrit tentang hal-hal yang diajarkan. Alat ini dibagi 2 meliputi alat peraga yang langsung, contohnya bila ada materi wudlu maka alat peraga yang digunakan adalah air dan alat peraga yang tidak langsung, contohya materi haji maka menggunakan alat peraga berupa miniatur ka’bah. b) Alat pendidikan langsung adalah alat-alat pendidikan agama yang langsung menanamkan pengaruh yang positif kepada murid, misalnya dengan memberikan contoh tauladan yang baik, memberikan nasehat, melatih dan membiasakan pada hal-hal yang baik. c) Alat pendidikan yang tidak langsung adalah bersifat kuratif artinya anak menyadari perbuatan yang salah dan berusaha
32
untuk
memperbaikinya.48
langkah-langkah
dalam
menanamkan rasa sadar pada hal-hal yang benar adalah pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman dan ganjaran.49 b. Faktor dalam meliputi fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan kondisi panca indera; dan psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognotif. 50 1) Pengertian motivasi motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan/ mengelakkan. Atau dapat juga didefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan adanya tujuan. 2) Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia berbuat atau sebagai motor penggerak, menentukan arah perbuatan yaitu tujuan yang hendak dicapai dan menyeleksi perbutan.51
48
28-50.
49
Zuharini dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Malang: Usaha Nasional, 1973), 143. 50 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja karya, 1987) 112. 51 Sudirman, Interkasi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 71-73.
33
C. MASJID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN 1. Pengertian Masjid a. Secara bahasa ada beberapa arti yaitu: 1) Berasal dari bahasa arab yang kata pokoknya sujudan, fi'il madhinya sajada (ia sudah sujud), fi'il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadi isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid.52 2) Tempat sujud.53 3) Sebagai tempat duduk atau tempat yang digunakan untuk beribadah.54 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan masjid adalah tempat yang digunakan untuk beribadah. b. Secara istilah ada beberapa arti yaitu: 1) Tempat umat Islam menunaikan ibadah shalat, dzikir kepada Allah SWT. 55 2) Suatu bangunan, gedung atau lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat.56
52
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989), cet. Ke-5, 118. 53 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan), Jakarta: PT.Raja Grafindo, cet.1, 1995), 232. 54 Ibid., 131. 55 Ibid., 232. 56 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT.Ictiar Baru Van Hoeve, 2001), Jilid 3, Cet. Ke-9, 169.
34
Masjid secara istilah yaitu suatu bangunan, gedung atau lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah dan melakukan segala aktifitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. 2. Fungsi Masjid Fungsi masjid antara lain: 1) Tempat sujud yaitu melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam yang bernilai fardhu, shalat sunnah, shalat hari raya, shalat jum’at 2) Tempat untuk berdo’a dan I’tikaf. 3) Tempat
memberi
dan
menerima
pengetahuan
agama
dan
menerangkan hukum-hukum islam. 4) Tempat mengumumkan hal-hal penting yang menyangkut hidup masyarakat muslim. 5) Tempat membaca, menulis atau sebagai sumber pendidikan, pengajaran dan penerangan atau dakwah islam. 6) Tempat sosial 7) Sebagai tempat baitulmal (kas Negara) 8) Tempat mengajarkan, membicarakan, memutuskan segala prinsip dan semua pokok kehidupan islam yang meliputi: social, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kesenian dan filsafat.57 9) Tempat melakukan segala aktifitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah.58 57
Sidi Gabalza, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Antara, 1975), 117-125.
35
10) Tempat yang disediakan untuk shalat, dzikir, membaca al-Qur'an, I'tikaf, mengaji, memberikan nasehat atau petunjuk menyampaikan ma'ruf nahi munkar, menyampaikan dan mendengarkan khutbah, memberikan fatwa.59 11) Sebagai tempat terbaik untuk menyelenggarakan pendidikan, tempat kedua setelah pendidikan keluarga, mendidik anak untuk beribadah kepada Allah SWT, menanamkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, solidaritas social, menyadarkan hak-hak dan kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga negara.60 12) Tempat asasi untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, tempat beribadah, memberikan pelajaran, tempat peradilan, berkumpul menerima duta-duta dari luar negeri.61 13) Tempat untuk melaksanakan pendidikan. 62 14) Sebagai lembaga pendidikan yang digunakan untuk sarana informasi dan penyampaian doktrin ajaran Islam. 63 15) Kegiatan syiar Agama Islam, pendidikan agama, pengajian serta kegiatan lainnya yang bersifat sosial. 64
58
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Dan Potensi Masjid (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007), 29. 59 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Terj.Abdul Rosyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2006), 179. 60 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia , 132. 61 Zakiah Djarajat, Ilmu Pendidikan Islam, 209. 62 Ibid., 232. 63 Abudin Nata, Sejarah Pendiddikan Islam (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), 137. 64 Ensiklopedi Islam 3, 176.
36
16) Rumah ibadah, parlemen untuk musyawaroh, mengadakan ibadahibadah fardhu, akhlak-akhlak yang mulia, adab-adab yang baik dan cara-cara tata pergaulan yang terpuji.65 17) Sebagai sekolah, tempat berkumpul para ulama besar dalam mengerjakan ilmu, tempat menyampaikan penjelasan hukum-hukum syari'at (taujih as-syar'i) atau arahan-arahan. Dari berbagai fungsi masjid diatas yang paling utama selain digunakan untuk beribadah, masjid juga berfungsi sebagai media pembelajaran yaitu sebagai penerima dan penyalur pesan.
65
M.Jalaludin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2001), 223.
37
BAB II MASJID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PAI
D. MEDIA PEMBELAJARAN 6. Pengertian Media Pengertian media berasal dari bahasa latin medius yang secara bahasa berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar peasan dari pengirim kepada penerima pesan.66 Secara istilah ada beberapa definisi media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.67 Selain itu media juga dapat diartikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar pada dirinya terjadi.68 Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat
menyalurkan
pesan,
serta
membantu
dalam
proses
pembelajaran sehingga tujuan bisa tercapai. 7. Pengertian Pembelajaran Arti Pembelajaran secara bahasa berasal dari kata dasar belajar mendapat imbuhan pe dan akhiran an. Arti belajar meliputi: 66
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 3. Syaiful Bahri, Strategi Belajar dan Mengajar (Jakarta: PT.Rineka cipta, 1996), 137. 68 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2008), 7. 67
38
Arti belajar meliputi: c) Belajar adalah proses yang memungkinkan makhluk hidup berubah tingkah laku yang perubahannya tidak sama pada setiap saat.69 d) Belajar adalah perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu.70 Dari 2 pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses interaksi antara individu dengan lingkungannya yang mengalami perubahan tingkah laku dan perkembangan intelektual yang terjadi setiap saat dengan perubahan dan perkembangan yang tidak sama. Secara istilah pembelajaran mempunyai berbagai arti Ada berbagai pendapat mengenai arti pembelajaran secara istilah: d) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.71 e) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.72
69
Robert M.Gagne, Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), 18. 70 Dimyati dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 13 71 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Depag RI: 2008), 7. 72 Oemor Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 57.
39
f) Pembelajaran adalah suatu usaha yang bersifat sadar, mempunyai tujuan yang sistematik terarah pada perubahan tingkah laku melalui adanya proses.73 Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang saling mempengaruhi yang terjadi di lembaga pendidikan yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur dengan usaha yang sadar untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8. Fungsi Media Fungsi Media antara lain: f. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu mengajar bagi guru. g. Pengalaman lebih nyata. h. Lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. i. Semua indera murid dapat diaktifkan j. Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.74 9. Kriteria Pemilihan Media Kriteria pemilihan media antara lain: h. Sesuai dengan tujuan yang dicapai i. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, dan prinsip. 73
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 217. 74 Asnawir dkk, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),25.
40
j. Praktis, luwes dan bertahan k. Guru terampil menggunakannya.75 l. Kondisi siswa, dilihat dari segi umur, intelegensi, latar belakang pendidikan dan lingkungan anak. m. Ketersediaan media di sekolah n. Biaya yang dikeluarkan harus seimbang dengan tujuan yang akan dicapai.76 10. Macam-Macam Media Ada beberapa jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: e.
Media grafis atau media dua dimensi yang meliputi gambar, foto, grafik, bagan, atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain.
f.
Media tiga dimensi yang yaitu dala bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma dan lain-lain.
g.
Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain.
h.
Penggunaan lingkungan sebagai media. 77 a. Perpustakaan Perpustakaan adalah unit kerja yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan, yaitu tempat penyimpanan koleksi buku yang
75
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2006), 75. Asnawir dkk, Media Pembelajaran, 15. 77 Nana Sudjana dkk, Media Pengajaran (Bandung: C.V Sinar Baru bekerja sama dengan Pusat Penelitian Pengajaran dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung, 1997), 3. 76
41
dikelola atau diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan para peserta didik dan pendidik sebagai sumber informasi dalam rangka menunjang proses belajar.78 Perpustakaan merupakan sumber yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran karena di dalamnya terdapat berbagai koleksi buku-buku keagamaan dan bahan bacaan lain yang erat hubungannya dengan pendidikan agama Islam. Selain buku-buku di dalam perpustakaan juga ditemukan jurnal ilmiah, bulletin, majalah, Koran, tabloid, surat kabar dan sebagainya.79 E. Pendidikan Agama Islam (PAI) 5. Pengertian PAI Ada beberapa pendapat mengenai pengertian PAI meliputi : 3) PAI adalah usaha yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.80 4) PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran
78 Suryo Subroto, Proses Belajar dan Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 11. 79 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 217. 80 Zakiah Djarajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), 86.
42
agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati pengaruh agama lain. 81 Dari beberapa pengertian PAI diatas maka dapat disimpulkan bahwa PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar menjadikan ajaran Islam sebagai pandangan hidup. 6. Tujuan PAI Tujuan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya pendidikan. Tujuan pendidikan ada 4 yaitu: e. Tujuan umum yaitu tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan yang meliputi seluruh aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan, yang dapat dicapai
melalui
proses
pengajaran,
pengalaman,
pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. f. Tujuan akhir dari pendidikan Islam yaitu menjadi insan kamil. g. Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. h. Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu.82 81
130.
Abdul Majid dkk, PAI Berbasis Kompetensi (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004),
43
Tujuan
PAI
adalah
menumbuhkan
dan
mengembangkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.83 7. Dasar PAI Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu al-Qur'an, as-Sunnah dan perundangan yang berlaku di Indonesia. e. Al-Qur'an Terdapat dalam Q.S Al-alaq ayat 1-5
∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ‾=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ‾=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ù&tø%$# 84
∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ
Artinya: 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S. Al-alaq ayat 1-5) 85
82
Zakiah Djarajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam , 30. Ibid., 135. 84 Al-Qur’an, 96:1-5. 85 M.Yunus, Tarjamah Al-Qur’an al-Karim (Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1993), 537. 83
44
Dari ayat-ayat al-Qur'an diatas dapat disimpulkan bahwa Islam menugaskan pada manusia untuk menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat, dan salah satu cara untuk mencapai insan yang bermartabat adalah dengan menyelanggarakan pendidikan. f. As-Sunnah
(Z` OT SX اaر )روOPQ اST مOVWX Y اZ[VQ اO[W\ ]^ آST Artinya: "Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya , maka Alloh akan menngekangnya dengan kekang berapi."(H.R Ibnu Majah) Dari Hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Allah itu akan mengekang seseorang apabila ia menyembunyikan ilmunya, maka Rosulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. g. Landasan Konsitusional Sebagai landasan konstitusional pendidikan agama Islam di Indonesia adalah Pancasila dengan kelima silanya yang utuh menjadi tiang penegak untuk dilaksanakannya pendidikan agama di Sekolah maupun diluar Sekolah.86 h. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 3) UUD 1945 pasal 29 Ayat 1 dan ayat 2 yang isinya memberikan jaminan kepada WNI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya dan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadah, dengan demikian pendidikan Islam searah 86
Rochidin Wahab FZh, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2004), 268.
45
dengan bentuk dari ibadah yang dinyakini, diizinkan dan dijamin oleh negara. 4) UU No. 2 tahun 1989 pasal 2 dasar-dasar konstitusional negara dan tujuan pendidikan nasional itu menjadikan pendidikan agama sebagai bagian yang tidak lepas dari system pendidikan formal yang ada.87 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses dan hasil belajar ada 2 yaitu: c. Faktor luar yang meliputi lingkungan alam dan sosial dan instrumental yang meliputi kurikulum, guru, sarana, fasilitas, administrasi dan manajemen. Alat-alat pendidikan 3) Pengertian alat pendidikan agama Alat pendidikan agama adalah segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan agama. 4) Macam-macam alat pendidikan agama a) Alat pengajaran agama yaitu salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan
agama
dengan
cara
memberikan
pengajaran pada murid. Macam-macam alat pengajaran agama antara lain:
87
Ibid., 269
46
4. Alat pengajaran klasikal yaitu alat yang dipergunakan guru bersama-sama dengan murid. Contohnya: kapur tulis, papan tulis, tempat shalat dan sebagainya. 5. Alat pengajaran individual yaitu alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru, misalnya alat-alat tulis, buku pelajaran untuk murid, buku pegangan dan sebagainya. 6. Alat peraga yaitu alat-alat yang berfungsi untuk memperjelas ataupun memberikan ganbaran yang konkrit tentang hal-hal yang diajarkan. Alat ini dibagi 2 meliputi alat peraga yang langsung, contohnya bila ada materi wudlu maka alat peraga yang digunakan adalah air dan alat peraga yang tidak langsung, contohya materi haji maka menggunakan alat peraga berupa miniatur ka’bah. b) Alat pendidikan langsung adalah alat-alat pendidikan agama yang langsung menanamkan pengaruh yang positif kepada murid, misalnya dengan memberikan contoh tauladan yang baik, memberikan nasehat, melatih dan membiasakan pada hal-hal yang baik. c) Alat pendidikan yang tidak langsung adalah bersifat kuratif artinya anak menyadari perbuatan yang salah dan berusaha
47
untuk
memperbaikinya.88
langkah-langkah
dalam
menanamkan rasa sadar pada hal-hal yang benar adalah pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman dan ganjaran.89 d. Faktor dalam meliputi fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan kondisi panca indera; dan psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognotif. 90 1) Pengertian motivasi motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan/ mengelakkan. Atau dapat juga didefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan adanya tujuan. 2) Fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia berbuat atau sebagai motor penggerak, menentukan arah perbuatan yaitu tujuan yang hendak dicapai dan menyeleksi perbutan.91
88
28-50.
89
Zuharini dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Malang: Usaha Nasional, 1973), 143. 90 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja karya, 1987) 112. 91 Sudirman, Interkasi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 71-73.
48
F. MASJID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN 3. Pengertian Masjid c. Secara bahasa ada beberapa arti yaitu: 4) Berasal dari bahasa arab yang kata pokoknya sujudan, fi'il madhinya sajada (ia sudah sujud), fi'il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadi isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid.92 5) Tempat sujud.93 6) Sebagai tempat duduk atau tempat yang digunakan untuk beribadah.94 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan masjid adalah tempat yang digunakan untuk beribadah. d. Secara istilah ada beberapa arti yaitu: 3) Tempat umat Islam menunaikan ibadah shalat, dzikir kepada Allah SWT. 95 4) Suatu bangunan, gedung atau lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat.96
92
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989), cet. Ke-5, 118. 93 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan), Jakarta: PT.Raja Grafindo, cet.1, 1995), 232. 94 Ibid., 131. 95 Ibid., 232. 96 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT.Ictiar Baru Van Hoeve, 2001), Jilid 3, Cet. Ke-9, 169.
49
Masjid secara istilah yaitu suatu bangunan, gedung atau lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah dan melakukan segala aktifitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. 4. Fungsi Masjid Fungsi masjid antara lain: 18) Tempat sujud yaitu melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam yang bernilai fardhu, shalat sunnah, shalat hari raya, shalat jum’at 19) Tempat untuk berdo’a dan I’tikaf. 20) Tempat
memberi
dan
menerima
pengetahuan
agama
dan
menerangkan hukum-hukum islam. 21) Tempat mengumumkan hal-hal penting yang menyangkut hidup masyarakat muslim. 22) Tempat membaca, menulis atau sebagai sumber pendidikan, pengajaran dan penerangan atau dakwah islam. 23) Tempat sosial 24) Sebagai tempat baitulmal (kas Negara) 25) Tempat mengajarkan, membicarakan, memutuskan segala prinsip dan semua pokok kehidupan islam yang meliputi: social, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kesenian dan filsafat.97 26) Tempat melakukan segala aktifitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah.98 97
Sidi Gabalza, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Antara, 1975), 117-125.
50
27) Tempat yang disediakan untuk shalat, dzikir, membaca al-Qur'an, I'tikaf, mengaji, memberikan nasehat atau petunjuk menyampaikan ma'ruf nahi munkar, menyampaikan dan mendengarkan khutbah, memberikan fatwa.99 28) Sebagai tempat terbaik untuk menyelenggarakan pendidikan, tempat kedua setelah pendidikan keluarga, mendidik anak untuk beribadah kepada Allah SWT, menanamkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, solidaritas social, menyadarkan hak-hak dan kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga negara.100 29) Tempat asasi untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, tempat beribadah, memberikan pelajaran, tempat peradilan, berkumpul menerima duta-duta dari luar negeri.101 30) Tempat untuk melaksanakan pendidikan. 102 31) Sebagai lembaga pendidikan yang digunakan untuk sarana informasi dan penyampaian doktrin ajaran Islam. 103 32) Kegiatan syiar Agama Islam, pendidikan agama, pengajian serta kegiatan lainnya yang bersifat sosial. 104
98
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Dan Potensi Masjid (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007), 29. 99 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Terj.Abdul Rosyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2006), 179. 100 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia , 132. 101 Zakiah Djarajat, Ilmu Pendidikan Islam, 209. 102 Ibid., 232. 103 Abudin Nata, Sejarah Pendiddikan Islam (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), 137. 104 Ensiklopedi Islam 3, 176.
51
33) Rumah ibadah, parlemen untuk musyawaroh, mengadakan ibadahibadah fardhu, akhlak-akhlak yang mulia, adab-adab yang baik dan cara-cara tata pergaulan yang terpuji.105 34) Sebagai sekolah, tempat berkumpul para ulama besar dalam mengerjakan ilmu, tempat menyampaikan penjelasan hukum-hukum syari'at (taujih as-syar'i) atau arahan-arahan. Dari berbagai fungsi masjid diatas yang paling utama selain digunakan untuk beribadah, masjid juga berfungsi sebagai media pembelajaran yaitu sebagai penerima dan penyalur pesan.
105
M.Jalaludin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2001), 223.
52
BAB III STUDI ANALISIS FUNGSI MASJID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PAI DI SMK PGRI 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
A. Data Umum SMK PGRI 2 Ponorogo 1. Sejarah singkat berdirinya STM PGRI 2 Ponorogo Sejarah berdirinya STM PGRI 2 Ponorogo ini berawal dari kenyataan yang dihayati oleh para pendiri STM PGRI 2 Ponorogo pada tahun ajaran 1983/1984, dimana siswa yang berniat ke sekolah kejuruan semakin
banyak.
Sehingga
STM
Negeri
Ponorogo
tidak
dapat
menampung. Gagasan untuk membuka STM PGRI yang di tahun-tahun sebelumnya dalam keragu-raguan maka setelah melihat kenyataan di atas gagasan tersebut dengan tekat bulat guna mengabdi kepada pendidikan sesuai dengan profesi STM PGRI 2 Ponorogo selanjutnya STM PGRI 2 Ponorogo dapat mewujudkannya. Setelah berkonsultasi dengan rekan-rekan STM Negeri demikian pula dari ST Negeri menghadap kepala STM Negeri Ponorogo untuk menyampaikan kesepekatan para pendiri STM PGRI 2 Ponorogo guna mendirikan STM PGRI di samping mohon petunjuk pelaksanaannya. Saran dan
petunjuk dari kepala STM Negeri, penyusun beserta
rekan-rekan di sarankan untuk menghadap ke YPLP PGRI yang prinsipnya kepala STM Negeri tidak keberatan membantu asalkan YPLP PGRI mengizinkan atas berdirinya STM PGRI.
53
Hari Minggu tanggal 13 Mei 1984 jam 19.00 para pendiri STM PGRI 2 Ponorogo secara bersama-sama menghadap ke YPLP PGRI (Bapak Drs. Sutrisno) ternyata gagasan untuk mendirikan STM PGRI tersebut tidak lain dinantikan oleh yayasan. Spontan yayasan menyambut baik hal tersebut dan selanjutnya kami diberikan syarat-syarat yang harus dilengkapi guna pendirian sekolah baru. Persyaratan pendirian sekolah baru di lengkapi dengan bekerja sama antara yayasan dan pendiri sekolahan. Untuk pengawasan izin oprasional merupakan tanggung jawab Yayasan. Setelah memahami segala petunjuk Yayasan, maka pada hari Senin tanggal 14 Mei 1984 kami mengumpulkan rekan-rekan guru, melengkapi persyaratan pendidikan sekolah baru, yaitu STM PGRI Ponorogo yang ternyata di dukung baik Yayasan, Kepala STM Negeri dan Kepala ST Negeri Ponorogo, selanjutnya pembagian tugas di laksanakan guna melengkapi semua persyaratan. Pada tanggal 19 Mei 1984 mengadakan pertemuan yang di hadiri oleh: H. S. Pirngadi, BA, Bapak
Marzuki,
Bapak Abdul Ilhman, Bapak Sotikno, dan Bapak Budiono. Di samping diadakan pembagian tugas di dalam pertemuan ini juga di bicarakan kapan pengesahan pendirian STM PGRI Ponorogo dilaksanakan dan di mana di adakan. Tempat dapat di tentukan di mana kita sepakat di ST Negeri dengan terlebih dahulu mohon izin kepada Bapak Kepala ST Negeri Ponorogo. Sedang hari dan tanggal menurut Bapak Kepala STM Negeri Ponorogo di suruh menunggu setelah ada kepastian jawaban persetujuan
54
dari Bidang kejuruan, tanggal 15 Mei 1984 Bapak Kepala STM Negeri Ponorogo kebetulan ke Bidang yang selanjutnya jawaban dari bidang tentang persetujuan akan di sampaikan lewat telpon STM Negeri Ponorogo. Sambil menunggu jawaban dari bidang diadakan pertemuan di rumah Bapak Abdulmanan tanggal 15 mei 1984 dengan kesepakatan. Penyusunan sementara personil pengelola STM Ponorogo yaitu: 1. Pembina
:
Kepala STM Negeri
2. Kepala Sekolah
:
Kepala ST Negeri
:
H. S. Pirngadi , BA
3. Bendahara
:
Marzuki
4. Kepala Instansi
:
Drs. Widodo BOHK
Wakil Kepala Sekolah
1. Mesin
: Abdul Manan
2. Listrik
: Drs. Sutaji
3. Bangunan : Yahdi , BE 5. Kepala Tata Usaha
:
Budiono106
2. Letak Geografis SMK PGRI 2 Ponorogo Yang dimaksud letak geografis yaitu tempat dimana SMK 2 PGRI berada dan sekaligus kegiatan belajar berlangsung dan sebagai lembaga pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Ponorogo merupakan salah satu dari beberapa SMK yang ada di Kabupaten Ponorogo, terletak di
106
Lihat lampiran-8 dalam laporan hasil penelitian ini.
55
Kecamatan Kota, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta. Desa Keniten, kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo yang tepatnya : a. Sebelah barat gedung SMK Bakti Ponorogo b. Sebelah timur koperasi SMK PGRI 2 Ponorogo c. Sebelah utara pabrik es d. Sebelah selatan persawahan pasar legi.107 3. Visi, Misi dan Tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo Visi, misi dan tujuan ini berfungsi untuk menyelenggarakan aktivitas akademiknya. Adapun visi, misi dan tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Visi Dalam Waktu singkat tamatan sudah dapat terserap: 1) Dunia kerja 2) Perguruan Tinggi 3) Berwirausaha b. Misi Menyiapkan tamatan: 1) Siap memasuki lapangan kerja dengan sikap profesional. 2) Siap berkompetesi dan memiliki karir untuk mengembangkan diri. 3) Menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif. 4) Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/dunia industri di masa sekarang maupun mendatang.
107
Lihat lampiran-9 dalam laporan hasil penelitian ini.
56
5) Mampu mengikuti perkembangan imtaq dan imtek di masa mendatang. c. Tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo 1) Memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna jasa pendidikan dan pelatihan. 2) Menghasilkan sumber daya manusia yang mampu memenuhi kebutuhan pasar. 3) Menjaga konsistensi mutu instusi dan tamatan.108 4. Struktur Organisasi Sekolah SMK PGRI 2 Ponorogo Struktur organisasi merupakan suatu bangunan tatanan dalam suatu lembaga/badan perkumpulan tertentu dalam menjalankan roda organisasi. Dengan demikian halnya sesuai sekolah juga mengerjakan program– program sesuai dengan yang dilaksanakan struktur organisasi, sehingga struktur organisasi dalam suatu lembaga sangatlah penting keberadaannya, karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi memudahkan kita untuk mengetahui sejumlah personal yang menduduki jabatan tertentu di dalam lembaga tersebut. Di samping itu dari pihak lembaga lebih mudah melaksanakan program yang telah direncanakan, mekanisme kerja serta tugas dan tanggung jawab berjalan dengan baik. Adapun struktur oraganisasi SMK PGRI 2 Ponorogo ini terdiri kepala sekolah yang bekerja sama dengan komite sekolah dan majelis sekolah membawahi bendahara sekolah tata usaha, WK. Kurikulum, WK. Sarana dan prasarana, WK.
108
Lihat lampiran-10 dalam laporan hasil penelitian ini..
57
Kesiswaan, WK Humas, koor BP, Kajur Listrik, Kajur otomatif, Kajur mesin, guru dan siswa.109 5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan adalah mutlak harus ada, karena berguna untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindahpindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi dari sekolah. Sarana dan prasarana ini mempunyai fungsi dalam kegiatan belajar dan mengajar yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu dengan adanya sarana dan prasarana maka mutu dari sekolah tersebut akan meningkat. Tujuan dari sebuah proses pembelajaran akan berhasil dengan lancar, teratur, efektif dan efisiens. Adapun sarana dan prasarana SMK PGRI 2 Ponorogo, meliputi perlengkapan SMK PGRI 2 Ponorogo yang terdiri masjid, kelas dll serta luas tanah dan bangunan SMK PGRI 2 Ponorogo adalah 13,505 m. 110 B. Deskripsi data Tentang Masjid Sebagai Media Pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010. 1. Penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Masjid di SMK 2 PGRI Ponorogo ini namanya masjid al-Firdaus, penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK 2 PGRI ini dapat diketahui dari hasil wawancara sebagai berikut: 109
Lihat lampiran-11 dalam laporan hasil penelitian ini. 110 Lihat lampiran-12. dalam laporan hasil penelitian ini.
58
Menurut bapak Tantowi Mu’id S.Ag salah satu guru PAI di SMK 2 PGRI Ponorogo, beliau mengatakan bahwa: Masjid disini digunakan untuk pembelajaran PAI misalnya pembelajaran haji yang menggunakan meja sebagai pengganti miniatur ka’bah dan mempratekkan hal-hal yang berkaitan dengan haji sepeti thawaf, sa’I dll, nikah, shalat dhuha yang dikerjakan pada jam pertama, kedua dan ketiga secara bergiliran dari tiap kelas111, pelaksanaan shalat fardhu dan praktek merawat jenazah112. 113
Menurut Bapak Drs. Gufron Prayitno M.Si masjid di SMK 2 PGRI Ponorogo digunakan untuk : Masjid disini digunakan untuk pembelajaran agama misalnya cara pelaksanan shalat dhuha, pembelajaran al-Qur’an yang dilakukan secara ekstra kurikuler, dan pada jam pembelajaran al-Qur’an juga pernah anak diminta untuk ke masjid mencari ayat al-Qur’an dan melaksanakan pembelajaran al-Qur’an.114
Selain yang diungkapkan diatas maka menurut Bu Nur’aini juga mendukung adanya penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI yaitu: “Masjid ini digunakan memperdalam kompetensi al-Qur’an, untuk remedial pelajaran Agama yang kurang nilai dari nilai 7, untuk melakukan shalat jama’ah dan merawat jenazah.”115 Dari siwa kelas II yang bernama Irfan jurusan otomotif mengatakan bahwa: “Penggunaan masjid sebagai media belajar dalam
111
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/12-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 112 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/09-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 113 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/ 9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 114 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/6-W/F-1/ 10-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 115 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/2-W/F-1/9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
59
pembelajaran PAI yaitu untuk praktek shalat fardhu dan menerangkan materi zakat.”116 Hal tersebut juga sama dengan ungkapan dari siswa kelas II yang bernama Deny jurusan otomotif mengatakan bahwa: “Masjid digunakan untuk pembelajaran PAI yaitu praktek shalat dhuha, shalat jenazah dan menerangkan materi zakat.”117 Dari siwa kelas II yang bernama Basdawi jurusan mesin mengatakan bahwa: “Di masjid terdapat kegiatan Pengajian kitab Tanbihul Muta’allim Setiap hari jum’at pada jam 12.45-13.30 WIB oleh Bapak Gurfron.”118 Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, maka penulis telah menemukan kegiatan shalat dhuha yang dilaksanakan pada jam 09.0009.15 secara berjama’ah119, pelaksanaan cara merawat jenazah yang meliputi cara memandikan, mengkafani dan menguburkan,120 Selain itu juga digunakan untuk pembelajaran Baca al-Qur’an yang diikuti oleh siswa-sisiwi kelas X121, pelaksanaan shalat jum’at, shalat fardhu yaitu shalat dluhur dan ‘asar yang dilaksanakan secara bergantian dari setiap
116 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/3-W/F-1/7-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 117 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/5-W/F-1/10- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 118 Lihat transkrip wawancara nomor: 18/7-W/F-1/11- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 119 Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-1/9-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 120 Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-1/11-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 121 Lihat transkrip observasi nomor: 04/O/F-1/11-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
60
kelas dan dilakukan secara berjama’ah.122 Selain itu juga ditemukan siswasiswi dari SMK 2 PGRI berperan sebagai amil zakat dan merupakan salah satu pengaplikasian dari pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya materi Fiqih.123 Dari hasil wawancara dan observasi peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK 2 PGRI Ponorogo, meliputi pembelajaran haji yang menggunakan alat peraga meja sebagai pengganti miniatur ka’bah, mempratekkan thawaf, sa’I dll, akad nikah, menerangkan materi zakat, shalat dhuha secara berjama’ah yang dilaksanakan pada jam I, II dan III dan shalat fardhu yaitu shalat jama’ah dhuhur dan ‘asar serta shalat jum’at, pembelajaran al-Qur’an dengan metode modifikasi antara metode annahdiyah, tartila dan al-baghdadi serta al-Qur’an, tapi metode yang dipakai adalah metode tartila, untuk pelaksanaan remedial pelajaran agama yang nilainya dibawah 7 dan untuk mencari ayat al-Qur’an pada materi alQur’an dan
pengajian kitab at-Tanbihul muta’alim yang dilaksanakan
setiap hari jum’at pada jam12.45-13.30 WIB oleh Bapak Gufron, selain itu juga ditemukan siswa-siswi dari SMK 2 PGRI yang berperan sebagai Amil (panitia zakat).
122 Lihat transkrip observasi nomor: 06/O/F-1/11-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 123 Lihat transkrip observasi nomor: 07/O/F-1/13-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
61
2. Fungsi masjid sebagai Media Pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Masjid merupakan salah satu sarana yang penting dalam membantu pengaplikasian pembelajaran pendidikan agama Islam. Di SMK 2 PGRI ini masjidnya bernama masjid Al-firdaus dan masjid mempunyai fungsi yang penting dalam kelangsungan proses belajar dan mengajar Pendidikan Agama Islam. Menurut Bapak Tantowi Mu’id S.Ag salah satu guru PAI di SMK 2 PGRI Ponorogo, beliau mengatakan bahwa: Masjid mempunyai fungsi yang besar hampir 30-40% dalam pembelajaran PAI, hal tersebut disebabkan karena pembelajaran PAI yang diterapkan bersifat klasikal maka perlu adanya pendalaman materi, hal tersebut dilaksanakan di masjid. 124
Selain itu masjid juga sangat berfungsi dalam pembelajaran PAI sesuai dengan wawancara dengan Bu ‘Aini S.Pd.I sebagai berikut: Fungsi masjid sebagai media belajar dalam pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo yaitu untuk memahamkan anak didik dalam memahamkan materi PAI yaitu waktu untuk seperempat jam pembelajarannya dilaksanakan di masjid, selain itu masjid berfungsi untuk mengadakan PHBI yang walaupun di SMK PGRI 2 Ponorogo ini mempunyai aula, kegiatan Romadlon, kajian keagamaan yang telah dilaksanakan 2 kali dengan tema problematika remaja.125
Dan oleh Bapak Drs. Gufron Prayitno M.Si ini lebih ditegaskan lagi fungsi dari masjid di SMK 2 PGRI Ponorogo sebagai berikut: Peran fungsi sebagai pembelajaran PAI ini diumpamakan sebagai bengkel moral, seperti halnya jurusan mesin otomotif dan lain-lain, masing-masing jurusan tersebut mempunyai bengkel, berangkat dari hal tersebut maka anak menjadi disiplin dan lebih giat untuk shalat.” 126 124
125
126
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/1-W/F-2/ 9- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip wawancara nomor: 06/2-W/F-2/9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-2/10- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
62
Dari observasi penulis telah menemukan Masjid al-Firdaus di SMK PGRI 2 Ponorogo ini digunakan untuk menasehati siswa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan hal tersebut merupakan bentuk aplikasi dari sebuah pembelajaran PAI.127 Dari hasil wawancara dan observasi tersebut maka peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa masjid di SMK PGRI 2 Ponorogo ini sebagai media pembelajaran PAI mempunyai fungsi yang besar, antara lain
masjid berfungsi untuk pendalaman materi, untuk proses
pembelajaran PAI dalam waktu seperempat jam, bengkel moral, pelaksanaan PHBI, kegiatan romadlon, dan kajian-kajian keislaman.. 3. Faktor pendukung dan penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. a. Faktor Pendukung Sebuah media yang diguanakan dalam suatu lembaga pendidikan dapat berfungsi dengan baik apabila adanya faktor-faktor pendukung. Faktor pendukung adalah merupakan suatu yang diusahakan untuk kelancaran dan efktifitas dari proses pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan. Adapun
faktor
pendukung
masjid
sebagai
media
pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo adalah sebagai berikut: Faktor pendukung menurut Bapak Tantowi Mu’id S.Ag mengatakan bahwa: “Salah satu faktor yang mendukung dalam masjid 127
Lihat transkrip observasi nomor: 05/O/F-2 /11-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
63
sebagai media pembelajaran PAI adalah tersediaya perlengkapan shalat yang lengkap.” 128 Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bu ‘Aini S.Pd I mengatakan bahwa: “Tersedianya perpustakaan yang berada di dalam masjid yang berisi tentang buku-buku Agama dan peralatan praktek merawat jenazah dan adanya koordinasi antara guru PAI dengan ROHIS.” 129 Sama halnya yang dikatakan oleh Bapak Drs.Gufron Prayitno M.Si mengatakan bahwa: “Tersediaya sarana terutama sarana untuk pembelajaran al-Qur’an yang ada di Perpustakaan Rohis misalnya: alQur’an, metode tartila, Iqro’, an-Nahdiyah dan Baghdadi.’130 Selain bukti wawancara diatas penulis juga melakukan observasi di masjid al-Firdaus bahwa disana telah ditemukan perpustakaan yang terletak di sebelah baratnya masjid131, di dalamnya telah di temukan buku-buku agama seperti buku Fiqih, Akhlaq, Aqidah, Tarikh, Hadist, Tafsir132 dan peralatan praktek merawat shalat jenazah dan diserambi masjid juga telah ditemukan majalah dinding
128
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/1-W/F-3/9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 129 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/2-W/F-3/ 9-IXI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 130 Lihat transkrip wawancara nomor: 15/6-W/F-3/11-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 131 Lihat traskrip dokumentasi nomor: 01/D/13-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 132 Lihat traskrip dokumentasi nomor: 04/D/13-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
64
berisi tentang cerpen133, cerbug134, cergam135, puisi136, humoria,137 spirit138, nasehat139 dan kaligrafi140. Selain itu juga ditemukan sebuah mimbar jum’at
141
yang diberikan pada waktu akan shalat jum’at yang
berjudul seperti shalat apa yang dishalati, nasehat lukman al-hakim, keunggulan kedudukan ulama’ dalam pandangan islam, tata karma dalam hidup bertetangga, hijrah dari kemungkaran untuk menjaga keseimbangan alam (sunnatulloh dan melestarikannya dan bebersih, bersuci apaan sich?.142 Adanya pengurus ROHIS143 dan programprogram ROHIS144 yang membantu peran masjid dalam proses pembelajaran PAI. Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendukung masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo adalah tersedianya 133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
Lihat traskrip dokumentasi nomor: 11/D/28- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 15/D/28-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 12/D/28- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 08/D/28- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 13/D/28- IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 09/D/28-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 14/D/28-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 10/D/28-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat traskrip dokumentasi nomor: 05/D/28-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip dokumentasi nomor: 16/D/13-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip dokumentasi nomor: 07/D/13-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/13-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
65
perpustakaan yang terletak di sebelah baratnya masjid yang didalamnya terdapat perlengkapan alat shalat, peralatan praktek merawat jenazah serta buku-buku Agama seperti buku Fiqih, Akhlaq, Aqidah, Tarikh, Hadist, Tafsir dan buku yang menunjang pembelajaran al-Qur’an misalnya al-Qur’an, buku metode tartila, an-nahdiyah, Iqro’ dan Baghdadi, adanya mimbar jum’at yang terbit setiap hari jum’at dan majalah dinding berisi tentang cerpen, cerbug, cergam, puisi, humoria, spirit, nasehat dan kaligrafi yang terletak di serambi masjid, selain dari segi sarana juga di dukung dari koordinasinya guru PAI dengan ROHIS yang mempunyai susunan pengurus dan program kerja kegiatan keagamaan. b. Faktor penghambat Faktor penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI sebagai berikut : Faktor penghambat menurut Bapak Tantowi Mu’id S.Ag mengatakan bahwa: “Faktor penghambatnya kurangnya peralatan multimedia untuk pembelajaran dan mimbar untuk pelaksanaan praktek haji, sehingga sebagai gantinya digunakan meja sebagai mimbar. ‘145
145
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/1-W/F-3/9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
66
Faktor penghambat menurut bapak Drs. Gufron Prayitno, M.Si yaitu : “Siswa tersebut sudah masuk ke kelas II yang sedang melakukan PI.”146 Dari hasil observasi di perpustakaan tidak di temukan akan alat-alat multimedia dan mimbar untuk pelaksanaan praktek haji.147 Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor
penghambat
dari
masjid
sebagai
media
pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo antara lain kurang tersediaya sarana multimedia dan mimbar untuk praktek Haji. Selain itu penghambatnya adalah dari segi siswa yang mengikuti PI (praktek). 4. Dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Setiap suatu hal pasti mempunyai dampak atau akibat, dampak tersebut dapat berupa positif dan negatif . Dampak positif dari masjid sebagai media belajar dalam pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo antara lain: Menurut Bapak Tantowi Mu’id S.Ag dampak positif dari masjid digunakan sebagai media belajar adalah : ”Dapat membiasakan anak didik untuk mengerjakan Shalat fardhu dan shalat sunnah terutama shalat dhuha.”148
146
147
148
Lihat transkrip wawancara nomor: 16/6-W/F-3/10-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip observasi nomor:10/O/F-3/13-09/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. Lihat transkrip wawancara nomor: 04/1-W/F-4/9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
67
Menurut siswa kelas II (Irvan ) mengatakan bahwa : ”Belajar di masjid itu menjadi lebih tenang dan udaranya segar”.149 Menurut siswa kelas II (Ihsan ) mengatakan bahwa: “Belajarnya menjadi lebih nyaman dan rileks.”150 Menurut siswa kelas III (Deny) mengatakan bahwa: Di masjid ini dilakukan shalat dhuha yang juga termasuk sebuah pembelajaran pendidikan agama Islam dan mempunyai dampak positif yaitu dengan melakukan shalat dhuha pikiran menjadi lebih tenang dan terasa tidak ada beban151
Menurut bapak Drs. Gufron Prayitno, M.Si yaitu:
“Dampak
positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI adalah anak lebih termotivasi untuk belajar.”152 Dari hasil wawancara diatas maka dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo adalah siswa dapat membiasakan shalat fardhu dan shalat dhuha dan shalat jum’at, mempunyai kedislipinan dalam melaksanakan shalat, siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PAI, dan anak menjadi lebih rileks, tenang dan nyaman karena udaranya segar.
149
Lihat transkrip wawancara nomor: 9/3-W/F-4/7-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 150 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/4-W/F-4/9-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 151 Lihat transkrip wawancara nomor:11/5-W/F-4/10-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 152 Lihat transkrip wawancara nomor: 17/6-W/F-4/10-IX/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
68
BAB IV STUDI ANALISIS FUNGSI MASJID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PAI DI SMK PGRI 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
A. Analisa tentang Penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo Penggunaan Masjid yang berada di SMK PGRI 2 Ponorogo ini berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi dan dokumentasi di lapangan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan masjid alFirdaus di SMK 2 PGRI Ponorogo ini sebagai media pembelajaran PAI digunakan
tempat
untuk
menyampaikan
pembelajaran
haji
yaitu
mempratekkan thawaf, sa’I yang menggunakan alat peraga meja sebagai pengganti miniatur ka’bah; akad nikah; menerangkan materi zakat; pelaksanaan shalat yaitu shalat dhuha secara berjama’ah yang dilaksanakan pada jam I, II dan III, shalat fardhu yaitu shalat dhuhur dan ‘asar serta shalat jum’at secara berjama’ah yang dilaksanakan secara bergantian dari tiap kelas; pembelajaran al-Qur’an dengan metode modifikasi antara metode annahdiyah, tartila dan al-baghdadi serta al-Qur’an, tapi metode yang dipakai adalah metode tartila; untuk pelaksanaan remedial pelajaran agama yang nilainya dibawah 7 yang pelaksanaan materi remedial sesuai dengan surat mandat dari masing-masing Guru agama; untuk mencari ayat al-Qur’an; praktek merawat jenazah yang menggunakan alat peraga dimulai dari cara
69
memandikan, mengkafani dan menguburkan; pengajian kitab at-Tanbihul muta’alim yang dilaksanakan setiap hari jum’at pada jam 12.45-13.15. Selain itu juga ditemukan siswa-siswi dari SMK 2 PGRI yang berperan sebagai Amil (panitia zakat). Semua kegiatan yang dilaksanakan di masjid diatas merupakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal tersebut sesuai dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi al-Qur’an dan al-Hadist, Keimanan, Akhlak, Fiqih/Ibadah dan Sejarah.153 Misalnya adanya praktek akad nikah, pelaksanaan haji, cara merawat jenazah, menerangkan materi zakat dan siswa berperan sebagai panitia zakat semua itu termasuk pada materi fiqih; Pembelajaran al-Qur’an; mencari ayat al-Qur’an termasuk pada materi al-Qur’an; pelaksanaan shalat dhuha, shalat jum’at shalat dhuhur dan ‘asar itu secara berjama’ah semua merupakan materi keimanan; pengajian tanbihul muta’allim ini termasuk pada materi akhlak. Penggunaan masjid di SMK PGRI 2 Ponorogo ini, digunakan sebagai pembelajaran yang menekankan pada prakteknya daripada teori-teorinya. Praktek dilihat dari segi pembelajaran ini termasuk pada ranah psikomotorik. Adanya praktek maka salah satu tujuan dari pembelajaran PAI telah tercapai yaitu
menumbuhkan dan mengembangkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengamalan peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta melanjutkan pada jenjang yang
153 Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 131.
70
lebih tinggi.154 Pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo ini sudah ada pemberian pengetahuan yaitu tentang materi PAI setelah itu mereka diminta untuk melaksanakan shalat dluha, shalat ‘asar dan dhuhur secara berjama’ah, hal tersebut sudah masuk pada pengamalan dan di beri pengalaman menjadi panitia Zakat (Amil). Masjid sebagai media pembelajaran PAI, di SMK PGRI 2 Ponorogo ini digunakan salah satunya untuk menyampaikan materi /pesan sari guru yang diberikan pada siswanya, dalam hal penyampaian tersebut lebih menekankan praktek, praktek merupakan bagian dari ranah psikomotorik, sehingga pembelajaran PAI yang dilakasanakan di masjid sudah mengarah pada salah satu arah penilaian PAI yang meliputi ranah kognotif meliputi materi pembelajaran (al-Qur’an, fiqih, ibadah, akhlak dan tarikh) yang lebih menekankan pada aspek pengetahuannya, ranah afektif yang dominan pada pembelajaran akhlak yait terbentuknya sikap yang baik pada peserta didk dan ranah psikomotorik dan pengamalan yang dominan pada materi ibadah seperti shalat dluha dan shalat dluhur dan ‘asar dengan berjama’ah dan pembelajaran al-Qur’an. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masjid dikatakan sebagai media pembelajaran karena berdasarkan pengertian media pembelajaran yatu masjid di SMK PGRI 2 Ponorogo ini digunakan sebagai temapt untuk menyampaikan sebuah pesan kepada siswanya. Hal tersebut
Zakiah Djarajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama 154 derngan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), 135.
71
sesuai data dilapangan yang menggunakan masjid untuk menjelaskan materi zakat, haji, al-Qur’an, merawat jenazah, tempat remidi dan pengajian kitab. B. Analisa
tentang
fungsi
masjid
sebagai
sumber
belajar
dalam
pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara, observasi dan dokumentasi di lapangan peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo ini adalah untuk pedalaman materi, pelaksanaan PHBI, kegiatan romadlon, kajiam-kajian keislaman, bengkel moral atau temapat menasehati siswasiswa. Masjid di SMK PGRI 2 Ponorogo disini digunakan sebagai media pembelajaran PAI, hal ini sesuai dengan pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, serta membantu dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bias tercapai. Fungsi masjid adalah sebagai tempat sujud, yang berarti sebagai tempat melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam yang bernilai fardhu, shalat sunnah, shalat hari raya, shalat jum’at temapt berdo’a dan I’tikaf, hal tersebut sesuai dengan fungsi masjid di SMK PGRI 2 Ponorogo yaitu untuk pelaksanaan shalat fardlu, shaalt sunnah dna shalat jum’at. Didalam pelaksanaan shlaat itu ada unsure do’anya, akan tetapi disana siswa-siswa belum melaksanakan I’tikaf.
72
Fungsi masjid yaitu sebagai tempat yang disediakan untuk shalat, dzikir, membaca al-Qur’an, I’tikaf, mengaji, memberikan nasehat atau petunjuk menyampaikan ma’ruf nahi munkar, menyampaiakan dan mendengarkan khutbah serta memberikan fatwa.155
Hal tersebut sesuai
dengan fungsi masjid di SMK PGRI 2 Ponorogo yaitu sebagai tempat pembelajaran al-qur’an dengan cara membaca yang menggunakan metode modifikasi anatara an-nahdhiyah, tartila, al-Baghdadi serta baca la-qur’an, dan untuk mencari ayat al-Qur’an, pengajian tanbihul muta’allim, dan adanya mimbar jum’at yang isinya tentang khutbah. Pelaksanaan PHBI, kegiatan Romadlon, kajian-kajian keislaman, maenerangkan materi zakat dan siswa berperan sebagai panitian zakat itu seua termasuk sesuai dengan fungsi masjid yaitu sebagi tempat memberi dan menerima pengetahuan agama dan menerangkan hokum-hukum islam, temapat mengajarkan, membicarakan, memutuskan segala prinsip dan semua pokook kehidupan islam yang meliputi social, ekonomi, politik, ilmu pegetahuan, kesenia dna filsafat.156 Dan kegiatan syiar agama islam, pendidikan agama, pengajian serta kegiatan lainnya yang bearsifat social.157 Sebagai sekolah, tempat berkumpul para ulama besar dalam mengajarkan ilmu, temapat menyamapaiakn penjelasan hokum-hukum syari’at (taujih assyar’i) atau arahan-arahan dan masjid adalah rumah ibadah, parlemen untuk
155
156
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Terj. Abdul Rosyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2006), 179. Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat Da Kebudayaan Islam (Jakarta: Putaka Antara, 1975), 117-125. 157 Ensiklopedi Islam 3, 176.
73
musyawaroh, mengadakan ibadah-ibadah fadhu, akhlak-akhlak yang mulia , adab-adab yang tidak baik, dan cara-cara tata pergaulan yang terpuji.158 Temapt untuk melaksanakan penddikan.159
Temapt asasi untuk
menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam, tempat beribadah, memberikan pelajaran, tempat peradilan, berkumpul menerima duta-duta dari luar negeri.160 Sebagai lembaga pendidikan yang digunakan untuk sarana informasi dan penyampaian doktrin ajaran Islam.161 Misalnya adanya praktek akad nikah, pelaksanaan haji dan pelaksanaan remedial pelajaran agama yang nilainya dibawah 7. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
masjid
sebagai
mediapembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo adalah masjid digunakan sebagai temapt untukmenerima pesan dari guru dan wnyalurkan pesan kepada siswa , hal tersebut sesuia dengan fungsi masjid. Semua aktifitas yang mengandung kapatuhan kepada Sllah dan masjid juga merupakan tempat terbaik untuk menyelenggarakan pendidikan, temapta kedua setelah pendidikan keluarga. Mendidik anak untuk beribadah kepada Allah SWT, menanamkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, solidaritas social, menyadarkan hak-hak dan kewajibannya sebagi insane pribadi, social dan warga Negara.162
158
161
M. Jalaludin Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka alKaustar, 2001), 223. 159 Ibid., 232. 160 Zakiah Djarajat, Ilmu pendidikan Islam, 209. Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), 137. 162 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, 132.
74
C. Analisa tentang Faktor pendukung dan penghambat dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Faktor pendukung dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, berdasarkan hasil penelitian yaitu hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti memberi kesimpulan bahwa faktor yang mendukung masjid sebagai media pembelajaran PAI adalah tersedianya perpustakaan di sebelah baratnya masjid yang didalamnya terdapat perlengkapan alat shalat, peralatan praktek merawat jenazah serta buku-buku Agama seperti buku Fiqih, Akhlaq, Aqidah, Tarikh, Hadist, Tafsir dan buku yang menunjang pembelajaran al-Qur’an misalnya al-Qur’an, buku metode tartila, an-Nahdiyah, Iqro’ dan Baghdadi, adanya mimbar jum’at yang terbit setiap hari Jum’at, contohnya berjudul seperti sholat apa yang disholati, nasehat lukman al-hakim, Keunggulan kedudukan ulama’ dalam pandangan islam, tata karma dalam hidup bertetangga, hijrah dari kemungkaran untuk menjaga keseimbangan alam (sunnatulloh dan melestarikannya dan bebersih, bersuci apaan sich? dan majalah dinding berisi tentang cerpen, cerbug, cergam, puisi, humoria, spirit, nasehat dan kaligrafi, selain dari segi sarana juga di dukung dari koordinasinya guru PAI dengan Rohis yang mempunyai susunan pengurus dan program kegiatan di masjid. Perpustakaan adalah unit kerja yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan, yaitu tempat penyimpanan koleksi buku yang dikelola atau diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan para peserta didik dan pendidik sebagai sumber informasi dalam rangka menunjang
75
proses belajar.163 Perpustakaan merupakan sumber yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran karena didalamnya terdapat berbagai koleksi buku-buku keagamaan dan bahan bacaan lain yang erat hubungannya dengan pendidikan agama Islam.164 Dengan demikian adanya perpustakaan
peserta
didik
akan
mendapatkan
informasi
tentang
pengetahuan agama dan bisa menunjang proses pembelajaran PAI karena di perpustakaan rohis ini tersedia buku Fiqih, Akhlaq, Aqidah, Tarikh, Hadist, Tafsir. Misalnya buku fiqih, hal tersebut mampu memberikan pengetahuan tentang masalah fiqih dalam hal shalat, zakat, haji dll, buku akhlaq dapat memberikan perubahan akhlaq peserta didik, buku aqidah mampu memperkuat keimanannya, buku tarikh memberikan tentang pengetahuan tentang sejarah dari zaman dahulu sampai sekarang, buku hadist dan tafsir mampu memperkuat dasar al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan mampu memberikan penjelasan. Selain itu juga tersedia akan peralatan praktek merawat jenazah, hal tersebut bisa membantu anak akan lebih paham akan materi yang diberikan oleh guru. Terutama pemahaman pada materi cara merawat jenazah. Alat peraga tersebut mempunyai peran yang sangat besar karena sesuai teori belajar bahwa anak itu belajar diperoleh dari alat peraga merupakan bagian dari alat pengajaran agama dan merupakan salah satu macam dari alat pendidikan agama. Alat pendidikan agama adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan dari pada pendidikan Dan salah 163 Suryo Subroto, Proses Belajar dan Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 217. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 164
1997),
76
satu tujuan dari adanya alat peraga adalah peserta didik akan lebih jelas dan lebih paham tentang nilai-nilai apa yang terkandung dalam materi PAI dan mampu meningkatkan kreativitas siswa. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar dan mengajar ini merupakan ciri dari belajar yang efektif, hal tersebut disebabkan karena siswa bisa mengalami langsung dan mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Faktor yang lain yaitu tersedianya perlengkapan ibadah yang lengkap misalnya ada mukena, sajadah, tempat berwudlu dari itu semua sehingga memudahkan peserta didik untuk melakukan shalat, baik itu shalat dluha, shalat jum’at, dhuhur dan ‘asar. Tersedianya al-Qur’an dan metode an-Nahdiyah, tartila, iqra’ dan alBaghdadi, itu juga mendukung akan pembelajaran al-Qur’an. Tersedianya mimbar jum’at dan majalah mading, hal tersebut juga membantu peserta didik akan pemahaman terhadap materi pembelajaran Agama, karena isi dari mimbar jum’at tersebut mengandung sebuah pengetahuan dan anjuran pada umat Islam untuk bertaqwa. Dan majalah dinding yang didalamnya terkandung pesan-pesan agama yang baik untuk peserta didik dan dapat digunakan sebagai media komunikasi. Kerja sama anatara rohis juga ikut membantu dalam penggunaan masjid sebagi sumber belajar karena rohis disini yang berperan aktif dalam menjalankna semua kegiatan pembelajaran yang ada di masjid hal tersebut sesuai dengan beberapa program kerja yang dimiliki oleh rohis.
77
Dengan demikian semua sarana yang tersedia di masjid ini sangat mempengaruhi akan masjid sebagai media pembelajaran PAI, karena dengan adanya sarana tersebut dapat memudahkan peserta didik melakukan proses belajar dan mengajar. Dan sarana merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang harus terpenuhi supaya proseas belajar dan mengajar tersebut bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Faktor penghambat dari penggunaan masjid sebagai sumber belajar pembelajaran PAI berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan dapat diperoleh data antara lain tidak ditemukannya sarana multimedia yang salah satunya tidak ada mimbar untuk praktek Haji, serta siswa yang sedang praktek. Dari adanya faktor penghambat yaitu belum tersedianya sarana multimedia yaitu seperangkat media yang merupakan kombinasi dari beberapa media yang relevan dalam hubungan dengan tujuan-tujuan instruksional yang hendak dicapai.165 Salah satunya tidak tersediaya alat peraga berupa mimbar atau miniatur ka’bah untuk praktek haji. Padahal alat peraga itu merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempengaruhi proses belajar mengajar siswa. Miniatur ka’bah ini salah satu contoh dari alat peraga yang tidak langsung. Alat peraga adalah alat-alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas ataupun memberikan gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang diajarkannya dan termasuk pada klasifikasi dari
165 Oemar Hamalik, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Kompetensi (Bandung: CV, Mandar Maju, 1989), 144.
78
salah satu macam-macam alat pengajaran agama166. Belum tersediaya alat peraga tersebut maka bisa menghambat proses belajar dan mengajar pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Selain itu dengan adanya multimedia maka bisa meletakkan dasar-dasar konkret untuk berfikir yaitu mereka paham akan suatu teori didikuti dengan bentuk riilnya, memperbesar perhatian siswa artinya menarik siswa untuk lebih belajar, mendorong siswa untuk berdiskusi), membuat pelajaran lebih menetap sehingga tidak mudah untuk lupa, memberikan pengalaman yang nyata serta menghemat waktu belajar yaitu guru tidak perlu menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan tetapi dengan mempertunjukkan media tersebut. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukungnya adalah tersediaya perpustakaan, adanya koordinasi dengan Rohis yang bisa memperlancar penggunaan masjid sebagai media pembelajaran. Semua sarana tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, apabila sarana tersebut terpenuhi maka proses belajar dan mengajar bisa berhasil dengan baik. Sedangkan faktor penghambatnya adalah belum tersediaya sarana multimedia dan siswa yang sedang melaksanakan praktek.
166 Zuharini dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 50.
79
D. Analisa tentang Dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka dapat diperoleh data dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI antara lain: dapat membiasakan siswa untuk shalat fardhu, shalat dhuha dan shalat jum’at; anak menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PAI; serta anak menjadi lebih rileks, tenang dan nyaman karena udaranya segar. Siswa bisa terbiasa dari mengamalkan materi pendidikan Agama Islam yaitu melaksanakan shalat bail itu fardhu maupun sunnah, hal tersebut ini adalah merupakan terwujudnya sebuah pendidikan PAI yang sesuai dengan arti sebuah pembelajaran PAI yaitu suatu usaha yang bersifat sadar berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.167 Sebagai tujuan yang sistematik terarah pada perubahan tingkah laku melalui adanya proses.168 Dari pengertian di atas maka peserta didik sudah mencapai pada pengamalan ajaran Islam. Selain itu dengan terbiasa untuk menunaikan shalat fardhu pada waktunya maka ia akan terbiasa untuk berwudlu, semua hal itu mampu mengajarkan siswa-siswi dalam hal ketaatan, disiplin, kesucian dan kebersihan. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dari sumber belajar menurut Ramayulis yaitu memberikan kemungkinan pembelajaran Zakiah Djarajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama 167 derngan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), 86. 168 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 217.
80
yang sifatnya lebih individual, dengan cara: mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya, sehingga siswa lebih terbiasa melakaukan atas dasar dirinya sendiri. Selain itu dengan adanya fungsi masjid sebagai media pembelajaran, dapat mempunyai dampak positif yaitu anak lebih termotivasi dalam belajar, hal tersebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan teori dari salah satu fungsi media adalah untuk lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan adanya tujuan yang berfungsi sebagai motor penggerak dan menyeleksi perbutan guna menentukan arah perbuatan yaitu tujuan yang hendak dicapai.169 Motivasi ini termasuk motivasi ekstrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu yaitu pengaruh adanya sumber belajar berupa masjid sehingga dengan kondisi yang demikian peserta didik akhirnya mau melakukan sesuatu atau belajar. Dengan termotivasi anak dalam belajar maka hal tersebut sudah mencapai pada salah satu indikator dari faktor– faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dikatakan berhasil.170 Karena motivasi merupakan salah satu faktor dalam yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dampak yang lain anak menjadi lebih rileks, tenang, nyaman dan udaranya segar, hal tersebut disebabkan karena masjid merupakan tempat Sudirman, Interkasi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo 169 Persada, 2001), 71-73. 170 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja karya, 1987) 112.
81
suci, bersuasana damai dan tenang.171 Suasana yang tenang dapat memudahkan anak didik untuk belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak positif dari masjid digunakan sebagai media pembelajaran PAI adalah peserta didik lebih terbiasa untuk melakukan shalat fardhu pada waktunya dan shalat sunnah yang akhirnya mendapatkan nilai ketaatan, kedislipinan, kesucian dan kebersihan, sehingga peserta didik bisa menjadi siswa yang mempunyai kepribadian muslim. Tingkah lakunya, kegiatan jiwa dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT. Dari adanya dampak tersebut maka tujuan dari pembelajaran PAI sudah tercapai. Masjid digunakan sebagai media pembelajaran dalam arti sebagai penyalur pesan (penyampai pesan) ini juga berdampak pada kesungguhan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, memahami isi dari materi tersebut dan pengamalannya hal tersebut karena di masjid lebih tenang, udaranya segar sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses belajar dan mengajar sehingga pihak sekolah akan lebih mudah untuk mencapai tujuan dari pembelajaran PAI tersebut.
171
Sidi Gabalza, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Antara, 1975), 125.
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang “Studi analisis fungsi Masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010” dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo ini antara lain digunakan untuk pembelajaran PAI yang meliputi pembelajaran akad nikah, haji, zakat, shalat sunnah dan fardhu secara berjama’ah, pembelajaran al-Qur’an, pelaksanaan remedial pelajaran agama, praktek merawat jenazah, pengajian kitab at-Tanbihul muta’alim, dan sebagai tempat pembagian zakat fitrah. 2. Fungsi masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo anatara lain untuk pendalaman materi PAI, bengkel moral yang salah satu bentuknya adalah sebagai tempat untuk menasehati siswa yang melanggar peraturan yang berlaku, pelaksanaan PHBI, kegiatan romadlon dan kajiankajian keislaman. 3. Faktor pendukung masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, meliputi tersedianya sarana di masjid yang meliputi perpustakaan, alat peraga untuk praktek jenazah; perlengakapan alat shalat, tempat berwudlu; mimbar jum’at; mading yang berisi tentang cerpen, cerbug, cergam, puisi, humoria, spirit dan kaligrafi serta kerja sama antara guru agama dengan anggota rohis. Sedangkan untuk faktor
83
penghambatnya adalah belum tersedianya peralatan multimedia, miniatur ka’bah dan siswa yang sedang melaksanakan praktek. Adanya faktor penghambat tersebut dapat mengakibatkan penggunaan masjid sebagai media tidak efektif dan faktor pendukung dapat membantu keefektifan penggunaan masjid sebagai media pembelajaran PAI . 4. Dampak positif dari masjid sebagai media pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo adalah siswa dapat terbiasa untuk melaksanakan shalat fardhu, shalat dhuha dan shalat jum’at; siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PAI karena siswa menjadi lebih rileks, tenang dan nyaman serta udaranya segar, sehingga dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran yang akhirnya tujuan dari pembelajaran PAI dapat tercapai. B. Saran 1. Kepada pihak sekolah untuk lebih mengembangkan masjid sebagai media pembelajaran PAI dan melengkapi sarana dan prasarana yang ada di masjid supaya siswa dan siswi mampu mengamalkan materi agama dengan baik. 2. Kepada guru-guru Agama lebih meningkatkan pembelajaran PAI dengan memanfaatkan masjid sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam. 3. Kepada anggota Rohis lebih meningkatkan dan mengembangkan programnya dalam memanfaatkan masjid.
84
4. Kepada siswa-siswi diharapkan agar meningkatkan pengamalannya materi PAI dan memaksimalkan pemanfaatan masjid. 5. Kepada orang tua diharapkan agar selalu membimbing anaknya untuk mengamalkan materi PAI dan membiasakan untuk beribadah di masjid.
85
DAFTAR RUJUKAN Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: Usaha Nasional, 1973. Asnawir dkk, Media Pembelajaran.Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Ayyub, Syaikh Hasan . Fikih Ibadah. Terj.Abdul Rosyad Shiddiq. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006. Bahri, Syaiful. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT.Rineka cipta, 1996. Biklen, Bogdan. Qualitative Research For Education, An Introduction To Theory and Methods. Boton: Allyn and Bacon, 1982. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islamjilid 3. Jakarta: PT.Ictiar Baru Van Hoeve, 2001. Dimyati dkk, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Depag RI: 2008. Djarajat,
Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Kelembagaan Agama Islam, 2004.
Jakarta:
Direktorat
Jenderal
Gabalza, Sidi. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam cet.3. Jakarta: Pustaka Antara, 1975. G.Simpson, E. L.,Marrianm S.B. A Quide to Research for Educators and Trainer on Adults. Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publishing Company, 1984. Hamalik, Oemor. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1999. Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan. Jakarta: PT.Raja Grafindo, cet.1, 1995. Kartono, Kartini. Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju, 1986. Lofland. Analizyng Social Setting: A.Guide Qualitative Observation And Analysis. Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company, 1984.
86
Nata, Abudin. Sejarah Pendiddikan Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja karya, 1987. .Majid, Abdul. dkk, PAI Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004 M.Gagne, Robert. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional, 1988. Moelong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000. Mustofa, Budiman. Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Dan Potensi Masjid. Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007. Rahayu, Nanik Puji. “Implementasi Media Pembelajaran PAI di SMK PGRI Ponorogo” . Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2008. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Sadiman, Arief S. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2008. Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Sudjana, Nana dkk. Media Pengajaran. Bandung: C.V Sinar Baru bekerja sama dengan Pusat Penelitian Pengajaran dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung, 1997 Sugyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan RD. Bandung: Alphabeta, 2005. Sugyiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005. Subroto, Suryo. Proses Belajar dan Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002. Sudirman. Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
87
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997. Wahab FZh, Rochidin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Bandung: Alfabeta, 2004. Yunus. Tarjamah Al-Qur’an al-Karim. Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1993. Zuharini dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983. . .