ABSTRAK Aslina, Syofia. 2014. “Hubungan Motivasi Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Sains Kelas IV SD Negeri No. 17/I Rantau Puri”. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing I Drs. Andi Suhandi, M.Pd.I, dan Pembimbing II Drs. H. Firman Khaidir, M.Si Kata Kunci : Motivasi Belajar siswa, Hasil Belajar Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri siswa baik disadari atau tidak untuk melakukan usaha-usaha tertentu dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hasil belajar adalah hasil dari proses belajar yang berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar pada mata pelajaran sains kelas IV SD Negeri No.17/I Rantau Puri. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriftif kuantitatif, dengan subjek penelitian siswa kelas IV yang berjumlah 31 orang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan siswa. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara memberikan angket kepada siswa (responden). Analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah adalah dengan rumus Product Moment dengan ketentuan jika thitung>ttabel maka korelasi anatar kedua variabel tersebut signifikan dengan taraf kepercayaan 0,05. Hasil penelitian diperoleh rhitung = 0,494 dan rtabel = 0,355 dan thitung > ttabel atau 3,059 > 2,045 pada taraf signifikan α=5% dengan derajat kebebasan df = n-2/31-2 = 29 yang artinya hipotesis diterima bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar sains kelas IV SD Negeri No.17/I Rantau Puri. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar sains kelas IV SD Negeri No.17/I Rantau Puri, yang ditunjukkan dengan koefisien rxy = 0,494 dan hasil uji signifikan diperoleh thitung = 3,059. Perhitungan statistik menunjukkan koefisien korelasi antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar sains kelas IV SD Negeri No.17/I Rantau Puri sebesar 0,494 dengan kategori cukup kuat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar tidak lagi semata-mata berfungsi sebagai sarana
sosialisasi melainkan sudah harus dapat menumbuhkan potensi anak didik yang nantinya mampu berperan sebagai pengubah masyarakat. Pelajaran sains salah satu materi pokok yang diajarkan di sekolah dasar. Sains merupakan ilmu cara mencari tahu tentang alam secara otomatis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip serta memiliki sikap ilmiah. Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif. Adanya partisipasi, siswa akan mengalami, menghayati dan menarik pelajaran dari aktifitas yang dilakukan, sehingga hasil belajar tertanam secara lebih mendalam pada diri siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pendidikan adalah ditentukan oleh kemampuan kognitif siswa. Dalam pembelajaran seharusnya berorientasi pada siswa yaitu siswa belajar secara interaktif
dan
mempunyai kesempatan melakukan komunikasi dan argumentasi. Mata pelajaran sains merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Perbedaan karakteristik antara siswa sekolah dasar dan sains munculnya kesulitan mengakibatkan munculnya kesulitan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, diperlukan cara yang efektif untuk menjembatani antara tahap berpikir siswa sekolah dasar yang masih dalam tahap
operasional konkret. Kegiatan pembelajaran sains diharapkan mampu membuat siswa berkembang daya nalarnya sehingga mampu berpikir kritis, logis, sistematis, dan pada akhirnya siswa diharapkan mampu mencapai hasil belajar yang memuaskan. Mata pelajaran sains sampai saat ini tidak menarik minat dan perhatian siswa, sehingga siswa kurang termotivasi dalam mempelajari sains. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi belajar sains. Kesulitan belajar sains tidak hanya disebabkan sulitnya materi pelajaran sains, tetapi juga disebabkan kurang efektifnya guru memotivasi siswa dalam belajar sains maupun motivasi dari diri siswa itu sendiri. Zakiah,dkk (dalam Suparman, 2010: 51) mengatakan bahwa motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang ke arah tujuan-tujuan belajar. Hal ini menandakan bahwa untuk mencapai tujuan dan hasil belajar anak didik yang optimal, maka guru harus senantiasa memunculkan motif-motif dalam diri anak didik dalam proses pembelajaran, selain dari motif instrinsik. Menurut Purwanto (2009: 34) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar dan hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, tergantung tujuan pengajarannya”. Setelah diteliti terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, salah satu faktor penyebabnya yaitu motivasi siswa terhadap mata pelajaran yang sulit dipahami siswa.
Menurut Suparman (2010: 51-52) “dengan adanya motivasi dalam belajar, maka diharapkan anak didik menjadi tekun dan rajin belajar”. Sebab, motivasi memiliki beberapa fungsi positif bagi anak didik yaitu: (1) Pendorong untuk berbuat dan mencapai tujuan, (2) Penentu arah perbuatan kearah tujuan yang ingin di capai dan (3) Filterisasi perbuatan, sehingga orang yang berbuat berdasarkan motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran sains yang cenderung monoton yang diterapkan oleh guru di SD Negeri NO.17/I Rantau Puri, menimbulkan beberapa masalah pada diri siswa yaitu kurang seriusnya siswa dalam belajar, tidak tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal dan kurangnya rasa ingin tahu siswa tentang apa yang akan dipelajarinya serta apa yang didapatkan dari belajar sehingga hasil belajar pada mata pelajaran sains sangatlah rendah. Ada beberapa faktor yang ditemukan dari cara guru dalam mengajar menjadi rendah sehingga berdampak pada hasil belajar
sains yaitu:
kurangnya upaya dari guru dalam membangkitkan perhatian siswa, kurangnya motivasi dalam diri siswa maupun motivasi yang diberikan oleh guru, tidak memberikan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Semua faktor itu hendaknya mendapat perhatian khusus, agar proses pembelajaran tidak terus mundur dan mengalami penurunan dalam hasil belajar. Menurut Sardiman (2006: 83) terdapat beberapa ciri orang yang termotivasi belajar yaitu komitmen dalam mengahadapi tugas,tekun dalam belajar, ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan, senang mencari dan memecahkan masalah (soal-soal) dan mampu mengalokasikan waktu untuk belajar.
Seperti yang dikemukan di atas, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor motivasi. Sistem pembelajaran sains yang monoton dan kurangnya upaya dari guru untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran sains menjadi alasan yang dapat memperkuat anggapan siswa terhadap sulitnya belajar pelajaran sains sehingga hasil belajar sains yang didapat oleh siswa rendah. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu kiranya diteliti hubungan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar sains. Untuk itu peneliti memilih judul “Hubungan Motivasi Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sains Kelas IV SDN 17/1 Ranatu Puri”.
1.2
Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam melakukan penelitian ini tidak menyimpang dari
tujuan
yang diharapkan,
maka perlu
adanya pembatasan
masalah
untuk
mempermudah sistem pengkajian lebih lanjut penulis hanya akan mengungkapkan tentang hubungan motivasi belajar siswa seperti komitmen dalam menghadapi tugas, ketekunan dalam belajar, ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan, senang mencari dan memecahkan
masalah (soal-soal) dan mampu
mengalokasikan waktu belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran sains kelas IV SDN 17/1 Rantau Puri.
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Adakah hubungan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar pada mata pelajaran sains kelas IV SDN 17/I Rantau Puri? 1.4
Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan penelitian adalah “Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar pada mata pelajaran sains kelas IV SDN 17/I Rantau Puri”.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi pendidikan tentang motivasi belajar dan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Selain memberikan manfaat teoritis seperti yang diuraikan di atas, hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis sebagai berikut.
1) Bagi peneliti, yaitu sebagai penambah pengetahuan dan memahami hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa. 2) Mahasiswa untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dan diperbandingkan. 3) Memberikan masukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah pada umumnya dan bagi guru sains pada khususnya, sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan siswa. 4) Semua pembaca untuk memberikan informasi tentang hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar siswa.
1.6
Definisi Operasional Setiap variable penelitian memiliki beberapa dimensi yang merupakan
penjelasan atas variable tersebut, yang ditentukan atas dasar konsep teoritik. Hasil penelitian sebelumnya serta pemikiran-pemikiran dari para peneliti. Adapun definisi operasional masing-masing variable sebagai berikut : 1. Motivasi Belajar Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang timbul dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun indikator motivasi belajar siswa yang dikemukakan oleh sardiman (2006:83) adalah sebagai berikut : a)
Komitmen dalam menghadapi tugas
b)
Tekun dalam belajar
c)
Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan
d)
Senang mencari dan memecahkan soal-soal
e)
Mampu mengalokasikan waktu untuk belajar
2. Hasil Belajar Menurut Hamalik (2003:Online) “hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya”.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Motivasi
2.1.1.
Definisi Motivasi Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). “Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untukmencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak” (Sardiman, 2008:73). Menurut Asrori (2009:183) “motivasi dapat diartikan sebagai: (1) dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan tertentu, (2) usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai.” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dorongan yang timbul dari diri seseorang disadari atau tidak untuk melakukan usaha-usaha tertentu dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Berikut ini Sardiman (2008:83) menyatakan beberapa ciri-ciri motivasi yang dimiliki seseorang sebagai berikut : (1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (2) Ulet mengahadapi kesulitan 8 (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya), (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) Lebih senang bekerja mandiri, (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif), (6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), (7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu, (8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
2.1.2
Jenis-jenis Motivasi Ada beberapa jenis motivasi yang terdapat dalam diri seseorang khususnya
peserta didik. Jenis-jenis motivasi tersebut dipaparkan oleh Asrori (2009:183), yaitu: “(1) Motivasi instrinsik: yaitu motivasi yang bersal dari dalam diri seseorang. Misalnya: seseorang siswa tanpa disuruh siapapun, setiap malam membaca buku pelajaran yang esok harinya akan dijelaskan oleh gurunya. (2) Motivasi Ekstrinsik: yaitu motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain.” Perlu diketahui bahwa setiap siswa memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan dan menjadi ahli. Jadi, memang motivasi itu muncul dari diri sendiri dengan tujuan secara esesnsial, bukan sekedar simbol.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhuinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya sangat diperlukan. “Motivasi ekstinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya dimulai aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar” (Sardiman, 2008:90).
2.1.3
Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Menurut Sardiman (dalam Suparman, 2010: 52-54) ada beberapa bentuk dan
cara untuk menumbuhkan motivasi belajar anak didik, yaitu: a)
b)
c)
Memberi angka Pemberian angka atau nilai(apalagi angka yang bagus) akan menjadi motivasi tersendiri bagi anak didik. Ia bisa memilih untuk mendapatkan angka yang lebih tinggi, atau minimal mempertahankan angka yang akan didapatnya. Hadiah Hadiah bisa menjadi motivasi tersendiri bagi siswa. Misalnya, guru menjanjikan hadiah bagi anak didik yang berhasil mencapai angka standar, atau berhasil menjawab pertanyaan. Saingan dan kompetensi
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
Cara ini juga bisa memotivasi siswa, yang penting anak didik diarahkan untuk bersaing secara sehat dan positif dengan temantemanya. Misalnya bersaing untuk mendapatkan juara di dalam kelas. Ego-involement Anak didik akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. Guru harus menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan dan menyadari betapa pentingnya dan menerimanya sebagai tantangan yang harus diselasaikan.sehingga ia akan bekerja keras untuk menylesaikan tantangan itu untuk menjaga harga dirinya. Memberi ulangan Memberikan ulangan bisa memicu siswa untuk belajar lebih giat. yang perlu diperhatiakan guru adalah jangan terlalu memberi ulangan karena bisa menimbulkan kebosanan dalam diri anak didik. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaanya, akan mendorong anak didik agar lebih giat lagi dalam belajar. Jika siswa tahu bahwa hasil belajarnya senantiasa mengalami peningkatan, maka dengan sendirinya akan memotivasi siswa untuk terus belajar. Demikian pula sebaliknya, jika siswa mengetahui bahwa hasil belajarnya cenderung menurun dari sebelumnya, maka ia akan berusaha lebih giat lagi dan memperbaikinya atau meningkatkan hasil belajarnya Pujian Pujian yang baik akan memupuk suasana yang menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar. Yang perlu diperhatikan guru adalah ketepatan dalam memberi pujian, karena pujian bisa juga berdampak negatif di mana bisa menjadikan anak didik sombong, memandang remeh teman-temannya, dan menjadikannya angkuh. Hukuman Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika diberikan pada saat yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis hukuman yang logis sesuai dengan kesalahannya dan memunculkan gairah untuk mengubahnya dan meningkatkan prestasi belajarnya. Minat Minat adalah instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk belajar. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri anak didik, yang mengakibatkan anak didik mau belajar lebih giat lagi. Tujuan yang diakui Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik merupakan instrumen motivasi yang sangat penting. Sebab, dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar dengan giat dan sungguh-sungguh.
2.1.4
Hal-hal yang Mempengaruhi Motivasi Menurut Dimyati dan mudjiono (dalam Suparman, 2010: 54-56) ada beberapa
hal yang dapat memengaruhi motivasi belajar anak didik, yakni:
a)
b)
c)
d)
e)
Cita-cita dan aspirasi anak didik Cita-cita akan dapat memperkuat motivasi anak didik untuk belajar. Misalnya, anak didik bercita-cita ingin menjadi seorang dokter, maka ia akan menjaga kesehatannya, belajar dengan giat seputar dunia kedokteran, membeli buku-buku kedokteran, dan lain-lain Kemampuan anak didik Kemauan harus senantiasa dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Misalnya, seorang anak yang ingin sekali menjuarai lomba lari akan tetapi ia lemah dalam berlari. Kemudian ia melkukan latihan secar ruti dan teratur dibawah asuhan pelatihan profesional, hingga akhirnya ia mencapai apa yang diinginkannya. Hal ini akan membuat anak didik menyukai kegiatan olahraga atau kegiatan-kegiatan yang lain. Kondisi anak didik Meliputi kondisi jasmani dan rohani. Kondisi jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik. Anak yang sakit dan anak sehat dalam jasmani dan rohani tentu saja sangat berbeda ketika sedang melakukan proses pembelajaran. Kondisi lingkungan anak didik Lingkungan anak didik berupa lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan alam sekitar. Anak yang hidup di daerah kumuh dengan tingkat penyakit dan kriminalitas yang tinggi, tentunya akan sangat berbeda dengan anak yang hidup di lingkungan yang bersih dan sehat, dengan kehidupan yang harmonis. Begitu juga dengan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran. Upaya guru dalam membelajarkan anak didik Guru adalah seorang pendidik, pengajar, fasilitator, dan mediator bagi anak didiknya. Interaksi yang sehat, positif, efektif dan efesien antara anak didik dan guru akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
2.1.5
Prinsip-prinsip Motivasi Belajar MenurutDjamarah ( 2011: 155) ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar
yaitu: a)
b)
c)
d)
Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran motivasi belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar.minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimamfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka ia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang. Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar. Dari keseluruhan kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada anak setiap anak didik. Tidak pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Anak didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dalam dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu diluar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan ats prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar. Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Bagaimana untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan potensi-potensi yang
dimiliki bila potensi-potensi itu tidak ditumbuhkembangkan melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Jadi, belajar adalah santapan utama anak didik. Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Bebrbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Perhatian, ketenaran, status, martabat dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar. e)
f)
2.1.6
Motivasi dalam memupuk optimisme dalam belajar. Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru bikan dihadapi dengan pesimisme, hati yang resah gelisah. Tetapi dia dihadapi dengan tenang dan percaya diri. Biarpun ada anak didik yang lain membuka catatan ketika ulangan, dia tidak terpengaruh dan tetap tenang menjawab setiap item soal dari awal hingga akhir waktu yang ditentukan. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Wajarlah bila isi mata pelajaran itu dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ulangan pun dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang.
Fungsi Motivasi dalam Belajar Menurut Djamarah (2011: 156-157) fungsi motivasi dalam belajar yaitu: a)
Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam
b)
c)
2.1.7
rangka mencari tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Di sini anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. Motivasi sebagai penggerak perbuatan Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. Motivasi sebagai pengaruh perbuatan Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar. Dengan penuh konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui/dimengerti itu cepat tercapai. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
Motivasi dalam Pembelajaran di Kelas Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan
erat dengan
keinginansiswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun mencapai hasil. Asrori (2009:184) mengungkapkan bahwa,
ketika anak-anak memasuki SD, mereka sudah mulai digerakkan oleh rasa ingin tahu, berkembangnya keinginan menjelajah lingkungan, dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses pembelajaran di kelas, biasanya berkembang dua situasi berbeda yang berkaitan dengan motivasi siswa. Seorang guru merasa bersemangat ketika siswa yang dihadapi memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Sebaliknya, guru biasa merasa kecewa ketika melihat siswanya tidak termotivasi terhadap pelajaran yang diajarkan atau terhadap cara dia mengajar. Oleh, karena itu guru dituntut mampu menkreasi berbagai cara agar motivasi siswa dapat muncul dan berkembang dengan baik.
Asrori (2009: 184) berpendapat sebagai berikut.
Jika indikator ini muncul dan berkembang dalam proses pembelajaran di kelas, maka guru akan merasa enak dan antusias dalam menyelenggarakan proses pembelajarannya. Namun demikian, keadaan yang sebaliknya juga sangat boleh jadi kita temukan. Artinya ada sejumlah siswa bermotivasi rendah. Indikator yang dimiliki siswa tersebut adalah sebagai berikut: (1) Perhatian terhadap pelajaran kurang, (2) Semangat juangnya rendah, (3) Mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat, (4) Sulit untuk biasa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas, (5) Memiliki ketergantungan kepada orang lain, (6) Mereka biasa jalan kalau sudah “dipaksa”, (7) Daya konsentrasi kurang. Secara fisik mereka berada didalam kelas, tetapi pikirannya berada di luar kelas, (8) Mereka cenderung pembuat kegaduhan, (9) Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan. Dari indikator diatas menunjukkan bahwa didalam proses pembelajaran ada siswa yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi itu berkembang dari dalam diri mereka sendiri. Sebaliknya, tidak sedikit siswa yang motivasi belajarnya rendah sehingga harus ada upaya serius dari guru untuk mengembangkannya. Namun demikian, bukan berarti pengembangan motivasi dalam pembelajaran hanya diberikan kepada siswa yang motivasi belajarnya rendah saja. Kepada siswa memiliki
motivasi belajar tinggi pun harus tetap dilakukan pembinaan karena ada kemungkinan motivasi belajar mereka itu mengalami grafik yang naik turun. Selain itu Sardiman (2006:83) juga memaparkan beberapa ciri orang termotivasi belajar, antara lain: a)
b)
c)
d)
e)
Komitmen dalam menghadapi tugas Siswa yang termotivasi belajar memiliki komitmen dalam menghadapi tugas. Merasa bertanggung jawab atas tugas itu, sehingga mendorongnya untuk disiplin dan mandiri dalam menyelesaikan tugas serta percaya pada kemampuan diri sendiri. Tekun dalam belajar Ketekunan siswa dalam belajar dapat terlihat dari adanya keinginan siswa untuk mendalami lebih jauh materi yang dipelajari. Siswa terdorong untuk mencari dari berbagai sumber untuk lebih memahami apa yang dipelajarinya, agar dapat berprestasi sebaik mungkin. Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan Siswa yang termotivasi dalam belajar tidak mudah berputus asa saat menemui kesulitan karena memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menyelesaikan kesulitan itu, hal ini justru semakin mendorong siswa untuk berusaha menyelesaikan kesulitan itu dengan bertanya kepada teman, guru atau mencari sumber dari referensi lain. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal Adanya motivasi belajar dalam diri siswa juga dapat dilihat dari ketertarikan terhadap bermacam-macam masalah, siswa merasa senang untuk mencari, menyelesaikan soal-soal dan berusaha untuk menyelesaikannya serta adanya ketertarikan untu menyelesaikan soalsoal yang bervariasi untuk melatih kemampuan berpikirnya. Mampu mengalokasikan waktu untuk belajar Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik, mampu menyisihkan waktunya untuk belajar. Siswa memiliki waktu tersendiri untuk belajar dan mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya saat belajar baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah.
2.2
Belajar dan Hasil Belajar
2.2.1
Belajar Menurut slameto (dalam djamarah 2011: 13) “belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Daryanto(2010: Online) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
2.2.2
Hasil Belajar Menurut Hamalik (2003:Online) “hasil belajar adalah terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya.” Selanjutnya menurut Purwanto (2011: Online) “hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”. Sejalan dengan pendapat Sudjana (2003:Online) “hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional meliputi: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar penegelolaan, (7) satndar pembiayaan, dan (8) standar penilaian. Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan kenaikan kelas.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Djamarah (2000:177) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut: 1.
2.
Unsur luar a. Faktor lingkungan terdiri dari linkungan alami dan lingkungan sosial budaya b. Faktor instrumental terdiri dari kurikulum, program sekolah, sarana dan prasarana dan guru (ada kompetensi yang harus ditingkatkan menyangkut tiga kemampuan yaitu kompetensi personal, professional dan sosial) Unsur dalam a. Faktor fisiologis terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi panca indra b. Faktor psikologis terdiri dari minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif
Slameto (2010:Online) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut.
1.
2.
2.3
Faktor-faktor internal terdiri dari jasmani (kesehatan, cacat tubuh), psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), kelelahan. Faktor-faktor eksternal terdiri dari keluarga (suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua), sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa), masyarakat (kegiatan siswa dengan masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Hakikat Pembelajaran Sains Menurut Asy’ ari pembelajaran sains pada hakikatnya mencakup beberapa
aspek antara lain : a.
Faktual
b.
Keseimbangan antara proses dan produk
c.
Aktif melakukan investigasi
d.
Berfikir deduktif
e.
Pengembangan sikap Asrial (2008:1) menyatakan bahwa “sains sebagai proses”. Secara definisi,
sains sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip dan teori-teori. Sedangkan sains sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Maka dari itu sains sebagai produk tidak dapat dipisahkan sains sebagai proses. Pada hakekatnya sains mempunyai 5 fungsi : 1.)
Untuk membangun pola pikir
2.)
Sains berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan adanya hubungan antara berbagai gejala alam
3.)
Sains berfungsi untuk meramalkan
4.)
Sains berfungsi menguasai dan mengontrol gejala alam untuk manusia
5.)
Sains berfungsi untuk pelestarian, misalnya untuk merekam gejala alam
2.3.1 Pembelajaran Sains Di SD Pembelajaran sains merupakan proses yang mampu mengembangkan potensi siswa karena siswa lngsung terlibat didalamnya. Peningkatan kemampuan profesional dan interaktif siswa menjadi alternatif dalam pembelajaran sains untuk meningkatkan prestasi siswa. Pelajaran sains di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Tujuan pembelajaran sains secara umum adalah untuk memahami konsepkonsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari serta agar siswa memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium. Ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran pelajaran sains di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: 1) Sains tidak semata-mata berorientasi kepada hasil tetapi proses. 2) Sasaran pembelajaran sains harus utuh dan menyeluruh
3) Pembelajaran
sains
akan
lebih
berarti
apabila
dilakukan
secara
berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif
2.4
Kerangka Berfikir
Komitmen menghadapi tugas Ketekunan dalam belajar Ulet dan tidak mudah Hubungan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar sains
putus asa dalam menghadapi kesulitan Senang mencari dan
Hasil belajar sains
memecahkan masalah (soal-soal) Mampu mengalokasikan waktu belajar
Gambar 2.1
2.5
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: Terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar sains kelas IV SDN NO.17/I Rantau Puri.