1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pendidikan
kita
adalah proses akan
menjadi
“memanusiakan” manusia. makhluk
yang
sebenarnya,
Dengan karena
pendidikan akan menjadikan kita beradab. Dengan pendidikan, manusia baru akan dapat menjalankan fungsi yang sejati yakni menjadi hamba Allah SWT dan menjalankan misi penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi (QS. 2:3). 1 Pendidikan
pada
hakekatnya
merupakan
upaya
untuk
mengembangkan pribadi dan sosial anak. 2 Dengan demikian, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat memenuhi kebutuhannya yang semakin komplek dan beraneka ragam. Inilah sebabnya pendidikan selalu mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Pendidikan juga merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dengan demikian sudah selayaknya jika pendidikan agama dilaksanakan secara intensif, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan umum dan agam secara seimbang. Dalam mengembangkan dan memberdayakan potensi manusia, proses pendidikan pada hakikatnya mempunyai tiga peran yang prosesnya
1
DR. HM Hidayat Nurwahid, M.A, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Syaami Cipta Media, 2006), 01 2 Djami’in Soehadi, Fullday School Islami:Sebuah Alternatif. Makalah disampaikan pada seminar pendidikan regional di LPI Al-Azhar Tulung Agung
1
2
berjalan secara simultan yaitu proses belajar, proses ekonomi dan proses social budaya. 3 Sistem
pembelajaran
Full
Day
School
merupakan
program
pendidikan yang seluruh aktivitas berada di sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri integrated activity dan integrated curriculum 4“artinya seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah ; mulai dari belajar, bermain, makan, dan beribadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan”. Sistem pembelajaran Full Day Scholl pada hakekatnya tidak hanya upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran saja. Namun lebih dari itu adalah untuk mengkondisikan anak agar memiliki pembiasaan hidup yang baik, untuk pengayaan atau pendalaman konsepkonsep materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh DikNas, 5 memasukkan materi-materi ke-Islaman kedalam bidang studi dan sebagai bidang studi tersendiri yang harus dikuasai oleh anak-anak sebagai bekal hidup, dan untuk pembinaan kejiwaan, mental dan moral anak. Maksudnya adalah memberikan keseimbangan antara kebutuhan rohani dan jasmani agar terbentuk kepribadian yang utuh. Pada kenyataan di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo tanggal 15 Juli 2009, ditemukan SDM dari SDIT Qurrota A’yun Ponorogo kurang, ketidak mampuan orang tua mendidik anaknya terutama bidang ilmu agama, sarana dan prasarana yang kurang memadai yaitu gedung sekolah yang terpisah menjadi 3 gedung yang menyulitkan komunikasi kepala sekolah dengan 3
Hujair Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003), 133 http://smpalazhar.blogger.com 5 DR. HM Hidayat Nurwahid, M.A, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya, 65 4
3
guru yang lainnya, kontrol anak antara di sekoalh dan di rumah yang berbeda, dan. 6 Realitas diatas merupakan permasalahan-permasalahan yang ada di SDIT, dan merupakan alasan diterapkannya sistem pembelajaran full day school, maka perlu diteliti kembali masalah yang lebih detail serta dalam penelitian ini juga akan ditemukan analisis pemecahan dari permasalahan dari penerapan full day school. Melihat dari masalah yang ada di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, ditemukan permasalahan-permasalahan diterapkannya sistem pembelajaran full day school seperti contoh gedung yang terpisah menjadi tiga tempat serta kontrol anak di sekolah dan rumah yang berbeda, maka diawal penjajagan telah dilakukan oleh pihak-pihak pimpinan SDIT yakni dengan mengadakan pertemuan rutin antara wali murid dan pihak sekolah setiap sepekan sekali dan menempatkan ketua koordinasi pada masing-masing gedung dan membuat jadwal pertemuan rutin untuk melakukan evaluasi. SDIT Qurrota A’yun Ponorogo penulis jadikan lokasi penelitian, karena sekolah ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang lainnya yang didalamnya ada sistem pembelajaran full day school, yakni pembelajaran yang dilakukan saehari penuh, berbeda dengan sekolah lain yang hanya separuh hari, selain itu di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo membingkai mata pelajaran dalam ke-Islaman. Disini juga menjadi nilai tersendiri oleh
6
Observasi di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, pada tanggal 15 Juli 2009
4
penulis tentang penerapan full day school yang dilaksanakan oleh anak usia sekolah dasar atau bermain. Berangkat dari penjajagan awal, fenomena diatas, maka penulis mengangkat
judul
“IMPLEMENTASI
SISTEM
PEMBELAJARAN
FULL DAY SCHOOL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS III DI SDIT QURROTA A’YUN PONOROGO (Studi Analisis Permasalahan Dan Pemecahannya)”
B. Fokus Penelitian Dari penjajagan awal di lapangan, telah dilakukan pihak-pihak terkait di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo pada tanggal 17 juli 2009 yaitu telah diadakan pertemuan antara pihak sekolah dan wali murid serta pertemuan antara masing-masing koordinasi kampus untuk mengadakan evaluasi. Disini peneliti memfokuskan penelitian yang meliputi latar belakang diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata palajaran PAI kelas III, permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III dan langkah-langkah strategis pihak pimpinan sekolah dalam mengefektifkan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo.
5
C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian, selanjutnya peneliti merumuskan masalah terkait dengan kemungkinan apa yang terjadi pada situasi sosial sebagai berikut: 1. Apa yang melatar belakangi diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo? 2. Apa permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo? 3. Apa langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pihak pimpinan SDIT
Qurrota
A’yun
Ponorogo
dalam
mengefektifkan
sistem
pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan apa yang melatar belakangi diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo?
6
2. Untuk menjelaskan apa permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo? 3. Untuk menjelaskan apa langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pihak pimpinan SDIT Qurrota A’yun Ponorogo dalam mengefektifkan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo?
E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Dari penelitian ini akan ditemukan problematika sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI di Sekolah dasar. 2. Secara Praktis a. Secara Teoritis Dari
penelitian
ini
akan
ditemukan
problematika
sistem
pembelajaran full day school di Sekolah dasar. b. Secara Praktis 1) Sebagai masukan kepada lembaga khususnya SDIT Qurrota’ayun Ponorogo untuk terus menerapkan sistem pembelajaran Full day School yang inovatif. 2) Sebagai masukan pada guru agar terus meningkatkan pengetahuan sehingga anak didiknya menjadi anak yang berakhlakul karimah.
7
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial. 7 Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian ineraktif, penelitian ekologikal, dan penelitian masa depan. 8 Dan dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu susatu deskripsi intensif dan analisis fenomenena tertentu atau atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. Studi kassus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, sebagai subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.
7
9
Lexy Moleong , Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2000), 3 Marriam, S.B.,G Simpson, E.L., A.Quide to research for educators and trainer on aduls. (Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publising Company.1984) 9 Bogdan dan Bikden, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods. (Boston: Allyn and Bacon, 1982, Inc). 8
8
2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahakan dari pengamatan
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitilah
yang
menentukan keseluruhan skenarionya. 10 Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument lain sebagai penunjang. Dalam penelitian ini peneliti hadir mulai bulan juli 2009 sampai dengan bulan desember 2009, 15 kali hadir di lokasi untuk mendapatkan data-data terkait dengan permasalahan yang ada.
3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SDIT Qurota a’yun ponorogo yang secara resmi berdiri pada tahun 2003, bersamaan dengan diterapkannya sistem pembelajaran full day school,
dipimpin oleh
Bapak.Arif Yeni. SDIT
Qurrota
A’yun
Ponorogo
penulis
jadikan
lokasi
penelitian, karena sekolah ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang lainnya yang didalamnya ada sistem pembelajaran full day school, yakni pembelajaran yang dilakukan sehari penuh, berbeda dengan sekolah lain yang hanya separuh hari, selain itu di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo membingkai mata pelajaran dalam ke-Islaman. Disini juga menjadi nilai tersendiri oleh penulis tentang penerapan full day
10
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117
9
school pada mata pelajaran PAI yang dilaksanakan oleh anak usia sekolah dasar atau bermain.
4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata yang diperoleh dari wawancara, dan tindakan yang diperoleh dari observasi, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Dengan deikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangakan sumber data tertulis, foto dan statistik, adalah sebagai sumber data tambahan. 11
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melangkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). 1. Teknik Wawancara Wawancara yaitu wawancara dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh 2 pihak yaitu pewawancara yang 11
Lonfland, Analyzing Social Setting, A Guide to Qualitative Observation and Analysis (Belmont, Cal: Wadsworth Publising Company, 1984), 47. lihat Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, 112
10
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada: 1) Kepala madrasah, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang implementasi penerapan full day scholl serta permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam mengefektifkan program full day day pada mata pelajran PAI. 2) Waka kurikulum, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang implementasi model full day school. 3) Guru bidang studi PAI kelas III untuk mendapatkan informasi tentang implementasi full day school pada mata pelajaran PAI. 2. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistemik
terhadap
gejala
yang
tampak
pada
objek
penelitian. 12melalui teknik ini, peneliti dapat melihat langsung situasi dan kondisi di lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada saat proses belajar mengajar dan pelaksanaan full day school dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembelajaran full day school dan bagaimana langkah yang diambil dapat mengatasi permasalahan tersebut.
12
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 158
11
3. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi acconting. 13 Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa: foto-foto kegiatan pembelajaran di kelas, sejarah berdirinya madrasah, letak geografis madarsah, visi dan misi, data-data keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana, dan lain-lain.
6. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, 14 mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Miles & Huberman dan Spradley, mengumukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian 13
Lincola dan Guba, Naturalistic Inquiry, 35 Bogdan dan Boklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods s (Boston: Allyn and Bacon, 1982), 180 14
12
sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:
Pengumpula n data Penyajian Data Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/verifikasi
Keterangan: a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti
untuk
melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya. b. Setalah
data
reduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, net
13
c. work dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data-data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada pola laporan akhir penelitian. d. Langkah ketiga dalan analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan kendala (reliabilitas). 15 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan tringulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan paradigma implementasi sistem pembelajaran full day school di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, kemudian (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan biasa.
15
Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian, 171
14
8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah : (a) tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian,
memilih
lapangan
penelitian,
mengurus
perizinzn,
menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian. Tahap ini dilakukan bulan Desember 2008 s/d Maret 2009 ; (b) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahap ini dilakukan pada bulan April s/d Mei 2009 ; (c) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data yaitu bulan Juli s/d Oktober 2009 ; (d) tahap penulisan hasil laporan penelitian yaitu bulan Nopember 2009.
G. Sistematika Pembahasan Untuk menggambarkan pola pemikiran penulisan yang tertuang dalam
karya
ilmiah
ini,
pembahasan sebagai berikut:
maka
penulis
menyusun
sistematika
15
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, bab ini merupakan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi, yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua, merupakan landasan teori, bab ini berfungsi untuk membaca fenomena yang disajikan dalam bab tiga, memuat tentang penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo yang meliputi pengertian sekolah, kegiatan pembelajaran, full day school dan Pendidikan Agama Islam.sistem. Bab
ketiga,
merupakan
temuan
penelitian,
berfungsi
mendeskripsikan data hasil temuan tentang Implementasi Sistem Pembelajaran Full Day School pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo (Studi Analisis Permasalahan dan Pemecahannya), meliputi gambaran umum dan deskripsi data. Bab keempat, analisa Implementasi Sistem Pembelajaran Full Day School pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, berfungsi menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan, meliputi analisa diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota a’yun Ponorogo
dan
analisa
tentang
langkah-langkah
strategis
yang
16
dilakukan
oleh
pihak
pimpinan
dalam
mengefektifkan
sistem
pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun ponorogo. Bab kelima, merupakan bab penutup, bab ini berfungsi mempermudah para pembaca dalam mengambil intisari dari skripsi yang berisi kesimpulan dan saran.
17
BAB II SISTEM PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL PADA MATA PELAJARAN PAI
A. Sekolah Sekolah merupakan salah satu tri pusat pendidikan, disamping rumah tangga dan masyarakat. Walaupun ketiganya dikelompokkan kepada lingkungan atau Millieu pendidikan, namun dari segi teknis pelaksanaan pendidikan terhadap perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Sekolah menitik beratkan pendidikan formal, prosedur pendidikannya telah diatur sedemikian rupa, ada guru, ada peserta didik, ada jadwal pelajaran, yang berpedoman pada kurikulum, silabus, RPP, ada jam-jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. 16 Dengan harapan proses pembelajaran yang berlangsung dapat membantu mengatasi persoalan yang dihadapi peserta didik melihat pada kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Sekolah pada hakikatnya bertujuan untuk membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan, dan menanamkan budi pekerti yang baik juga diberikan bekal untuk kehidupan dalam masyarakat yang sukar diperoleh dalam rumah tangga. 17 Memang sekolah merupakan lembaga yang membantu orang tua peserta didik dalam mendidik anak-anaknya, 16
Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), 35 17 Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, 36
20
18
karena orang tua yang sibuk dengan aktifitasnya atau memang sekolah merupakan tempatnya mencari ilmu pengetahuan yang dibantu oleh tenaga kependidikan.
B. Kegiatan Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru, tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratoriaum. Material meliputi buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio atau video tape. Fasilitas dan perlengkapan meliputi ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga computer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya. 18 Proses belajar mengajar adalah Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif unutk mencapai tujuan tertentu. Jadi bisa dikatakan proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
18
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 1994), 57
19
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. 19 Dalam kegiatan belajar mengajar anak adalah sebagai subyek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar mengajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan.
2. Faktor yang Mendukung Pembelajaran a.
Faktor yang mendukung pembelajaran 1) Tujuan Tujuan
merupakan
dasar
untuk
mengukur
hasil
pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar, dengan kata lain baha tujuan merupakn hal yang sangat penting untuk menilai hasil pembelajaran. Membimbing siswa belajar, meraancang sistem pembelajaran, bahkan dapat digunakan sebagai instrument pengukuran.
19
Tujuan
pembelajaran
hendaknya
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 19
memenuhi
20
kriteria kondisi untuk belajar, rumusan tingkah laku yang diinginkan . 20 2) Bahan Pelajaran Bahan
pelajaran
adalah
substansi
yang
akan
disampaikan dalam proses belajar megajar. 3) Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah di programkan
akan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan ini akan melibatkan siswa komponen pengajaran, kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai. Selain
pendekatan
individual
ada
beberapa
jenis
pendekatan, yang diharapkan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan proses belajar mengajar, diantaranya: a) pendekatan kelompok b) pendekatan bervariasi c) pendekatan edukatif d) pendekatan pengalaman e) pendekatan pembiasaan f)
20
pendekatan emosional
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 77
21
g) pendekatan rasional h) pendekatan fungsional i)
pendekatan keagamaan
j)
pendekatan kebermaknaan. 21
Diantara metode dalam pembelajaran adalah: a) metode ceramah b) metode Tanya jawab c) metode diskusi d) metode tugas dan resitasi e) metode demonstrasi f)
metode problem solving
g) metode karya wisata h) metode latihan i)
metode sosio drama 22
b. Faktor yang menghambat pembelajaran Faktor-faktor yang menghambat pembelajaran ada dua yakni faktor intern dan ekstern. 1) Faktor intern, antara lain: a) Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga professional b) Penyalah gunaan manajemen penempatan yang mengalih tugaskan guru agama ke bagian administrasi
21 22
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 62 Ibid., 46-48
22
c) Pendekatan
metodelogi
guru
masih
terpaku
kepada
orientasi tradisional, sehingga tidak bisa menarik minat siswa d) Kurangnya solidaritas antara guru agama dan guru bidang studi umum. 2) Faktor ekstern, antara lain: a) Timbulnya sikap orang tua dibeberapa lingkungan sekitar sekolah
yang kurang menyadari tentang
pendidikan
terutama pendidikan agama. b) Situasi lingkungan sekolah dipengaruhi godaan-godaan setan dalam berbagai bentuk. c) Timbunya sikap frustasi di keluarga orang tua yang beranggapan bahwa tingginya tingkat pendidikan tidak akan menjamin anaknya untuk mendapatkkan pekerjaan yang layak.
3. Metode Pembelajaran Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan media pembelajaran : a.
Tujuan yang hendak dicapai
b. Kemampuan guru c.
Anak didik
d. Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung e.
Fasilitas yang tersedia
23
f.
Waktu yang tersedia
g. Kegiatan dan kekurangan 23
4. Media Pembelajaran Secara harfiah metode berarti “perantar/pengantar” secara etimologi media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa yang dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada dirinya. 24
5. Sumber Pelajaran Sumber dan bahan pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat asal usul belajar seseorang. Dengan demikian belajar itu merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung halhal bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal yang baru.
6. Evaluasi Evaluasi adalah fakor pendukung dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan langkah akhir dari kegiatan belajar mengajar. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative keputusan. 23 24
Armai arief, Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), 109 Basyarudin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), 11
24
Dalam kegiatan dengan pengajaran, Norman E. Grendlund merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “evaluation……a systematic process of determinating the extent to which instructional objectives are achieved by pupils” (evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. 25
7. Manajemen Pembelajaran Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam penerapan sistem pembelajaran full day school, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidik yang tersedia. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah. Secara sederhana kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai cara atau
usaha
kepala
sekolah
dalam
mempengaruhi,
mendorong,
membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 26 Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen 25
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1984), 5 26 E.Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 114
25
dan kemimpinan yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal perlu dikembangkan organisasi dan manajemen pembelajaran sedemikian rupa. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dengan organisasi
dan
manajemen
pembelajaran,
yaitu
pelaksanaan
pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, pengembangan dan penataan kebijakan, serta keterbatasan pembelajaran. 27 a.
Pelaksananan Pembelajaran Pembelajaran berbasis kompetensi hendakanya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada umumnya. Oleh karena itu prinsip-prinsip dan proksedur pembelajaran berbasis kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai salah satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilitator,
kepala
sekolah,
pengawas
sekolah,
dan
tenaga
kependidikan lain di sekolah. Sehubungan
dengan
itu,
pembelajaran
perlu
mempertimbangkan hal sebagai berikut: 1) Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
27
Ibid., 212-215
26
2) Mengidentifikasi kompetensi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dirasakan peserta didik. 3) Mengembangkan indikator setiap kompetensi agar relevan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 4) Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas serta menjalin kerjasama di antara para fasilitator dan tenaga kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi peserta didik 5) Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6) Melengkapi sarana dan prasarana belajar yang memadai. 7) Menilai
program
pembelajaran
secara
berkala
dan
berkesinambungan untuk meihat keefektifan dan ketercapaian kompetensi yang dikembangkan. b. Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli Dalam hal ini diperlukan pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, sikap, pribadi, kompetensi dan ketrampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbsis kompetensi. Hal ini sangat penting dilaksanakan, karena berkaitan dengan deskripsi kerja yang akan dilakukan oleh masing-masing tenaga kependidikan . oleh karena itu, sangat diharapkan agar setiap personil memiliki pemahaman dan kompetensi yang menunjang terlaksananya pembelajaran dalam mengembangkan potensi peserta didik yang optimal.
27
c.
Pendayagunaan Lingkungan dan Sumber Daya Masyarakat Dalam
rangka
menyukseskan
pembelajaran,
perlu
didayagunakan lingkungan dan sumber daya masyarakat secara optimal. Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitator dituntut untuk mendayagunakan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan social, serta menjalin kerja sama dengan unsur-unsur yang
terkait
yang
dipandang
dapat
menunjang
upaya
pengembangan mutu dan kualitas pembelajaran. Pendayagunaan dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. d. Pengembangan dan penataan kebijakan Implementasi kompetensi perlu didukung oleh kebijakankebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam implementasi pembelajaran. Ada beberapa kebijakan yang relevan yang diambil kepala sekolah
dalam
membantu
kelancaran
pengembangan
pembelajaran, yaitu: 1) Memprogramkan perubahan kurikulum sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan. 2) Menganggarkan
biaya
operasional
pembelajaran
kompetensi sebagai bagian dari anggaran sekolah.
berbasis
28
3) Meningkatkan mutu dan kualitas guru, dan fasilitator agar dapat
bekerja
secara
profesional
(meningkatkan
profesionalisme guru) 4) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kepentingan belajar. 5) Menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-unsur terkait secara resmi dalam kaitannya dengan pembelajaran, seperti dunia usaha, pesantren dan tokoh-tokoh masyarakat.
C. Full Day School Full day school artinya sekolah sehari penuh, atau belajar sehari penuh, dengan pengertian yang dimaksud adalah proses penambahan waktu belajar siswa yang dilaksanakan pada sore hari dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi anak didik. Full day school sendiri merupakan suatu istilah dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dari sehari penuh, dimana aktifitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah. Meskipun begitu, proses pembelajaran yang lebih lama disekolah tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Karena konsep awal dibentuknya sekolah full day school bukan untuk menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh DepDikNas, seperti yang ada dalam kurikulum tersebut, melainkan tambahan jam sekolah ini digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran yang rekreatif dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu
29
pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa, dan moral anak.28
Full day school dinilai cukup memberi alternative bagi beberapa pihak antara lain pertama bagi kalangan orang tua khususnya bagi mereka yang sibuk dengan pekerjaan, yang mana akan memudahkan kontrol atas anak-anak mereka, kedua kekhawatiran akan pengaruh dari aspek lingkungan seperti pergaulan bebas, tawuran antar siswa, penggunaan obat-obat terlarang dll. Ketiga dari pihak guru lebih bisa mengetahui proses pembelajaran pada siswa mereka.29
Pada dasarnya full day school merupakan pengembangan dari kurikulum, jadi apapun yang menjadi landasan, tujuan maupun kurikulum tetap kembali pada ketetapan sekolah itu sendiri, karena penelitian berada pada Sekolah Islam Terpadu maka kurikulum maupun tujuan mengacu pada SIT (Sekolah Islam Terpadu) itu sendiri. karena memang full day school bukanlah sebuah sistem yang berdiri sendiri melainkan hanya sebuah pengembangan strategi dari sebuah kurikulum.
1. Tujuan Sekolah Islam Terpadu (SIT)
Tujuan umum pendidikan sekolah Islam terpadu adalah membina peserta didik u ntuk menjadi insan muttaqien yang cerdas, berakhlak mulia
28 29
http:// Smpalazhar.blogger.com Ibid.,
30
dan memiliki ketrampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi ummat manusia.
Tujuan umum tersebut dicapai pada setiap jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan masing-masing jenjang. Adapun
tujuan
dargi
tingkat
pendidikan
sekolah
dasar adalah:
menyelenggarakan pendidikan dasar islam yang mampu membentuk karakter anak sehingga memiliki pengetahuan, sikap, perilaku sesuai dengan tuntutan azas-azas pendidikan anak dalam Islam dan kompetensi standart yang telah ditetapkan.30
2.
Kompetensi
Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan, diperlukan acuan kompetensi yang jelas dan terukur mengenai kompetensi (kemampuan untuk menguasai suatu pengetahuan, sikap dan atau ketrampilan tertentu) yang mesti dicapai oleh setiap siswa. Kompetensi yang harus dicapai siswa SIT meliputi kompetensi yang terkait mengenai akhlakul karimah, ibadah yang benar, kemampuan akademik,
ketrampilan
hidup
(life
skill),
ketrampilan
bahasa,
pengembangan moral dan disiplin, semangat bekerjasama, kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan, dan etos kerja (amal sholeh).
30
DR. HM Hidayat Nurwahid, M.A, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya, 63
31
Secara umum, capaian penmdidikan yang idinginkna dalam sekolah Islam terpadu adalah:
a. Capaian Akademis, nilai rata-rata mata pelajaran utama (agama, sains, matematika, IPS, Bhs.Indonesia,Bhs.Inggris). b. Capaian Ibadah 1) Sholat lima waktu tertib dan tanpa diperintah 2) Tilawah setiap hari, setidaknya tiga halaman 3) Shaum ramadhan, satu bulan penuh 4) Hafal dan mempraktekkan do’a sehari-hari c. Capaian Tahfidzul Qur’an, hafal setidaknya 2 juz d. Capaian Sikap Disiplin 1) Belajar sehari-hari 2) Hidup sehat: mandi, makan/minum, sikat gigi, tidur, main. e. Capaian Akhlak 1) Tidak berbuat maksiat (lisan, telinga, mata, tangan/kaki) 2) Tidak kasar kepada keluarga, tetangga, dan orang lain 3) Senang berbuat kebajikan (aksi sosial) f. Capaian Ketrampilan 1) Peringkat pembina kepanduan. 2) Menguasai salah satu bel.adiri. 3) Pandai renang, setidaknya gaya bebas. 4) Dapat mengoperasikan microsoft office, internet. 5) Dapat bercakap-cakap sederhana bahasa Inggris dan Arab.
32
3.
Kurikulum Sekolah Islam Terpadu (SIT)
Kurikulum sekolah Islam terpadu berlandaskan kepada kurikulum nasional yang diperkaya dengan pendekatan dan isi yang sesuai dengan pijakan filosofis, visi dan tujuan pendidikan Islam. Implikasinya, kurikulum SIT membarikan tambahan muatan pada pelajaran agama Islam, pelajaran membaca dan mengahfal Al-Qur’an, serta kurikulum kepanduan dalam kerangka pembentukan karakter.31
Kurikulum pendidikan dalam SIT sesungguhnya merupakan perpaduan antara kurikulum nasional dengan kurikulum pendidikan Islam yang meliputi pembelajaran Al-Qur’an, Bhs.Arab dan kepemimpinan kader.32 Bila dijabarkan kurikulum SIT meliputi:
a) Kurikulum Nasional
Kurikulum
yang
diberlakukan
secara
nasional
oleh
Departemen Pendidikan Nasional, atau yang dikenal dengan istilah KURIKULUM 2004. kurikulum ini sepenuhnya mengacu pada standart nasional dan dikembangkan berdasarkan kerangka dan pedoman yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Diperkaya dengan nilai-nilai ke-Islaman dalam proses pembelajaranya. Kurikulum nasional meliputi:
31 32
Ibid., 63 Ibid., 66
33
(1)
Matematika
(2)
Sains
(3)
Ilmu sosial
(4)
Bahasa
(5)
ketrampilan atau kesenian.
b) Kurikulum pendidikan agama Islam
Kurikulum pendidikan agama islam yang disusun berdasarkan pendekatan tarbiyatul awlaad fil islamiyang meliputi:
(1)
Pendidikan agama Islam (PAI)
Kurikulum yang bermuatan pokok-pokok ajaran Islam yang meliputi pelajaran aqidah, ibadah, akhlak, fiqih, sirah/tarikh dan tsaqofah.
(2)
Kurikulum pendidikan Al-Qur’an
Mengajarkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (tahsi-nut-tilawah) sehingga memenuhi standart bacaan yang benar sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.
c) Kurikulum kepanduan
Merupakan pilihan wajib bagi setiap siswa. Kurikulum kepanduan mendidik, melatih dan m engarahkan siswa agar memiliki
34
jiwa dan kemampuan memimpin yang tinggi, disiplin, keberanian, tanggung jawab, kepedulian dan berbagai ketrampilan lapangan. Aspek ruang lingkup kurikulum kepanduan meliputi: Ruhiyah (kerohaniyan),
jasadiyah
(fisik),
Fanniyah
(skill),
tsaqafiyah
(wawasan), Qiyadah Wal Jundiyah ( Kepemimpinan), Ukhuwah (persaudaraan).33
d) Kurikulum ketrampilan
Merupakan pilihan berbagai ketrampilan. Setiap SIT berbeda satu dengan yang lain tergantung kebijakan sekolah. Diharapkan setiap siswa memilih salah satu pilihan ketrampilan, antara lain: renang, beladiri, jurnalistik, komputer, nasyid, melukis, qiro’ah, cabang olah raga tertentu, kelompok ilmiah remaja, bulan sabit merah remaja.34
4. Struktur Program SDIT
Kurikulum di atas bila dibentangkan ke dalam struktur pengajaran di setiap unit dan jenjang pendidikan, akan nampak sebagai berikut:
No.
Mata Pelajaran Kls 1
1. 2. 3.
Pendidikan agama Islam Kewarganegaraan Bhs. Indonesia 33 34
Kls 2
Alokasi waktu Kls 3 Kls 4 4 4 2 5
2 5
Kls 5 4
Kls 6 4
2 5
2 5
DR. HM Hidayat Nurwahid, M.A, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya, 67 Ibid., 68
35
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12.
Bhs.arab Bhs. Inggris Matematika Sains Ilmu sosial Ketrampilan ksnian Pendidikan Jasmani Kepanduan Tilawah dan tahfidz al-qur’an Jumlah
10
10
2 2 6 3 3 2 2 2 6
38
38
39
Tematik
2 2 6 4 3 2 2 2 6
2 2 6 4 3 2 2 2 6
2 2 6 4 3 2 2 2 6
47
47
45
Contoh model alokasi jam pelajaran:
Untuk kelas 1-2
Senin-kamis
Jum’at
07.15-07.45 07.45-08.15 08.15-08.45 08.45-09.05
07.15-07.45 07.45-08.15 08.15-08.45 08.45-09.05
( Istirahat) 09.05-09.35 09.35-10.05 10.05-10.25
( Istirahat) 09.05-09.35 09.35-10.05 10.05-10.25
(istirahat) 10.25-10.55 10.55-11.25 11.25-13.00
(istirahat) 10.25-10.55 10.55-11.25 11.25-13.00
(ISHOMA) 13.00-13.30
(ISHOMA) 13.00-13.30
Sabtu
Kepanduan dan Ekstrakurikuler
Untuk kelas 3-6
Senin-kamis 07.15-07.55 07.55-08.35
Jum’at 07.15-07.55 07.55-08.35
Sabtu
36
08.35-08.50
08.35-08.50
(sholat dhuha) 08.50-09.30 09.30-10.10 10.10-10.25
(sholat dhuha) 08.50-09.30 09.30-10.10 10.10-10.25
(Istirahat) 10.25-11.05 11.05-11.45 11.45-13.00
(Istirahat) 10.25-11.05 11.05-11.45 11.45-13.00
(ISHOMA)
(ISHOMA)
13.00-13.40
13.00-13.40
13.40-14.20
13.40-14.20
Ekstrakurikuler
5. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas, kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, bench-marking, dan penilaian program.
D. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam Ada beberapa pendapat dari para ahli pendidikan mengenai pengertian pendidikan agama Islam, antara lain adalah: a) Menurut Al-Syaibany
37
Pendidikan Islam adalah mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran.35 b) Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamakan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadist, melalui kegiatan
bimbingan,
pengajaran,
pelatihan
serta
pengggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannaya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyrakat hingga terwujud parsatuan kesatuan bangsa.36 c) Menurut Abd. Rochman Saleh Pendidikan Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesei pendidikannya dapat memahami
dan
mengamalkan
ajaran
dan
agama
Islam
serta
menjadikannya sebagai Way of life (jalan kehidupan).37 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha atau bimbingan yang diarahkan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran agama Islam supaya kelak menjadi manusia yang cakap dalam menyeleseikan tugas kehidupan pribadi, masyarakat dan 35
Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam: pendekatan histories teoris dan praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 31 36 Pedoman khusus mata pelajaran, kurikulum standar kompetensi sekolah dasar dan madrasah ibtidaitayah. Hal.318 37 Shalahuddin, Metodelogi Pendidikan,
38
alam sekitarnya yang diridhoi Allah SWT sehinnga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Fungsi Pendidikan Islam. Adapun fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:38 a)
Sebagai pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang telah dikenalkan dalam lingkungan keluarga.
b)
Penyaluran, untuk menyalurkan siswa yang memilki bakat khusus di bidang agama agar dapat berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain..
c)
Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan dalam meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d)
Pencegahan, untuk mencegah hal-hal negatife dari lingkungan siswa atau budaya lain yang dapat membahayakan perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
e)
Penyesuaian, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial sehingga dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f)
Sumber Nilai, memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
38
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar (Jakarta: DepDikBud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 1996), 7
39
g)
Pengajaran, untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesei. Dan pendidikan merupakan kegiatan yang terproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatannya. Ada beberapa tujuan pendidikan agama Islam yaitu: a) Tujuan Umum Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. b) Tujuan sementara Ialah tujuan yang akan dicap[ai setelah siswa diberi sejumlah pengalaman
tertentu
yang
direncanakan
dalam
suatu
kurikulum
pendidikan formal. c) Tujuan operasional Ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan , sikap yang ditonjolkan yaitu berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, dan menghayati. Tujuan tersebut diatas terdapat prinsip yang dijadikan dasar pijakan dalam mengembangkan tujuan pendidikan agama Islam yaitu:
40
a) Prinsip universal, prinsip ini harus memperhatikan seluruh aspek kehidupan yang meliputi kehidupan manusia, baik aspek agama, budaya, sosial kemasyarakatan, ibadah, akhlak, dan muamalah. b) Prinsip kejelasan, yaitu prinsip yang mengandung ajaran yang memberi kejelasan terhadap aspek spiritual dan aspek intelektual manusia. c) Prinsip tak ada pertentangan, prinsip itu sebuah sistem didalamnya terdapat berbagai komponen yang sering menunjang dan membantu antara satu sama lain. d) Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, adalah sebuah prinsip yang selalu menjujunjung tinggi realitas atau kenyataan dalam kehidupan. e) Prinsip
perubahan
yang
diinginkan,
yaitu
prinsip
perubahan
jasmaniyah, spiritual, intelektual, social, psikologis, dan nilai-nilai menuju arah kesempurnaan. f) Prinsip menjaga perbedaan antar individu, individu adalah g) Prinsip dinamisme dan menerima perubahan
4. Metode Pendidikan Agama Islam Metode PAI mempunyai sifat yang sangat luwes sesuai dengan kebutuhan
anak
didik
dan
linkungannya
zamannya,
yang menjadi
pertimbangan pokoknya adalah sumber yang tidak dapat dilepaskan dari falsafah pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam disusun atas dasar pertimbangan sumber Al-Quran dan Hadist.
41
Berdasarkan pertimbangan perikode perkembangan anak didik, nabi mengemukakan cara mendidik yang baik. Beliau mengatakan “ didiklah anakanak mu dengan cara bermain-main pada tujuh tahun pertama dan tanamkanlah disipin pada ,mereka berdiskusi saat mereka menapai periode usia tjujuh tahun yang ketiga dan selanjutnya barulah mereka dapat dilepaskan untuk menentukan sikap hidupnya secara mandiri”.39 Pertanyaaan ini menberi pengertian bahwa metode pendidikan didasarkan atas pertimbangan tingkat usia anak didik di usia: 0,0-7,0 :
metode
pendidikan
yang
terbaik
adalah
dengan
memperlakukan anak didik secara lemah lembut dan kasih sayang. 7,0-14
:
caranya
dirubah
dan
mulai
ditekankan
kearah
pembentukan disiplin. 14-21
:
caranya dengan bertukatr pikiran diusia ini anak didik dibimbing kritis memecahkan masalah yang dihadapinya dan
dibantu
untuk
mencari
jalan
keluar
atau
pemecahannya. 21- keatas : barulah anak didik dibiarkan mandiri.40 Menurut para ahli tentang metode PAI antara lain: a. Al-Ghozali seyogyanya agama diberikan kepada anak sejak usia dini
39 40
dengan
menghafal
kaidah-kaidah,
setelah
itu
Jalaludin dan usman said, filsafat pendidikan islam,1994, jakatrta,pt.bina ilmu.hal 55 Ibid.55
guru
42
menjelaskan kepadanya tentang arti dan maksudnya agar murid memahami, meyakini dan membenarkannya,.41 b. Ulwan (Abdullah Nash. Ulwan) menguraikan untuk macam yang harus dilakukan pendidik khususnya orang tua dalam tanggung jawab mendidik keimanan anak. 1. Menyuruh anak semenjak awal membaca 2. Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram 3. Menyuruh anak beribadah semenjak usia tujuh tahun 4. Mendidik anak cinta pada rosul dan keluargannya. Serta cinta membaca Al-Qur’an42 c. Samak lebih memperinci metode mengajar agama Islam kepada siswa sebab: 1. pelajaran itu harus dikaitkan dengan kehidupan anak yang ada disekitarnya atau yang berlalu dalam linhgkungan kehidupan. 2. persiapan guru mengajar harus dibuat dengan matang sehingga dapat memberi kesan pada anak didik bahwa gurunya adalah seseorang yang patut dicontoh 3. berusaha membangkitkan emosi yang positif murid-murid karena dengan membangkitkan hal tersebut dapat dibentuk akhlak yang mulia,
41
Father rahman, syamsudin asyrafi, 1986, system pendidikan versi al ghozali, bandung: al ma’arif, hal.81 42 Ramayulis, ilmu pendidikan islam,1994, Jakarta, kalam mulia, hal.80
43
4. memperluas kegiatan agama diluar ruang belajar, seperti mengadakan persatuan keagamaan di sekolah untuk keperluan ibadah dan sosial kemasyarakatan 5. hari-hari keagamaan atau kebangsaan hendaklah dipakai untuk menanamkan
semangat
agama
dan
kebangsaan
untuk
perasatuan umat guna membangkitkan kesadaran beragama 6. Pendidikan melalui tauladan yang baik oleh pendidikan 7. Menceritakkan kisah tokoh-tokoh agama maupun pejuang negara untuk mengajarkan dan menekankan aspek kebaikan dan kemuliannya dalam perjuangan hidup 8. Membiasakan praktek dan kebiasaan keagamaan semenjak anak masih kecil 9. Membiasakan praktek ibadah di sekolah-siekolah, sekedar yang sanggup dilakukan siswa 10. Mewujudkan kasih sayang dan hubungan antar siswa dan guru 11. Menggunakan pelajaran nasehat sebagai suatu cara untuk menanamkan semangat keagamaan 12. Mengadakan waktu luang untuk ikut memecahkan problema yang dihadapi anak 13. Menyuruh anak meng hafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist.43 Metode menerapkan PAI kepada anak yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, bahwa hendaknya diterapkan pendidikan itu
43
Ibid,81-82
44
sejak usia sedini mungkin, bertahap dan berkesinambungan dan tuntas secara serta dengan cara bijaksana penuh kasih dan sayang, penuh teladan yang baik disesuaikan dengan perkembangan anak yang nantinya dapat membangkitlkan minat dengan cara yang sangat praktis.
5. Kurikulum PAI Sekolah Dasar a. Ruang Linngkup Ruang lihgkup PAI meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: 1) Hubungan antar amaniusia dengan Allah 2) Hubungan nmanusia dengan manusiaa 3) Hubunga manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan lingkungan.44 Adapun ruang lingkup bahan pelajaran PAI sekolah dasar terfokus terhadap: 1) Aspek keiamnan 2) Al-Qur’an Hadist 3) Fiqih atau ibadah45
b. Standar kompetensi lintas kurikulum
44 45
Ibid.318 Ibid.319
45
Kompetensi kurikulum merupakan kecakapan untuk sepanjang hayat sebagai akumulasi kemampuan
setelah seseorang mempelajari
berbagai kompetensi dasar yang dirumuskan setiap mata pelajaran.46 Kompetensi lintas kurikulum tersebut dirumuskan menjadi sembilam kompetensi sehingga siswa mampu: 1) Memiliki keyakinan, hak menjalankan kewajiban dan perilaku sesuai dengan agama yang dianutnya, serta menyadari bahwa setiap orang perlu saling menghargai dan merasa aman. 2) Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi , serta untuk berintearaksi dengan orang lain. 3) Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan teknikteknik numeric dan spasial, serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur daan hubungan. 4) Memilih , mencari dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukandari berbagai sumber serta menilai kebermanfaatannya. 5) Memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup dan teknologi dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai utuk mengambil keputusan tepat. 6) Memahami kontek budaya, geografi dan sejarah serta memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif
46
Ibid.319
46
dalam
kehidupan
serta
berinteraksi
dan
berkontribusi
dalam
masyarakat dan budatya global 7) Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungan untuk saling menghargai karya artistic, budaya dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju mansyarakat beradap. 8) Menunjukkan motifasi dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja mandiri dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
47
BAB III DATA IMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS III DI SDIT QURROTA A’YUN PONOROGO
A. Gambaran Umum SDIT Qurrota A’yun Ponorogo 1. Sejarah Singkat Berdirinya SDIT Qurrota A’yun Ponorogo Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumentasi SDIT Qurrota A’yun Ponorogo tahun 2009, bahwa Sekolah Dasar Islam Terpadu ( SDIT ) Qurrota A’yun Ponorogo merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah tanggung jawab yayasan Qurrota A’yun. Dan berdiri dengan akte Notaris Sutomo, SH. No.02 tanggal 1 Mei 2001 sampai dengan saat ini SDIT Qurrota A’yun, telah memasuki tahun ketujuh proses kegiatan belajar mengajar. Suatu perjalanan yang masih dini bagi sebuah lembaga pendidikan untuk menunjukkan eksistensinya. SDIT Qurrota A’yun berjalan berdasarkan surat Rekomendasi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, Nomor: 421.2 / 507 / 405.43 / 2004 tanggal 11 Maret 2004. Rekomendasi Bupati Ponorogo Nomor: 421.2 / 195 / 405.59 / 2004 tanggal 20 April 2004. 47 Saat ini melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sebuah gedung komplek masjid Agung Aloon-aloon. Jln. Wahid Hasyim 47
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 02/D/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
52
48
No.16, dengan status kontrak 5 tahun, tapi dengan kemurahan yayasan gedung biasa dipakai sampai saat ini, jumlah ruang yang ada sebanyak 7 ruang, terdiri dari 5 lokal untuk kelas, 1 lokal untuk lokal kantor guru dan kepala sekolah. 48 Selain gedung ini ada lokasi lain yaitu, Jln. KH. Zaenal Arifin, Gg.1 Kauman yang disebut sebagai kampus 2, disana ada 6 ruang, 4 lokal kelas, perpustakaan dan kantor. Dan di Jln. Lawu Nologaten 98, disebut kampus pusat, disana ada 7 ruang, untuk kelas 4 ada 3 lokal, kelas 5 ada 2 lokal dan kelas 6 ada 2 lokal, satu kantor, masjid, lapangan olah raga, basket juga footsal juga sudah ada. 49
2. Visi dan Misi a.
Visi Terbentuknya siswa-siswi yang berkepribadian Islami, berprestasi optimal, kreatif dan mandiri.
b. Misi 1) Menjadi lembaga dakwah berbasis sekolah. 2) Menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan lain demi terwujudnya sekolah Islam berkualitas. 3) Menjadi sekolah Islam percontohan. 50
48
Lihat Trnskrip Observasi nomor: 01/O/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 49 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 09/1-W/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 50 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
49
c. Tujuan Menyelenggarakan pendidikan dasar Islam yang mampu membentuk karakter anak sehingga memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku sesuai dengna tuntutan azas-azas pendidikan anak dalam Islam dan kompetensi standart yang telah ditetapkan.
3. Struktur Organisasi SDIT Qurrota A’yun Ponorogo Struktur organisasi yang dibuat SDIT Qurrota A’yun Ponorogo bertujuan agar dalam pendidikan yang diselenggarakan menjadi lancar, sehingga dapat menuju pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut, maka SDIT Qurrota A’yun Ponorogo membuat suatu kelembagaan atau susunan kepengurusan sebagaimana kebutuhan yang ada. Dengan penbagian tugas kerja yang telah ditetapkan dan tersusun dalam struktur organisasi, maka perjalanan SDIT Qurrota A’yun Ponorogo akan menjadi lebih lancar dan teroorganisir dengan baik. Adapun struktur organisasi SDIT Qurrota A’yun Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada lampiran transkrip dokumentasi nomor: 11/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 51
51
Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 11/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
50
4. Program SDIT Qurrota A’yun Ponorogo SDIT Qurrota A’yun Ponorogo selain merupakan sekolah dengan sistem pembelajaran terpadu, juga sekolah yang menerapkan kegiatan-kegiatan bervariasi agar siswa senang ketika belajar dan termotivasi untuk datang ke sekolah. Adapun program kegiatan yang diselenggarakan oleh SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah: a.
Program Ekstra Kurikuler meliputi: 1) Kelompok seni Islami (lukis, teater, musik, dan nasyid) 2) Kelompok ilmiah (English club, karya ilmiah remaja) 3) Kelompok olahraga (karate, bola voli, sepak bola, tenis meja) 4) Pengenalan teknologi dasar komputer 5) Sempoa 6) Kepustakaan 7) Kepemimpinan (pramuka, kepanduan) 52
b. Program Unggulan 1) Wisata industri 2) Kunjungan untuk pembinaan empati siswa 3) Wisata alam 4) Perkemahan sabtu ahad 5) Pondok romadlon ceria 6) Gebyar kreativitas siswa 7) MABIT (malam bina iman dan taqwa) 53 52
Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 10/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
51
5. Kondisi Proses Pembelajaran Dari hasil wawancara dengan bapak Arif Yeni selaku Kepala SDIT Qurrota A’yun Ponorogo dan pengamatan langsung, maka dihasilkan data-data sebagai berikut: Sebagai sekolah yang baru berdiri maka SDIT Qurrota A’yun terus berusaha bagaimana mengembangkan segala aspek kelembaga pendidikan. SDIT Qurrota A’yun mempunyai beberapa ciri khas yang tentunya berbeda dengan sekolah yang lain, atau dengan kata lain mempunyai keunggulan. Ciri khas SDIT Qurrota A’yun adalah sebagai berikut: a.
Waktu belajar yang lebih panjang SDIT Qurrota A’yun belajar hari senin sampai dengan sabtu, dengan jam pelajaran hari senin sampai jum’at dari pukul tujuh lebih tiga puluh menit sampai pukul empat belas siang hari, untuk kelas satu dan dua. Sampai pukul lima belas lebih tiga puluh menit untuk kelas tiga dan empat. Dan Khusus untuk hari sabtu dari jam tujuh lebih tiga puluh menit sampai pukul sebelas tepat untuk semua kelas. Karena digunakan untuk program ekstra kurikuler. 54 Adapun kegiatan ekstrakurikuler ada bidang olahraga dan kesenian. Bidang olah raga meliputi Voli. Sepak bola, footsal, basket,dan karate, sedangkan bagian kesenian meliputi: mewarna,
53
Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 10/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 54 Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 10/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
52
melukis, qiro’ah, teater (puisi, vokal, dan drama) untuk kelas satu, dan tambahan hadroh untuk kelas tiga. Juga ekstra kurikuler lain yang
meliputi
bidang
ilmiah,
pengenalan
teknologi
dasar
komputer, sempoa, kepustakaan dan kepanduan. 55 Jadwal kegiatan sehari-hari: 56 Table I Jadwal kegiatan sehari-hari kelas I & II Waktu
Kegiatan
07.30-08.15
Pembukaan/ tahfidz
08.15-09.30
Regular
09.30-10.00
Istirahat (makan snack)
10.00-11.30
Regular
11.30-13.00
Istirahat, sholat, makan
13.00-13.45
Regular
13.45-14.00
Penutup
Table I Jadwal kegiatan sehari-hari kelas III Waktu
55
Kegiatan
07.30-08.15
Pembukaan/ tahfidz
08.15-09.30
Regular
09.30-10.00
Istirahat (makan snack)
10.00-11.30
Regular
11.30-13.00
Istirahat, Sholat, makan
13.00-14.45
Regular
14.45-15.15
Sholat Ashar
15.15-15.30
Penutup
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/1-W/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 56 Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 05/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
53
b.
Metode dan Variasi Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan yakni dengan menggunakan metode Quantum Teaching metode bervariasi, cerita, dongeng, Tanya jawab. Lebih melihat pada kondisi anak, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. 57
c.
Kurikulum
Terpadu,
yakni
memadukan
kurikulim
DIKNAS
(KTSP) dan DEPAG (Agama Islam) dengan menyusun kembali dalam struktur Full Day School, antara lain: 1) Pembelajaran
Islami
pada
setiap
aspek
kegiatan
dan
pembelajaran siswa. 2) Pembekalan kemampuan membaca, menulis Al-Qur’an dengan metode “UMMI”. 3) Pengayaan KTSP dengan pembelajaran Multimetode. 4) Kurikulum Ekstrakurikuler yang mengarah pada life skill. 58 SDIT sebagai lembaga dakwah berbasis pendidikan (dakwah dalam pendidikan), bagaimana perilaku anak dalam pembelajaran kita kombinasikan dengan Islam. 59
57
Lihat transkrip Wawancara nomor:.06/2-W/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 58 Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 10/D/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 59 Lihat transkrip Wawancara nomor: 11/4-W/F-1/19-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
54
d.
Mengakrabkan anak dengan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai Islam yang membedakan dengan tempat lain bukan hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas. 60 SDIT Qurrota A’yun menerapkan program full day school (sekolah sehari penuh) yang dapat dikatakan full activity. Disamping aktifitas belajar mengajar di ke;as ada juga aktivitas lain yang menunjang siswa, antara lain di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengenalan bahasa asing sejak kelas satu, yaitu bahasa Arab dan Inggris, komputer, berkebun, dan praktek langsung tentang sains. Dan jaminan kualitas : sholat dengan kesadaran, berbakti kepada orang tua, disiplin, peraya diri, senang membaca, perilaku social baik, memiliki budaya bersih, nilai 5 bidang studi tuntas, tartil membaca al-Qur’an, hafal 3 juz Al-Qur’an (juz 28, 29, 30), memiliki kemampuan membaca efektif, dan kemempuan komunikasi baik. 61 Beberapa usaha sebagai bentuk pengukuran pembiasaan pada prilaku anak adalah diberikan blanko penilaian yang pengisisannya diserahkan pada anak sepenuhnya dengan petunjuk pengisian yang sudah tersedia. 62 Aspek-aspek penilaiannya meliputi: sholat lima waktu, puasa sunnah, dan lain-lain. Laporan aktifitas harian yang
60
Lihat transkrip Wawancara nomor: 03/1-W/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 61 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/F-1/28-VII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 62 Lihat transkrip Wawancara nomor: 07/2-W/F-1/03-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
55
dibuat tersusun dari kegiatan di rumah mulai bangun tidur sampai berangkat ke sekolah dan kegiatan di sekolah mulai dari awal masuk sampai pulang ke rumah, kegiatan itu meliputi: Di rumah: bangun tidur sendiri, merapikan tempat tidur, gosok gigi ketika bangun tidur, sholat subuh, mandi sendiri, menyiapkan buku dan peralatan sekolah sendiri, melayani diri sendiri pada waktu makan, mengganti pakaian sendiri setiap pulang skolah. Sholat Ashar, sholat Maghrib, baca Al-Qur’an, Sholat Isya’, membaca dan belajar, gosok gigi sebelum tidur, dan membantu pekerjaan orang tua. 63 Di sekolah : datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian lengkap dan rapi, peralatan sekolah lengkap, tenang selama di kelas, aktif mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas, tepat waktu masuk kelas setelah istirahat, sholat dengan tertib,makan siang dengan baik dan berperilaku sosial di sekolah dengan baik. 64 Selain kegiatan pembiasaan siswa baik di rumah maupun di sekolah ada juga kegiatan yang menunjang rasa empati siswa diantaranya adalah kunjungan ke panti asuhan, tuna wicara, tuna netra, studi alam, kemah dan juga ke lembaga pemasyarakatan (LP). Kunjungan lain yakni tentang kewirausahaan antara lain kunjungan ke paju (pengrajin tong bekas), kerajinan gerabah, pengrajin
63
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/2-W/F-1/03-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 64 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/2-W/F-1/03-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
56
anyaman bambu, serta ke pabrik. Dalam kunjungan –kunjungan diharapkan siswa menjadi aktif. 65
6. Aktifitas Pendidik dan Peserta Didik a.
Aktifitas pendidik Secara umum guru menpunyai kegiatan yang sama dalam waktu yang sama. Mereka harus hadir setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai, bahkan harus lebih awal dari kehadiran murid yakni jam tujuh lebih lima belas menit harus sudah ada di sekolahan. Setiap hari senin ditugaskan untuk memberikan Tausyiah Islami yang bertujuan untuk memberikan motivasi terhadap murid-murid dalam segala hal. 66 Memberikan teladan adalah suatu komitmen bersama para guru guna pendekatan dan pembelajaran
bagi
mengakrapkan
murid
dan
dalam
membiasakan
membentuk mereka
Insan hidup
Kamil, Islami.
Melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar berjama’ah bersama mereka. Mengadakan pertemuan rutin satu bulan sekali bersama wali murid, sebagai sarana komunikasi dan evaluasi antara sekolah dan wali murid. Adapun kegiatan yang bekaitan dengan persiapan mengajar
secara
tertulis
dengan
rapi
sebelum
sepenuhnya
dilakukan setiap guru.
65
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 04/1-W/F-1/28-VII/2009dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 66 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 08/3-W/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
57
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar SDIT Qurrota A’yun Ponorogo melibatkan tenaga-tenaga edukatif yang professional dan sesuai dengan bidangnya. Adapun guru yang mengajar di SDIT Qurrota A’yun Ponorogoberasal dari berbagai lulusan perguruan tinggi dengan berbagai disiplin ilmu. Adapun kualifikasi guru adalah sebagaimana akan diuraikan berikut ini: Dari data yang diperoleh terdapat tiga puluh tiga guru yang terlibat dalam pembelajaran di SDIT Qurrota A’yun. Dan sudah menyandang gelar sarjana strata satu yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Sarjana pertanian 3 orang, sarjana Pendidikan Agama Islam 5 orang, Bahasa Arab 1 orang sarjana Pendidikan Bahasa Inggris 6 orang, Bahasa Indonesia 1 orang, sarjana Hukum Islam 1 orang, sarjana Fisika 2 orang, sarjana Statistik 1 orang, Management 2 orang, Tehknik Elektro 1 orang, sarjana Biologi 2 orang , sarjana Matematika 2 orang, Teologi Islam 1 orang, sarjana Psikologi 1 orang, Muamalah 1 orang, Tafsir Hadist 1 orang, Perb.Madzab 1 orang,dan al-syahsiyah 1 orang. 67 11 orang diantaranya sudah perah mengikuti berbagai macam pelatihan, mereka itu adalah: Arif Y. Varianto : Manj. Sekolah, Quantum Teachinh, Quantum Learning 67
Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 03/D/F-1/04-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
58
Elfi Purwanti
: MTK, KBK, Quantum Teaching
Sri Handayani
: MTK, Sains, KBK
Komari
: Quantum Teaching, Bahasa Indonesia, dan KBK
Wuri Kusuma Y : MTK, Quantum Learning, Bahasa Indonesia Nanang Harianto : Quantum Teaching, Bahasa Indonesia dan KBK Sri Wulandari
: Sains dan Matematika
Mutijab
: Quantum Learning
Teguh Suprianto : Quantum Learning dan KBK Reni Setiawati
: Matematika
Ahmad Kosasih : Multiple Intelligence
b. Aktivitas peserta didik Setiap hari murid-murid mnegikuti pembelajaran mulai jam tujuh lewat tiga puluh menit. Adapun aktifitas sehari-hari disamping
belajar
adalah
makan
bersama,
sholat
Dzuhur
berjama’ah bagi semua kelas dan sholat Ashar berjama’ah bagi kelas tiga keatas. Sesekali mereka diberikan kegiatan outbond. Yang menarik perhatian dalam kegiatan pembelajaran menjelang siang siang, mereka diberikan kesempatan untuk mengekspresikan imajinasi mereka dalam kegiatan belajar, hal ini dimaksudkan agar membantu menghilagkan rasa jenuh dan penat. Dan ternyata
59
mampu membangkitkan semangat baru dan tetap fresh mengikuti pembelajaran di siang hari. Contohnya, dibolehkan belajar sambil tiduran “dlosoran”, bernyanyi dan bagaimana guru membawa mereka kearah yang menyenangkan, tetapi bukan semata-mata hanya bermain. 68
7.
Sarana dan Prasarana Dari hasil penggalian data berdasarkan dokumen SDIT Qurrota A’yun Ponorogo tahun Pelajaran 2008-2009 adalah sebagai berikut: 69 a.
Jumlah ruangan adalah 10 ruang dengan status pemilikan: Ruangan hak milik tidak ada Ruangan sewa 7 ruang dan ruangan pinjam 3 ruang
b. Jumlah kelas ada 10 ruang Kelas 1 tiga ruang Kelas 2 dua ruang Kelas 3 dua ruang Kelas 4 satu ruang Kelas 5 satu ruang Kelas 6 satu ruang c.
Jumlah guru adalah Guru kelas 19 orang
68
Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 06/D/F-1/03-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 69 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/1-W/F-1/04-VIII/2009dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
60
Guru penjas 2 orang Guru agama 2 orang d. Jumlah penjaga dua orang dengan status kepegawaian sukwan e.
Jumlah pegawai tata usaha satu orang status pegawai sukwan
f.
Jumlah hari efektif masuk sekolah 6 hari
g. Absensi kelas bagi peserta didik yang berlaku adalah: sakit, izin, alpha. h. Sarana pendidikan lainya adalah berupa: 1. bangku untuk satu peserta didik : 438 2. lemari
: 12 buah
3. kursi
: 18 buah
4. rak perpustakaan
: 2 buah
5. tape rekorder
: 2 buah
6. mesin tik/ computer
: 10 unit
7. bola sepak
: 4 buah
8. raket badminton
: 10 buah
B. Deskripsi Data 1. Apa yang melatar belakangi diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurota A’yun Ponorogo? Seperti yang telah dijelaskan didalam latar belakang diatas bahwasannya lokasi penelitian adalah di Sekolah Dasar Islam Terpadu
61
(SDIT) Qurrota A’yun Ponorogo. SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang bernaung dibawah Diknas, namun uniknya kurikulum yang ada di SDIT yaitu kurikulum paduan antara kurikulum dari Diknas dan Depag. Di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo terdapat suatu sistem pembelajaran yang unik dibanding dengan SD-SD yang lain, yakni sistem pembelajaran full day school, dimana semua kegiatan anak mulai dari belajar, makan dan sholat dilakukan di sekolahan sehari penuh. Sistem pembelajaran full day school SDIT Qurrota A’yun Ponorogo ini tidak akan terlaksana tanpa ada alasan yang melatar belakanginya. Latar belakang tersebut adalah sebagaimana penjelasan dari Bpk.Arif Yeni selaku kepala sekolah SDIT Qurrota A’yun Ponorogo yaitu: “Latar belakang diterapkannya full day school pada mata pelajaran PAI adalah ingin menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu umum, yakni memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah, artinya SDIT berupaya mendidik siswa menjadi anak yang berkembang kemampuan akal dan intelektualnya.”
Dan penjelasan dari bapak Tijab selaku guru PAI kelas III yaitu: Meminimalkan pengaruh buruk di lingkungan rumah, karena sistemnya yang full day school jadi dampak negative dari lingkungan itu sedikit, juga membantu bagi orang tua yang sibuk, jam 07.30 sampai jam 15.30 daripada mereka menyekolahkan lagi (les) ya kalau anak mau kalau tidak? Jadi intinya itu untuk menanggulangi atau meminimalkan dampakdampak yang kurang baik, dampak era globalisasi sekarang ini. 70 70
ihat transkrip Wawancara nomor: 17/5-W/F-1/06-XII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
62
Dan penjelasan dari Ibu.Ani selaku waka kurikulum SDIT Qurrota A’yun Ponorogo yaitu: “Kita berdiri karena ada latar belakang, dulu ada TK pulangnya sudah jam 11.30 (thn.2003), kemudian banyak wali murid yang bingung mau kemana lagi setelah dari sini, diawali dengan niat dan pertolongan Allah SWT terwujudlah SDIT yang sekarang ini, diawali denngan 23 anak, selain itu juga SDIT bertempat di kota,dan kita mengetahui situasi sekarang ini, kita membantu orang tua yang sibuk, namanya anak itu permata hati, mutiara kalau tidak dijaga dengan baik di era sekarang ini takut terkontaminasi dengan era globalisasi dan dampak negative era globalisasi, sambutan masyarakat yang luar biasa, jadi berdirilah SDIT sampai sekarang ini.” 71
Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa latar belakang penerapan sistem pembelajaran full day school di
SDIT
Qurrota
A’yun
Ponorogo
adalah
karena
ingin
menyeimbangkan ilmu-ilmu umun dan ilmu-ilmu agama, selain itu pihak-pihak SDIT mengetahui betapa pentingnya pendidikan bagi anak,
khususnya
dalam
menghadapi
dampak
negatif
dari
era
globalisasi yang meresahkan masyarakat, dan dalam era globalisasi ini pendidikan dasar yang memiliki basis umum dan ilmu agama yang kuat, dengan adanya sistem pembelajaran full day school sangat membantu bagi mereka orang tua yang sibuk, dengan menitipkan anaknya pada tenaga pendidik yang tidak diragukan lagi, serta dengan visi dan misi yang jelas. Dan juga dukungan dari masyarakat yang
71
Lihat transkrip Wawancara nomor:10/4-W/F-1/19-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
63
sangat baik, terbukti dengan meningkatnya jumlah anak setiap tahun ajaran baru.
2. Apa
permasalahan
yang
dihadapi
dalam penerapan
sistem
pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurota A’yun Ponorogo? Dalam menjalankan sebuah usaha kita tidak lepas dari yang namanya permasalahan atau hambatan-hambatan, hal itu sudah wajar, namun sebisa mungkin kita harus mengatasinya. Dengan berbagai upaya agar menjadi lebih baik. Seperti halnya dalam penerapan full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo juga ada permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Maka, hal itu harus diperhatikan agar dalam penerapannya bias terlihat mana kekurangannya. Dari hasil wawancara dengan Bpk.Arif Yeni selaku kepala sekolah SDIT Qurrota A’yun Ponorogo menjelaskan: “Kita menyebutnya tantangan, yang paling mempengaruhi adalah dari segi SDM, karena dari SDM akan berpengaruh pada yang lainya, seperti pada sarana prasarana dengan kampus yang bercabang (terbagi menjadi tiga kampus) yang mengakibatkan sulitnya komunikasi, dari segi guru pun juga terpengaruh yakni stamina dan juga pada metode mengajarnya.” 72 Dan penjelasan dari Ibu.Ani selaku waka kurikulum SDIT Qurrota A’yun Ponorogo yaitu: “Pertama hambatan yang ada di Qurrota a’yun, karena perkembangan masyarakat yang memberikan amanah pada kita, 72
Lihat transkrip Dokumentasi nomor:12/1-W/F-2/15-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
64
tempat satu tidak cukup, dari kita bikin satu lokal, kurang, kita pinjam di SD kauman, koordinasi dari tiga tempat kurang karena terbagi menjadi tiga kampus, kemudian merambat pada hambatan-hamabata lain.” 73 Penjelasan dari bapak tijab selaku guru PAI kelas III yaitu: Kendala pasti ada pada pembel;ajaran PAI, salah satu nya adalah interaksi antara guru dan wali murid kurang, maksudnya disini adalah, guru di sekolahan telah maksimal mengarahkan anak, tapi ternyata tindak lanjut di rumah kurang, perhatian orang tua mengenai PAI kurang, karena orang tua menyerahkan seluruhnya ke sekolah, padahal pendidikan keluarga itu juga sangat penting, dengan kata lain control di rumah dan sekolah itu berbeda. Dan juga penjelasan dari Bpk. Nanang selaku wali kelas III: “Untuk permasalahan banyak, yang paling lebih adalah stamina guru harus benar-benar fit, ada beberapa guru yang meerangkap jabatan, jadi ya benar-benar harus tahan, ada nilai plus sendiri bagi guru yang merangkap jabatan, misalnya merangkap kepramukaan bisa lebih kenal dengan anak.” 74 Dari hasil data yang diperoleh mengenai permasalahanpermasalahan dalam penerapan full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasannya dalam pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo permasalahan yang mendasar adalah permasalahan pola kontrol antara di sekolah dan di rumah yang berbeda, SDM yang kemudian merambat pada permasalahan-permasalahan kecil lainnya. Pada sarana prasarana yakni gedung atau kampus yang terpisah menjadi tiga tempat, yakni
73
Lihat transkrip Dokumentasi nomor:14/4-W/F-1/19-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 74 Lihat transkrip Dokumentasi nomor: 13/D/F-1/03-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
65
kampus I yang berada di utara masjid agung, kampus II ada di jln. Zainal Arifin no.26 dan kampus III ada di jln.Merapi, menjadikan sulitnya komunikasi dan koordinasi, kondisi guru yang tidak fit pun juga menjadi kendala dalam penerapan full day school yang nantinya juga akan berdampak pada metode dan proses belajar mengajar.
3. Apa
langkah-langkah
strategis
yang
dilakukan
oleh
pihak
pimpinan SDIT Qurota’ayun Ponorogo dalam mengefektifkan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo? Dalam menyelenggarakan suatu kegiatan pasti ada sesuatu yang menjadi permasalahan. Begitu juga dalam penerapan full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun ini, akan tetapi meskipun demikian, tetap harus diatasi dengan berbagai upaya agar dalam penerapannya bisa berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan pihak pimpinan SDIT yang berupaya dalam mengefektifkan program full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo ini, seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Arif Yeni: Kalau dari segi yang harus ditingkatkan adalah SDM, berbagai kesulitan di sarana prasarana, metode, keuangan dan lain sebagainya ada pada SDM. Usaha yang dilakukan adalah komitmen dan kompetensi, untuk komitmen adalah komitmen lembaga untuk memahamkan bahwasanya kita tidak hanya bekerja, kalau kita punya harapan, angan-angan dan komitmen harus terus ditingkatkan, karena tanpa komitmen akan berat menjalaninya, dari pagi sampai sore, berat, misalnya dengan
66
stiap hari kamis pagi diadakan tausyiah pagi (sebelum guru masuk kelas), dan hari sabtu ada pembinaan-pembinaan, juga komitmen awal yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wali murid. Yang kedua adalah kompetensi, untuk meningkatkan kompetensi ini hal-hal yang selama ini dilakukan adalah pelatihan-pelatihan internal, misalnya pelatihan KTSP, quantum teaching, dan merekomendasikan guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan. Dan standar guru. 75 Juga penjelasan dari Ibu. Ani selaku waka kurikulum SDIT Qurrota A’yun Ponorogo: Upaya kita selalu saling komunikasi, setiap kampus diberi koordinasi masing-masing, dan setiap satu bulan sekali dikumpulkan masing-masing koordinasi untuk mengevaluasi sambil membicarakan planning kedepan. 76 Dan penjelasan dari Bapak Tijab yaitu:
Selama ini yang sudah dilaksanakan adalah pertemuan wali murid dan sekolah yang diadakan secara rutin, tujuannya yakni selain untuk evaluasi, dalam pertemuan juga diadakan kajiankajian, dengan tujuan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah, juga diadakannya buku penghubung yang harus diisi oleh orang tua denga tujuan mengontrol anakanaknya. Dari hasil paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah strategis yang dilakukan pihak pimpinan SDIT Qurrota A’yun Ponorogo dalam mengefektifkan program full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah dengan meningkatkan mutu SDM yakni dengan kompetensi dan komitmen awal.
75
Lihat transkrip wawancara nomor:15/1-W/F-3/15-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 76 Lihat transkrip wawancara nomor:16/4-W/F-3/19-VIII/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
67
BAB IV ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS III DI SDIT QURROTA A’YUN PONOROGO
A. Analisis tentang latar belakang diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo. Dalam bab II dijelaskan mengenai fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) yakni
(1) sebagai pengembangan, meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang telah dikenalkan dalam lingkungan keluarga. (2) penyaluran, untuk menyalurkan siswa yang memilki bakat khusus di bidang agama agar dapat berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. (3) perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan dalam meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. (4) pencegahan, untuk mencegah hal-hal negatife dari lingkungan siswa atau budaya lain yang dapat membahayakan perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya. (5) penyesuaian, untuk meyesuaikan diri dengan lingkungannya baik fisik maupun social sehingga dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. (6) sumber nilai, memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (7) pengajaran,
untuk
menyampaikan
fungsional. 84
pengetahuan
keagamaan
yang
68
Dalam bab II juga dijelaskan bahwa Full day school dinilai memberi alternative bagi beberapa pihak antara lain pertama bagi kalangan orang tua khususnya bagi mereka yang sibuk dengan pekerjaan, yang mana akan memudahkan kontrol atas anak-anak mereka, kedua kekhawatiran akan pengaruh dari aspek lingkungan seperti pergaulan bebas, tawuran antar siswa, penggunaan obat-obat terlarang dll. Ketiga dari pihak guru lebih bisa mengetahui proses pembelajaran pada siswa mereka.
Dari deskripsi data pada bab III dapat diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis bahwa latar belakang diterapkannya sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah karena pihak-pihak SDIT Qurrota A’yun ingin menyeimbangkan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, disamping itu latar belakang juga dikarenakan pihk-pihak SDIT Qurrota A’yun ingin membantu orang tua yang sibuk, dengan kemajuan teknologi dan melihat dampak dari era globalisasi yang meresahkan dengan menitipkan anaknya pada lembaga dengan tenaga pendidik yang kompeten, dengan visi dan misi yang jelas maka orang tua tidak perlu khawatir lagi dengan putra-putri nya. Dari deskripsi data pada bab III dapat diketahui juga bahwasanya tujuan dari penerapan sistem pembelajaran full day scholl di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah, dan jasadiyah, artinya SDIT berupaya mendidik siswa menjadi anak yang berkembang kemampuan akal dan intelektualnya. Selain itu SDIT
69
memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu: sekolah, rumah dan masyarakat dalam proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran sehingga bisa membangun karakter dan kompetensi siwa yang sinergi. Orang tua juga dilibatkan secara aktif untuk memperkaya dan memberi perhatian yang memadai dalam proses pendidikan putra-putri mereka. Dengan
sejumlah
penjelasan
diatas,
dapatlah
ditarik
suatu
pengertian umum yang komprehensif bahwa Sekolah Dasar Islam Terpadu adalah sekolah Islam yang diselenggarakan dengan memadukan secara integrative nilai dan ajaran Islam dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan yang efektif dan pelibatan yang optimal dan koperatif antara guru dan orang tua, serta masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi murid. Haidar Putra Daulay mengemukakan Sekolah pada hakikatnya bertujuan untuk membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan, dan menanamkan budi pekerti yang baik juga diberikan bekal untuk kehidupan dalam masyarakat yang sukar diperoleh dalam rumah tangga. Sekolah merupakan lembaga yang membantu orang tua peserta didik dalam mendidik anak-anaknya, karena orang tua yang sibuk dengan aktifitasnya atau memang sekolah merupakan tempatnya mencari ilmu pengetahuan yang dibantu oleh tenaga kependidikan. Dari deskripsi data pada bab III juga diketahui bahwa awal diterapkannya sistem pembelajaran full day school di SDIT Qurrota A’yun
70
Ponorogo adalah bersamaan dengan berlanjutnya sekolah Taman Kanakkanak Islam Terpadu Qurrota A’yun yang berlanjut pada jenjang yang lebih tinggi yakni Sekolah Dasar Islam Terpadu Qurrota A’yun, mengingat juga karena dukungan dan sambutan masyarakat yang sangat baik. Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa latar belakang penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI sesuai dan selaras dengan teori mengenai fungsi pendidikan agama Islam yakni sebagai pengembangan, perbiakan, pencegahan, penyesuian, sumber nilai dan pengajaran, dengan visi dan misi yang jelas pula membuat orang tua yang sibuk merasa tenang dengan menitipkan anaknya pada tenaga kependidikan yang ahli.
B. Analisis tentang permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAi kelas III di SDIT Qurota a’yun Ponorogo. Sudah suatu hal yang biasa, bahwasanya segala sesuatu yang direncanakan atau diprogramkan akan senantiasa berhadapan dengan kendala ataupun permasalahan, begitu juga dengan SDIT Qurrota a’yun dalam menerapkan pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III. Seperti penjelasan pada bab III yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah mengenai hambatan dalam penerapan full day school pada mata pelajaran PAI diantaranya adalah antara kontrol di sekolah dan di rumah yang berbeda, sarana prasarana yang kurang
71
memadai khususnya gedung sekolahan yang terbagi menjadi tiga lokasi menjadikan koordinasi dan komunikasi dinilai sangat kurang, hal itu akan berdampak pada kinerja kepala sekolah dan kegiatan pembelajaran. Tantangan lain yakni diungkapkan oleh ibu Ani selaku waka kurikulum, mengatakan bahwa tantangan utama dalam penerapan full day school di SDIT Qurrota a’yun ponorogo adalah pada segi SDM. (sumber daya manusia) atau bisa dikatakan tenaga kependidikannya, karena kurangnya SDM akan berpengaruh pada hambatan-hambatan lainnya, seperti contoh SDM dari guru kurang yakni stamina guru yang tidak fit akan berdampak pada proses belajar mengajar otomatis berdampak juga pada metode yang akan diberikan pada saat pembelajaran. Karena pembelajaran yang dilaksanakan
di
SDIT
Qurrota
A’yun
Ponorogo
adalah
dengan
menggunakan sistem pembelajran full day school yang berarti disini pembelajaran dilakukan sehari penuh, beda dengan sekolah lain, dan itu menuntut kondisi stamina guru yang benar-benar fit, demi kelancaran proses belajar mengajar. Dalam bab II dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah faktorfaktor yang menghambat pembelajaran ada dua yakni faktor intern dan ekstern.Faktor intern, antara lain: (1) Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga professional, Penyalah gunaan managemen penempatan yang mengalih tugaskan guru agama ke bagian administrasi, (2) Pendekatan metodelogi guru masih terpaku kepada orientasi tradisional,
72
(3) sehingga tidak bias menark minat siswa, (4) Kurangnya solidaritas antara guru agama dan guru bidang studi umum. Faktor ekstern, antara lain: (1) Timbulnya sikap orang tua dibeberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang menyadari tentang pendidikan terutama pendidikan agama, (2) Situasi lingkungan sekolah dipengaruhi godaan-godaan setan dalam berbagai bentuk, (3) Timbunya sikap frustasi di keluarga orang tua yang beranggapan bahwa tingginya tingkat pendidikan tidak akan menjamin anaknya untuk mendapatkkan pekerjaan yang layak. Dari penjelasan diatas bisa diketahui bahwasanya permasalahanpermasalahan dalam penerapan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo erat kaitannya dengan faktor-faktor yang menghambat pembelajaran, kurangnya stamina guru adalah salah satu contoh dari permasalahan yang ada di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo yang nantinya berdampak pada metoode-metode yang diajarkan, disamping itu perhatian orang tua di rumah yang tidak sama dengan di sekolah.
C. Analisis tentang langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pihak pimpinan SDIT Qurota’ayun Ponorogo dalam mengefektifkan sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo Pada bab II dijelaskan bahwa kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam penrapan sistem pembelajaran full day school,
73
terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidik yang tersedia. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah. Secara sederhana kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Mulyasa juga mengemukakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kemimpinan yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Maka dari itu seorang kepala sekolah haruslah mempunyai manajemen pembelajaran yang baik, diantara manajemen pembelajaran antara lain: (1) pelaksanaan pembelajaran, halhal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah mengintegrasikan lingkungan
pembelajaran
sekolah,
dengan
mengidentifikasi
kehidupan kompetensi
masyarakat sesuai
di
dengan
kebutuhan, mengembangkan indikator setiap kompetensi agar relevan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik, menata struktur organisasi, merekrut tenaga pendidikan yang professional, melengkapi sarana dan prasarana, dan menilai program pembelajaran secara berkala.
74
(2) pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, usaha kepala sekolah bagaimana agar setiap personil memiliki pemahaman dan kompetensi yang menunjang terlaksananya pembelajaran dalam mengembangkan potensi peserta didik yang optimal. (3) pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, menjalin kerjasama dengan unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya pengembangan mutu dan kualitas pembelajaran. (4) kebijakan sekolah, adapun beberapa kebijakan-kebijakan yang diambil kepala
sekolah
dalam
membantu
kelancaran
pembelajaran
adalah
memprogramkan perubahan kurikulum sebagai bagian integral dari program kepala sekolah secara keseluruhan, menganggarkan biaya operasional pembelajaran sebagai bagian anggaran sekolah, meningkatkan mutu dan kualitas guru, menyediakan sarana dan prasarana dan menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-unsur terkait secara resmi dalam kaitannya dengan pembelajaran, seperti dunia usaha, pesantren dan lainnya. Dari deskripsi pada bab III dapat diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis bahwa langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pihak pimpinan SDIT Qurrota a’yun Ponorogo, yakni kepala sekolah yakni dengan meningkatkan SDM, peningkatan SDM tersebut dilakukan dengan meningkatkan kompetensi juga komitmen. Komitmen adalah komitmen lembaga untuk memahamkan bahwasanya kita tidak hanya bekerja, kalau kita punya harapan, anganangan dan komitmen harus terus ditingkatkan, karena tanpa komitmen akan
75
berat menjalaninya, dari pagi sampai sore, berat, misalnya dengan setiap hari kamis pagi diadakan tausyiah pagi (sebelum guru masuk kelas), dan hari sabtu ada pembinaan-pembinaan. Yang kedua adalah kompetensi, untuk meningkatkan kompetensi ini hal-hal yang selama ini dilakukan adalah pelatihan-pelatihan internal, misalnya pelatihan KTSP, quantum teaching, dan merekomendasikan guru dalam mengikuti pelatihanpelatihan dan standar guru, hal ini dilakukan guna meningkatkan kualitas dan mutu tenaga pendidik ynag nantinya juga akan berdampak pada keefektifan sistem pembelajaran full day school di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo. Dari keterangan diatas dapat kita analisis bahwasanya langkahlangkah yang dilakukan oleh pihak pimpinan SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah selaras dengan teori yang ada, yakni teori mengenai organisasi dan manajemen pembelajaran.
76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan paparan, analisa dan pembahasan data, kemudian peneliti mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. SDIT Qurrota A’yun Ponorogo berdiri berdasarkan latar belakang keinginan
pihak-pihak
SDIT
Qurrota
A’yun
Ponorogo
untuk
menyeimbangkan antara ilmu-ilmu umum dengan ilmu agama, selain itu pihak-pihak pimpinan SDIT ingin meminimalkan dampak negative lingkungan sekitar serta membantu orang tua ytang sibuk. 2. Permasalahan dalam penerapan sistem pembelajaran full day school di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah rendahnya SDM baik dari tenaga pendidik, sarana dan prasarana, orang tua atau wali murid maupun dari anak didik itu sendiri. 3. Langkah-langkah strategis yang dilakukan pihak pimpinan
SDIT
Qurrota A’yun ponorogo dalam mengefektifkan sistem pembelajaran full day school adalah dengan meningkatkan SDM, yakni dengan meningkatkan kompetensi dan komitmen. B. Saran Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah antara lain: kepala sekolah, waka kurikulum dan guru terkait dengan implementasi sistem pembelajaran full day school pada mata pelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
77
1. Bagi kepala sekolah SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, hendaknya senantiasa untuk sering melakukan kontrol dan kerjasama yang baik dengan pihak sekolah lain seperti waka kurikulum, guru agar dalam penerapan system pembelajaran full day school di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo
tersebut
bisa
lebih
maju
baik
segi
operasionalnya,
pelaksanaannya dan tempatnya, dan terkait mengenai tempat atau gedungnya semoga tidak lagi menjai kendala dengan mewujudkan planning pembangunan gedung sekolah dan tidak lagi terpisah menjadi tiga
lokasi
yang
menjadikan
terhambatnya
penerapan
sistem
pembelajaran full day school ini. 2. Bagi waka kurikulum SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, hendaknya untuk terus meningkatkan dalam mengikuti pelatihan-pelatihan dan menciptakan ide-ide pembaruan terkait penerapan sistem pembelajaran full day school ini. 3. Bagi bapak ibu guru SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, hendaknya juga terus membantu dan menciptakan ide-ide bagaimana supaya penerapan sistem pembelajaran full day school ini bisa berjalan dengan baik dan juga untuk sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pembelajaran.
78
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metode Pendidikan. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Bogdan Dan Bikden. Qualitative Research For Education, An Introduction To Theory And Methods. Boston: Allyn And Bacon. 1982. Daulay, Haidar Putra. Historisitas Dan Eksistensi Pesantren Sekolah Dan Madrasah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001. Djami’in, Soehadi. Fullday School Islami: Sebuah Alternatif. Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan Regional Di Lpi Al-Azhar Tulung Agung Jalaludin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pt. Bina Ilmu, 1994. Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Pt. Bumi Aksara, 1994. Mulyasa. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Marriam, S.B.,G Simpson, E.L., A.Quide To Research For Educators And Trainer On Aduls. (Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publising Company.1984 Mandalika.J, Mulyadi.Usman. Dasar-Dasar Kurikulum.Surabaya: Penerbit Sic.1995. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Histories Eoris Dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Nurwahid, Hidayat. Sekolah Islam Terpadu: Konsep Dan Aplikasinya. Jakarta: Syaami Cipta, 2006. Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip Dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1984. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1994. Rahman, Father. Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali. Bandung: Al- Ma’arif, 1986. Soehadi, Djami’in. Full Day School Islami: Sebuah Alternative. Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan Regional Di Lpi Al-Azhar Tulung Agung. Sanaky, Hujair. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safiria Insani Pers, 2003. Subroto, Suryo. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Usman, Basyarudin. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
79
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
01/1-W/F-1/28-VII/2009 Bpk. Arif.Y. Varianto 28 Juli 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Pengertian dan ciri khas full day school
Materi Wawancara Peneliti Informan Peneliti Informan
Apa pengertian Full day school? Istilah yang di adopsi, yakni belajar dari pagi sampai sore. Ciri khas full day school sendiri? Waktu lebih panjang, metode dan variasi pembelajaran yakni dengan quantum teaching, dan untuk kurikulum sendiri ada dari DIKNAS yang dipadukan dengan ilmu Islam.
Refleksi
Full day school adalah sekolah sehari penuh yang mempunyai beberapa ciri khas
80
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
02/1-W/F-1/28-VII/2009 Bpk. Arif.Y. Varianto 28 Juli 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Ekstrakurikuler di SDIT
Materi Wawancara Peneliti Informan
Peneliti informan
Refleksi
Kurikulum untuk PAI ini bagaimana pak? Kurikulum PAI di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo khusus untuk kelas tiga berbeda dengan sekolah dasar lainnya, pada dasarnya tetap sama hanya perbedaanya terletak pada pegembangan materi yang ada. Kurikulum PAI di SDIT Qurrota A’yun dibuat inovatif sesuai kebutuhan dan visi misi sekolah. Ekstrakurikuler di SDIT Ekstrakurikuler ada dua: bidang olah raga dan kesenian, olah raga meliputi voli, sepak bola, footsal, basket dan karate. Sedang untuk kesenian ada mewarna, melukis, qiro’ah, dan teater yang dibagi menjadi beberapa bagian yakni puisi, drama dan vocal atau nasyid. Kurikulum PAI pada dasarnya sama yang berbeda adalah pada pengembangan aspek.Ekstrakurikuler di SDIT selain mengarah pada psikomotorik juga mengarah pada segi afektif dan kognitif.
81
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
03/1-W/F-1/28-VII/2009 Bpk. Arif.Y. Varianto 28 Juli 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Kegiatan dalam full day school
Materi Wawancara Peneliti Informan
Kegiatan-kegiatan lain selain pembelajaran yang ada di SDIT? Kegiatan pembelajaran pagi dimulai dengan pembukaan ada tahfidz hafalan juz’amma, hadist, dan doa sehari-hari. kemudian jam delapan lebih lima belas menit pembelajaran regular bisa bahasa indonesia, matematika, IPA, kemudian istirahat ,baca tulis al-qur’an sampai jam satu siang. kegiatan rutin yaitu penanaman nilai-nilai Islam yang membedakan dengan tempat lain, bukan hanya di dalam kelas tapi juga di luar kelas. pembiasaan sholat dzuhur berjama’ah mulai kelas satu sudah diajarkan, dengan metode mendengarkan dan menirukan, jadi bacaan shlat dikeraskan dan dibaca barengbareng. untuk tahfidz atau hafalan target kelas satu dan dua hafal juz’amma, dan kelas tiga keatas hafal tiga juz terakhir.
Refleksi
Kegiatan-kegiatan full day school tidak hanya pembelajaran dalam materi saja namun juga pada kegiatan-kegiatan lain yang mencerminkan ke-Islaman.
82
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
04/1-W/F-1/28-VII/2009 Bpk. Arif.Y. Varianto 28 Juli 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Kunjungan-kunjungan yang dilakukan SDIT
Materi Wawancara Peneliti Informan
Kunjungan-kunjungan yang sudah dilaksanakan di SDIT? Kelas I dan II, tuna netra, panti asuhan, tuna wicara, tuna rungu, studi alam desa, kemah dan kunjungan ke LP. Dan kunjungan yang mengarah pada kewirausahaan: kunjungan ke tong bekas (paju), kerajinan gerabah, anyaman bamboo dan pabrik.
Refleksi
Kunjungan-kunjungan sangat bermanfaaat bagi peserta didik karena peserta didik bias belajar pada guru yang berbeda.
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
05/1-W/F-1/28-VII/2009 Bpk. Arif.Y. Varianto 28 Juli 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Pembekalan guna meningkatkan kualitas guru
Materi Wawancara Peneliti Informan
Peneliti Informan
Refleksi
Pembekalan Apa Saja Yang Sudah Dilakukan Oleh Pihak SDIT? Secara Internal Ada, Dan Yang Sudah Berjalan JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu), atau ikatan untuk meningkatkan kualitas guru, pembelajaran, pelatihan-pelatihan, kepramukaan, kepanduan, sharing, musyawarah, dan biasanya itu dilakukan pada waktu liburan. Jenis evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran PAI ini seperti apa pak? Kalau evaluasi sama dengan sekolah lainnya, yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Merekomendasikan guru untuk mengikuti pembekalanpembekalan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas guru.
83
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
06/2-W/F-1/03-VIII/2009 Ibu. Sari ( Wali Kelas I ) 03 Agustus 2009 09.4611.43-11.57 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Metode Pembelajaran
Materi Wawancara Peneliti Informan
Metode apa yang digunakan daam pembelajaran full day school? Untuk metode bervariasi, cerita, dongeng, Tanya jawab. Lebih melihat pada kondisi anak, karena setiap anak khan memiliki karakter yang berbeda-beda.
Refleksi
Metode yang digunakan dalam pembelajaran sangat bervariasi tidak hanya dengan satu metode saja.
84
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
07/2-W/F-1/03-VIII/2009 Ibu. Sari ( Wali Kelas I ) 03 Agustus 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Usaha dalam menentukan keberhasilan siswa.
Materi Wawancara Peneliti Informan
Refleksi
Usaha apa yang dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan anak? Beberapa usaha sebagai bentuk pengukuran pembiasaan pada prilaku anak adalah diberikan blanko penilaian yang pengisisannya diserahkan pada anak sepenuhnya dengan petunjuk pengisian yang sudah tersedia. Aspek-aspek penilaiannya meliputi: sholat lima waktu, puasa sunnah, dan lain-lain. Laporan aktifitas harian yang dibuat tersusun dari kegiatan di rumah mulai bangun tidur sampai berangkat ke sekolah dan kegiatan di sekolah mulai dari awal masuk sampai pulang ke rumah, kegiatan itu meliputi: Di rumah: bangun tidur sendiri, merapikan tempat tidur, gosok gigi ketika bangun tidur, sholat subuh, mandi sendiri, menyiapkan buku dan peralatan sekolah sendiri, melayani diri sendiri pada waktu makan, mengganti pakaian sendiri setiap pulang skolah. Sholat Ashar, sholat Maghrib, baca AlQur’an,Sholat Isya’, membaca dan belajar, gosok gigi sebelum tidur, dan membantu pekerjaan orang tua. Di sekolah : datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian lengkap dan rapi, peralatan sekolah lengkap, tenang selama di kelas, aktif mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas, tepat waktu masuk kelas setelah istirahat, sholat dengan tertib,makan siang dengan baik dan berperilaku sosial di sekolah dengan baik. Dengan diberikannya blanko untuk mengukur tingkat keberhasilan anak dalam hal tingkah laku, anak juga bias lebih meningkatkan kesadaran dalan melakukan kegiatan sehari-hari dan bertanggugng jawab atas dirinya sendiri.
85
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
08/3-W/F-1/04-VIII/2009 Bpk. Nanang ( Wali kelas III ) 04 Agustus 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Kegiatan pembelajaran
Materi Wawancara Peneliti Informan
Pak bisa diceritakan kegiatan pembelajaran stiap hari? Dari pagi KBM dimulai jam 7.30, kita stand bay pukul 7.15 sebelum murid-murid datang, kemudian jam 8-8.30 hafalan, untuk kelas III itu juz 29 sampai jam 9, kemudian istirahat, makan, shalat, BTA.
Refleksi
Hasil di atas menunjukkkan bahwa KBM dalam full day school dipadu padankan dengan nilai-nilai Islami.
86
Kode : Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
09/1-W/F-1/04-VIII/2009 Bpk. Arif Y (KepSek SDIT ) 04 Agustus 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Sarana dan Prasarana
Materi Wawancara Peneliti Informan
Sarana dan prasarana yang ada di SDIT Qurrota A’yun? SDIT ada tiga tempat atau kampus, pertama ada di komplek masjid Agung Aloon-aloon. Jln. Wahid Hasyim No.16, dengan status kontrak 5 tahun, tapi dengan kemurahan yayasan gedung biasa dipakai sampai saat ini, jumlah ruang yang ada sebanyak 7 ruang, terdiri dari 5 lokal untuk kelas, 1 lokal untuk lokal kantor guru dan kepala sekolah. Selain gedung ini ada lokasi lain yaitu, Jln. KH. Zaenal Arifin, Gg.1 Kauman yang disebut sebagai kampus 2, disana ada 6 ruang, 4 lokal kelas, perpustakaan dan kantor. Dan di Jln. Lawu Nologaten 98, disebut kampus pusat, disana ada 7 ruang, untuk kelas 4 ada 3 lokal, kelas 5 ada 2 lokal dan kelas 6 ada 2 lokal, satu kantor, masjid, lapngan olah raga, basket juga footsal juga sudah ada. Jadi total ada 16, kampus I ada 7 lokal, kampus II ada 4 lokal dan kampus III ada 5 lokal. Sedangkan bangku itu sejumlah anak, computer ada 10 unit, lemari ada 8 buah, rak perpustakaan ada 4 buah, tape recorder ada 3 buah, bola sepak ada 4 buah dan raket badminton ada 10 buah.
Refleksi
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo sarana dan prasarana ikut menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan.
87
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
10/4-W/F-1/19-VIII/2009 Ibu. Ani (Waka Kur SDIT ) 19 Agustus 2009 09.37 – 09.50 13.10 - 13.40 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Latar belakang full day school
Materi Wawancara Peneliti Informan
Apa latar belakang berdirinya SDIT QA? Kita berdiri karena ada latar belakang, dulu ada TK pulangnya sudah jam 11.30 (thn.2003), kemudian banyak wali murid yang bingung mau kemana lagi setelah dari sini, diawali dengan niat dan pertolongan Allah SWT terwujudlah SDIT yang sekarang ini, diawali denngan 23 anak, selain itu juga SDIT bertempat di kota,dan kita mengetahui situasi sekarang ini, kita membantu orang tua yang sibuk, namanya anak itu permata hati, mutiara kalau tidak dijaga dengan baik di era sekarang ini takut terkontaminasi dengan era globalisasi dan dampak negative era globalisasi, sambutan masyarakat yang luar biasa, jadi berdirilah SDIT sampai sekarang ini.
Refleksi
Pengaruh akan era globalisasi dan membantu orang tua yang sibuk juga dukungan masyarakat, ternyata menjadi salah satu latar belakang diterapkannya system pembelajaran full day school.
88
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
11/4-W/F-1/19-VIII/2009 Ibu. Ani (Waka Kur SDIT ) 19 Agustus 2009 09.37 – 09.50 13.10 - 13.40 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Kurikulum full day school
Materi Wawancara Peneliti Informan
Kurikulum yang digunakan di SDIT? Kita bernaung di Diknas, tentu dengan kurikulum nasional, kemudian kita juga melirik kurikulum Depag, dan kemudian diramu dari Dignas ditambah Depag, yang tentunya di sekolah lain tidak ada, kususnya di PAI nya. Uniknya di SDIT mempunyai kurikulum sendiri, dalam pembelajarannya selalu dipadukan dengan Islam. Kita sebagai lembaga dakwah berbasis pendidikan (dakwah dalam pendidikan), bagaimana perilaku anak dalam pembelajaran kita kombinasikan dengan Islam, misalnya MTK, IPS, IPA, dan lain-lain.
Refleksi
SDIT menggunakan kurikulum kurikulum Depag dan Diknas.
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara SDIT
: : : : : : :
terpadu,
paduan
antara
12/1-W/F-2/15-VIII/2009 Bpk. Arif Y (KepSek SDIT ) 15 Agustus 2009 10.55 – 11.10 12.10-12.55 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Permasalahan-permasalahan dalam penerapan FDS di
Materi Wawancara Peneliti Informan
Refleksi
Selama ini permasalahan-permasalahan apa yang dirasakan dalam penerapan full day school? Kita menyebutnya tantangan, yang paling mempengaruhi adalah dari segi SDM, karena dari SDM akan berpengaruh pada yang lainya, seperti pada sarana prasarana dengan kampus yang bercabang (terbagi menjadi tiga kampus) yang mengakibatkan sulitnya komunikasi, dari segi guru pun juga terpengaruh yakni stamina dan juga pada metode mengajarnya. Salah satu yang menjadi dasar dari semua permasalahn dalam penerapan full day school adalah terletak pada SDM.
89
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
13/2-W/F-2/04-VIII/2009 Bpk. Nanang ( Wali kelas III ) 04 Agustus 2009 08.00 – 08.40 14.00 – 15.10 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Permasalahan/ kendala dalam penerapan full day school
Materi Wawancara Peneliti Informan
Refleksi
Selama ini permasalahan yang dirasakan dalam penerapan full day ini? Untuk permasalahan banyak, yang paling lebih adalah stamina guru harus benar-benar fit, ada beberapa guru yang meerangkap jabatan, jadi ya benar-benar harus tahan, ada nilai plus sendiri bagi guru yang merangkap jabatan, misalnya merangkap kepramukaan bias lebih kenal dengan anak. Stamina guru sangat mempengaruhi dalam pembelajaran full day school.
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
14/4-W/F-2/19-VIII/2009 Ibu. Ani (Waka Kur SDIT ) 19 Agustus 2009 09.37 – 09.50 13.10 - 13.40 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Permasalahan-permasalahan diteapkannya FDS
Materi Wawancara Peneliti Informan
Hambatan-hambatan yang selama ini dirasakan? Pertama hambatan yang ada di Qurrotaa’yun, karena pekembangan masyarakat yang memberikan amanah pada kita, tempat satu tidak cukup, dari kita bikin satu lokal, kurang, kita pinjam di SD kauman, koordinasi dari tiga tempat kurang karena terbagi menjadi tiga kampus, kemudian merambat pada hambatan-hamabata lain.
Refleksi
Hambatan yang ada pada SDIT adalah pada sarana dan prasarana, yakni gedung yang terpisah menjadi tiga bagian.
90
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
15/1-W/F-3/15-VIII/2009 Bpk. Arif Y (KepSek SDIT ) 15 Agustus 2009 10.55 – 11.10 12.10-12.55 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Upaya dalam mengefektifkan penerapan FDS di SDIT
Materi Wawancara Peneliti Informan
Refleksi
Upaya-upaya apa yang dilakukan terkait masalah-masalah tesebut pak? Kalau dari segi yang harus ditingkatkan adalah SDM, berbagai kesulitan di sarana prasarana, metode, keuangan dan lain sebagainya ada pada SDM. Usaha yang dilakukan adalah komitmen dan kompetensi, untuk komitmen adalah komitmen lembaga untuk memahamkan bahwasanya kita tidak hanya bekerja, kalau kita punya harapan, angan-angan dan komitmen harus terus ditingkatkan, karena tanpa komitmen akan berat menjalaninya, dari pagi sampai sore, berat, misalnya dengan stiap hari kamis pagi diadakan tausyiah pagi (sebelum guru masuk kelas), dan hari sabtu ada pembinaanpembinaan. Yang kedua adalah kompetensi, untuk meningkatkan kompetensi ini hal-hal yang selama ini dilakukan adalah pelatihan-pelatihan internal, misalnya pelatihan KTSP, quantum teaching, dan merekomendasikan guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan. Dan standar guru. Berbagai upaya dalam mengefektifkan program full day school, diantaranya membangun komitmen dan kompetensi guna meningkatkan SDM.
91
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : : :
16/4-W/F-3/19-VIII/2009 Ibu. Ani (Waka Kur SDIT ) 19 Agustus 2009 09.37 – 09.50 13.10 - 13.40 Ruang Kepsek/ Guru SDIT Qurrota A’yun Upaya kepsek dalam mengefektifkan program FDS
Materi Wawancara Peneliti Informan
Refleksi
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatanhambatan tersebut? Upaya kita selalu saling komunikasi, stiap kampus diberi koordinasi masing-masing, dan setipa satu bulan sekali dikumpulkan masing-masing koordinasi untuk mengevaluasi sambil membicarakan planning kedepan.
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang ada adalah dengan membentuk koordinasi pada tiap-tiap kampus untuk memudahkan komunikasi.
92
Kode Nama Informan Tanggal Jam Disusun Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: : : : : :
17/5-W/F-1/06-XII/2009 Bapak Tijab (guru PAI kelas III ) 06 Desember 2009 09.37 – 09.50 13.10 - 13.40 Ruang Guru SDIT Qurrota A’yun : latar belakang penerapan sistem full day school pada mata pelajaran PAI
Materi Wawancara Peneliti
Apa yang melatar belakangi penerapan system ini pak?
Informan
Meminimalkan pengaruh buruk di lingkungan rumah, karena sistemnya yang full day school jadi dampak negative dari lingkungan itu sedikit, juga membantu bagi orang tua yang sibuk, jam 07.30 sampai jam 15.30 daripada mereka menyekolahkan lagi (les) ya kalau anak mau kalau tidak? Jadi intinya itu untuk menanggulangi atau meminimalkan dampakdampak yang kurang baik, dampak era globalisasi sekarang ini
Refleksi
Latar belakang diterapkannya system fds pada mata pelajaran PAI adalah meminilkan dampak buruk dari lingkungan masing-masing anak didik.
Kode : 18/5-W/F-1/06-XII/2009 Nama Informan : Bapak Tijab (guru PAI kelas III ) Tanggal : 06 Desember 2009 Jam : 09.37 – 09.50 Disusun Jam : 13.10 - 13.40 Tempat Wawancara : Ruang Guru SDIT Qurrota A’yun Topik Wawancara : proses pembelajaran mata pelajaran PAI Materi Wawancara Peneliti
Bias diceritakan proses pembelajaran PAI dan metode yang digunakan?
Informan
Model pembelajaran mengacu pada konsep Quantum Teaching “TANDUR” yaitu tanamkan atau tumbuhkan yang artinya bagaimana dapat menarik minat mereka atau peserta didik. Apa yang dapat menjawab AMBAK (apakah manfaatnya bagiku), alami, apakah yang harus mereka lakukan agar “mengerti”? saya ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya namai, apakah “AHA” (bagaimana cara) “oh” saya mengerti. Kemudian bagaimana agar
93
mereka bias meneunjukkkan apa yang mereka ketahui. Mereka ditunjukkan terhadap apa yang sesungguhnya terjadi dan bermanfaat bagi mereka. Selanjutnya pengetahuan dan atau keilmuan yang mereka temukan dipatrikan ke dalam ingatan mereka dengan mengulang pelajaran sebagai suatu kesimpulan dan evaluasi belajar mereka. Konsep terakhir yang termasuk dalam pembelajaran model ini adalah bagaimana setiap usaha yang mereka lakukan itu berhasil. Pendekatan yang dilakukan para pelaku pendidikan di SDIT Qurrota A’yun Ponoroogo memberikan satu motivasi teladan bagi para murid. Sehingga terjadi proses pembiasaan dalam perilaku anak SDIT Qurrota A’yun Ponorogo terhadap esensi materi PAI. Yang terpenting anak tidak hanya diajarkan saja, tapi juga bias menjadi kebiasaan, mereka belajar dengan gembira dan senang dan tanpa terasa mereka telah memperoleh pelajaran yang berharga. Dan program full day school ini sangat membantu, seperti contoh pelajaran sholat, mereka selain diberi materi juga langsung praktek, yakni bias dilakukan pada sholat dzuhur dan Ashar. Refleksi
Proses pembelajaran PAI kelas III di SDIT Qurrota A’yun ponorogo menggunakan metode quantum teaching..
Koding Tanggal Pengamatan Jam Disusun Jam Kegiatan yang diobservasi
: : : : :
01/O/F-1/28-VII/2009 28 Juli 2009 O6.45 17.00-17.45 Letak geografis SDIT Qurrota A’yun
Transkrip Observasi
Di tengah terik matahari di jalan Wahid hasyim No.16 tepat di utara masjid Agung Aloon-aloon kota Ponorogo, disitulah letak SDIT Qurrotaa’yun berada.
Tanggapan Pengamat
SDIT Qurrotaa’yun Ada Di Jl.Wahid Hasyim No.16 Utara Masjid Agung Ponorogo, letak yang sangat strategis.
94
Koding Tanggal Pengamatan Jam Disusun Jam Kegiatan yang diobservasi Transkrip Observasi
: : : : :
02/O/F-1/03-VIII/2009 03 Agustus 2009 O6.45-14.20 16.25-17.30 Proses Belajar Mengajar
Pagi yang sangat cerah…. terlihat seorang guru sedang memarkir kendaraan bermotornya, sesaat kemudian menuju sebah ruangan, tepatnya di ruang guru, saling bertegur sapa menyampaikan salam pada beberapa guru yang telah lebih dahulu hadir…guru meletakkan tas yang di bawanya dan segera membereskan meja kerjanya yang penuh dengan buku tugas anak didiknya… lima belas menit sudah terlewati sesasat kemudian tiba satu per satu anak didik. terlihat beberapa anak didik bermain bola sambil menunggu bel masuk kelas berbunyi..ada yang berlari-larian, ada yang sekedar duduk-duduk bersama temantemanya, ada yang membaca buku… dan tet….tet… tet….. bel pun berbunyi, serentak anak-anak berhamburan menuju teras kelas mereka masing-masing untukberbaris sebelum masuk kelas yang dipimpin oleh gurunya masingmasing. Tepat pukul 07.30 anak-anak masuk kelas dengan disiplin, mereka berdoa setelah itu sapaan seorang gburu yang menanyakan kabar dan kondisi mereka menambah semangat baru bagi anak-anak.pelajaran pun berlangsung tepat pukul 09.30 bel pun berbunyi, tanda jam istirahat pun telah tiba. terlihat beberapa anak menuju ke ruang guru, mereka sangat serius menghitung… ya menghitung snack sebanyak teman mereka di kelas, sesampai di kelas snack pun langsung di bagikan dan semua makan bersama dan tak lupa berdoa sebelum makan. makan snack pun telah usai sesat mereka bermain dan bel pun kembali terdengar tepat pada jam 10.00, dan anak pun mulai belajar kembali, eit…. ada anak yang belajar sambil duduk di bawah meja, ada juga anak yang belajar sambil tiduran di lantai namun belajar tetap berlangsung….tanya jawab silih berganti dari mulut-mulut mungil yang pengen tau akan materi yang diajarkan sampai jam 11.30 anak masih terlihat asyik dengan pelajarannya dengan seorang guru yang mem bawakan pelajaran dengan penuh semangat…tet…tet….tet…. bel berbunyi lagi, anak-anak terlihat sibuk membuka tas dan mengambil sesuatu, ternyata mengambil peralatan shnolat, dan mereka bersama-sama menuju masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah. setelah sholat berjama’ah mereka
95
kembali ke kelas dan makan bersama. tet…tet…tet… bel pun berbunyi tanda waktu ISHOMA telah selesai dan mereka melanjutkan pelajaran, saat jam pelajaran dimulai tidak segan-segan sang guru memberikan semangat baru bagi anak-anak dengan sebuah permainan tepuk-tepuk dan sesaat setelah permainan pelajaran pun dimulai kembali dan tepat pukul 14.00 bel berbunyi untuk yang terakhir. Dan anak-anak pun membereskan tas nya dan bersamasama berdoa dan tak lupa cium tangan bagi sang guru yang telah sehari penuh memberikan ilmu pada mereka.. anakanak berhamburan, ada yang masih menunggu jemputan dan ada yang langsung pulang karena orang tua mereka sudah menunggu beberapa saat sebelum bel berbunyi. Matahari mulai terik, dan haus dahaga tak tertahankan, akupun mulai melangkahkan kai meninggalkan gedung sekolah yang mungil ini… Tanggapan Pengamat
Proses belajar mengajar yang ada di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo dilakukan sehari penuh mulai jam tujuh pagi sampai jam empat sore yang penuh dengan kegiatan.
96
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
01/D/F-1/28-VII/2009 Tulisan Visi dan Misi Sekolah 28 Juli 2009 09.10 WIB
Bukti Dokumen
a.Visi Terbentuknya siswa siswi yang berkepribadian Islami, berprestasi optimal, kreatif dan mandiri. b.Misi 1. Menjadi lembaga dakwah berbasis sekolah. 2. Menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan lain demi terwujudnya sekolah Islam berkualitas. 3. Menjadi sekolah Islam percontohan.
Refleksi
SDIT Qurrota A’yun Ponorogo mempunyai visi, misi dan tujuan yang berlandaskan IMTAQ dan unggul dalam IPTEK.
97
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan Bukti Dokumen
Refleksi
: : : : :
02/D/F-1/28-VII/2009 Tulisan Sejarah singkat berdirinya SDIT Qurrota A’yun Ponorogo 28 Juli 2009 10.00 WIB Sekolah Dasar Islam Terpadu ( SDIT ) Qurrota A’yun Ponorogo merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah tanggung jawab yayasan Qurrota A’yun. Dan berdiri dengan akte Notaris Sutomo, SH. No.02 tanggal 1 Mei 2001. SDIT Qurrota A’yun berjalan berdasarkan surat Rekomendasi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, Nomor: 421.2 / 507 / 405.43 / 2004 tanggal 11 Maret 2004. Rekomendasi Bupati Ponorogo Nomor: 421.2 / 195 / 405.59 / 2004 tanggal 20 April 2004. SDIT melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sebuah gedung komplek masjid Agung Aloon-aloon. Jln. Wahid Hasyim No.16, dengan status kontrak 5 tahun, jumlah ruang yang ada sebanyak 7 ruang, terdiri dari 5 lokal untuk kelas, 1 lokal untuk lokal kantor guru dan kepala sekolah. Selain gedung ini ada lokasi lain yaitu, Jln. KH. Zaenal Arifin, Gg.1 Kauman yang disebut sebagai kampus 2, disana ada 6 ruang, 4 lokal kelas, perpustakaan dan kantor. Dan di Jln. Lawu Nologaten 98, disebut kampus pusat, disana ada 7 ruang, untuk kelas 4 ada 3 lokal, kelas 5 ada 2 lokal dan kelas 6 ada 2 lokal, satu kantor, masjid, lapangan olah raga.
98
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
03/D/F-1/04-VIII/2009 Tabel Data Guru dan Penjaga SDIT Qurrota A’yun 04 Agustus 2009 09.45 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Dalam menjalankan aktifitas sehari-hari SDIT Qurrota A’yun Ponorogo memiliki kurang lebih 38 guru yang berkompetensi dalam bidangnya masing-masing.
99
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
04/D/F-1/04-VIII/2009 Tabel Keadaan/ Jumlah Siswa SDIT Qurrota A’yun 04 Agustus 2009 10.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Sambutan masyarakat yang baik dengan didirikannya SDIT, terbukti bertambahnya jumlah siswa setiap tahun ajaran baru.
100
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan Bukti Dokumen
: : : : :
05/D/F-1/04-VIII/2009 Tabel Jadwal Kegiatan Sehari-hari kelas I - IV 04 Agustus 2009 10.00 WIB Jadwal kegiatan sehari-hari kelas I & II Waktu 07.30-08.15 08.15-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-13.00 13.00-13.45 13.45-14.00
Kegiatan Pembukaan/ tahfidz Regular Istirahat (makan snack) Regular Istirahat, sholat, makan Regular penutup
Jadwal kegiatan sehari-hari kelas III & IV Waktu 07.30-08.15 08.15-09.30 09.30-10.00 10.00-11.30 11.30-13.00 13.00-14.45 14.45-15.15 15.15-15.30
Refleksi
Kegiatan Pembukaan/ tahfidz Regular Istirahat (makan snack) Regular Istirahat, Sholat, makan Regular Sholat Ashar penutup
Jadwal kegiatan sehari-hari penerapan sitem pembelajaran full day school.
101
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
06/D/F-1/03-VIII/2009 Foto Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas 03 Agustus 2009 09.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Terlihat bahwa dalam penerapan full day school guru menggunakan metode-metode belajar yang variatif yang menyesuaikan dengan kondisi anak, seperti contoh belajar boleh dengan dlosoran ketika anak sudah jenuh atau bosan.
102
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
07/D/F-1/03-VIII/2009 Foto Kegiatan Makan Snack 03 Agustus 2009 09.35 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Kegiatan makan snack saat jam istirahat.
103
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
08/D/F-1/08-VIII/2009 Foto Kegiatan Ekstrakurikuler 08 Agustus 2009 09.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo adalah sebagai penujang minat dan bakat siswa.
104
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
09/D/F-1/08-VIII/2009 Tulisan Blanko Kebiasaan sehari-hari 08 Agustus 2009 09.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Sederet kebiasan-kebiasaan guna mengontrol anak ketika di rumah hal ini juga bermanfaat bagi anak, dengan adanya blanko kebiasaan anak menjadi lebih disiplin.
105
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
10/D/F-1/28-VII/2009 Tulisan Brosur 08 Agustus 2009 09.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Selain sebagai sekolah yang menerapkan system pembelajaran terpadu, SDIT Qurrota A’yun Ponorogo juga mengadakan program-program kegiatan, seperti ekstra kurikuler dan program unggulan sebagai penunjang minat dan bakat siswa.
106
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
12/D/F-1/28-VII/2009 Tulisan pengembangan aspek 08 Agustus 2009 09.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Pengembangan aspek pada masing-masing mata pelajaran menunjukkan bahwa kurikulum PAI di SDIT berbeda dengan kurikulum pada sekolah-sekolah lainnya.
107
Koding Bentuk Isi dokumen Tanggal Pencatatan Jam Pencatatan
: : : : :
11/D/F-1/28-VII/2009 Tabel Struktur Organisasi 08 Agustus 2009 09.00 WIB
Bukti Dokumen
Refleksi
Struktur organisasi untuk memudahkan system kerja yang telah ditentukan agar tidak terjadi penyalahgunaan hak dan kewajiban orang lain. Dalam penyusunannya organisasi di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo diadakan pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masingmasing, sehinnga dalam melaksanakan tgugasnya dapat berjalan dengan baik dan lancar.
108