BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin beragamnya jenis kebutuhan manusia dalam era modern ini, membuat pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi cenderung mengalami peningkatan. Tuntutan tersebut juga yang menyebabkan pekerjaan apapun dirasa sesuai, asal memberi jaminan atas pendapatan yang layak di setiap bulannya. Sehingga menjadi hal yang lumrah, saat ditemukan masih adanya para pekerja di sektor formal dengan pendapatan yang meski terjamin, namun mempunyai pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utamanya tersebut. Beragam alasan yang mendasari seseorang untuk mencari tambahan pendapatan dari pekerjaan sampingan (moonlighting), seperti misalnya untuk menambah pendapatan guna membiayai konsumsi keluarga atau sekadar menjadi salah satu alternatif menyalurkan hobi, karena pekerjaan yang digelutinya tidak dapat mengakomodasi hal tersebut. Beberapa penelitian mengenai secondary job atau fenomena pekerjaan sampingan ini telah dilakukan di berbagai negara, seperti misalnya Amerika Serikat dan Inggris. Penelitian yang berjudul The Economics of Multiple Job Holding yang dilakukan oleh Robert Shishko dan Bernard Rostker misalnya, dan acap kali dijadikan jurnal acuan untuk penelitian sejenis, mencoba meneliti mengenai keterkaitan antara faktor-faktor ekonomi (penawaran
22
moonlighting dan pendapatan pekerjaan utama) dengan karakteristik perseorangan (pendidikan, ras, usia, dan status pernikahan). Hasil penelitian Shishko dan Rostker di antaranya menunjukkan bahwa penawaran moonlighting labor meningkat seiring dengan kenaikan tingkat pendapatan pekerjaan sampingan, namun sebaliknya, turun di saat pendapatan pekerjaan utama yang membaik. Heather Dickey, Verity Watson, dan Alexandros Zangelidis, dalam penelitian mereka mengenai multiple job holding di Inggris yang berjudul What Triggers Multiple Job Holding? — An Experimental Investigation, menemukan bahwa bukan hanya motif keuangan yang dapat memberi penjelasan pada fenomena pekerjaan sampingan, tapi juga faktor lain, seperti fleksibilitas jadwal kerja, tingkat kepuasan yang didapat dari secondary job, bahkan juga karena adanya peluang untuk berwirausaha. Di Indonesia, salah satu contoh pekerja sektor formal dengan pendapatan yang terjamin di setiap bulannya adalah pegawai negeri sipil (PNS). Meski begitu, tak dapat dipungkiri, bahwa fenomena pegawai negeri sipil yang mempunyai pekerjaan sampingan ada di dalam masyarakat Indonesia dan telah menjadi common knowledge. Padahal menurut data pokok APBN 2007-2013, jumlah anggaran yang digunakan pemerintah pusat untuk belanja pegawai (di antaranya pembayaran gaji pegawai negeri sipil) mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Hal ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, guna mencari mencari tahu, faktor apa saja yang
23
sebenarnya membuat pegawai negeri sipil masih membutuhkan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan.
Tabel 1.1 Belanja Pemerintah Pusat, 2007-2013 (miliar rupiah) No.
1
Uraian
Belanja
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
LKPP
LKPP
LKPP
LKPP
LKPP
APBN-P
APBN
90.425,0 112.829,9 127.669,7 148.078,1 175.737,9 212.255,1 241.606,3
Pegawai Sumber: Anggaran Depkeu (2014)
Penelitian mengenai pekerjaan sampingan di Indonesia sendiri memang masih jarang ditemui, hal ini dibuktikan dengan cukup sulitnya menemukan referensi penelitian tersebut di Indonesia. Penelitian yang telah dilakukan terkait fenomena pekerjaan sampingan pegawai negeri sipil di Indonesia, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Agung Prasetyo dan Adrianus Bintang Hanto Nugroho, untuk tugas akhir (skripsi) mereka. Pada tahun 2004, Agung Prasetyo, melakukan penelitian mengenai pekerjaan sampingan di dua lokasi, yaitu Kota Yogyakarta yang menjadi sampel kota, dan Kabupaten Bantul sebagai lokasi sampel desa. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, bahwa variabel lokasi tempat kerja, pendidikan,
24
jumlah anak dalam tanggungan, dan usia berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pekerjaan sampingan, sedangkan gaji sebagai pegawai negeri sipil dan status pekerjaan pasangan tidak berpengaruh terhadap pendapatan pekerjaan sampingan. Sementara Adrianus Bintang Hanto Nugroho dalam penelitiannya di Kota Semarang dan Kabupaten Temanggung, mendapatkan bahwa tiga variabel, yaitu variabel gaji, lokasi kerja, dan pekerjaan pasangan memiliki pengaruh terhadap pendapatan pekerjaan sampingan, meski pekerjaan pasangan berpengaruh secara lemah. Di samping ingin mencari tahu, apakah ada faktor selain pendapatan utama sebagai pegawai negeri sipil yang memengaruhi keputusan pegawai negeri sipil untuk melakukan pekerjaan sampingan, peneliti juga ingin mengetahui adakah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada pegawai negeri sipil di lingkungan kota (urban) dan pegawai negeri sipil di lingkungan desa (rural). Oleh karena itu peneliti memilih Provinsi Jawa Barat sebagai lokasi populasi penelitian, dengan Kota Bandung untuk mewakili sampel urban dan Kabupaten Sumedang untuk mewakili sampel rural. Sehingga penelitian ini memiliki judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil akan Pekerjaan Sampingan; Studi Kasus Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang”.
25
1.2 Rumusan Masalah Menurut data pokok APBN 2007-2013, jumlah anggaran yang digunakan pemerintah pusat untuk belanja pegawai (di antaranya pembayaran gaji pegawai negeri sipil) mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Meski begitu, masih ada saja pegawai negeri sipil yang memiliki pekerjaan sampingan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, penawaran moonlighting tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi (pendapatan pekerjaan utama), melainkan juga dengan karakteristik perseorangan seperti yang diungkapkan Shishko dan Rostker, atau bahkan mungkin saja karena alasan lain di luar motif keuangan (Dickey, Watson, dan Zangelidis). Oleh sebab itu, penelitian ini ingin mencari tahu faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan, di Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang.
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan, di Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang.
26
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, di antaranya adalah: 1.
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa saja dari variabel independen yang diteliti, yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan.
2.
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan terkait, baik untuk pegawai negeri sipil secara menyeluruh, maupun pegawai negeri sipil yang khusus berdomisili di Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang.
3.
Digunakan untuk memenuhi syarat kelulusan jenjang pendidikan S1 dan mendapat gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada.
4.
Dapat
menambah
pengetahuan,
terutama
di
bidang
ketenagakerjaan.
1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Sampel dan Populasi Penelitian Populasi adalah jumlah dari seluruh subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang diteliti (Arikunto dalam Prasetyo, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai negeri sipil di Provinsi Jawa Barat. Karena tidak mungkin untuk mengumpulkan data
27
dari populasi pegawai negeri sipil di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan, maka data sampel digunakan, dengan menjadikan Kota Bandung sebagai lokasi pengambilan sampel urban dan Kabupaten Sumedang sebagai lokasi pengambilan sampel rural. Adapun metode sampling yang digunakan adalah metode nonrandom atau judgement sample. Nonrandom atau judgement sample adalah salah satu metode untuk pemilihan atau pengambilan sampel. Unsur subjektivitas sangat berperan di dalam metode ini, karena pendapat dan pengetahuan seseorang akan menjadi dasar dalam pemilihan unsur populasi untuk dipilih sebagai sampel (Boedijoewono, 2007). Secara umum terdapat dua tahap yang perlu dilakukan untuk memperoleh sampel ini, yaitu: 1. Tahap penyebaran kuesioner pada pegawai negeri sipil dalam lingkup Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Kabupaten Sumedang. 2. Tahap pemilihan dari kuesioner tahap satu, pegawai negeri sipil yang memiliki pekerjaan sampingan kemudian akan dijadikan sampel penelitian. Setelah memilah data, diketahui bahwa penelitian ini menggunakan data cross-section1.
1
Data cross-section adalah data yang terdiri atas satu atau lebih variabel yang dikumpulkan dalam satu periode yang sama (Gujarati, 2009).
28
1.5.2 Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah2:
dimana, Psamp = =
pendapatan sampingan pendapatan pekerjaan sampingan (sebagai indikator kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan)
Gaji
=
pendapatan pekerjaan utama (sebagai pegawai negeri sipil)
AnkDT=
jumlah anak yang masih dalam tanggungan
Lok
=
binary variable = lokasi kerja
Ppas
=
binary variable = status pekerjaan pasangan
1.5.3 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan data cross-section yang diregresi dengan metode ordinary least squares. Sebelumnya dilakukan uji Mackinnon, White, dan Davidson (MWD), untuk memilih model regresi terbaik (model regresi linear atau model regresi non linear).
2
Model penelitian mengikuti model 15.5.1 yang ada pada buku Basic Econometrics 3rd edition karangan Damodar N. Gujarati (1995), halaman 508.
29
Selanjutnya ketepatan fungsi regresi sampel secara statistik dapat diketahui dengan melihat nilai uji statistik t, uji statistik F, dan koefisien determinasi. Selain itu model regresi dalam penelitian ini juga akan melalui uji asumsi klasik yang meliputi beberapa pengujian, yaitu uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
1.6 Batasan Masalah Penelitian ini menentukan batasan masalah sebagai berikut. 1. Keterbatasan lokasi pengambilan sampel. Karena tidak mungkin untuk mengumpulkan data dari populasi pegawai negeri sipil di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan, maka kuesioner untuk pengambilan sampel disebarkan hanya pada pegawai negeri sipil yang ada di beberapa badan dan dinas dalam lingkup Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Kabupaten Sumedang. 2. Keterbatasan pada alat analisis, dimana hanya digunakan dua alat analisis, yaitu uji MWD yang digunakan untuk memilih model regresi terbaik (model regresi linear atau model regresi non linear), dan regresi data cross-section. 3. Model pada penelitian ini mengikuti model 15.5.1 yang ada pada buku Basic Econometrics 3rd edition karangan Damodar N. Gujarati (1995).
30
1.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bahwa gaji seorang pegawai negeri sipil berpengaruh secara signifikan terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan. Pengaruhnya negatif (-) jika meningkatnya gaji sebagai pegawai negeri sipil mengurangi kebutuhan pegawai negeri sipil akan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan. Pengaruhnya positif (+) jika meningkatnya gaji sebagai pegawai negeri sipil meningkatkan pola konsumsi pegawai negeri sipil tersebut, sehingga ia membutuhkan pendapatan tambahan di luar pendapatan utamanya, yang diperoleh dari pekerjaan sampingan. 2. Bahwa jumlah anak yang ditanggung berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah anak yang masih ditanggung, menyebabkan beban pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan yang harus ditanggung pegawai
negeri
sipil
juga
akan
bertambah,
sehingga
meningkatkan kebutuhan pegawai negeri sipil akan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan untuk memenuhinya. 3. Bahwa variabel binary lokasi (urban (Kota Bandung) dan rural (Kabupaten Sumedang)) berpengaruh secara signifikan dan positif
31
terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan. Pada hipotesis binary lokasi ini, peneliti memberi nilai 1 pada lokasi urban dan nilai 0 pada lokasi rural, dengan asumsi pegawai negeri sipil yang berlokasi di perkotaan relatif lebih tinggi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka lebih membutuhkan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan. 4. Bahwa variabel binary status pekerjaan pasangan (bekerja dan tidak bekerja) berpengaruh secara signifikan terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan. Pengaruhnya negatif (-) jika dengan pasangan yang bekerja, yang berarti pendapatan keluarga pegawai negeri sipil tersebut bertambah, sudah mampu mengurangi kebutuhan pegawai negeri sipil akan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan. Pengaruhnya positif (+) jika dengan pasangan yang bekerja, yang berarti pendapatan keluarga pegawai negeri sipil tersebut bertambah,
meningkatkan
pola
konsumsinya,
sehingga
menambah kebutuhan pegawai negeri sipil akan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan. Pada hipotesis binary status pekerjaan pasangan ini, peneliti memberi nilai 1 pada pegawai negeri sipil yang memiliki pasangan yang bekerja dan 0 pada pegawai negeri sipil yang pasangannya tidak bekerja.
32
1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I:
Pendahuluan. Berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, metodologi penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II:
Landasan teori. Berisi teori-teori yang melandasi penelitian dan tinjauan empiris dari penelitian-penelitian sejenis terdahulu.
BAB III:
Gambaran umum objek penelitian. Berisi tentang gambaran umum pegawai negeri sipil di Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang, serta gambaran umum dari objek yang diteliti (pegawai negeri sipil dengan pekerjaan sampingan).
BAB IV:
Analisis data dan pembahasan. Berisi tentang hasil analisis data dan pembahasannya.
BAB V:
Kesimpulan dan implikasi. Berisi tentang kesimpulan penelitian serta implikasi yang dibuat berdasar pada kesimpulan.
33