1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public
Offering (IPO). Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya (UU No. 8 Tahun 1995). Melalui penawaran umum perdana para investor dan calon investor melakukan penilaian dan akan melahirkan suatu bentuk respon yang terlihat pada harga dan banyaknya saham yang dibeli. Pada umumnya investor hanya akan mendapatkan informasi yang terbatas seperti yang diungkapkan dalam prospektus yang memuat rincian informasi serta fakta-fakta material tentang penawaran umum emiten baik berupa informasi akuntansi maupun non-akuntansi (Widiyanti dan Kusuma 2013). Saham perusahaan yang akan go public akan dijual dipasar perdana terlebih dahulu sebelum diperdagangkan dipasar sekunder (bursa efek). Selanjutnya saham baru dapat diperjualbelikan di bursa efek atau yang disebut pasar sekunder (secondary market). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara emiten dengan underwriter (penjamin emisi efek). Pada pasar sekunder harga saham terbentuk dari mekanisme pasar atau kekuatan permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Penilaian investor difase ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan harga saham.
1
2
Setelah melalui pasar perdana dan pasar sekunder, maka bisa diketahui apakah saham tersebut mengalami underpricing atau overpricing. Saham dikatakan underpricing apabila harga saham di pasar perdana lebih kecil dari pada harga saham penutupan hari pertama di pasar sekunder. Kondisi underpricing merugikan perusahaan yang go public karena dana yang diperoleh dari publik kurang maksimal. Sedangkan saham dikatakan overpricing apabila harga saham di pasar perdana lebih tinggi daripada di pasar sekunder. Kondisi overpricing tidak menguntungkan kepada investor karena mengakibatkan investor tidak menerima initial return atau return positif yang diterima investor (Lutfianto, 2013). Initial return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena selisih harga saham yang dibeli di pasar perdana lebih kecil dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan untuk meminimalisasi situasi underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor (Beatty, 1989). Underpricing merupakan fenomena yang sering terjadi pada saat penawaran umum perdana. Hal ini menandakan asimetri informasi tetap terjadi walaupun telah disediakan informasi terkait perusahaan (Rahmadeni, 2012). De Lorenzo dan Fabrizio (2001) menyatakan hampir semua penelitian terdahulu menjelaskan terjadinya underpricing sebagai akibat dari adanya asimetri dalam distribusi informasi antara pelaku IPO yaitu perusahaan, underwriter, dan investor. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan
3
muncul ketika satu atau lebih individu yang disebut sebagai prinsipal mempekerjakan satu atau lebih individu lain yang disebut sebagai agen. Pihak prinsipal memberikan suatu jasa dan mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama prinsipal. Hubungan antara prinsipal dengan agen sering terjadi konflik kepentingan sehingga terjadi asimetri informasi. Asimetri informasi terjadi kerena manajemen lebih superior dalam menguasai informasi dibandingkan pihak para pemilik dan pemegang saham. Teori agensi menggunakan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Menurut Beatty (1989), asimetri informasi dapat terjadi antara perusahaan emiten dengan underwriter (Model Baron) atau antara informed investor dengan uninformed investor (Model Rock). Pada model Baron (1982) penjamin emisi (underwriter) dianggap memiliki informasi tentang pasar yang lebih lengkap daripada emiten sedangkan terhadap calon investor, penjamin emisi memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten. Semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh investor, dan semakin tinggi initial return yang diharapkan dari harga saham. Model Rock (1986) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi pada kelompok informed investor dengan uninformed investor. Informed investor yang memiliki informasi lebih banyak mengenai perusahaan emiten akan membeli saham-saham IPO jika harga pasar yang diharapkan melebihi harga perdana. Sementara kelompok uninformed karena kurang memiliki informasi mengenai perusahaan emiten, cenderung melakukan penawaran secara sembarangan baik pada saham-saham
4
IPO yang underpriced maupun overpriced. Teori keagenan pada topik ini lebih ditekankan pada masalah-masalah yang ditimbulkan oleh informasi yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak (asimetri informasi). Akibatnya konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak ikut dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut (Kristiantari, 2012). Selain teori keagenan, teori sinyal juga digunakan untuk menjelaskan fenomena underpricing. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi tersebut memberikan gambaran mengenai prospek perusahaan di masa depan. Welch dan Ritter (2002) yang menyatakan bahwa konsep teori sinyal dalam fenomena underpricing sebagai suatu mekanisme untuk memberi sinyal atas kualitas dari suatu perusahaan. Jadi, perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas yang baik melakukan underpricing atas saham-sahamnya dengan tujuan agar memperoleh keberhasilan penjualan saat melakukan penawaran saham di masa yang akan datang. Penelitian mengenai initial return telah cukup banyak dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia. Namun apabila dikaji lebih lanjut, hasil temuan yang diungkapkan dapat dikatakan belum konsisten. Variabel-variabel yang diuji sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi initial return menunjukkan hasil yang berbeda-beda antar peneliti. Beatty (1989) mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif antara reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, dan tipe kontrak underwriter dengan initial return. Dikemukakan pula bahwa
5
persentase penawaran saham, dan indikator perusahaan minyak dan gas mempunyai pengaruh positif pada initial return. Carter dan Manaster (1990) mengemukakan bahwa reputasi underwriter, insiders shares, offering shares, dan umur perusahaan, berpengaruh negatif pada initial return. Mauer dan Senbet (1992) mengemukakan bahwa residual risk berpengaruh positif terhadap initial return, dan offering size, company age, time of offering berpengaruh negatif terhadap initial return. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (1993) menunjukkan bahwa financial leverage dan ownership retention berpengaruh positif pada initial return, sedangkan invesment, return on asset, reputasi underwriter, dan gross proceeds berpengaruh negatif pada initial return. Penelitian serupa di Indonesia antara lain dilakukan oleh
Trisnawati
(1998) mengemukakan bahwa hanya umur perusahaan yang berpengaruh positif pada initial return. Daljono (2000) melakukan penelitian di BEJ menemukan bahwa reputasi penjamin emisi dan financial leverage berpengaruh positif pada initial return.
Sandhiaji (2004) mengemukakan bahwa jumlah saham yang
ditahan pemegang saham lama berpengaruh positif terhadap initial return, sedangkan variabel reputasi underwriter, ROA, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap initial return. Penelitian Yolana dan Martani (2005) hasil penelitannya menyatakan bahwa rata-rata kurs dan ROE berpengaruh positif terhadap initial return serta ukuran perusahaan dan jenis industri berpengaruh negatif terhadap initial return. Handayani (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan prosentase saham yang ditawarkan berpengaruh positif terhadap initial return, sedangkan
6
Earning per Share dinyatakan mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Kemudian penelitian Yasa (2008) mengemukakan bahwa reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan (ROA) berpengaruh negatif pada initial return. Hapsari dan Mahfud (2012) hasil penelitiannya menyatakan bahwa reputasi underwriter, reputasi auditor, ROE, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap initial return. Widiyanti dan Kusuma (2013) mengemukakan bahwa variabel ukuran perusahaan, ROA, dan proporsi kepemilikan pemegang saham lama berpengaruh signifikan positif tersadap initial return, variabel EPS dan financial leverage berpengaruh negatif terhadap initial return. Bertolak dari hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa hasil temuan para peneliti belum memiliki kekonsistenan. Hal ini yang memotivasi peneliti melakukan penelitian kembali untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi initial return. Penelitian ini penting dilakukan mengingat fenomena underpricing saham pada perusahaan-perusahaan IPO masih terjadi sampai sekarang. Variabelvariabel yang akan diteliti pada penelitian ini terdiri dari variabel informasi keuangan dan informasi non keuangan. Variabel informasi keuangan terdiri dari ukuran perusahaan, return on asset, financial leverage, dan earnings per share. Sedangkan variabel informasi non keuangan terdiri dari umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter dan sektor industri. Pemilihan kembali variabelvariabel tersebut didasarkan atas berbagai hasil penelitian sebelumnya menguji kembali variabel-variabel yang hasil penelitiannya belum konsisten. Penelitian
7
akan dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2013.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada initial return saat IPO? 2) Apakah return on asset berpengaruh pada initial return saat IPO? 3) Apakah financial leverage berpengaruh pada initial return saat IPO? 4) Apakah earning per share berpengaruh pada initial return saat IPO? 5) Apakah umur perusahaan berpengaruh pada initial return saat IPO? 6) Apakah reputasi auditor berpengaruh pada initial return saat IPO? 7) Apakah reputasi underwriter berpengaruh pada initial return saat IPO? 8) Apakah sektor industri berpengaruh pada initial return saat IPO?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan pada initial return saat IPO. 2) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh return on asset pada initial return saat IPO. 3) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh financial leverage pada initial return saat IPO.
8
4) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh earnings per share pada initial return saat IPO. 5) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh umur perusahaan pada initial return saat IPO. 6) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh reputasi auditor pada initial return saat IPO. 7) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh reputasi underwriter pada initial return saat IPO. 8) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh sektor industri pada intial return saat IPO.
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi penelitian tentang pasar modal mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi initial return pada penawaran saham perdana di BEI sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menkonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai initial return yang masih belum konsisten.
9
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intitial return yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan investasi pada saat membeli saham perdana dengan tujuan memperoleh return yang diharapkan. 1.4.2.2 Bagi Emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi berupa pengetahuan bagi emiten mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi initial return yang akan diperoleh oleh investor sehingga perlu dipertimbangkan untuk meminimalkan terjadinya underpricing demi keberhasilan dalam melakukan IPO. 1.4.2.3 Bagi Underwriter Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan harga yang wajar bagi saham emiten sehingga menghindarkan penjamin emisi efek dari risiko saham tidak laku terjual. 1.4.2.4 Bagi Insan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi initial return saham serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.