1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak penampilan pendidik harus selalu menarik perhatian anak-anak, sehingga mereka tetap merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti proses belajar mengajar yang dilaksanakan dalam kelas. Anak didik harus tetap terjaga dalam tingkat motivasi paling tinggi, cara anak menjalani pengenalan pertamanya pada sekolah akan sangat mempengaruhi pada tahap berikutnya di tahun-tahun mendatang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam menjaga konsentrasi, perhatian dan semangat belajar anak adalah pendidik harus mendayagunakan
segala
kemampuan
yang
dimilikinya.
Salah
satu
kemampuan itu adalah kemampuan pendidik dalam mengoptimalkan kemahiran berbahasa yang dikuasainya. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak, pendidik memegang control serta power atas anak didiknya. Hal ini dapat diidentifikasikan dari dominasinya tuturan-tuturan dari anak didik saat pembelajaran berlangsung. Perkembangan anak dipengaruhi oleh semua aspek dan aspek perkembangan yang satu mempengaruhi aspek yang lainnya, proses sosial membentuk proses kognitif, proses fisik mempengaruhi bahasa dan kognisi. Dengan demikian perlu dipahami bahwa ketika kita berpikir tentang anak 1
2
sebaiknya diingat bahwa mereka adalah manusia secara keseluruhan yang semua aspek perkembangannya perlu difasilitasi pendidik sehingga mencapai tingkat perkembangan yang optimal.1 Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia pada anak didik, peran pendidik sangat mendominasi terutama dalam lingkungan sekolah. Salah satu bentuk tuturan yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melakukan pendisiplinan, pengaturan serta pemberian tanggapan terhadap tindakan dari anak didik adalah berbentuk tuturan yang mengandung makna pragmatik direktif dalam bahasa Indonesia. Pemanfaatan itu berkisar antara direktif yang memiliki kadar tuturan paling lembut sampai direktif yang memiliki kadar tuturan sangat kasar atau keras. Menurut
kurikulum
Taman
Kanak-kanak,
anak
didik
hanya
mendapatkan materi, itupun harus dilakukan dalam suasana bermain. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik perkembangan anak didik Taman Kanakkanak. Jadi pembelajaran anak didik Taman Kanak-kanak hendaknya berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, penuh keceriaan dan kegembiraan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kematangan jiwanya. Para pakar
pendidikan
bahasa
negara
Barat,
telah
mensinyalir
adanya
kecenderungan seperti itu. Mereka berpendapat bahwa kita tidak dapat menerapkan metode baca tulis tradisional untuk anak didik Taman Kanak-
1
Masitoh, dkk., Strategi Pembelajaran TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), hlm. 3.4.
3
kanak karena pembelajaran membaca tradisional yang biasa digunakan tidak sesuai untuk anak dibawah umur.2 Dalam mencari pemecahan masalah peningkatan bahasa, terutama masalah membaca pada anak-anak, peneliti lain memberikan pendapat bahwa bahasa adalah kegiatan literasi yang menyediakan kosa kata, susunan dan arti secara tertulis yang ditemukan setelah kata ditulis. Dalam hal penambahan kosa kata, kegiatan untuk mendengarkan dari membaca buku dan mempelajari konsep kata.3 Cakap dalam berbahasa dapat dikatakan selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, cakap, berilmu kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.4 Pada dasarnya setiap orang tua mendambakan anak-anaknya cerdas dan cakap serta memahami tuturan-tuturan yang datang dari orang lain dan bisa bijaksana dalam menghadapi masalah di masa depan. Namun perlu disadari bahwa generasi yang cakap dan unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk itu, dengan memberi rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek
2
M. Sholehuddin, dkk., Pembaharuan Pendidikan TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 7.2. 3 Lara Fridani, dkk., Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 4.18. 4 Mohammad Yamin, Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan (Yogyakarta: Diva Press, 2012), hlm. 84.
4
perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, sosioemosional, moral, agama, bahasa, psikomotorik dan menghargai potensi anak agar tumbuh optimal sehingga menjadi lebih sehat, cerdas dan cakap dalam kehidupannya nanti. Dari berbagai latar belakang masalah tersebut peneliti melakukan observasi pendahuluan, di TK Muslimat NU Silirejo Tirto Pekalongan kelompok A, diidentifikasi beberapa masalah antara lain5: 1. Kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada anak didik 2. Anak didik dalam mengerjakan tugas kurang tuntas 3. Anak
didik
kesulitan
dalam
mengartikan
ungkapan
yang
dikemukakan oleh pendidik 4. Anak didik tidak mau menerima tugas dari pendidik Dari keempat masalah yang dihadapi anak tersebut diatas, ternyata disebabkan oleh beberapa hal diantaranya anak tidak memahami bahasa yang digunakan oleh pendidik. Pendidik dalam mengajar menggunakan bahasa Indonesia baku, sedangkan anak didik baru mengenal bahasa Ibu, sehingga terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan ucapan yang disampaikan oleh pendidik. Untuk mengatasi permasalahan diatas perlu dilakukan perbaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan metode pemberian tugas. Dengan menggunakan metode pemberian tugas maka anak didik dapat berkembang kreatifitasnya, menggerakan anak didik dalam
5
Observasi diTKM NU Silirejo, tanggal 5 – 6 Januari 2014
5
meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Metode pemberian tugas mempunyai makna penting bagi anak didik Taman Kanak-kanak, antara lain: 1. Pemberian tugas secara lisan akan memberi kesempatan pada anak didik untuk
melatih persepsi
pendengaran mereka. Jadi
meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif. 2. Pemberian tugas melatih anak didik untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu 3. Pemberian tugas dapat membangun motivasi anak Pemberian tugas merupakan salah satu metode pengajaran yang memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan bahasa reseptif, kemampuan
mendengar
dan
menangkap
arti,
kemampuan
kognitif,
memperhatikan dan kemauan bekerja sampai tuntas.6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak didik kelompok A di TK Muslimat NU Silirejo Tirto Pekalongan?”.
6
hlm. 28.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta: RinekaCipta, 1998),
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak didik kelompok A di TK Muslimat NU Silirejo Tirto Pekalongan.
D. Kegunaan Penelitian Dilakukannya perbaikan pembelajaran ini diharapkan berguna: 1. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan bahasa Indonesia bagi anak didik. 2. Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan input atau pedoman bagi: -
Guru, untuk menambah wawasan tentang cara yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak didik TK melalui metode pemberian tugas dan dapat menerapkannya pada anak didik lain dengan permasalahan yang sama
-
Orang tua, agar dapat memperoleh informasi baru tentang upaya peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tumbuh kembang anak, sehingga anak didik tidak lagi salah paham dalam mengartikan ungkapan yang disampaikan oleh pendidik.
7
E. Tinjauan Pustaka 1. Kerangka Teori Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam menata kehidupan manusia. Pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai bentuk dan variasi, baik dalam pendidikan formal, non formal dan lingkungan informal.7 Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa mempersiapkan
generasi
muda
bagi
keberlangsungan
kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.8 Menurut teori konstruktif bahwa kecerdasan dan pemahaman tercipta atau terbentuk oleh seorang anak melalui interaksi dengan unsur-unsur lingkungan. Untuk memahami dunia ini dan orang lain diperlukan bahasa. Bahasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bermain dan pembelajaran di prasekolah. Sekitar usia 3 tahun, anak mengalami kemajuan yang pesat dalam bidang bahasa. Mereka bisa menguasai bahasa lisan (ekspresif) sebanyak 900 – 1000 kata. Setiap bulan mereka dapat menambah 50 kata, hingga usia 6 tahun mereka bisa menguasai 8.000 – 14.000 kata.9 Peran
guru
sebagai
pendidik
sangat
mendominasi
dalam
pengembangan bahasa Indonesia pada anak didik terutama dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagai seorang pendidik harus berusaha seoptimal mungkin dalam menumbuhkembangkan anak yaitu dengan 7
Abu Ahmadi, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 96. Abd. Majid, dkk., Character Building Through Education (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 7. 9 Widarmi D Wijana, dkk., Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 4.28. 8
8
melayani dan memenuhi kebutuhan anak secara holistik. Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa, merupakan keharusan kita bersama untuk memberikan hak-hak anak sedini mungkin agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam meningkatkan kecerdasan bahasa pada anak usia dini, telah kita kenal dengan istilah kecerdasan linguistik – verbal yaitu kecerdasan yang mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis.10 masa-masa pada rentangan usia 0 – 6 tahun merupakan masa emas (golden age) dimana perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat.11 Anak merupakan seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan masing-masing yang berbeda dengan orang dewasa. Pada dasarnya anak memiliki pola perkembangan yang bersifat umum yang sama dan terjadi pada setiap anak, tetapi perkembangannya akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.12 Metode dalam pengertian secara umum dapat diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Kemudian dalam pengertian secara Letterlijk, kata metode berasal dari bahasa Greek yang teridiri dari “meta” yang berarti
10
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 2.3. 11 Widarmi D Wijana, op.cit., hlm. 3.25. 12 Ibid., hlm. 1.6
9
melalui dan
“hodos” yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang
dilalui. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas metode diartikan sebagai cara bukan langkah atau prosedur.13 Metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik. Menurut Maria Montessori, seorang ahli pendidikan anak dari Italia, anak yang masih berada dalam masa peka (Sensitive
period). Masa peka
merupakan suatu masa yang ditandai dengan pesatnya perkembangan suatu fungsi jiwa yang dimiliki oleh anak, seperti kemampuan membaca, menulis dan berbicara.14 Mendidik harus menggunakan metode yang baik dan tepat, karena mendidik adalah kegiatan terencana dan melibatkan kesatuan untuk menjadikan kelas kondusif. Metode sebagai langkah sedangkan mendidik adalah aktifitas.15 Metode yang bisa digunakan salah satunya adalah metode resitasi (penugasan) yaitu metode penyajian bahan guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang dilakukan siswa dapat dilakukan di dalam kelas,di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.16
13
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 113. Winda Gunarti, dkk., Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 7.3. 15 Zainal Mustaqim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 118. 16 Ibid., hlm. 1.6. 14
10
Metode pemberian tugas dengan menggunakan kartu kata ataupun lembar kerja yang dilengkapi gambar dan tulisan, ini sangat menarik perhatian anak. Anak didik dengan aktif dilibatkan dan selalu diberi sanjungan serta semangat, hindari kesan bahwa ia melakukan kegagalan. Bermain dengan kata-kata hal yang menyenangkan.17 Salah satu kegiatan yang bisa membuat anak didik termotivasi adalah menirukan kata, dalam menirukan kata diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbicara dan membaca. 2. Kerangka Berfikir Melihat realita yang terjadi dalam dunia pendidikan, bahwa saat ini di tingkat dasar kelas satu anak dituntut bisa membaca dan menulis serta tuntutan dari para orang tua anak didik yang
menginginkan anaknya
setelah lulus dari Taman Kanak-kanak bisa membaca dan menulis, ini merupakan tanggung jawab bagi para pendidik yang diberi kepercayaan untuk mendidik. Walaupun dari beberapa pihak mengharapkan lebih dalam peningkatan bahasa Indonesia pada anak, namun hal ini harus sesuai dengan kemampuan bahasa anak didik Taman Kanak-kanak yang selaras dengan kurikulum yang ada. Pengembangan kemampuan berbahasa dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004 telah disempurnakan lagi dengan kurikulum 2006 dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam kurikulum KTSP pendidik lebih 17
diberikan kebebasan
untuk
Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), hlm. 9.25.
11
merencanakan anak didikan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi anak didik serta kondisi dimana sekolah berada. Tujuan dari pengembangan
kemampuan berbahasa yaitu agar anak mampu
mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat
berbahasa
pencapaian
Indonesia.
Dari
lingkup
perkembangan,
tingkat
dan indikator disesuaikan dengan kemampuan bahasa anak
didik Taman Kanak-kanak. Dengan
demikian peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia
pada anak didik sangat penting. Bahasa mungkin bukan prasyarat dalam kemampuan berpikir yang luas. Namun sedemikian bahasa membantu kemampuan berpikir karena keduanya berkembang bersama. Dalam mengembangkan dan meningkatkan bahasa di Taman Kanakkanak, metode pemberian tugas salah satu metode yang dipilih dalam kegiatan belajar mengajar,karena dengan
pemberian
tugas yang
diberikan secara teratur, dirancang secara tepat, menggunakan bahan yang bervariasi, dan memperhitungkan waktu serta kesempatan yang tersedia, maka akan menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif serta menghasilkan prestasi belajar yang optimal. 3. Hasil Penelitian yang Relevan Dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Perkembangan Bahasa dengan Kredibilitas (Kemampuan) Bahasa Anak Usia 11-12 tahun (Studi di SD Islam Kramat Sari Pekalongan)”. Oleh Mala Fathiyani Dewi
12
dijelaskan bahwa dari segi alamiah, pakar perkembangan melihat bahwa manusia memiliki kemampuan mengolah bahasa yang berfungsi lebih efesien sebelum masa pubertas. Alat akuisi bahasa adalah pengetahuan bawaan tentang tata bahasa yang dimiliki manusia yang membuat anak dapat mengambil
kesimpulan tentang aturan-aturan yang menyusun
percakapan dan menggunakan aturan ini untuk memproduksi bahasa.18 Menurut penelitian Istiqomah, penelitian tahun 2010 yang berjudul “Pengembangan Kemampuan Bahasa Peserta Didik Melalui Kegiatan Bermain Peran (Penelitian Tindakan Kelas di TK IT Al Fikri Pekalongan)”, menyatakan bahwa terkadang seorang guru harus menyesuaikan kondisi dan suasana kelas dalam penggunaan metode. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan
metode yang akan dipilih guna
menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.19 Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada metode yang digunakan. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada peningkatan bahasa melalui pemberian tugas (resitasi) TK Muslimat NU Silirejo.
18
Mala Fathiyani Dewi, “Hubungan Antara Perkembangan Bahasa dengan Kredibilitas (Kemampuan) Bahasa Anak Usia 11 – 12 Tahun (Studi di SD Islam Kramat Sari Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009), hlm. 10. 19 Istiqomah, “Pengembangan Kemampuan Bahasa Peserta Didik Melalui Kegiatan Bermain Peraan (PTK di TK IT Al Fikri Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm.3.
13
4. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang mempunyai dua kemungkinan, yaitu benar atau salah. Dengan kata lain, hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang diusulkan. 20 Hipotesis suatu penelitian dapat pula diartikan sebagai sebuah dugaan yang mungkin benar atau salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan.21 Hipotesis yang peneliti ajukan adalah jika metode pemberian tugas diberikan secara terarah dan bervariasi, serta menggunakan media yang menarik maka kemampuan berbahasa Indonesia anak didik kelompok A di TK Muslimat NU Silirejo tirto Pekalongan akan meningkat.
F. Metode Penelitian 1. Desain dan Jenis Penelitian Pendekatan yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang ditunjukkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah berwawancara, observasi dan diminta
20
memberikan
data,
pendapat
dan
pemikirannya
yang
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1973), hlm. 63. 21 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 61.
14
menggunakan strategi penelitian yang bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dan teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid.22 Jenis penelitian yang disusun dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom Action Research yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Action research sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan.23 Cara kerja secara ilmiah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan keputusan inovasi bisa digunakan dengan melalui berbagai pendekatan, dengan melakukan kegiatan penelitian tindakan adalah termasuk salah satu pendekatan kualitatif. Pendelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan serta praktik social mereka, pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut dilakukan.24 Peran pendidik dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Pendidik merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara pendidik dan anak didik berlangsung secara unik. Keterlibatan pendidik dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan pendidik
22
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 94- 95. 23 IGAK Wardhani, dkk., Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.3. 24 Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 83
15
mampu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Pendidikpun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional.25 Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia bagi anak didik di taman Kanak-kanak sebagai berikut: a) Anak didik menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara b) Anak didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk makna dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan c) Anak didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial d) Anak didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbicara e) Anak didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa f) Anak didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.26
25
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Edisi Kedua (Jakarta: Indeks Permata Puri Media, 2011), hlm. 11. 26 Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 118.
16
Langkah-langkah
dalam
Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK)
merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari merencanakan perbaikan, melaksanakan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi. Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia direncanakan pelaksanaan dalam tiga siklus. Apabila dalam melaksanakan perbaikan pada siklus I kurang berhasil dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia pada anak maka dapat dilakukan perbaikan lagi pada siklus II dan siklus III.
17
Untuk mengetahui pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat dalam diagram dibawah ini: Refleksi
Siklus I
Rencana Tindakan
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi
Siklus II
Rencana Tindakan
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi
Siklus III
Rencana Tindakan
Observasi
Pelaksanaan Tindakan Kesimpulan
18
Jika melihat diagram di atas maka alur pelaksanaan Tindakan Kelas di sini langkahnya sama dari siklus I, siklus II dan siklus III. Dari ketiga siklus yang direncanakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) 1) Peneliti membuat rencana kegiatan harian dengan metode pemberian tugas, dengan tema “Alat komunikasi” 2) Menentukan waktu pelaksanaan perbaikan, yaitu antara tanggal 8 Maret 2014 sampai tanggal 20 Maret 2014 3) Menyiapkan alat evaluasi belajar yaitu dengan teknik observasi, yaitu alat penilaian yang digunakan
mengacu pada bentuk
penilaian proses b. Pelaksanaan (Action) 1) Menyiapkan kartu kata dan lembar kerja yang bergambar alat komunikasi 2) Selain kartu kata dan lembar kerja juga menyiapkan bahan-bahan yang lain dan tugas lain yang berkaitan dengan alat komunikasi 3) Anak didik duduk di bawah dengan meja belajar di depannya. c. Pengamatan (Observation) 1) Pendidik mengamati proses pelaksanaan perbaikan, RKH yang dibuat sudah sesuai apa belum
19
2) Pendidik mengamati perilaku anak didik, yang sudah melaksanakan tugas dan memahami tugas yang diberikan pendidik, didata di lembar observasi 3) Untuk mengamati interaksi pendidik dan anak didik dalam pelaksanaan perbaikan tersebut, nanti akan dibantu oleh rekan sejawat yaitu Ibu Mutmainah d. Refleksi (Reflection) 1) Menjawab instrumen pedoman pengamatan yang telah dibuat sebelumnya, untuk mengetahui pencapaian perbaikan. Dari RKH, materi yang disajikan, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan alat penilaian sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik kelompok A apa tidak. 2) Menindaklanjuti apa yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.27 a. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama.28 Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, anak didik Taman Kanak-kanak di TK Muslimat NU Silirejo. 27
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Renika Cipta, 2005), hlm.
28
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91.
133.
20
b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian ini.29 Adapun yang termasuk sumber data sekunder adalah dokumen, buku-buku pustaka, skripsi yang relevan dan sumber lainnya yang mendukung. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki.30 Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek yang menggunakan alat indera.31 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan, memperoleh data yang bersifat fisik seperti: sarana, prasarana, lokasi, serta kegiatan belajar di TK Muslimat NU Silirejo Tirto Pekalongan. b. Metode Interview Interview adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subyek peneliti untuk dijawab.32
29
Sanapiah Faisal, Formal-formal Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 33. 30 Sutrisno Hadi, Metodologi III (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 36. 31 Margono, op.cit., hlm. 133. 32 Sudarmawan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 130.
21
Metode ini digunakan untuk menggali data yang diperlukan guna menjawab rumusan masalah yang
sudah ada yaitu apakah
metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anak didik kelompok A di TK Muslimat NU Silirejo Tirto Pekalongan c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah metode penyelidikan untuk memperoleh keterangan yang sifatnya dokumenter seperti keadaan guru, anak didik Taman Kanak-kanak, sarana prasarana, struktur organisasi, letak lokasi dan dokumen-dokumen.33 4. Metode Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu dari informasi
wawancara, hasil pengamatan lapangan dan kualitatif.
kunci, hasil
persiklus yang tercatat dalam berkas
hasil studi dokumentasi dengan menggunakan analisa
Analisa
kualitatif adalah
teknik yang digunakan
untuk
menganalisa data kualitatif deskriptif dimana data tersebut tidak berupa angka tetapi berupa informasi uraian dalam bentuk bahasa atribut-atribut yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Data diperoleh dari temuan di lapangan yang berasal dari hasil wawancara, hasil observasi langsung dan hasil dokumentasi mengenai kemampuan bahasa Indonesia di TK Muslimat NU Silirejo.
33
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset (Bandung: Alumni. 1983), hlm. 18.
22
Data yang diperoleh pada setiap kegiatan observasi dari setiap siklus, baik data yang terekam dalam daftar cek maupun
lembar
observasi, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase atupun grafik, untuk
melihat kecenderungan yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Kegiatan analisis meliputi: 1. Tingkat partisipasi
atau keaktifan anak didik dalam proses
pembelajaran, dengan kategori baik, cukup dan kurang 2. Hasil belajar anak didik berupa lembar kerja 3. Tingkat keberhasilan metode pemberian
tugas, dengan kategori
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil. Dari hasil analisis data yang didapat, maka peneliti memutuskan untuk membuat suatu perencanaan ulang (siklus selanjutnya) terhadap tindakan yang akan dilakukan.
G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui pokok-pokok permasalahan dan untuk memudahkan penjelasan skripsi, maka penelitimenyusun sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Peningkatan Kemampuan berbahasa anak dan metode pemberian tugas. Peningkatan kemampuan berbahasa anak meliputi: teori perkembangan bahasa, tahap perkembangan berbahasa, karakteristik
23
kemampuan
bahasa
anak
usia
Taman
Kanak-Kanak
dan
lingkup
perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun (TK A) Metode pemberian tugas meliputi:
teori
metode
resitasi
(pemberian
tugas),
langkah-langkah
implementasi resitasi dan manfaatnya. Bab III Metodologi Penelitian, meliputi: rancangan penelitian dan pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III. Bab IV Hasil Penelitian dan Analisis Data. Hasil penelitian meliputi : deskripsi data persiklus, pembahasan dari setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian. Analisis data meliputi : analisis data kegiatan dan analisis hasil Bab V Simpulan dan Saran.