BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan peta saat ini telah meningkat cukup pesat, terutama untuk
pembuatan peta tematik. Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di dalam memrepresentasikan data statistik, karena menurut Truran dalam Sudaryatno dan Muhammad Kamal (2013) terdapat tiga macam metode di dalam memvisualisasi data statistik, yaitu: grafik statistik, diagram statistik, dan peta statistik. Perbedaan dari ketiganya adalah apabila untuk grafik statistik merujuk pada visualisasi dinamika perubahan dari data yang disajikan, diagram statistik merujuk pada visualisasi hasil dari data yang digunakan, sedangkan untuk peta statistik merujuk pada visuaslisasi data yang ditinjau berdasarkan sebarannya secara spasial. Ketiga bentuk metode penyajian data tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang sesuai dengan tujuan tiap metode tersebut. Namun diketahui pula bahwasanya suatu data statistik itu dapat dibaca atau diserap informasinya dengan baik apabila data tersebut disajikan atau divisualisasikan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan tujuan pemanfaatan data tersebut.
1
Data Statistik
Gambar 1.1 : Contoh Cara Visualisasi Data Sumber : Kraak 2010
Perkembangan peta tematik yang meningkat cukup pesat, membuat metode pembuatan ataupun transformasi bentuk peta tematik itu sendiri juga memiliki macam jenis di dalam memvisualisasikan data statistik. Terdapatnya berbagai jenis metode peta tematik tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan efektivitas peta di dalam memvisualisasikan data statistik. Salah satu cara untuk visualisasi data tematik dengan cara dipetakan adalah dengan menggunakan kartogram.
2
Gambar 1.2 : Bentuk-bentuk Transformasi pada Peta Sumber : Kraak 2010
Kartogram merupakan bentuk dari peta tematik yang bersifat unik, karena kartogram merupakan peta tematik yang masuk dalam ketegori graphic manipulation (Kraak dan Omerling, 2010), yaitu perubahan grafik tersebut akan disesuaikan dengan nilai data yang diwakilinya. Terdapat 2 jenis kartogram, yaitu kartogram linier dan kartogram area. Perbedaan jenis kartogram tersebut didasarkan atas dimensi kenampakan yang divisualisasikan, yaitu untuk kartogram linier menggunakan dimensi kenampakan garis, sedangkan kartogram 3
area menggunakan dimensi kenampakan area. Kartogram area yang biasa juga disebut sebagai “value-by-area cartogram”, yang secara implisit memiliki makna nilai yang diwakili oleh area, dimana untuk nilai data yang digunakan akan di representasikan oleh ukuran dari area. Ukuran area wilayah pada kartogram tersebut tentunya akan berbeda dengan ukuran luasan area aslinya secara aktual. Ukuran luasan area pada kartogram secara proporsional dibuat sesuai dengan data yang diwakilinya, yang membuatnya luasan areanya tersebut berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Hal tersebut memberikan sisi keuntungan kartogram untuk memvisualisasikan data secara absolut menjadi lebih fleksibel, karena kartogram menitikberatkan atas modifikasi area dan terapannya dapat ditujukan dengan karakteristik data yang variatif secara lebih baik dibandingkan metode peta yang menitikberatkan pada pemberian
simbol.
Namun
bentuk
modifikasi
dari
kartogram
tersebut
menyebabkan lokasi, jarak, serta area tidak sama dengan kondisi asli secara aktual. Perbedaan itulah yang harus tetap dijaga sebagai acuan di dalam pembacaan kartogram. Selain itu, perbedaan visualisasi tersebut juga mendorong timbulnya persepsi visual yang berbeda. Hal tersebut akan mengacu pada perbedaan tingkat efektivitas dari pembacaan informasi yang diserap oleh user. Perbedaan tingkat efektivitas penyajian data akan berpengaruh terhadap tingkat akurasi dari metode penyajian data yang digunakan. Menurut Judith Tyner (1992) modifikasi bentuk ukuran area yang terjadi di dalam kartogram membawa dampak perhatian visual yang kuat, karena perubahan tersebut membuat tampilan area atau wilayah menjadi tidak biasa, dan 4
hal tersebut justru menarik perhatian pembaca. Berbeda dengan peta tematik dengan metode yang lain, dimana luasan area maupun bentuknya masih sesuai dengan kondisi yang sebenarnya namun menggunakan penambahan simbol untuk memvisualisasi data tematik yang ditampilkan seperti salah satu contohnya adalah peta titik proporsional. Harris dan McDowell dalam Borden (1998) juga mengemukakan bahwa kartogram merupakan suatu metode yang baik untuk mendapatkan suatu informasi yang ditinjau atas distribusinya secara spasial.
Gambar 1.3 Perbandingan Visualisasi Kartogram dan Peta Simbol Titik Proporsional dengan Menggunakan Data yang Sama (Sumber : Judith Tyner (1992))
Gambar di atas merupakan perbedaan antara visualisasi kartogram dengan peta simbol titik proprosional. Kartogram tidak menggunakan tambahan simbol sebagai visualisasi data, akan tetapi merujuk pada perubahan ukuran area yang sesuai dengan data yang diwakili, sedangkan untuk peta di sebelahnya menggunakan simbol titik dalam memvisualisasikan data yang diwakili untuk tiap administrasinya. Kartogram telah lama dan sering digunakan oleh Negara-negara maju untuk menyajikan data statistik. Data jumlah penduduk yang merupakan salah
5
satu contoh dari data statistik kependudukan, merupakan data yang sering divisualisasikan dengan menggunakan kartogram, seperti yang berada di Negara Amerika Serikat dan Inggris. Berikut ini adalah contoh penerapan kartogram di kedua Negara tersebut di dalam memvisualisasikan data jumlah penduduk.
a.
b.
Gambar 1.4 : Aplikasi Kartogram (a). Populasi Penduduk Amerika Serikat Tahun 1990, (b) Populasi Penduduk Inggris Tahun 1961 (Hunter and Young (1968) dalam Dorling (1996)) Sumber : Daniel Dorling, 1996 Gambar di atas menampilkan visualisasi jumlah populasi penduduk yang ada di Amerika Serikat (1990) dan Inggris (1961) dengan menggunakan kartogram. Kedua Negara tersebut merupakan contoh dari Negara maju yang sering menerapkan kartogram untuk visualisasi data statistik. Kondisi tersebut masih berlangsung sampai sekarang, bahkan kartogram di Negara-negara maju sudah mengalami perkembangan. National Geographic Society juga telah merilis sebuah aplikasi iPad (produk komputer tablet) yang bernama “7 Billion”, dimana aplikasi tersebut memiliki fitur untuk menampilkan informasi dunia, termasuk informasi mengenai jumlah penduduk di dunia dalam bentuk kartogram. Hal tersebut merupakan salah 6
satu contoh penerapan kartogram yang telah dimanfaatkan oleh Negara-negara maju dan telah mengalami perkembangan. Berikut ini adalah fitur aplikasi yang menampilkan data jumlah penduduk dunia dalam bentuk kartogram.
Gambar 1.5 : Kartogram Populasi Dunia Tahun 2011 Sumber : National Geographic iPad App 7 Billion
Seringnya Negara-negara maju di dalam menggunakan kartogram untuk visualisasi data jumlah penduduk, menunjukan bahwa Negara-negara tersebut menilai kartogram telah efektif di dalam memvisualisasi data jumlah penduduk. Efektivitas tersebut mengindikasikan suksesnya proses penerimaan informasi visual kartogram oleh persepsi visual user, yang hal tersebut menyebabkan baiknya komunikasi yang terjadi di dalam pembacaan kartogram.
7
Terdapat banyaknya penggunaan kartogram di Negara-negara maju tidak di ikuti kondisi yang sama di Indonesia. Masih jarang di temui kartogram di Indonesia, atau penggunaannya di dalam memrepresentasi data jumlah penduduk masih sangat jarang ditemui. Dapat diketahui bahwasanya semakin sering suatu metode penyajian data digunakan sebagai visualisasi data, maka secara logika metode
penyajian
data
tersebut
telah
di
anggap
efektif
di
dalam
memvisualisasikan data. Begitu pula halnya dengan kartogram yang telah lama dan sering digunakan oleh Negara-negara maju untuk memrepresentasikan data jumlah penduduk.
1.2
Rumusan Masalah Di Indonesia, data jumlah penduduk biasanya divisualisasikan dalam
bentuk peta dengan menggunakan metode peta choropleth, peta dasimetrik, peta dot, dan peta titik proporsional. Hal tersebut kondisinya berbeda dengan yang ada di Negara-negara maju yang sering memanfaatkan kartogram di dalam memvisualisasikan data jumlah penduduk. Meskipun kartogram merupakan bagian dari peta tematik, akan tetapi representasi data yang digunakan akan mengacu pada graphic manipulation dari wilayah kajiannya, yang membuat visualisasi yang di timbulkan tidak biasa seperti pada bentuk metode peta tematik yang lainnya. Perubahan ukuran luasan area wilayah pada kartogram dibuat sesuai atas data yang diwakili dari wilayah tersebut, karena kekuatan dari kartogram terdapat
8
pada data yang divisualisasikan dengan ukuran luasan wilayahnya. Perbedaan itu yang membuat visualisasi kartogram berbeda dengan peta pada umumnya. Hal tersebut tentunya harus digunakan sebagai acuan pada saat pembacaan kartogram agar pembaca peta dapat menerima informasi dari kartogram dengan baik. Apabila data jumlah penduduk tersebut divisualisasikan dalam bentuk kartogram dan diterapkan di Indonesia, apakah kartogram tersebut efektif di dalam menyajikan data jumlah penduduk tersebut dan dapat menyampaikan informasi data jumlah penduduk yang digunakan dengan baik, terlepas dari Indonesia yang masih masuk di dalam kategori Negara berkembang, bukan Negara maju. Selain itu kondisi wilayah-wilayah yang ada di Indonesia juga bervariatif bentuknya dan memiliki jumlah yang jauh lebih banyak daripada di Negara-negara maju. Dalam
penelitian
ini
akan
dicoba
membuat
kartogram
yang
memvisualisasikan data jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tingkatan administrasi Kecamatan. Selain membuat kartogram, juga akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kartogram tersebut akan lebih efektif atau tidak dibandingkan dengan peta tematik dengan metode yang lain dalam memrepresentasikan data jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk terapannya di Indonesia. 1.3
Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka muncul
pertanyaan penelitian sebagai berikut : 9
1.
Bagaimana cara membuat kartogram agar dapat memvisualisasikan data jumlah penduduk secara baik dan proporsional?
2.
Bagaimana tingkat efektivitas kartogram di dalam memrepresentasikan data jumlah penduduk?
1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan atas permasalahan penelitian yang ada, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan : 1.
Menyajikan data jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 dalam bentuk kartogram.
2.
Mengetahui efektivitas visualisasi data jumlah penduduk menggunakan kartogram yang dibandingkan dengan peta bantu (peta choropleth, peta dasimetrik, peta dot, dan peta titik proporsional).
1.5
Telaah Pustaka Berikut ini akan diuraikan mengenai dua hal, yang pertama adalah telaah
pustaka yang digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti data statistik dan penyajiannya, ilmu kartografi, persepsi visual, dan kartogram. Kedua adalah telaah atau referensi dari penelitian-penelitian yang sebelumnya dan hampir serupa dengan penelitian ini yang digunakan sebagai referensi.
10
1.5.1
Data Statistik dan Penyajiannya Data statistik adalah data yang dikumpulkan secara periodik, dengan
metode ilmiah yang teruji, dan direkam untuk jangka waktu yang cukup lama. Semakin lama dan banyak data yang tersedia maka akan semakin menghasilkan analisa serta prediksi yang akurat. Representasi data statistik dilakukan untuk mempermudah dalam pembacaan dan pemahaman data bagi pengguna. Apabila data statistik yang terlihat berupa angka, maka seringkali tidak menarik dan cukup sulit untuk memahaminya. Di sisi lain, di dalam hal persepsi visual manusia, mata manusia lebih rileks melihat suatu bentuk gambaran daripada angka-angka yang rumit. Menurut Trauran (1977), terdapat tiga macam metode untuk representasi data statistik, yaitu : grafik statistik, diagram statistik, dan peta statistik.
Gambar 1.6 Contoh Macam Bentuk Representasi Data (Kraak, 2010)
11
1.5.2
Kartografi Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan telaah pustaka terkait
kartografi yang terdiri dari definisi dari kartografi itu sendiri yang ditinjau dari para ahli kartografer. Selain itu juga diuraikan mengenai pengertian peta beserta contohnya baik itu peta dasar maupun terapan serta contoh dari berbagai metode dari peta tematik.
1.5.2.1 Pengertian Kartografi Menurut Sukwardjono & Mas Sukoco (1997) Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang dapat mudah di observasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. Sedangkan menurut Aryono Prihandito dalam K Endro S dan Muhammad N (2010), pengertian kartografi adalah ilmu yang mempelajari peta, dimulai dari pengumpulan data di lapangan, pengolahan data, simbolisasi, penggambaran, analisis peta, serta interpretasi peta. Sehingga dapat diketahui bahwa orang yang berkecimpung di dunia kartografi merupakan orang yang identik dengan pembuatan peta atau dalam hal ini biasa disebut dengan kartografer. Kartografer mendasari ilmu kartografi di dalam pembuatan dan desain peta, yang secara pengertian juga merupakan seni, yang menunjukan bentuk desain peta agar mendapatkan 12
hasil yang komunikatif dan mudah untuk dimengerti oleh pembaca peta atau user. Berikut ini adalah komponen atau elemen dalam estetika ilmu kartografi yang perlu diperhatikan agar peta yang disajikan dapat komunikatif dan informasinya dapat tersampaikan dengan baik.
Gambar 1.7 Cartographic Aesthetics (Estetika Kartografi) Sumber : After Trifonoff, 1999 dan Cognitive Science, 1999 dalam Milap Punia
1.5.2.2 Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. (PP Republik Indoneisa Nomor 8 Tahun 2013) Peta menurut ICA (International Cartographic Association) adalah gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Peta juga dapat berarti gambaran
13
permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu (Aryono Prihandito, 1988). Menurut Kraak dan Ormeling (2010), peta digunakan untuk memvisulisasikan data geospasial, data tersebut merujuk pada suatu lokasi atau suatu fenomena yang ada dibumi. Peta digunakan sebagai alat bantu di dalam memahami hubungan geospasial. Dari peta, informasi mengenai jarak, arah dan ukuran suatu daerah dapat diambil, serta dapat dianalisis pola dan hubungan secara baik dan terukur. Peta-peta ditujukan untuk menjawab berbagai pertanyaan serta solusi terhadap pertanyaan yang berhubungan aspek spasial atau keruangan. Berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan aspek keruangan itu akan terjawab apabila desain serta isi peta dibuat dengan baik. Menurut PP RI No 08 tahun 2013, dijelaskan bahwa ketelitian peta adalah ketepatan, kerincian dan kelengkapan data, dan/atau informasi georeferensi dan tematik, sehingga merupakan penggabungan dari sistem referensi geometris, skala, akurasi, atau kerincian basis data, format penyimpanan secara digital termasuk kode unsur, penyajian
Gambar 1.8 Proses Komunikasi Kartografi Sumber : M.J Kraak dan A.Brown, 2001
14
Kartografis mencakup simbol, warna arsiran dan notasi, serta kelengkapan muatan peta. Sehingga dengan peta yang dibuat secara teliti, akan menghasilkan peta yang baik dan akurat. Secara umum peta dibagi menjadi 3, yaitu peta topografi, peta tematik dan chart. a. Peta topografi merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur atau elemen dipermukaan bumi yang direpresentasikan sebagai sumber informasi yang tersedia, sejauh skala yang memungkinkan, tanpa mempertimbangkan fenomena khusus yang identik aktivitas manusia atau fenomena fisik tertentu (yaitu yang menentukan kondisi iklim atau faktor).
Gambar 1.9 Contoh Peta Topografi Sumber : www.bakosurtanal.go.id
15
b. Peta tematik, adalah peta yang menggambarkan tema tertentu yang digunakan untuk pembuatan peta rencana tata ruang (PP RI No 08 tahun 2013). Sedangkan menurut Bakosurtanal, peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakan informasi tematiknya. Beberapa contoh dari peta tematik : -
Peta Choropleth
-
Peta Titik Proporsional
-
Kartogram
-
Peta Dot
-
Peta Dasimetrik
a.
b.
c.
Gambar 1.10 Contoh Peta Tematik (a. Choropleth Map yang menggunakan variabel visual kepadatan pada area, b. Graduated Circle Map dengan menggunakan simbol titik, c. Kartogram dengan visualisasi value by area) Sumber : Kraak, 2010 c. Chart, menurut ICA (1977) merupakan grup peta-peta yang dibuat dan disain khusus untuk kepentingan navigasi baik darat, laut, maupun udara. Contoh dari chart adalah : Pilotage Chart, Bathymetric Chart, Aeronautical Chart, Sea Nautical Chart. Peta Arah Angin 16
1.5.3
Persepsi Visual Menurut Keates (1973) penggunaan peta adalah proses komunikasi
visual, karena visual itulah maka ia merupakan proses persepsi. Dari cahaya yang memantul dari peta dan diterima oleh mata, yang selanjutnya diteruskan ke otak yang menghasilkan suatu respon.
peta
cahaya
Mata
Dilanjutkan menuju otak
Responn
Gambar 1.11 Model Persepsi Visual Persepsi yang ditimbulkan bergantung pada pemilihan variabel visual pembuat peta. Penerapan variabel visual digunakan pada saat proses desain simbol peta, dimana dari variabel visual tersebut akan ditinjau berdasarkan atas karakteristik data yang digunakan. Berdasarkan atas pemilihan variabel visual tersebut selanjutnya akan diterima oleh persepsi user untuk mendapatkan informasi yang ditampilkan pada peta dari bahasa simbol tersebut. Terdapat empat tingkatan mengenai persepsi visual, yaitu : asosiatif, selektif, bertingkat, dan kuantitatif.
Gambar 1.12 : Hubungan Persepsi Visual dengan Variabel Visual dalam Simbol Peta Sumber : Bertin, 1983
17
1.5.4
Kartogram Kartogram yang oleh Erwin Raisz dalam Borden (1998) disebut juga
sebagai diagrammatic maps merupakan modifikasi dari hubungan yang biasanya dilihat pada peta. Kartogram dibuat dengan sengaja memperbesar atau memperkecil ukuran (jarak ataupun ukuran) unit area secara proporsional terhadap data yang diwakili, sehingga perubahan ukuran unit tersebut membuat area wilayah tidaklah sama dengan kondisi aslinya. Sehingga sifat perbedaan tersebut antara peta dan kartogram harus tetap disimpan di dalam pikiran pembaca disaat proses intepretasi kartogram. Secara umum terdapat dua tipe kartogram, yaitu kartogram linier dan kartogram area. a.
Kartogram linier, yang sering disebut juga distance transformation maps atau distance cartogram, di desain untuk menampilkan suatu bentuk hubungan jarak antara lokasi, akan tetapi tidak pada jarak yang sebenarnya. Melainkan pada segi jarak relatif yang didasarkan atas suatu ukuran, seperti contohnya adalah biaya perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya, ataupun bisa juga dari segi ukuran waktu tempuh yang diperlukan untuk perjalanan dari kedua wilayah tersebut.
b.
Kartogram area, sering juga disebut juga dengan value-by-area cartogram, merupakan kartogram yang di desain untuk menampilkan ukuran nilai data dengan representasi ukuran besaran unit area secara proporsional. Sehingga ukuran besaran area suatu unit wilayah pada kartogram area ini tidaklah sama dengan besaran ukuran pada kenyataannya. Perbedaan skala 18
ukuran bentuk tersebutlah yang membuat sulitnya di dalam pembuatan area kartogram terkait pada segi penyesuaian antara nilai data dengan bentuk aktual batas area sebenarnya. Artinya disaat kondisi ukuran proporsional dari suatu wilayah yang saling berbatasan itu berbeda, maka sulit di dalam mempertahankan bentuk dan lokasi, karena variasi proporsi data yang berbeda. Terdapat dua macam bentuk utama value-by-cartogram, yaitu : -
Contiguous Cartogram, adalah representasi nilai data dalam bentuk kartogram area yang di dalam pembuatannya antar area dibuat saling berhimpit sesuai dengan batas administrasi wilayah tersebut. Batas administrasinya dibuat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Gambar 1.13 : Contiguous Cartogram Sumber : Borden (1998) - Non-Contiguous Cartogram, adalah representasi nilai data dalam bentuk kartogram area yang di dalam pembuatannya antar area akan dibuat tidak saling berhimpit satu dengan yang lain. Hal
19
tersebut membuat lokasi dari tiap area tidak sama sesuai kondisi sebenarnya di peta.
Gambar 1.14 : non-contiguous cartogram Sumber : Borden (1998)
1.5.5
Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan oleh Kaspar, Febrikant, dan Freckmann
pada tahun 2011 merupakan kegiatan di dalam mengkaji visualisasi kartogram dalam menyajikan data yang memiliki variabel lebih dari 1 data yang divisualisasikan adalah data jumlah penduduk dengan usia kerja dan data jumlah penduduk yang tidak bekerja (menganggur). Metode yang digunakan untuk menilai tingkat efektivitas kartogram tersebut adalah dengan cara membandingkannya dengan choropleth map. Kartogram yang menyajikan data dengan 2 variabel disajikan dengan menggunakan simbol area tambahan dengan varibel visual nilai, sedangkan untuk choropleth map akan digabungkan dengan simbol titik yang
20
proporsional. Cara analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kartogram tersebut adalah dengan pendekatan analisis korelasi ANOVA with Bonferroni.
Gambar 1.15 : Visualisasi Kartogram dan Peta choropleth pada Data Multivarian Sumber : Kaspar, Fabrikant, Freckmann (2011)
Penelitian kedua yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Bhatt pada tahun 2006. Penelitian tersebut mengkaji mengenai kesesuaian kartogram untuk memvisualisasikan data kesehatan. Kartogram yang digunakan untuk memvisualisasikan data kesehatan tersebut yang secara dasar pembuatannya mengadopsi algoritma Gastner-Newman dan selanjutnya dibandingkan dengan peta tematik choropleth dengan menggunakan data yang sama. Penelitian ketiga yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Ullah, Menno-Jan Kraak, dan Corne P.J.M van Elzakker. Penelitian tersebut mengkaji mengenai peenggunaan kartogram untuk memvisualisasikan data yang bersifat temporal. Data yang digunakan pada penelitian tersebut adalah data lokasi stasiun dan data jaringan jalur kereta api yang ada di 21
Belanda.
Metode
untuk
evaluasi
pemanfaatan
kartogram
dalam
memvisualisasikan data temportal tersebut adalah dengan analisis penilaian user atau pembaca peta. Pembaca peta tersebut adalah orang-orang yang sering menggunakan layanan kereta api atau penumpang kereta api tersebut yang biasanya menggunakan peta skema atau peta jaringan jalur kereta api biasa untuk menentukan lokasi yang dituju. Penumpang kereta api membandingkan antara kartogram yang telah dibuat dengan peta yang ada dan biasa digunakan penumpang untuk melihat jaringan jalur kereta api (Geographic map dan Schematic map). Berdasarkan atas kegiatan perbandingan dan penilaian penumpang tersebut, selanjutnya data penilaian tersebut digunakan sebagai dasar atas evaluasi kartogram untuk memvisualisasikan data yang bersifat temporal.
Gambar 1.16 : (a) Geographic maps, (b) Schematic map, (c) Cartogram map of the Dutch railways network. Sumber : Rahmat Ullah, Menno-Jan Kraak, Corne P.J.M van Elzakker
Berdasarkan atas penelitian-penelitian terkait di atas, merupakan penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, 22
yaitu akan mengkaji atas visualisasi kartogram atas data yang digunakan dengan cara membandingkannya dengan peta tematik dengan metode yang lain. Perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah di dalam penelitian ini kajian tidak hanya menyangkut pada segi perbandingan kartogram dengan metode peta tematik yang lain, namun juga untuk mengetahui penerapan kartogram di Indonesia apakah bisa lebih efektif atau tidak dengan acuan seperti pada Negara-negara maju yang sering menerapkan kartogram dalam visualisasi data jumlah penduduk. Selanjutnya terkait atas penelitian-penelitian yang telah dijabarkan di atas akan dirinci sesuai dengan tabel di bawah ini :
23
Tabel 1.1 Penelitian Terkait NO 1.
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Tahun 2011
Tujuan Mengetahui tingkat
Metode 1. Membandingkan
Hasil
Empirical Study
Kaspar,S.
1. Kartogram dan peta
Of Cartograms
,Fabrikant, S.I.,
efektivitas dan efisiensi
kartogram dengan peta
choropleth yang telah
Freckmann P.
visualisasi data dengan
choropleth yang
digabungkan dengan
menggunakan kartogram
digabung kan dengan
simbol titik yang
pada data statistik
simbol pada graduated
proporsional.
multivarian.
circle map, dengan
2. Tabel perbandingan
pendekatan analisis
tingkat akurasi dan
secara statistik atas
efisiensi kedua peta
jawaban user.
dengan pendekatan analisis korelasi ANOVA with Bonferroni.
2.
Investigating the
Bhatt, L.M
2006
Mengetahui kesesuaian
1. Membandingkan
1. Kartogram dan peta
24
Lanjutan Tabel 1.1
Appropriateness of
kartogram untuk
visualisasi kartogram
choropleth yang
Gastner-
memvisualisasikan data
dengan algoritma Gastner-
memvisualisasikan data
Newman’s
kesehatan.
Newman dengan
kesehatan.
Cartogram Versus
choropleth map dengan
Conventional
pendekatan analisis secara
Maps in Visual
statistik.
Representation and Modeling of Health Data.
25
Lanjutan Tabel 1.1
3.
Using cartogram to Rahmat Ullah,
Mengetahui efektivitas
1. Membandingkan
explore temporal
Menno-jan Kraak,
kartogram untuk
cartogram dengan
jaringan stasiun dan
data : Do they
Corne P.J.M. van
menampilkan data secara
geographic map dan
tempat pemberhentian
work?
Elzakker
temporal.
schematic map dalam
stasiun kereta api di
menyajikan informasi
Belanda.
jalur kereta api dan lokasi stasiun. 2. Evaluasi kartogram
1. Kartogram jalur
2. geographic map dan schematic map jaringan stasiun dan tempat
berdasarkan atas jawaban
pemberhentian stasiun
user dalam
kereta api di Belanda.
membandingkan ketiga peta tersebut. 4.
Visualisasi data
Wahyu Hidayat
2013
1. Membuat kartogram
1. Membandingkan
1. Evaluasi kartogram dalam
26
Lanjutan Tabel 1.1
jumlah penduduk
jumlah penduduk di
kartogram dengan metode
memvisualisasikan data
dalam bentuk
Daerah Istimewa
peta tematik lain yang
jumlah penduduk dan
kartogram (Studi
Yogyakarta tahun
cocok untuk
terapannya di Indonesia.
kasus di Daerah
2010 dengan tingkatan
memvisualisasikan data
Istimewa
administrasi
jumlah penduduk (Peta
Yogyakarta)
Kecamatan.
choropleth, peta
2. Mengetahui efektivitas
dasimetrik, peta dot, dan
kartogram dalam
graduated circle map)
memvisualisasi data
dengan metode indepth
jumlah penduduk dan
interview dan dengan
di terapkan di
bantuan kuisioner.
Indonesia.
Tabel 1.1 Penelitian Terkait
27
1.6
Kerangka Penelitian Dapat diketahui bahwasanya terdapat berbagai macam metode di dalam
menyajikan data, yakni metode tersebut adalah dengan cara grafik, diagram, ataupun peta. Kegiatan menyajikan data tersebut bertujuan untuk mempermudah di dalam pembacaan data terutama untuk kepentingan analisis ataupun tujuannya. Seperti halnya pada penyajian data statistik dengan cara dipetakan, terdapat berbagai macam metode di dalam memvisualisasikan data statistik, seperti dengan metode peta choropleth, peta dasimetrik, peta dot, peta titik proporsional, dan kartogram. Berbagai macam bentuk penyajian data tersebut tentunya akan menghasilkan visualisasi yang berbeda karena menggunakan bahasa simbol yang berbeda untuk menyampaikan informasi dari data yang digunakan. Perbedaan visualisasi dari bentuk metode penyajian yang berbeda, mengindikasikan munculnya perbedaan persepsi visual di dalam pembacaan datanya. Disisi lain, untuk tiap cara penyajian data tentunya memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing. Keterbatasan itulah yang membuat tiap cara penyajian data tersebut memiliki tingkat efektivitas yang berbeda di dalam menyajikan data. Perbedaan persepsi visual dari proses pembacaan data serta tingkat efektivitas yang berbeda dari tiap metode, maka akan membuat informasi yang diterima user akan berbeda pula. Perbedaan informasi yang diterima oleh user tersebut berdampak pada tingkat akurasi dari data yang dibaca. Kesalahan dalam pembacaan data yang ditunjukan atas bahasa simbol dari tiap metode peta tematik akan merujuk pada kesalahan pembacaan pula, selain itu faktor eksternal seperti
28
noise juga dapat menimbulkan kesalahan pembacaan maupun persepsi visual yang ditangkap oleh pembaca peta. Kartogram yang merupakan salah satu metode di dalam menyajikan data statistik dengan cara di petakan, tentunya juga memiliki suatu bentuk kelebihan maupun kekurangannya di dalam menyajikan data. Pemanfaatan yang sering digunakan di Negara-negara maju merupakan bentuk penilaian kartogram yang efektif di dalam menyajikan data, namun hal tersebut tidak diikuti kondisi yang sama di Indonesia, karena memang kartogram masih jarang di temukan di Indonesia. Perbedaan itulah yang mendorong diperlukannya evaluasi tingkat efektivitas kartogram di dalam menyajikan data statistik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan atas diagram alir pemikiran pada gambar 1.17 di bawah ini : Data Statistik
Perbedaan metode penyajian data
Tingkat efektivitas berbeda Perbedaan informasi yang ditangkap user
Perbedaan visualisasi
Timbul perbedaan persepsi visual Tingkat akurasi metode penyajian data Gambar 1.17 : Diagram alir pemikiran
29
1.7
Batasan Operasional Penegasan
istilah-istilah maupun definisi yang seringkali digunakan
dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran. Dalam hal ini, istilah-istilah tersebut ruang lingkupnya tidak terlalu luas yakni mencakup atau sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah beberapa istilah penting terkait dengan penelitian ini: Data Statistik Data yang dikumpulkan secara periodik, dengan metode ilmiah yang teruji, dan direkam untuk jangka waktu yang cukup lama. (Jerry Alphanto, 2010) Visualisasi Data/Penyajian Data Kegiatan di dalam menyajikan atau mengubah bentuk visual dari suatu data statistik agar dapat dipahami dan dianalisis dengan mudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Peta Pola permukaan bumi yang dilukiskan pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil. (Bisri Mustofa dan Inung Sektiyawan, 2007) Peta Tematik Peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi, dll) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakan informasi tematiknya.
30
Kartogram Kartogram dibuat dengan sengaja memperbesar atau memperkecil ukuran (jarak ataupun ukuran) unit area secara proporsional terhadap data yang diwakili, sehingga perubahan ukuran unit tersebut membuat area tersebut tidaklah sama dengan kondisi aslinya. (Borden, 1998) Kartografi Suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang dapat mudah diobservasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. (Sukwardjono & Mas Sukoco, 1997) Evaluasi Sebagai proses pengukuran dan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi)
31