1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat yang sejahtera. Pembangunan mempunyai sifat yang berkelanjutan untuk selalu mencapai tahap yang lebih baik. Salah satu bidang pembangunan yang cukup penting adalah bidang ekonomi. Pemanfaatan sumber-sumber daya alam, penduduk, peralatan, dan mesin-mesin yang tepat akan menghasilkan pendapatan bagi Negara, yang kemudian dialokasikan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu badan usaha yang dibentuk oleh Negara memiliki peran yang sangat besar guna mendukung dan mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Tugas utama BUMN tidak hanya sekedar memperoleh keuntungan saja, yang kemudian diukur hanya dengan adanya peningkatan ROA, ROE, ROI saja, tetapi juga mengemban beberapa tugas yang lebih bersifat makro, seperti menjaga stabilitas ekonomi atau stabilitas harga, dan untuk memenuhi sifat penugasan layanan publik atau agent of development. Saat ini terdapat 139 BUMN, yang pada pelaksanaan tugasnya masih memerlukan
beberapa
perbaikan-perbaikan
sistem
manajemen
meningkatkan kinerja BUMN itu sendiri. Secara bertahap
untuk
BUMN mulai
menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik, terlihat dari laba BUMN yang mengalami peningkatan. Berdasarkan data, terlihat bahwa laba BUMN pada tahun
2
2006 mencapai lebih dari Rp. 53 triliun atau meningkat sebesar 25% dibandingkan tahun 2005 yang mencapai Rp. 42 triliun. Tetapi perlu diketahui bahwa meskipun kinerja BUMN mengalami peningkatan, hasilnya masih belum optimal sebagaimana tercermin dari struktur keuangan dan modal yang tidak atau kurang memadai. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya BUMN yang tidak bankable, artinya BUMN tidak dipercaya untuk meminjam kepada bank karena kondisi BUMN yang kurang berkembang. Selain itu, kemampuan BUMN yang terlalu kecil untuk mendapatkan pendanaan untuk keperluan pengembangan dan masih rendahnya tingkat pertumbuhan dan laba sehingga kurang menunjang dalam melakukan pemupukan modal untuk berkembang juga menyebabkan kinerja BUMN belum optimal. Ekuitas perusahaan yang masih rendah, masih banyak BUMN yang memiliki piutang bermasalah dalam jumlah yang besar sehingga menyulitkan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan, dan tingkat return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) yang masih rendah, semuanya mencerminkan kinerja BUMN yang belum optimal. PT. Industri Telekomunikasi (PT. INTI) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi selama beberapa dekade sebagai pemasok utama pembangunan jaringan telepon nasional yang diselenggarakan oleh PT. Telkom dan Indosat dengan kepemilikan 100% saham pemerintah. Sebagai perusahaan BUMN, PT. INTI merupakan penyokong dana bagi pemerintah sesuai dengan Undang-undang No. 19 tahun 2003 mengenai Badan Usaha Milik Negara pasal 2 ayat (1) butir (a) tentang salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN yaitu “memberikan sumbangan bagi perkembangan
3
perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya”. Artinya kinerja PT. INTI memberikan pengaruh yang cukup besar bagi negara. Seperti diketahui bahwa laba maksimal memang penting bagi perusahaan. Tetapi laba saja tidak cukup untuk menjadi tolok ukur kinerja perusahaan yang baik, karenanya perlu diketahui bagaimana profitabilitas perusahaan untuk mengukur apakah perusahaan telah efisien, karena laba yang maksimal tidak menjamin bahwa perusahaan telah efisien dalam sumber dan penggunaan dananya. Salah satu cara untuk mengetahui apakah perusahaan telah bekerja secara efektif dan efisien adalah dengan mengukur rasio profitabilitasnya. Rasio profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets (ROA) yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba rugi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Berikut diperlihatkan kinerja PT. INTI yang dilihat dari laba bersih (Net Income), total aktiva dan ROA perusahaan dalam lima tahun terakhir.
4
Tabel 1.1 Laba Bersih, Total Aktiva, dan ROA PT. INTI Tahun 1997-2006 Keterangan Tahun
Laba Bersih
Total Aktiva
ROA
(Juta Rupiah)
(Juta Rupiah)
(%)
2002
(43,427)
690,115.2
(6.3)
2003
41,346
711,155.15
5.8
2004
36,428
823,337.19
4.5
2005
18,071
742,683.56
2.4
2006
8,625
879,234
1.0
Dari tabel 1.1 dapat di lihat bahwa perkembangan ROA PT. INTI pada tahun 2002 menunjukkan angka yang bernilai negatif yaitu sebesar -6,3%. Hal ini disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian. Sementara pada tahun 2003 sampai tahun 2006 terjadi penurunan ROA secara terus-menerus, dari 5,8% pada tahun 2003 sampai tahun 2006 hanya sebesar 1%. Profitabilitas penting bagi perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan. Profitabilitas PT. INTI yang terus-menerus menurun dilihat dari ROA perusahaan menyebabkan keterbatasan akan modal. Sebagaimana kita ketahui bahwa modal merupakan unsur yang penting bagi perusahaan. Karena tanpa adanya modal yang memadai baik itu modal sendiri maupun modal asing, perusahaan tidak akan dapat melangsungkan usahanya. Karena keterbatasan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan menyulitkan perusahaan untuk berkembang dan melakukan ekspansi. Sementara kegiatan perusahaan terus-menerus memerlukan modal dalam jumlah yang cukup besar, maka digunakan modal pinjaman (Financial
5
Leverage). Sesuai dengan tujuan Manajemen Keuangan itu sendiri yaitu, memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yaitu pemerintah. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan profitabilitas, salah satunya adalah struktur modal, yaitu perimbangan antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Seperti kita ketahui bahwa perusahaan-perusahaan BUMN dalam menjalankan kegiatannya selain meggunakan modal sendiri juga menggunakan modal pinjaman untuk pengembangan perusahaan. Pada PT. INTI struktur modalnya terdiri dari modal sendiri dan utang. Utang meliputi utang usaha dan utang bank. Untuk utang usaha, terdiri dari utang luar negeri dan utang dalam negeri, sementara untuk utang bank, terdiri dari fasilitas kredit modal kerja (KMK). Penggunaan modal pinjaman bagi perusahaan menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran bunga dan cicilan pokok pinjaman. Oleh sebab itu, diperlukan perhitungan yang matang untuk menentukan jenis dan besarnya pinjaman sehingga pengunaan pinjaman dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi perusahaan. Selain itu juga, proporsi antara modal pinjaman dan modal sendiri harus tepat karena jika modal pinjaman terlalu besar akan memperbesar resiko tidak terbayarnya beban tetap bunga dan pokok pinjaman. Selain itu perusahaan juga harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas. Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio struktur modal yang bertujuan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri yang dijadikan
6
jaminan untuk keseluruhan utang perusahaan, dengan demikian dapat dilihat struktur risiko tidak tertagihnya hutang. Penurunan profitabilitas PT. INTI diduga akibat dipengaruhi struktur modal yang tinggi, yang ditunjukkan oleh DER. DER menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. DER harus dijaga pada angka yang tidak terlalu besar untuk menjaga resiko tidak tertagihnya utang. Karena jumlah hutang yang terlalu besar akan membebankan perusahaan untuk membayar beban bunga pokok pinjaman. DER yang tinggi menunjukkan semakin buruknya struktur modal perusahaan. Sebaliknya DER yang rendah dapat dikatakan bahwa semakin baik kinerja perusahaan karena semakin rendah rasio utang terhadap modal perusahaan. Sejalan dengan uraian diatas, masalah penggunaan aktiva perusahaan dan pinjaman bagi perusahaan sebagai modal usaha dan pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan menjadi hal yang menarik bagi penulis. Oleh karena itu untuk menelaah lebih lanjut tentang struktur modal perusahaan, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas pada PT.INTI Bandung”.
7
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Profitabilitas
adalah
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan kita sebut return on assets (ROA). ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba rugi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Selama lima tahun terakhir PT. INTI mengalami penurunan laba yang mengakibatkan profitabilitas perusahaan juga menurun. Penurunan profitabilitas ini diduga dipengaruhi oleh struktur modal yang besar, yang ditunjukkan oleh debt to equity ratio (DER). DER menggambarkan utang dan modal dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri. Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya selain menggunakan modal sendiri juga menggunakan modal pinjaman. Penggunaan modal pinjaman bagi perusahaan menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran bunga dan cicilan pokok pinjaman. Oleh sebab itu, diperlukan perhitungan yang matang untuk menentukan jenis dan besarnya pinjaman sehingga pengunaan pinjaman dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi perusahaan. Selain itu juga, proporsi antara modal pinjaman dan modal sendiri harus tepat karena jika modal pinjaman
8
terlalu besar akan memperbesar resiko tidak terbayarnya beban tetap bunga dan pokok pinjaman tanpa melihat apakah perusahaan sedang mengalami rugi atau untung. Penggunaan hutang yang terlalu besar akan berpengaruh pada beban bunga yang harus dibayar perusahaan dan hal ini akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Dimana, penurunan profitabilitas PT. INTI akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan untuk memberikan kontribusi pada pemerintah sebagai pemilik saham.
1.2.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah penelitian sebagai berikut : a.
Bagaimana struktur modal PT. INTI?
b.
Bagaimana tingkat profitabilitas PT. INTI?
c.
Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. INTI?
9
1.3. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk : a.
Mengetahui struktur modal PT. INTI
b.
Mengetahui tingkat profitabilitas PT. INTI
c.
Mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. INTI
1.3.2. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dikelompokkan menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukanmasukan baru yang dapat menjadi bahan referensi bagi rekan mahasiswa yang mempelajari manajemen keuangan, khususnya tentang struktur modal. 2. Kegunaan Praktis a) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat membantu perusahaan untuk melihat pengaruh
yang
ditimbulkan
perubahan
struktur
modal
terhadap
profitabilitas perusahaan. b) Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk memperoleh gambaran secara langsung bagaimana teori – teori yang selama ini didapatkan, khususnya
mengenai
profitabilitas perusahaan.
struktur
modal
dan
pengaruhnya
terhadap