BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang menjadi potensi dan
peluang dalam pembangunan pariwisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Keunggulan kompetetif kepariwisataan Indonesia terletak pada
kekayaan budaya Indonesia, keindahan alam di posisikan sebagai penguat dalam kepariwsataan. Kebudayaan Indonesia merupakan hasil karya masyarakat Indonesia, penghasil dan pemilik budaya Indonesia adalah masyarakat Indonesia, dan bagian terkecil penghasil budaya Indonesia adalah masyarakat di desa. Nawa Cita sebagai program prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019. Sektor Prioritas pembangununan 2017 ada 5 yaitu pangan, energi, maritim, pariwisata, dan Kawasan Industri dan KEK. Pada kabinet kerja, sektor kepariwisataan tumbuh menjadi sektor unggulan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan menjadi lokomotif untuk penerimaan devisa negara, pengembangan usaha, pembangunan infrastruktur serta penyerapan tenaga kerja. Sektor ini telah memberi kontribusi sebesar 9,5% pada PDB global. Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan dan pariwisata menjadi penggerak ekonomi nasional. Pariwisata menjadi salah satu sektor yang berperan dalam penyumbang devisa terbesar keempat setelah minyak dan gas, batubara serta kelapa sawit. Dengan demikian kepariwisataan mempunyai peranan dalam meningkatkan ekonomi termasuk dalam terbukanya lapangan pekerjaan sehingga akan tercapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
akhir Pembangunan Kepariwisataan Indonesia adalah Meningkatnya Kesejahteraan Rakyat. Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusasha, Pemerintah dan pemerintah Pusat. Pariwisata menjadi bisnis, dan bisnis yang murah dan dapat dimulai dari skala kecil dari diri sendiri sehingga kita bisa menciptakan bisnis dari diri sendiri. Masyarakat dari segala lapisan
menjadi subjek dalam pembangunan pariwisata,
masyarakat menjadi pelaku ataupun penggerak yang akan menciptakan pengalaman terbaik bagi wisatawan sehingga akan tercipta kenangan terhadap objek pariwisata tersebut. Dengan begitu wisatawan akan kembali lagi bahkan akan bercerita kepada yang lain sehingga akan mendatangkan wisatawan lain untuk berkunjung kembali. Otonomi daerah memberikan kewenangan bagi daerah untuk melakukan perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan pariwisata di daerah. Proses dan mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih sederhana dan cepat. Maka dalam rangka percepatan proses pembangunan daerah Kabupaten Samosir, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai salah satu peluang yang menjadi andalan dalam memajukan masyarakat di daerah. Pembangunan sering tak memperhatikan masyarakat dan lingkungan sehingga pembangunan menjadi tak terkendali, dengan mengeksploitasi sumber daya dan
Universitas Sumatera Utara
mengabaikan moral dan etika. Sehingga akan terjadi kerusakan alam ini dikarenakan masyarakat dijadikan objek. Pembangunan pariwisata hendaknya mengetengahkan soft tourism, bukan hard tourism, dalam kerangka pariwisata yang berkelanjutan, berkeadilan dan menjunjung tinggi martabat manusia. Soft tourism merupakan pariwisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta dan juga mementingkan kebutuhan lokal masyarakat setempat. Sedangkan hard toursim adalah aktivitas pariwisata yang tidak sensitif terhadap alam, berorientasi jangka pendek dan tidak memberdayakan masyarakat setempat. Sehingga pengembangan pariwsata melalui model soft tourism dapat dibangun dan ditumbuhkembangkan di lingkungan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan hidupserta memastikan kehidupan sosial yang mengintegrasikan keadilan sosial, pengembangan ekonomi dna integritas lingkungan. Dalam pengembangan soft tourism dapat dilakukan melalui pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) Destinasi Unggulan Sumatera Utara adalah Danau Toba dengan resources yang luar biasa
dengan keindahan alamnya, kekayaan sosial budaya yang tinggal di
sekitarnya, sejarah geologi, peninggalan sejarah. Danau Toba adalah danau Kaldera terbesar di dunia, merupakan danau terluas di Indonesia. Dengan potensi itu menjadikan Danau Toba menjadi salah satu dari 10 daerah tujuan wisata yang dikembangkan pemerintah. Untuk menenmpuh Danau Toba maka ada dua akses yaitu akses Lintas Penyebrangan menuju Kab. Samosir: Ajibata-Tomok, Tigaras-Simanindo, BaligeOnanrunggu, Muara-Nainggolan, Bakkara-Naiggolan dan yang ke dua yaitu akses pintu masuk jalur darat dari Tele.
Universitas Sumatera Utara
No Lokasi Wisata Kecamatan Pangururan 1
2
Simanindo
Tabel 1.1 Objek Wisata di Kabupaten Samosir Obyek Obyek Jenis Obyek Per Wisata/Tourist Wisata/Tourist Object Object Type Terusan Tano Wisata Sejarah Ponggol Pemandian Air Wisata Air/Rekreasi Panas Di Aek Rangat Monumen Wisata Sejarah Perjuangan Liberty Malau Komunitas Tenun Wisata Budaya Ulos Batak Huta Raja Lumban Suhisuhi Open Stage Pasar Wisata Budaya Pangururan Pasanggrahan Wisata Sejarah Pangururan Obyek Wisata Boru Wisata Budaya Sinaetang Pantai Pasir Putih Wisata Huta Bolon Air/Olahraga/Rekreasi Parbaba Pantai Pasir Putih Wisata Lumban Manik Air/Olahraga/Rekreasi Makam Tua Raja Wisata Sejarah Sidabutar Kawasan Tuk-Tuk Wisata Alam Siadong Museum Tomok Wisata Sejarah Tuk-Tuk Siasu Museum Huta Bolon Pulo Malau Museum Gok Asi Simanindo Areal Paralayang Hosa
Wisata Sejarah/Budaya Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Budaya
Lomba Wisata Rekreasi Siulak
Universitas Sumatera Utara
Kawasan Arboretum Aek Natonang Gua Lontung Sipokki Tanjungan Raut Bosi Simanindo Parbaba Gua Alam Sangkal Pertunjukan Sigale-Gale Perumahan Batak
Wisata Alam
Wisata Gua Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Sejarah Wisata Gua Wisata Sejarah Wisata Budaya
Batu Kursi Wisata Alam Parsidangan Huta Siallagan Bukit Beta Kite Wisata Alam Internasional Batu Marhosa Wisata Alam Gedung Kesenian Wisata Budaya Tuk-Tuk Siadong
3.
Sianjur Mula-Mula
Situs Pagar Batu (Liang Marlangkup, Botean, Parit Debata, Losung Simarlage-Lage Sitolu Mata / Losung Marante Open Stage TukTuk Siadong Gunung Pusuk Buhit Pemandian Aek Sipitu Dai Perkampungan Asli Huta Siraja Batak Perkampungan Sigulatti Aek Si Boru Pareme Batu Hobon Batu Holbung Pulau Tulas
Wisata Sejarah Budaya
Wisata Budaya Wisata Sejarah/Budaya Wisata Air/Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Air/Budaya Wisata Alam/Budaya Wisata Alam/Budaya Wisata Rekreasi Wisata Alam Dan Air
Universitas Sumatera Utara
4
Ronggur Nihuta
5.
Harian Boho
Air Terjun Hadabuan Nasogo Aek Boras Batu Pargasipan Batu Parhusipan Batu Nanggar Batu Sawan
Wisata Air
Rumah Parsaktian Guru Tatea Bulan Aek Liang Gua Sidam-Dam Batu Simalliting Danau Sidihoni Batu Hitam Jea Ni Tano Aek Sipale Onggang Kawasan Wisata Tirta Pea Porogan Menara Pandang Tele Partuko Naginjang Janji Martahan Air Terjun Sampuran Efrata
Wisata Budaya
Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Alam/Budaya Wisata Budaya
Wisata Air Wisata Gua Wisata Alam Wisata Rekreasi Wisata Alam Wisata Air/Alam Wisata Air Wisata Air Wisata Panorama Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam
Mata Air Dan Pohon Wisata Alam Pokki Gua Parmonangan Wisata Gua Kampung Harimau Situmeang Ulu Darat Janji Matogu Hutan Flora Anggrek Rumah Adat Hutan Limbong Rumah Adat Sagala 6.
Sitio-Tio
Wisata Sejarah Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Budaya
Mata Air/Mual Wisata Air/Budaya Datu Parngongo Gua Datu Wisata Gua
Universitas Sumatera Utara
Parngongo
7.
8.
Palipi
Nainggolan
Permandian Boru Saroding Di Sabulan Patung Raja Si Lontung Goa Bunda Maria Piso Somalim Batu Rantai Pemandian Air Panas Simbolon Martua Limang Pantai Pasir Putih
Wisata Air/Budaya
Batu Guru Rumah Parsaktian Hotel Golat Atraksi Budaya Dan Agama Pananggangan
Air,Rekreasi Wisata Alam Wisata Sejarah Wisata Budaya
Wisata Sejarah/Budaya Wisata Rohani Wisata Sejarah Wisata Alam Wisata Air Wisata Sejarah Wisata Air,Rekreasi
Wisata Sejarah
Polhang Wisata Alam Boru Simenak- Wisata Alam Menak Sidabasa Wisata Sejarah Alam/ 9. Onan Runggu Kawasan Wisata Wisata Remaja Lagundi Air/Rekreasi Sitamiang Pantai Pasir Putih Wisata Air, Rekreasi Sukkean Wisata Alam Hariara Nabolon/Pohon Besar Sukkean Tambun Surlau Wisata Sejarah Mual Siraja Wisata Budaya Sonang Di Pakpahan Catatan : Objek Wisata Yang Huruf Tebal Adalah Objek Wisata Unggulan Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir\
Universitas Sumatera Utara
Banyak objek wisata di Kabupaten Samosir salah satunya Pantai Pasir Putih Parbaba yang memiliki kekayaan alam dan memiliki adat dan budaya batak toba yang unik sehingga menjadi potensi wisata yang luar biasa untuk di kembangkan. Pantai ini juga memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit dan bukit –bukit di Pulau Sumatera. Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon Parbaba Kecamatan Pangururan dengan jarak tempuh
± 10 Km dari pusat kota
Pangururan. Pantai ini merupakan penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua dibidang Pariwisata. Pantai ini sering dikunjungi baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Pantai ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan olah raga antara lain : Volly pantai, Foatsal, Cano, Palo air, Jet ski, Water boom. Pariwisata dapat merusak nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat setempat dan akan mencipatakan individualis, maka diperlukan penguatan moral dan budaya yang melindungi nilai dan budaya Batak sebagai kebudayaan masyarakat setempat. Maka
disinilah
Community
Based
Tourism
di
perkenalkan
yakni
dengan
memberdayakan masyarakat setempat. Konsep Community Based Tourism merupakan konsep pariwisata oleh rakyat, dikelola oleh rakyat, untuk kemajuan rakyat dan dimanfaatkan oleh rakyat Pengembangan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba diharapkan masyarakat lokal dapat diberdayakan dan diikut sertakan dalam aktivitas kegiatan pariwisata itu sendiri dalam rangka memperoleh kemanfaatan dari kegiatan pariwisata dengan mementingkan keberlanjutan pariwisata itu. Pengembangan Pariwisita tentunya tidak dapat hanya masyarakat dijadikan objek yang hanya hanya menerima keputusan dari atas tetapi masyarakat harus dijadikan subjek dalam pengembangan pariwisata dengan
Universitas Sumatera Utara
begitu masyarakat merasa memiliki dan akan ikut memelihara potensi pariwisata yang ada didaerah Pantai Pasir Putih Parbaba. Sehingga berbagai permasalahan dalam pengembangan pariwisata dapat diatasi dan wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba khususnya Pantai Pasir Putih Parbaba akan meningkat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengembagan melaui konsep Community Based Tourism sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu menjadikan sektor Pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba (Studi Pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya kabupaen Samosir)”.
1.2
Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
menentukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba?”.
Universitas Sumatera Utara
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemapuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajiankajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Samosir, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata berbasis masyarakat.
3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sumatera Utara
1.5
Kerangka Teori
1.5.1
Pembangunan
1.5.1.1 Indikator Keberhasilan Pembangunan Pembangunan adalah upaya manusia untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya bagi pemenuhan dan peningkatan kesejahteraanya. Dalam kaitan ini, pmbangunan selalu diikuti oleh perubahan, baik ke arah yang diinginkan berupa tersedianya barang dan jasa maupun ke arah sebaliknya berupa penurunan penyeediaan sumber daya, terutama sumber daya alam untuk memungkinkan terjadinya pertumbuhan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diinginkan akan semakin besar pula jumlah pasokan sumber daya alam yang dialokasikan di sektor pembangunan. Dalam pengalokasian sumberdaya inilah terkait maslah perencanaan dilihat dari laju pemanfaatannya dan pengendalian ketersediaannya, sehingga tidak melemahkan fungsi lingkungan hidup sebagai penunjang kehidupan. Ini berartoi sumber daya harus dikelola secara efektif dan efisien.
1
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan ada 5 indikator yang diperlukan yaitu
2
1. Kekayaan rata-rata Pembangunan mulanya dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakn pembangunan, bila pertumbuhan masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat 1
Azhari, Samlawi, Etika Lingungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1997,
hlm 21. 2
Arief, Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hlm 2-8
Universitas Sumatera Utara
atau produktivitas negara tersebut setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya, produktivitas ini diukur oleh Produk nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). PNB atau PDB merupakan mengukur hasil keselurah dari sleuruh negara, dimana sebuah negara (jumlah penduduk) yang berlainan, untuk bisa membandingkan dapat diukr dengan PNB/Kapita atau PDB/Kapita. Dengan begitu dapat dilihat berapa produksi ratarata setiap orang dari negara yang bersangkutan. Dengan begitu dapat dibandingkan negara satu dengan negara lainnya. 2. Pemerataan Kekayaan keseluruhan yang dimiliki atau yang di produksikan oleh sebuah bangsa, tidak berarti bahwa kekayaaan itu merata dimiliki oleh semua penduduknya. Bisa terjadi, sebgaian kecil orang di dalam negara tersebut memiliki kekayaan yang berlimpah, sedangkan sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu timbuk keinginan memasukkan aspek pemerataan dalam ukuran pembangunan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemertaan ini secara sederhana diukur dengan melihat berapa prosen dari PNB diraih oleh 40% penduduk termiskin, berapa prosen oleh 40% penduduk golongan menegah dan berapa prosen oleh 20% penduduk terkaya. Dengan demikian bangsa atau negara yang berhasil melakukan pembangunan adlah mereka yang disamping tinggi produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata.
Universitas Sumatera Utara
3. Kualitas Kehidupan Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara adalah dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physuical Quality of Life Indeks). Tolok ukur PQLI yang diperkenalkan oleh Moris yang mengukur tiga indikator yakni •
Rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun
•
Rata-rata jumlah kematian bayi
•
Rata-rata prosentasi buta dan melek huruf
4. Kerusakan Lingkungan Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya, dan merata pendapatan penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin miskin. Hal ini misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas yng tinggi itu tidak mempedulikan dampak terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa pembangunan yang dianggap berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai. Akibatnya pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan atau tidak sustainable. 5. Keadilan sosial dan Kesinambungan Faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat. Yang pertama keadilan sosial, bukanlah faktor yang dimasukkan atas dasar pertimbangan moral yaitu demi keadilan saja. Tetapai juga berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga. Bila terjadi kesenjangan yang mencolok
atara orang kaya dan miskin maka
masyarakat yang bersangkutan menjadi rawan secara poitik. Orang miskin itu
Universitas Sumatera Utara
cenderung untuk menolak status quo yang ada. Mereka ingin memperbaiki diri dengan mengubah keadaan. Oleh karena itu bila konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial memungkinkan akan terjadi gejolak politik yang bisa menghancurkan hasil pembangunan yang sudan dicapai. Begitu juga dengan kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, faktor keadilan sosial juga merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama.
Konsep
pembangunan menjadi semakin kompleks, tidak hanya terbatas pada masalah pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meliputi maslah sosial dan lingkungan. 1.5.1.2 Teori Pembangunan 1.5.1.2.1 Teori Modernisasi Teori pembagian Kerja secara Internasinal yang di dasarkan pada terori Keuntungan Komparatif, yang dimiliki oleh setiap negara, mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang mereka miliki. Oleh karena iitu secara umum, di dunia terdapat dua kelompok negara yaitu Negara yang memproduksi hasil pertanian dan negara yang memproduksi barang industri. Tapi yang terjadi negara Industri menjadi semakin kaya dan Negara pertanian tertinggal. Terhadap kenyataan ini, secara umum terdapat dua kelompok teori. Pertama, teori yang menjelaskan kemiskinan ini terutama disebabkkan oleh faktor-faktor intenal atau faktor yang terdapat didalam negara yang bersangkutan yang di kenla dengan Teori Modernisasi. Kedua, teori yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya kemiskinan. 3
3
Ibid., hlm. 17-18
Universitas Sumatera Utara
Teori-teori pilihan yang termasuk dalam teori Modernisasi agar dapat di lihat dengan jelas 4 : a. Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi Teori Harrod-Domar merupakan salah satu teori yang terus dipakai dan terus dikemabangkan. Teori ini dicetuskan oleh Evsey Domar dan Roy Harrod, yang bekerja terpisah namun menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Jika tabungan dan investasi masyarakat rendah, maka pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga rendah. Hal ini bisa dijumpai pada negara maju dan berkembang, masyarakat di negara maju merupakan masyarakat yang memiliki investasi yang tinggi yang diwujudkan dalam saham, danareksa, indeks, dan bentuk investasi yang lain. b. Max Weber: Etika Protestan Teori Weber tertarik untuk membahas masalah manusia yang dibentuk oleh budaya di sekitarnya, khususnya agama. Weber tertarik untuk mengkaji pengaruh agama, pada saat itu adalah protestanisme yang mempengaruhi munculnya kapitalisme modern di Eropa. Teori yang menenekankan nilai-nilai budaya. Teori Weber tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme merupakan sumber dari aliran teori ini. Nilai- nilai masyarakat, antara lain dari yang melalui agama, mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidupp dalam masyrakat dapat diarahkan kepada sikap positif terhdap pertumbuhan ekonomi, proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana. 4
Ibid., hlm 18-36
Universitas Sumatera Utara
c. David McClelland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach Teori yang menekankan aspek-aspek psikoloi individu.
Teori: need for
Achievement (n-Ach). kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga. McClelland berpendapat bahwa pada dasarnya jika sebuah masyarakat menginginkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka yang perlu diubah adalah dorongan berprestasi individu yang ada dalam masyarakat. McClelland menyimpulkan bahwa n-ach merupakan semacam virus yang perlu ditularkan kepada orang-orang dimana masyarakatnya ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. d. Walt .W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan Teori Pertumbuhan Tahapan Linear (linear-stages-of growth-models) proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Masyarakat Tradisional, Ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai. 2. Prakondisi untuk Lepas Landas,
masyarakat tradisional terus bergerak
walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas 3. Lepas Landas, ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. 4. Bergerak ke Kedewasaan, teknologi diadopsi secara meluas.
Universitas Sumatera Utara
5. Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi, Pada tahap ini pembangunan sudah berkesinambungan
e. Bert F. Hoselitz : Faktor-faktor Non-ekonomi
Membahas faktor-faktor non ekonomi yg ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahanperubahan pengaturan kelembagaan yg terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan motivasi. Faktor tersebut sebagai faktor kondisi lingkungan yang penting dalam proses pembangunan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa factor ekonomi sangat penting dalam proses pembangunan, namun factor kondisi lingkungan seperti perubahan kelembagaan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat mempersiapkan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Faktor non ekonomis yang penting antara lain pemasokan tenaga ahli dan terampil. Bahwa salah satu factor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi, diperlukan sebuah penyediaan tenaga terampil yang memadai, karena jika hanya didukung oleh modal dan investasi saja, maka proses pembangunan juga tidak berjalan lancar.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.2.2 Teori Dependensi Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Teori Dependensi mewakili suara-suara negara pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budya dan intelektual dari negara maju. Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral. Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah satu kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan seorang pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
1. Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor. 2. Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, system
Universitas Sumatera Utara
kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-tokoh di atas, yakni: 5
1. Andre Guner Frank : Pembangunan dan keterbelakangan. Keterbelakangan bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga karena masyarkat itu kekurangan modal. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik dan sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme. Keterbekangan di negara pinggiran (negara satelit) adalah akibat langsung dari terjadinya pembangunan di negara-negara pusat. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis. 2. Theotonia De Santos : Membantah Frank. Bahwa negara pinggiran atau satelit pada dasarnya hanya merupakan bayangan dari negara-negara pusat atau metropolis. Bila negara pusat yang menjadi induknya berkembang, negara satelit bisa juga ikut berkembang. Bila negara induknya mengalami krisis, satelitnya pun kejangkitan krisis. Negara pinggiran atau satelit bisa berkembang, mewskipun perkembangan ini merupakan perkembangan yang tergantung, perkembangan ikutan.
5
Ibid., hlm 64-74
Universitas Sumatera Utara
Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni: 1. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif. 2. Ketergantungan
Finansial-Industri:
pengendalian
dilakukan
melalui
kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri. 3. Ketergantungan
Teknologis-Industrial:
penguasaan
terhadap
surplus
industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri. 1.5.1.2.3 Teori Sistem Dunia 6
Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara menyeluruh dan keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh dikaji secara tersendiri karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein menyatakan sistem dunia modern adalah sistem ekonomi kapitalis. Wallerstein, membagi tiga kelompok negara, yaitu : 1. Negara pusat,
mengambil keuntungan yang paling banyak, karena
kelompok ini dapat memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas tertentu 2. Semi-periferi atau setengah pinggiran, mengambil keuntungan dari negaranegara pinggiran yang merupakan pihak yang paling dieksploitir 3. Negara periferi atau pinggiran.
6
Ibid., hlm 107-111
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun kelas,” misalanya dari negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pernah suatu saat Inggeris, Belanda, dan Perancis adalah negara pusat yang berperan dominan dalam sistem dunia, namun kemudian Amerika Serikat muncul menjadi negara terkuat (pusat) seiring hancurnya negara-negara Eropa dalam Perang Dunia II. Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu:
1. Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran. 2. Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaanperusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi setengah pinggiran.
Universitas Sumatera Utara
3. Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi negaranegara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan perusahaanperusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem dunia memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.
1.5.1.2.4 Teori Alternatif Teori Pembangunan Alternatif memandang pembangunan sebagi perbaikan hakekat manusia. Pembangunan merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, visi masyarakat yang lebih baik dipengaruhi oleh tindakan politik dan kemauan manusia. Pendekatan normatif dalam pembangunan ini menekankan pada tujuan dan arti pembangunan. Pieterse menekankan bahwa pembangunan harus partispatif dan berpusat pada manusia. Dalam proses pembangunan harus terdapat konsensus yang meluas bahwa pembanguna akan lebih berhasil ketika masyarakat berpartisipasi. Pembangunan manusia merupakan tujuam dan ukuran pembangunan yang paling tepat. Dalam konsep Pembangunan Diri Manusia Pembangunan (People Self Development), Ansiur Rahman
memandang pemabangunan sebagai kekuatan relatif yang dimana
manusia merupakan kekuatan kreatif pembangunan sebagai alat dan tujuan bukan penerima pasif pembangunan pembangunan. Pembangunan yang berpusat pada manusia (People Centred Development) mendefinisikan pembangunan suatu proses dimana
Universitas Sumatera Utara
anggota masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan kelembagaan untuk peningkatan kualitas kehidupan manusia yang berkelanjutan dan adil selaras dengan aspirasi masyarakat sendiri. Perubahan-perubahan yang timbul dalam proses pembangunan akan mewujudkan transformasi menuju keadilan, keikut sertaan dan keberlanjutan. Dengan demikian Pembangunan pembangunan harus dimulai dari manusia dan kebutuhannya, bukan dimulai dari produksi. 7 Strategi utama dari pembangunan alternatif adalah participatory budgeting (PB)/Orcamento Participativo (OP). Participatory Budgeting merupakan suatu proses pembicaraan formal di antara masyrakat mengenai program pembangunan yang akan dibentuk dan dilaksanakan serta proses pembiayaan dan pengawasan di mana hasil dan rembuk program tersebut akan diteruskan ke pemerintah. Selanjutnya pemerintah akan melakukan proses peganggaran dan menurunkan kembali ke masyrakat dari pihak terkait selaku eksekutornya. Model pembangunan tersebut akan menghadirkan public sphere, masyrakat dengan semangat kolekstivitas yang didampingi oleh pemerintah, akademika dan civil society organization membentuk suatu tatanan etika dengan meletakkkan sentralistas masyrakat sebagai subjek yang dinamis dan mengenali kebutuhannya sendiri. Tidak hanya memberikan masyarakat hak untuk berbicara, tetapi juga memberikan hak untuk di dengar, menentukan dan mengawasi jalannya program pembangunan serta partisipasi lainnya. Habernas menjelaskan tentang public sphere dengan berbagai dimensi yang berasosiasi dengan jaringan masyrakat sipil sebagai warning system tidak hanya mendeteksi permasalahan melalui teknik dialogis (komunikasi). Partispasi masyrakat melalui jalur dialog 7
merupakan sebuah sarana
Asima Yanti, Siahaan, Bunga Rampai Problematika Pembangunan, USU Press, Medan, 2016, hlm3
Universitas Sumatera Utara
untuk mewujudkan public sphere sebagai solusi persoalan dan masalah. Komunikasi public dalam public sphere mempunyai reproducing culture and keeping traditions alive, social integration or the coodination of the plans of different actors in social interaction, socialization or cultural interpretation of needs 8. Berbagai Teori yang dimaksudkan dalam teori Alternatif ini meliputi berbagai paradigma yaitu : 9 1. Feminisme dan Perubahan Sosial Femisme sebagai kumpulan pemikiram, pendirian, dan aksi berangkat dari kesaran, asumsi dan kepedulian terhadap ketidakadilan, ketidaksetaraan, penindasan atau diskriminasi terhadap kaum perempuan, serta merupakan gerakan yang berusaha untuk menghentikan segala bentuk ketidakadilan dan diskriminasi yang semula memang tidak secara khusus
merupakan teori
perubahan sosial. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya gerakan feminisme juga memproyeksikan suati visi masyarakat yang adil, demokratis dan sejahtera menurut perspektif feminisme. 10 2. Paradigma teologi pembebasan (Liberation Theology). Teologi adalah suatu ilmu yang memabahas hakikat dan hubungan antara Tuhan dan manusia maupun makhluk lainnya. Teologi umumnya sulit dipadukan dengan teori perubahan sosial dan teori kritik terhdap pembangunan yang sepenuhnya berpijak pada analisis rasional, sekunder dan dialeetika antara refleksi serta aksi kemudian partisipasi. Telogi pembebasan adalah suatu 8
Budi , Winarno, Etika Pembangunan , Center for Academic Public Service (CAPS), Jakarta 2013, hlm 264-267. Mansour, Fakih, runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi, Insist Prest, Yogyakarta 2011, hlm 144 10 Ibid, hlm 145-147 9
Universitas Sumatera Utara
refleksi teologi yang lahhir dari ungkapan dan pengalaman serta usaha bersama untuk menghapus situasi ketidakadilan dan untuk membangun masyarakat yang berbeda yang lebih bebas dan lebih manusiawi. 11 3. Postmodernisasi : Dekonstruksi Pembangunan Michel Foucault , analissnya tentang discourse, power dan knowledge merupakan sumbangan yang besar terhadap kritik pembangunan yang merupakam suatu diskursus yang menyiratkan dominasi pendisiplinan dan normalisasi Dunia Pertama terhadap Dunia Ketiga. Studi Foucault bertujuan memahami bagaimana proses disiplin, normalisasi, dan penggunaan kekuasaan yang telah di terapkan di berbagai pengalaaman, dimana praktik discursive diterapkam. 12 1.5.2
Pariwisata
1.5.2.1 Definisi Pariwisata Kata pariwisata baru populer pada tahun 1958. Sebelum itu digunakan kata turisme, serapan dari bahasa Belanda “tourisme”. Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai
padanan tourisme (Bld) atau tourism(Ing). Perkembangan dan pengayaan
makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur wisata. Menurut KBIK Wisata berarti berpergian bersama-sama untuk bersenang-senang dan sebagainya; bertamasya; piknik; wisatawan adalah orang yang berdarmawisata; pelancong; turis. Yoeti mengartikan wisata adalah
11
Ibid hlm 177-178 Ibid, hlm 185-187
12
Universitas Sumatera Utara
perjalanan sebagai padanan kata “travel” sehingga wisatawan adalah “traveler”, orang yang melakukan perjalanan. 13 Pariwisata sebagai suatu konsep dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda. Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan/pengunjung dalam perjalanannya. Kepariwisataan adalah suatu lingkup usaha yang terdiri atas ratusan komponen usaha, sebagiannya besar sekali, akan tetapi sebagian besar usaha kecil, termasuk didalamnya angkutan udara, kapal pesiar, kereta api, agen-agen penyewaan mobil, pengusaha tur dan biro perjalanan, penginapan restoran dan pusat-pusat konvensi. 14 Yoeti mengutip berbagai pengertian pariwisata seperti dibawah ini 15: 1. Wahab
memandangnya sebagai suatu kegiatan
kemanusiaan berupa
hubungan antarorang baik dari negara yang sama atau antarnegara atau hanya dari daerah geografis yang terbatas. Didalamnya termasuk tinggal untuk sementara waktu di daerah lain atau negara lain atau benua lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan kecuali kegiatan untuk memperoleh penghasilan,
meskipun
pada
perkembangan
selanjutnya
batasan
memperoleh penghasilan menjadi kabur. 2. Schulaland mengartikan pariwisata adalah gabungan berbagai kegiatan, pada umumnya bidang ekonomi, yang langsung berkaitan dengan
13
Suwardjoko P Warpani dan Indira P Warpani, Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah , ITB, Bandung , 2007, hlm 5.
14
Lunberg Donald, dkk, Ekonomi Pariwisata , PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta, 1997 , hlm 6.
15
Suwardjoko P Warpani dan Indira P Warpani, op. cit. hlm 6.
Universitas Sumatera Utara
kedatangan, tinggal dan kegiatan pendatang di negara tertentu atau daerah tertentu. 3. Hans Buchli, mendifiniskan bahwa pariwisata dalam arti sempit peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tertentu 4. Kurt Morgenroth, Pariwisata dalam arti sempit adlah lalu-lintas orangorang yang meninggalkan tempat kediamannnya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam. 5. Gluckmann, Pariwisata diartikan keseluruhan hubungan antaramanusia yang hanya berada untuk sementara waktu dalam suatu tempat kediaman dan berhubungan dengan manusia-manusia yang tinggal di tempat itu. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang dimaksud dengan: “Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.“ “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.”
Universitas Sumatera Utara
“Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. “ Berbagai definisi yang dikutip menunjukkan beragam aspek yang menjadi titik tolak pandangan masing-masing ahli dalam mendefiniskan pengertian pariwisata. Ada kesamaan yang dapat ditangkap dari definisi-definisi tersebut, yakni meninggalkan tempat kediamannya sehari-hari pergi ke tempat lain untuk tinggal sementara waktu dan bukan untuk mencari nafkah. Batasan waktu lebih tegas dinyatakan oleh McIntosh, Goeldner dan Ritchie, bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat lain di luar lingkungan tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari satu tahun terus-menerus, dengan maksud bersenang-senang, berniaga dan keperluan lainnya. Beberapa penulis memperhitungkan kriterium jarak minimal 200 km, tetapi pada umumnya menganggap bahwa pariwisata adalah
tinggal di luar wilayahnya
sekurang-kurangnya satu malam. Jadi ciri utama pariwisata adlah melakukan perjalanan dan tinggal sementara di tempat tujuan. Dari berbagai macam definisi tentang pariwisata dapat dirangkum hubungan dan fenomena yang timbul akibat perjalanan dan tinggal untuk sementara dengan maksud bersenang-senang, bersantai danrekreasi, atau berniaga dan keperluan lainnya. Dalam makna Geografis perbedaan utama antara berwisata dan bersantai adalah pada komponen perjalanan dan tenggang waktu.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.2 Ragam pariwisata Berdasarkan keterlibatan wisatawan dalam berwisata, ada 2 macam wisatawan yakni 16: 1. Wisatawan aktif, yaitu mereka yang terlibat atau melibatkan diri secara fisik atau ikut serta atau bersentuhan langsung dengan kegiatan pariwisata, menjadi pelaku misalnya
pada wisata petualangan; kegiatan ini menghasilkan
pariwisata aktif 2. Wisatawan Pasif, yaitu mereka yang hanya melihat/menonton, mendengar, merasakan/menikmati objek dan/atau atraksi pariwisata, mereka hanya terlibat secara emosional, misalnya menonton pertandingan olahraga sehingga pariwisata yang dihasilkan adalah pariwisata pasif. Batasan pariwisata sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi: 17 1. Wisata Agro, dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi. 2. Wisata Belanja, dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, miwsalnya Bandung dengan Pusat Jin di Jl. Cihampelas, Sidoarjo dengan Pusat Tas di Tanggulangin.
16
Suwardjoko P Warpani dan Indira P Warpani, op. cit. hlm 12.
17
Ibid., hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
3. Wisata Budaya, berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali. Tidak jarang wisatawan melakukannya dengan maksud
mengadakan riset budaya,
mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah dan sebagainya. 4. Wisata iklim, bagi negara beriklim em[pat pada saat tertentu benar0benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu panas sinar matahari. Contoh penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan dan sebaliknya. 5. Wisata Karya: kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas atau tugas-tugas lain. Misalnya peninjauan/inspeksi daerah, sigi lapangan. Maksud kedatangan seseorang atau sejumlah orang di suatu DTW memang untuk melaksanakan pekerjaan, namun dalam waktu senggang, atau sengaja di acarakan, mereka melakukan rekreasi atau kunjungan wasata ke beberapa objek. 6. Wisata kesehatan, berhubung dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaaan penyembuh, misalnya kunjungan ke Krakal di kebumen dengan maksud berendam di air belerang untuk menyemuhkan penyakit kulit. 7. Wisata konvensi/Seminar, dilakukan dengan sengaja memilih salah satu DTW sebagai
tempat
penyelenggaraan
pengembangan DTW.
seminar
dikaitkan
dengan
upaya
Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu
konvensi, baik nasional maupun internasional, sering dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan pemerintah
mempromosikan DTW. Kebijakan pemilihan lokasi
Penyelenggaraan konvensi sangat jelas diwarnai oleh kepentingan pariwisata. 8.
Wisata Niaga, berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan datang dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan, namun pada waktu luang pada umumnya berwisata.
Bahkan menjadi kebiasaan usaha bahwa berwisata digunakan
sebagai media berniaga mengadakan pertemuan, perundingan dan transaksi niaga. 9.
Wisata olahraga, mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya Pekan Olahraga Nasional.
10. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi, dilakukan untuk berlibur mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan (lepas dari kesibukan kerja rutin). Maksudnya memulihkan kesegran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. 11. Wisata Petualangan, dilakukan ke arah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Misalnya Terbang Layang, arung jeram. 12. Wisata Ziarah, dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat Ziarah pada waktu tertentu. Misalnya waisak di kompleks Candi Borubudur.
Universitas Sumatera Utara
13. Darmawisata,
perjalanan
beramai-ramai
untuk
bersennag-senang,
atau
berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi atau melaksanakan pengabdian kepada masyrakat di luar waktu kerja sehari-hari. 14. Widiawisata (pendidikan), perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk memperlajari seni-budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu, misalnya tugas belajar. 1.5.2.3 Elemen Pariwisata Menurut pendapat Prof. Mariotti, terdapat 3 hal yang menarik wisatawan berkunjung ke suatu daerah, yakni : 1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam kepariwisataan disebut dengan istilah kenikmatan alam (natural amenities), seperti iklim, pemandangan, flora, dan fauna, pusat kesehatan, sumber air mineral ; 2. Hasil ciptaan manusia, misalnya monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau, museum, gerai seni, perpustakaan, kesenian rakyat, acara tradisional, pameran, festival, rumah ibadah ; 3. Tata cara hidup masyrakat, antara lain; kebiasaan hidup, adat istiadat. 18 Gunn memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri atas elemen orang, ditengarai oleh hasrat orang melakukan perjalanan dan kemampuan melakukannya, sedangkan
18
Ibid., hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
komponen sediaan adalah daya tarik wisata, serta perangkutan, informasi dan promosi, dan pelayanan. Berdasarkan pengertian daya tarik wisata di atas dan bertolak dari pendekatan Gunn, elemen kepariwisataan dikelompokkan menjadi elemen:
19
1. Utama, yakni daya tarik, yang mengandung arti objek yang menjadi sasaran dan destinasi kunjungan wisata, adalah elemen yang menjadi bagian langsung dan menjadi pemicu pariwisata. Dan penduduk baik sebagai pelaku pariwisata, sebagai tuam rumah pariwisata maupun menjadi objek wisata 2. Prasyarat, yakni elemen yang merupakan prasyarat proses berlangsungnya kegiatan pariwisata, yakni pengangkutan 3. Penunjang, misalnya informasi dana promosi, yang membangun dan mendorong minat berwisata. Sarana pelayanan juga elemen penunjang, yakni elemen yang membuat proses kegiatan pariwisata menjadi lebih mudah, nyaman, aman dan menyenangkan berupa hotel, motel, penginapan, rumah makan, dan lain-lain. 1.5.3
Pariwisata dan Pembangunan Partisipasi
1.5.3.1 Prinsip Pembangunan Partisipatif Perencanaan Pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyratkan keterlibatan langsung dari masyarakat. Dengan Partisipasi masyarakat, maka tingkat keberhasilan pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyrakat itu sendiri. Partisipasi masyrakat atau 19
Ibid., hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
keterlibatan masyarakat yang berlaku universal adalah kerjasama seseorang ataupun suatu kelompok (masyarakat secara aktif dalam berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung pada seluruh tahapan. Adapum
tahapan
dari
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
kepariwisataan dapat dijabarkan sebagai berikut 20 : 1. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan 2. Tahap partisipasi dalam perencanaan pembangunan 3. Tahap partipasi dalam pelaksanaan kegiatan 4. Tahap partispasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan 5. Tahapan partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seorang warga Negara untuk memberikan kontribusi kepada pencapaian kelompok. Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya. Sumbangan inisiatif dan kreatifitasnya dapat disampaikan dalam rapat kelompok masyarakat atau pertemuan-pertemuan baik yang bersifat formal maupun yang bersifat informal. Dalam rapat kelompok atau pertemuan itu akan saling memberi informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi dalam partisipasi terdapat komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan antara sesama anggota masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (1994) dapat dilakukan mulai dari proses perencanaan sampai pelaksanaan proyek 20
Ibid., hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan tersebut. Partisipasi dalam perencanaan merupakan pelibatan masyarakat yang paling tinggi karena masyarakat turut serta dalam membuat keputusan. Bentukbentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut : 1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam anjang sono, pertemuan atau rapat 2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaiakan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan sebagainya. 3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang lain dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan berupa uang, makanan dan sebagainya ; 4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri ; 5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban. Dalam pembangunan kepariwisataan partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dalam perkembangan destinasi wisata, sebab sebagai salah satu faktor penentu serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Nilai modal sosial yang terkandung dalam partisipasi masyarakat merupakan salah satu yang membentuk pengembangan pariwisata. Peran serta masyarakat dapat di tumbuhkan dan digeraakan melalui usaha-usaha pariwisata serta pengembangan komunikasi soial yang sehat, yang dilakukan melalui dialog yang luas dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab : baik antara pemerintah dan masyarakat maupun antar anggota masyarakat itu sendiri. Dialog yang demikian akan melahirkan gagasan serta pandangan
Universitas Sumatera Utara
dan pembangunan tetap berjalan. Untuk itu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat dan sekitanya secara langsung. 21 1.5.3.2 Partsispasi Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata Salah satu prinsip mendasar dalam pariwisata yang berpihak pada masyarakat miskin dan berpusat pada manusia adalah adalah partispasi masyarakat lokal dalam perencanaan pembangunan pariwisata dan pengambilan keputusan.
Hal ini dapat
dicapai dengam melibatkan warga lokal dalam pengambilan keputusan Partisipasi juga merupakan
upaya untuk memaksimalkan manfaat sosial ekonomi pariwisata bagi
masyarakat lokal.partisipasi juga merupakan benteng untuk mencegah dan mengurangi dampak negatif dari pariwisata. Partispasi juga meningkatkan keberdayaan komunitas sehingga mereka dapat menentukan arah pembangunan yang pasti akan memepengaruhi kehidupan mereka. Pembangunan sering diklaim sudah partisipatif, karena masyarakat sudah diundang untuk pertemuan. Namun proses partispasi yang sesungguhnya sering tidak terjadi.
21
Ibid., hlm. 46
Universitas Sumatera Utara
Level 1.
2.
Tingkatan
Tabel 1.2 Tingkatan Partisipasi 22 Uraian
Kategori
Manipulasi
Dominasi total pengambilan
Tidak ada
(manipulation)
keputusan oleh pemerintah
partisipasi
Terapi (Therapy)
Sekedar agar masyarakat tidak marah/sosialisasi
3.
Pemberitahuan
Sekedar
(informing)
searah/sosialisasi
4.
pemberitahuan Tokenisme/
Masyarakat
sekedar justifikasi
didengar,
tapi agar mengiyakan
Konsultasi tidak selalu dipakai sarannya (consultation) 5.
6.
7
8.
22
Penentraman
Saran masyarakat diterima tapi
(placation)
tidak selalu dilaksanakan
Kemitraan
Timbal
(partnership)
dinegoisasikan
Pendelegasian
Masyarakat diberoi kekuasaan masyarakat
kekuasaan
(sebagian
(delegated Power)
program)
Kontrol
Sepenuhnya
Masyarakat
masyarakat
balk
dan Tingkat Kekuasaan ada di
atau
dikuasai
seluruh
oleh
Ibid., hlm. 52.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.3 Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam pengembangan pariwsta berbasi masyarakat dapat merujuk pada filosofi pembangunan pariwisata berkelanjutan yang menekankan bahwa membangun pariwisata bukan untuk kepentingan wisatawan, tetapi membangun pariwisata untuk kepentingan masyarakat yan dibutuhkan wisatawan. Dengan demikian, maka pendekatan pariwisata berbasi masyarakat.
Pariwisata
masyarakat
Berbasis
dapat lebih memastikan kepentingan
masyarakat
(Community
Based
Tourism)
dikembangkan berdasarkan prisnsip keseimbangan dan keselarasan antara berbagai stakeholder pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Secara ideal prisnsip pembangunan ini menekankan pada pembangunan dari masyrakat oleh masyrakat dan untuk msayrakat yang dimulai dari tahap pembangunan yaitu dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan pengembangan sampai pengawasan serta evaluasi yang harus melibatkan masyarakat setempat secara aktif. Pariwisata berbasis masyrakat merupakan aktivitas ekonomi yang jika dikembangkan dengan tepat dapat mengatasi sejumlah tantangan pembangunan, termasuk pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal, perdamaian, dan keselarasan masyrakat dan manajemen sumber daya alam dan lingkungan yang berekesinambungan. Pendekatan ini merupakan alternatif pengembangan pariwisata yang lebih menghuntungkan masyrakat lokal dan menjamin keberlanjutan pariwisata. Masyarakat lokal menjadi penerima manfaat utama dari kegiatan pariwisata lokal. Selain itu model CBT sangat cocok untuk pelestarian sumber daya lokal baik sumber daya alam maupun budaya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pengembangan pariwisata dengan pendekatan ini
agar dapat
dilaksanakan oleh masyrakat, maka berbagai pihak terutama pemerintah agar melakukam pendampingan dan menstimulus pengembangan pariwisata dalam skala lokal atau pada setiap daya tarik wisata hingga adanya kemandirian dalam pengelolaan. Hal ini untuk memastikam bahwa implementasi pengembangan pariqwisata berbasis masyrakat dapat berjalan sesuai prinsip pengembangan yaitu ramah lingkungan, ramah masyrakat dan dan ramah wisatawan. Sasaran prinsip ramah lingkungan ini adalah terpeliharanya ekosistem melalui pengendalian optimal jumlah/besaran pengunjung pada daya tarik tertentu, seperti daya tarik yang bernilai sakral. Termasuk rancangan ynag peka terhadap lingkungan, sistem pengendalian limbah, konservasi flora dan fauna serta habitatnya hingga mendorong cinderamata Prinsip ramah masyarakat adalah bagaimana masyarakat dapat terlibat dan menerima manfaat langsung dari kegiatan pariwisata. Prinsip ini menitikberatkan pada aspek sosiologis, berorietasi pada hal-hal yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan sosial masyrakat, baik pada peningkatan kekerabatan sosial maupun peningkatan ekonomi. Orientasi aspek sosial yang lain adalah mendorong peningkatan peran masyrakat dalam mewujudkan rasa kepemilikan terhadap keberadaan usaha wisata yang ada di sekitarnya yang sekaligus mendorong keinginan-keinginan untuk ikut memelihara,merawat serta menjaga objek wisata. Prinsip ramah wisatawan , dimana pelayan prima dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan wisatawan, sehingga mereka akan melakukan kunjungan ulang. Prinsip ini menitikberatkan pada aspek pelayanan yang akan berdampak pada aspek ekonomi
Universitas Sumatera Utara
1.6
Definisi Konsep
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Partisipasi masyarakat adalah kerjasama seseorang ataupun suatu kelopok (masyarakat) secara aktif dalam berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung pada seluruh tahapan.
Universitas Sumatera Utara
1.7
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, permasalahan yang menjadi rumusan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep serta sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan karakteristik lokasi penelitian
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumentasi yang akan diaanalisis. Bab ini berisikan analisis data dari data yang diperoleh saat melakukan penelitian dan interprestasi atas permaslahan yang diajukan.
BAB V : PENUTUP Bab ini bersi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara