BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan moderenisasi peradaban dunia yang ditandai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dan tumbuh semakin cepat, membuat persaingan di dalam dunia usaha tidak terelakkan lagi berjalan semakin ketat baik dari sektor barang maupun jasa. Hal tersebut mendorong setiap perusahaan atau pelaku bisnis untuk berupaya semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan atau pelaku bisnis semakin gigih untuk berlomba dalam memenangkan market share (pangsa pasar) di ranah bisnis yang mereka geluti. Setiap perusahaan atau para pelaku bisnis tidak memiliki banyak pilihan untuk tidak memperlihatkan setiap kemampuan atau performa terbaik mereka dalam segala hal, baik dari segi internal maupun segi eksternal dari ranah bisnis yang digeluti. Profesionalisme dan kapabilitas merupakan dua hal dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi performa perusahaan untuk mencapai tujuan, di mana salah satu tujuan utama dari sebuah perusahaan atau pelaku bisnis adalah pencapaian profit (laba). Pencapaian profit (laba) merupakan salah satu indikasi perusahaan sukses atau dapat dikatakan perusahaan yang dapat menang dalam persaingan usaha yang ketat.
1
Persaingan dalam perebutan market share yang semakin tinggi intensitasnya, menjadikan para pelaku bisnis berpikir keras dalam mengambil setiap
langkah
atau
keputusan yang nantinya diterapkan
di dalam
perusahaannya masing-masing. Salah satu alternatif pilihan keputusan mereka yaitu dengan mencantumkan merek pada setiap item produk baik barang maupun jasa di mana melalui merek yang tercantum, perusahaan dapat menggambarkan secara tidak langsung nilai produk yang mereka tawarkan. Atau dengan kata lain perusahaan berharap merek merupakan sarana komunikasi yang reprensentatif dalam mengomunikasikan produk dan atau menambah nilai produk itu sendiri. Sedangkan pengertian merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, disain, ataupun kombinasinya yang mengindentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh sutau perusahaan (Durianto dkk, 2001:1). Maka dari itu, merek yang sudah mengantongi hak paten dapat bermanfaat sebagai salah satu pelindung diri dari pemalsuan produk yang acap kali terjadi di dalam dunia bisnis. Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat (Durianto dkk, 2001:1). Merek pada hakikatnya merupakan janji penjual untuk memberi seperangkat atribut, manfaat, dan pelayanan serta merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas secara konsisten (Rangkuti, 2004:2). Merek juga hakikatnya
memiliki
peranan
sangat
penting,
salah
satunya
adalah
2
menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Menurut David A Aaker (dalam Durianto, 2001:4) ada lima elemen utama yang merupakan pendukung dari ekuitas merek, yaitu 1.
Kesadaran merek (brand awareness), menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari produk tertentu.
2.
Asosiasi merek (brand association), yang mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain.
3.
Persepsi kualitas (perceived quality), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggualan suatu produk atau jasa layanan yang berkenaan dengan maksud diharapkan.
4.
Loyalitas merek (brand loyalty), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk.
5.
Other property brand assets (aset-aset merek lainnya). Ke lima elemen yang diuraikan di atas, membentuk ekuitas merek suatu
produk, baik barang maupun jasa yang nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu modal bagi perusahaan dalam keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan usaha. Kesadaran merek (brand awareness) adalah salah satu elemen yang terpenting bagi perusahaan. Karena seperti pengertian yang telah diuraikan secara singkat di atas, konsumen mampu mengingat merek di dalam
3
bagian suatu produk, maka pastilah konsumen mengenal dan menjadi atau pernah menjadi konsumen dari suatu produk yang diingat tersebut. Karena pada dasarnya konsumen lebih cenderung mengkonsumsi suatu produk yang telah dikenalnya. Dari uraian di atas, maka diketahui bahwa kesadaran merek suatu produk pada konsumen sangatlah penting. Inilah yang mendorong penulis untuk meneliti tentang kesadaran merek (brand awarenss) konsumen pada salah satu produk PT. Konimex yang mana merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi, candy (permen), food (makanan), dan food supplement (suplemen makanan) yang cukup diperhitungkan dalam kancah bisnis di Indonesia. Namun penulis terkhusus meneliti terhadap salah satu produk yang diproduksi PT. Konimex di bidang food supplement, yaitu produk multivitamin merek ”PROTECAL". Penulis memilih untuk meneliti merek produk ini dari berbagai merek produk multivitamin yang diproduksi PT. Konimex karena “PROTECAL” menempati salah satu great tertinggi volume penjualan produk multivitamin pada PT. Konimex. Di samping itu, target penjualan produk “PROTECAL” secara personal selling yang ditetapkan oleh pihak manjemen PT. Konimex sebagai penentuan komisi Sales Promotion Girl (SPG) Regular yang tersebar di beberapa supermarket dan apotek di Surakarta, memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan produk multivitamin lainnya. Data hasil penjualan dan kebijakan penentuan target penjualan
SPG
Regular
yang
disampaikan
oleh
pihak
manajemen
menunjukkan bahwa “PROTECAL” memiliki angka yang cukup signifikan
4
dibanding produk multivitamin lainnya, maka penulis merasa tergelitik untuk meneliti merek “PROTECAL” ini. Seberapa tinggikah tingkat kesadaran merek konsumen khususnya masyarakat Kota Surakarta sebagai subyek kajian terhadap produk multivitamin merek “PROTECAL” ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka di dalam penelitian ini penulis mengambil judul: ANALISIS TINGKAT BRAND AWARENESS (KESADARAN MEREK) MASYARAKAT KOTA SURAKARTA TERHADAP PRODUK PT. KONIMEX (Studi terhadap Produk Multivitamin “PROTECAL”).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimana Tingkat Brand Awareness (Kesadaran Merek) Masyarakat Kota Surakarta terhadap Produk Multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, dimana tujuan tersebut berbeda-beda satu sama lainnya. Tujuan penelitian diperlukan untuk menjadi pedoman atau tuntunan tentang arah penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu untuk mengetahui tingkat kesadaran merek (brand awareness) masyarakat Kota Surakarta terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
5
D. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain, adalah: 1. Manfaat Akademis a. Manfaat bagi Peneliti 1) Sebagai wacana yang memperkaya pengetahuan peneliti dan sekaligus sebagai sarana untuk mempraktikkan teori yang sudah didapatkan selama perkuliahan. 2) Bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang tingkat kesadaraan merek (brand awareness) pada produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”. b. Manfaat bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dengan topik masalah yang sama. 2. Manfaat Praktis a.
Sebagai bahan informasi kepada PT. Konimex Surakarta khususnya terhadap produk multivitamin “PROTECAL” selaku obyek penelitian dalam mengetahui sejauh mana konsumen sadar akan produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
b. Sebagai bahan
masukan
atau refrensi yang berguna dalam
mengevaluasi dan mengambil kebijakan terkait hal-hal yang perlu dan harus dibenahi yang mengutamakan peningkatan performa produk
6
supaya
masyarakat
pada
umumnya
sadar
terhadap
produk
multivitamin tablet effervescent merek “PROTECAL”.
E. Metodelogi Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan survei. Menurut Travers (dalam Umar H, 2005:87) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sedangkan pendekatan survei menurut Umar H (2005:88) digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada, tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel, lebih menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada pengujian hipotesis. 2. Tempat dan Obyek Penelitian Tempat penelitian ini adalah PT. Konimex Surakarta pada umumnya, karena atas pertimbangan bahwa PT. Konimex Surakarta merupakan salah satu perusahaan manufaktur besar yang bergerak di bidang produksi farmasi, candy (permen), food (makanan), dan food supplement (suplemen makanan). Sedangkan obyek penelitian ini adalah produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
7
3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup dan waktu yang ingin diteliti (Durianto, 2001:26). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Surakarta. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari observasi yang dipilih dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Durianto dkk, 2001:26). Dalam penentuan jumlah sampel yang akan digunakan, peneliti berpedoman pada rekomendasi yang dikemukakan oleh Roscoe (dalam Sekaran, 2006:160) bahwa ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah telah tercukupi untuk digunakan dalam penelitian. Namun untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang rusak dan adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden. c.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Non probability sampling mengandung arti bahwa semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Umar H, 2005:159). Sedangkan metode yang digunakan adalah metode convinience sampling. Convinience sampling adalah teknik penentuan atau
8
pengambilan sampel di mana peneliti bebas memilih siapa saja yang dapat ditemui pada tempat dan waktu yang tepat (Durianto dkk, 2001:33). 4. Jenis dan Sumber Data a.
Jenis Data 1) Data Kualitatif Menurut Durianto dkk (2001:18), data kualitatif adalah data yang sifatnya menggolongkan saja. Sedangkan menurut Kuncoro, M (2009:145), data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. Di dalam penelitian ini yang termasuk dalam data kuallitatif adalah data yang diperoleh dari hasil jawaban responden mengenai penggolongan demografi responden itu sendiri. 2) Data Kuantitatif Menurut Durianto dkk (2001:19), data yang berbentuk angka, seperti data yang berskala ukur interval dan rasio. Sedangkan menurut Kuncoro M (2009:145), data kuanitatif adalah data yang dapat diukur dalam suatu skala numerik. Di dalam penelitian ini yang termasuk data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari olahan hasil jawaban responden mengenai frekuensi dan persentase tingkat
kesadaran merek (brand
awrenness) responden terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
9
b. Sumber Data 1) Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisisan kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Durianto dkk, 2001:14). Di dalam penelitian ini data primer diperoleh
langsung dari jawaban responden, yaitu
masyarakat Kota Surakarta. 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer atau pihak lain yang biasanya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram (Durianto dkk, 2001:16). Data sekunder diperoleh langsung dari dokumen yang telah tersedia pada PT. Konimex
dan
beberapa media lainnya seperti
perpustakaan. Data sekunder ini merupakan sumber informasi pendukung dalam penelitian, yaitu data mengenai gambaran umum mengenai PT. Konimex Surakarta, sejarah perusahaan, visi dan misi, falsafah perusahaan serta beberapa data lainnya yang mendukung penelitian seperti dari literatur buku-buku mengenai brand awareness (kesadaran merek).
10
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a.
Kuesioner Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan pengertian kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar H, 2005:167). Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh data primer dari hasil respon masyarakat Kota Surakarta terhadap daftar pertanyaan telah disusun untuk mendapatkan informasi yang diperlukan tentang tingkat brand awareness (kesadaran merek).
b. Metode Observasi Menurut Umar H (2005:169), observasi menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya. Metode observasi dilakukan peneliti melalui pengamatan secara langsung pada obyek penelitian yang terdapat di PT. Konimex untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya dari obyek yang diteliti. c. Metode Wawancara Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data di mana pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan
11
yang diwawancarai, dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lainnya (Umar H, 2005:169). Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggali informasi dari pihak manajemen PT. Konimex. d. Studi Pustaka Data melalui studi pustaka diperoleh dari buku atau pustaka yang berisi referensi-referensi yang diperlukan dalam penelitian, yaitu dengan mempelajari literatur dan referensi yang relevan dengan penelitian ini, sehingga memperoleh data yang dapat digunakan sebagai tuntunan dalam membahas masalah yang dikaji. 6. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, di mana salah satu bentuk analisis deskriptif adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Mengelompokkan, atau memisahkan komponen atau bagian yang releven dari keseluruhan data juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mentah mudah dikelola. Pengaturan, pengurutan, atau manipulasi data bisa memberikan informasi deskriptif yang akan menjawab pertanyan-pertanyaan dalam definisi masalah. Semua bentuk analisis tersebut tersebut mencoba untuk menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan penuh makna (Kuncoro M, 2009:192).
12
Analasis deskriptif dalam penelitian ini merupakan interprestasi dari hasil jawaban yang diperoleh responden melalui penyebaran kuesioner yang berupa, frekuensi, presentase, dan tabel terkait (brand awareness) kesadaran merek.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, disain, ataupun kombinasinya yang mengindentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh sutau perusahaan. Maka dari itu, merek yang sudah mengantongi hak paten dapat bermanfaat sebagai salah satu pelindung diri dari pemalsuan produk yang acap kali terjadi di dalam dunia bisnis. Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat (Durianto dkk, 2001:1). Pengertian serupa juga dikemukakan oleh American Marketing Association (dalam Kotler P dan A.B Susanto, 2009:575), yang mendefinisikan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk mebedakannya dari produk pesaing. Sedangkan pengertian merek menurut Kotler P dan Gary Armstrong (2008:281) adalah elemen kunci
dalam
hubungan
perusahaan
dengan
konsumen.
Merek
14
mereprensentasikan persepsi perasaan konsumen atas sebuah produk dan kinerjanya. Melalui merek, para konsumen memperoleh jaminan terhadap mutu suatu produk di mana mereka dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek tersebut. Merek yang dikenal oleh para konsumen, membuat pihak perusahaan dengan mudah dalam meningkatkan inovasi pada produknya untuk mengahadapi persaingan di dunia usaha. Sedangkan bagi produsen, merek bermanfaat dalam melakukan segmenting market, targeting market dan positioning market (segmentasi pasar, penetapan target pasar dan penempatan produk). Sehingga suatu merek produk dapat menarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Menurut William J. Staton (dalam Rangkuti, 2004:37) merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsurunsur yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian tersebut dapat disimpulkan jika merek mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang dapat dilihat dan dibaca, serta brand mark yang berbentuk simbol, desain, atau warna tertentu yang spesifik. Menurut Rangkuti (2004:2) merek dibagi ke dalam pengertian lainnya seperti: a. Brand name (nama merek) merupakan bagian yang dapat diucapkan, misalnya pepsodent, ciptadent dan sebagainya.
15
b. Brand mark (tanda merek) merupakan bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang desain, atau warna khusus. c.
Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa.
d. Copyright (hak cipta) merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik, atau karya seni. 2. Peranan Merek Salah satu peranan penting merek adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada konsumen. dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama (Durianto dkk, 2001:1). Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti (Durianto dkk, 2001:2): a. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya.
16
c.
Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, semakin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan semakin banyak asosiasi merek yang terbentuk dari merek tersebut. Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan brand image (citra merek).
d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsemen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. e.
Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibeli dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut.
f.
Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Uraian di atas dapat menggambarkan bahwa merek mempunyai
peranan yang penting dan merupakan “aset prestisius” bagi perusahaan. Di dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada kondisi sekarang, di mana nilai suatu merek yang mapan sebanding realitas semakin sulitnya menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak lagi sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan, model, features (karakteristik produk), serta kualitas yang
17
relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen. 3. Penentuan Strategi Merek Seperti yang dikemukakan Rangkuti (2004:10) ada lima pilihan dalam penentuan strategi merek : a. Perluasan Lini (Line Extension) Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama. b. Perluasan Merek (Brand Extension) Perluasan merek terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada produknya dalam satu kategori baru. c.
Multi Brand Multi brand terjadi apabila perusahaan memperkenalkan beberapa merek tambahan dalam satu kategori produk yang sama.
d. Merek Baru Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau apabila citra merek tersebut tidak membantu produk baru. e.
Merek Bersama (Co-brand) Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih bergabung dalam satu penawaran. Tujuan Co-branding adalah agar
18
merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain sehingga dapat menarik minat para konsumen. 4. Pedoman Membangun Merek Membangun sebuah merek sangat penting dilakukan oleh seseorang, menurut Rangkuti (2004:229) ada 10 pedoman yang dapat dilakukan dalam membangun sebuah merek yang kuat : a. Brand Identity Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang digunakan oleh strategi merek. Ada empat perspektif identitas merek yaitu merek sebagai produk, merek sebagai organisasi, merek sebagai seseorang, dan merek sebagai simbol. b. Value Proposition Sebuah pernyataan secara fungsional, emosional, dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan merupakan nilai proporsi. c.
Brand Position Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proporsi yang selalu aktif dikomunikasikan di pasaran secara tepat, sehingga memperoleh keuntungan dari merek tersebut.
d. Execution Pelaksanaan program komunikasi yang tidak hanya ditargetkan pada identitas maupun positioning, tetapi juga memperoleh kejayaan terus-menerus.
19
e.
Consistency Over Time Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki merek yang kuat.
f.
Brand system Kunci dalam mengatur merek dalam sebuah lingkungan bisnis dengan mempertimbangkan merek sebagai suatu sistem yang mendukung satu sama lain.
g. Brand Leverage Resep
agar
ahli
strategi
berhasil
menciptakan
dan
mengembangkan aser-aset yang ada. Cara yang mudah menciptakan perluasan lini dalam kelas produk yang ada. h. Tracking Brand Equity Mengamati secara terus-menerus brand equity, termasuk brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived quality (persepsi kualitas), brand loyalty (loyalitas merek). i.
Brand Responbility Seseorang mempunyai tanggung jawab atas merek, sehingga ia dapat memelihara, menciptakan, dan menjaga identitas posisi merek serta mengkoordinasikan keputusan yang dilakukan.
j.
Invest in Brand Secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan financial perusahaan belum terpenuhi.
20
5. Brand Equity (Ekuitas Merek) Brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pelanggan (Durianto dkk, 2001:4). Sedangkan menurut Kotler P dan Gary Armstrong (2008:282), ekuitas merek (brand equity) adalah pengaruh diferensial positif bahwa jika pelanggan mengenal nama merek, pelanggan akan merespon produk atau jasa. Satu ukuran ekuitas merek adalah sejauh mana pelanggan bersedia membayar lebih untuk merek tersebut. Menurut David A. Aaker (dalam Durianto, dkk, 2001:4) mengatakan bahwa brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori : a. Brand Awareness (Kesadaran Merek) Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. b. Brand Association (Asosiasi Merek) Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain-lain.
21
c.
Perceived Quality (Persepsi Kualitas) Mencerminkan
persepsi
pelanggan
terhadap
keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaaan dengan maksud yang diharapkan. d. Brand loyalty (Loyalitas Merek) Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu produk. e.
Other Proprietary Brand Assets (Aset-aset Merek Lainnya) Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal
dengan elemen-elemen utama brand equity. Elemen kelima brand equity yang kelima secara langsung dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen tersebut. Ekuitas merek dapat memberikan nilai yang lebih dalam di benak konsumen. Aset atau nilai yang dikandungnya dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Brand equity dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Pada realita yang ada, perceived quality dan brand association dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen.
22
6. Pengertian dan Peranan Brand Awareness a. Pengertian Brand Awareness Menurut Durianto dkk (2001:54), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. b. Peranan Brand Awareness Brand awareness membutuhkan continum ranging (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk. Kontinum dapat terwakili dalam tingkatan brand awareness yang berbeda. Hal ini dapat digambarkan melalui suatu piramida berikut (Durianto dkk, 2001:55):
23
Gambar II.1 Piramida Brand Awareness Peran brand awareness dalam brand equity tergantung pada tingkatan akan pencapaian kesadaran merek dibenak konsumen. Tingakatan brand awareness yang paling rendah brand recognition (pengenalan merek) atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan (aided recall). Tingakatan berikutnya brand recall (pengingatan kembali merek) atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall) karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Pengukuran pengenalan merek tanpa bantuan lebih sulit dibandingkan pengenalan merek dengan bantuan. Tingkatan selanjutnya adalah merek yang disebut pertama kali pada saat pengenalan merek tanpa bantuan yaitu top of mind (kesadaran puncak pikiran). Top of mind adalah brand awareness
24
tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen. 7. Cara Penciptaan Nilai oleh Brand Awareness Peran brand awareness bagi brand equity dapat dipahami dengan membahas bagaimana brand awareness menciptakan nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling sedikit dengan 4 cara, yaitu (Durianto dkk, 2001:56): a. Anchor to which other can be attached Anchor to which other can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut. b. Familiarity – Liking Familiarity – Liking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa. Terutama untuk produk-produk yan bersifat low involvement (keterlibatan rendah) seperti pasta gigi, tisue, dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapt menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. c.
Substance / Commitment Kesadaran
akan
nama
dapat
menandakan
keberadaan,
komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang 25
luas, eksistensi yang sudah lama dalam industri, dan lain-lain. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. d. Brand to consider Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Pada umumnya, merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau tidak disukai. 8. Mencapai Brand Awareness (Kesadaran Merek) Untuk mencapai kesadaran merek diperlukan pengenalan maupun pengingatan merek yang akan melibatkan upaya untuk mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke dalam suatu kategori produk. Menurut Durianto dkk (2001:57) agar suatu brand awareness dapat tercapai dan diperbaiki dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut : a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan yang lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya. b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek.
26
c.
Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya (misal KFC dengan Kolonel Sander).
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. e.
Brand Awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya (Nama Martina Hinggis, Andre Agassi,dapat menjadi isyarat untuk raket tennis).
f.
Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
9. Mengukur Brand Awareness Pengukuran brand awareness didasarkan pada pengertian-pengertian dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand awareness menurut David A. Aaker (dalam Durianto dkk, 2001:57), yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek) dan Brand Recognition (pengingatan merek) serta Unware of Bran (tidak menyadari merek). Informasi dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang berisi pertanyaan tunggal atau pertanyaan jamak. a. Top of Mind (Puncak Pikiran) Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. 27
Top of Mind adalah single respons question, artinya, satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. Seperti pertanyaan yang dilontarkan berikut:
“Sebutkan merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) yang anda ketahui” atau “Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang pertama kali muncul di benak Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari?” b. Brand Recall (Pengingatan Kembali terhadap Merek) Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek yang dapat diingat oleh responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question). Di dalam konteks yang sama, dapat ditanyakan:
“Selain yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari sebutkan di atas, merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang diingat?”
28
atau “Merek-Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa saja yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari ketahui?” c.
Brand Recognition (Pengenalan Merek) Brand
recognition
atau
pengenalan
merek
merupakan
pengukuran brand awareness responden, di mana kesadaran merek diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur pengenalan brand awareness selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan menunjukkan gambar atau foto yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut (cara ini lebih efektif dilakukan). 1) Dengan cara mengajukan pertanyaan ”Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari
mengenal produk
mutivitamin merek PROTECAL?” Alternatif jawaban terbaik adalah: a) Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya
29
b) Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini c) Tidak mengenal sama sekali
Jawaban responden yang termasuk di dalam brand recognition adalah jawaban ”b)”, karena jawaban ”a)” sudah termasuk di dalam kategori brand recall dan top of mind. Setelah memperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan ini, umumnya pertanyaan tersebut akan dilanjutkan dengan pertanyaan untuk mengetahui bagaimana cara responden mengenal merek tersebut sebagai informasi pendukung dengan pertanyaan:
”Dari mana Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengenal merek PROTECAL?”
2) Dengan menunjukkan foto yang menggambarkan atribut atau ciri produk merek PROTECAL tanpa menunjukkan mereknya.
Terhadap responden dapat ditanyakan:
”Apakan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengetahui merek produk ini?”
d. Unaware of brand (Tidak Menyadari Merek) Untuk pengukuran unware of brand dilakukan observasi terhadap pertanyaan pengenalan brand awareness sebelumnya dengan melihat responden menjawab alternatif ”c)” (jawaban tidak mengenal
30
sama sekali) atau menjawab tidak tahu ketika ditunjukkan foto atau gambar produknya.
B. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan panduan dasar bagi suatu penelitian tentang pokok bahasan yang ingin diteliti dan ingin dicapai dalam penelitian. Kerangka pemikiran digunakan untuk memperjelas gambaran isi penelitian. Adapun kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
Top of Mind
Brand Recall Brand Awareness
Brand Recognition
Unware of Brand
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran
31
Dari gambar kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa Brand Awareness (kesadaran merek) dapat diukur melalui empat tingkatan yaitu : 1. Top of Mind diartikan sebagai suatu merek yang disebut oleh responden pertama kali, di mana merek yang disebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang melekat di benak responden. 2. Brand Recall diartikan sebagai pengingatan kembali merek tanpa bantuan. 3. Brand Recognition merupakan tingkatan minimal dari kesadaran merek responden. 4. Unware of Brand merupakan tingkatan yang paling rendah dalam kesadaran merek, di mana responden tidak menyadari terhadap adanya suatu merek yang dipasarkan oleh perusahaan.
32
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Empat dasawarsa lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT Konimex Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha PT. Konimex waktu itu adalah perdagangan obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi dengan serta-merta. Karena sesungguhnya usaha ”jual obat” telah PT. Konimex rintis sejak tahun 1949. Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Konimex mulai memproduksi obat-obatan sendiri. Perkembangan usaha ini sangat menggembirakan, seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia. Memasuki usia kesepuluh, skala usaha PT. Konimex yang semakin besar menuntut sistem pengelolaan yang lebih profesional. Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977 PT. Konimex mulai
melakukan
pembenahan
struktur
dan
sistem
manajemen,
melaksanakan program pelatihan, serta merekrut tenaga profesional. Tahun 1979, PT. Konimex membangun pabrik baru di Sanggrahan, sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Setahun kemudian, 1980, di kompleks baru ini, PT. Konimex mendirikan pabrik kembang gula
33
Nimm’s. Ini merupakan awal diversifikasi Konimex ke industri makanan. Mengikuti peraturan pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara produsen obat dengan distributornya, pada tahun 1980 Konimex mendirikan PT Sinar Intermark. Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986, PT. Konimex mendirikan perusahaan distributor yang kedua, PT Marga Nusantara Jaya. Satu dasawarsa kemudian, tahun 1994, PT. Konimex mendirikan pabrik biskuit Sobisco. Dan saat ini, untuk mengantisipasi kecenderungan masyarakat kembali ke alam, PT. Konimex mulai mengembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami. Semua perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tak lepas dari kerja keras, mau terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilainilai ini akan terus PT. Konimex jaga, dalam melanjutkan perjalanan panjang menuju ”Hidup Bahagia.” 2. Alamat Perusahaan a.
Kantor PT. Konimex Kepala Kantor Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah - Indonesia Phone (0271) - 716246, 719966, 714645 E-mail:
[email protected] Telefax: (0271) - 716247
34
Mailing Alamat PO BOX 233 Solo - 57102 Jawa Tengah - Indonesia b. Kantor Perwakilan KH Wahid Hasyim 162, Jakarta - Indonesia Phone (021) - 3145101, 3145102, 3143542, 3143575 Telefax: (021) - 3141856 Mailing Alamat PO BOX 1403, Jakarta - Indonesia 3. Visi, Misi serta Falsafah dan Filosofi Perusahaan a.
Visi Menjadi pemimpin pasar dalam produk perawatan kesehatan dan makanan di Indonesia dan tingkat regional.
b. Misi 1) Dengan
memiliki
produk–produk
yang
dikenal
di
dunia
internasional. 2) Dengan menyediakan produk-produk perawatan kesehatan dan makanan. 3) Dengan melakukan survei pasar untuk menyediakan produk– produk yang inovatif. c.
Falsafah dan Filosofi PT. Konimex ”Hidup
bahagia”
merupakan
falsafah
sederhana
yang
melandasi usaha PT. Konimex. Bahagia bagi setiap orang, bagi setiap
35
keluarga, dan bagi seluruh bangsa. Hidup bahagia dapat dinikmati jika kondisi kesehatan kita baik. Untuk mewujudkan masyarakat dengan kondisi kesehatan yang baik itulah, PT. Konimex berperan serta melalui usaha penyediaan obat-obatan dan makanan yang bermutu, mudah didapat serta murah harganya (3MU). Keyakinan ini PT. Konimex rumuskan dengan tema usaha “Konimex ikut menyehatkan bangsa.” Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex telah melewati mata rantai pemasaran yang panjang. Sejak dari tahap produksi, distribusi hingga promosi, semuanya direncanakan secara terpadu. Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada filosofi usaha 3MU Konimex, yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu tinggi, mudah diperoleh, serta relatif murah harganya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. 1) Mutu Produk Konimex memberikan priorotas pertama pada mutu produk. Karena mutu yang tinggi merupakan jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, PT. Konimex menerapkan prosedur produksi sesuai pedoman. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan. Konimex merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang
36
telah mendapatkan sertifikasi CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Selanjutnya, menghadapi era pasar bebas di masa datang, PT. Konimex mulai menetapkan manajemen mutu yang sesuai dengan tuntutan standar internasional ISO. Dengan demikian, produk-produk Konimex juga akan diterima naik di luar negeri. Mutu yang baik tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian mutu yang berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di Konimex dilakukan pada setiap tahap proses produksi. Sejak kedatangan bahan baku, proses seleksi, pencampuran, percetakan, hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, kami juga selalu memantau kestabilan mutu produk Konimex di pasar. Semua itu kami lakukan sebagai bagian dari komitmen kami mengenai mutu. 2) Mudah Diperoleh Komitmen
Konimex
berikutnya
adalah
memberikan
kemudahan bagi masyarakat seluas-luasnya untuk memperoleh produk-produk
Konimex
dimanapun
mereka
berada.
Oleh
karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi dan memperluas wilayah jangkauan, Konimex mendirikan dua perusahaan distributor khusus, yaitu PT Sinar Intermark dan PT Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan cabang di hampir semua kota besar utama di Indonesia, serta
37
dukungan oleh ratusan armada distribusi. Melalui mereka, semua produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga tingkat pengecer. Di masa mendatang, jumlah cabang akan ditambah, agar dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas, supaya produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh
para
konsumen
di berbagai
pelosok Indonesia.
Sedangkan untuk keperluan ekspor, PT. Konimex merintis jalur distribusi Asia Pasifik dengan menunjuk distributor di masingmasing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Vietnam dan Saudi Arabia. 3) Murah Harganya Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai falsafah dasarnya, produk-produk Konimex memang tidak dibuat sebagai barang eksklusif. Semakin luas masyarakat pengguna produksi Konimex, semakin berhasil misi ”ikut menyehatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu produk Konimex berstandar internasional, namun dalam kebijakan harga tetap mempertimbangkan kemampuan lokal. Kebijakan ini dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian, maka produk-produk Konimex yang bermutu akan semakin mudah dijangkau oleh konsumennya.
38
4. Nilai-nilai Dasar PT. Konimex a.
Excellence (dalam Produk, Pelayanan, dan Orang) Memberikan hasil terbaik melebihi kinerja pesaing. Nilai dasar ini menjadikan berlakunya pedoman perilaku PT. Konimex sebagai berikut: 1) Profesional (Fokus pada peningkatan terhadap peran, tanggung jawab dan tugasnya) 2) Fokus pada pencapaian sasaran 3) Memunculkan ide-ide pembaharuan 4) Memiliki semangat kompetisi 5) Mengutamakan mutu (kualitas, kuantitas & kecepatan) di dalam setiap aktivitas kerja 6) Berorientasi pada kepuasan pelanggan internal dan eksternal
b. Synergy (Sinergi) Saling menghargai perbedaan dan menyatukan kekuatan, untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik. Nilai dasar ini mewujudkan berlakunya suatu pedoman prilaku berikut: 1) Memberikan kontribusi, berpartisipasi, dan berkomitmen terhadap upaya-upaya tim dalam mencapai sasaran perusahaan / Divisi / Sub Divisi / Bagian / Seksi 2) Menghargai pendapat/ pandangan orang lain dan mendukung keputusan tim
39
c.
Intergrity (Intergritas) Satunya kata dengan perbuatan sesuai nilai-nilai, kebijakan perusahaan, dan kode etik profesi. Nilai dasar ini menjadikan berlakunya pedoman perilaku berikut: 1) Menjalankan aturan, tata tertib & standar kerja 2) Dapat dipercaya 3) Bertanggung-jawab terhadap hasil kerja, keputusan, dan perilaku pribadi 4) Meletakkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi 5) Melakukan apa yang seharusnya dilakukan 6) Melakukan apa yang telah dikatakan 7) Mengatakan apa yang seharusnya dikatakan
5. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya manusia memiliki peran sangat strategis. Mengantisipasi hal tersebut, Konimex
berusaha
memberdayakan
setiap
karyawan
agar
terus
mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai program pengembangan. Di masa persaingan
mendatang, karyawan
yang
berkualitas, berdisplin tinggi, serta memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok, akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karenanya, tanpa terkecuali, mulai dari tingkat pelaksana di lini terdepan, penyelia, pengatur, hingga tingkat pengarah, semua wajib mengikuti program pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing. Untuk
40
memperkuat orientasi pada perbaikan mutu, Konimex menyelenggarakan Continuous Improvement Program yang mencakup Gugus Kendali Mutu, Tim CI (Continuous Improvement) dan Sistem Saran. Fasilitas dan jaminan kesejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam bentuk Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun. Bagi karyawan yang telah memenuhi persyaratan, perusahaan juga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan rumah. Fasilitas umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga kami sediakan.“Pihak Konimex menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang unggul, tidak ada cara lain kecuali harus melakukan berbagai pelatihan secara konsisten” Di bidang keorganisasian, Konimex mendukung inisiatif karyawan, antara lain pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan Koperasi Karyawan Mandiri ”SEHAT.” Dari segi jumlah, pada tahun 1967 kami memiliki 70 karyawan, sedangkan kini 2010 telah berkembang menjadi 1650 karyawan. Hal ini merupakan indikasi yang menggembirakan bagi perkembangaan usaha. Namun sekaligus juga merupakan tantangan besar bagi PT. Konimex untuk mengelolanya secara baik. PT. Konimex menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang unggul, tidak ada cara lain kecuali kami harus melakukan berbagai pelatihan secara konsisten. Di samping itu, PT. Konimex juga akan terus mengembangkan berbagai konsep baru pembinaan SDM, termasuk cara-cara pemeliharan
41
tingkat kualifikasi yang telah berhasil dicapai. Dengan demikian, keunggulan Konimex di bidang SDM ini juga akan menjadi daya tarik yang kuat dalam perekrutan calon-calon staf baru yang berkualitas. Adapun
struktur
organisasi
dalam
sebuah
perusahaan
menggambarkan secara struktural fungsi dan peranan setiap bagian dalam sebuah perusahaan, mulai dari atasan sampai pada bawahan. Gambar III.1 merupakan struktur organisasi PT. Konimex serta Gambar III.2 merupakan struktur organisasi salah satu bagian PT. Konimex yaitu bagian Promotion Service, di mana merupakan bagian yang menjadi eksekutor program promosi melalui personal selling.
42
Gambar III.1 Struktur Organisasi PT. Konimex 43
Gambar III.2 Struktur Organisasi Bagian Promotion Service PT. Konimex 44
Adapun tanggung jawab dan spesifikasi jabatan pada bagian promotion service sebagai berikut: Tabel III.1 Tanggung Jawab dan Spesifikasi Jabatan Bagian Promotion Service No 1
Nama Jabatan Promotion Service Manager
Tanggung Jawab
Jumlah
Spesifikasi Jabatan
a. Menjamin tersedianya jasa yang efektif dan biaya yang efisien untuk mendukung pencapaian sasaran pemasaran.
1
a. S1 segala jurusan dengan pengalaman selama 3 tahun dibidang Promosi / Marketing / Administrasi b. Lengkapnya sesuai dalam Standar kualifikasi Promotion Service Manager
b. Menjamin terlaksananya Perencanaan tahunan 3-5 th an serta evaluasi di bagian / divisinya. c. Lengkapnya sesuai dalam Standar kualifikasi Promotion Service Manager 2
Promotion Serivce Officer
Menjamin terlaksananya program promosi oleh pemasok dengan baik.
1
a. S1 segala jurusan dengan pengalaman selama 3 tahun dibidang Promosi / Marketing / Administrasi b. D3 segala jurusan dengan pengalaman selama 5 tahun dibidang Promosi / Marketing / Administrasi
3
Kasie a. Menjamin Administrasi terealisasinya kelancaran, kebenaran, dan ketepatan waktu pembauaran untuk kategori biaya ATL, BTL, dsb. b. Menjamin tersedianya data administrasi
1
a. Kelengkapan tangan dan jari tangan serta berfungsi sempurna. b. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Kepala Seksi Administrasi Advertising & Promosi no dok GD-K45
untuk kategori biaya iklan dengan benar dan up to date. c. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Kepala Seksi Administrasi Advertising & Promosi no dok GDK-3-150-03 tanggal terbit 21-01-2010 4
Penata a. Bertanggung jawab Administrasi atas pembuatan OP Manual (SPG yang ditangani agency) b. Bertanggung jawab atas pemrosesan tagihan SPG yang ditangani agency. c. Bertanggung jawab atas pemrosesan tagihan Off Air / Sponsorship.
3-150-03 tanggal terbit 21-01-2010
5
a. Kelengkapan tangan dan jari tangan serta berfungsi sempurna. b. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Penata Administrasi Promosi (1) no dok GE-K-3-300-01 tanggal terbit 19-02-2010
d. Bertanggung jawab atas pemrosesan tagihan SPG Modern Trade Market (MTM) e. Bertanggung jawab atas pembuatan OP dan BPB dari FRP SPG / Off Air f. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Penata Administrasi Promosi (1) no dok GE-K-3-300-01 tanggal terbit 19-022010 5
Kasie Promosi
a. Bertanggung jawab terhadap : 1) Terselenggaranya
3 a. Kelengkapan kaki, Karya tangan dan jari tangan wan serta berfungsi sempurna 46
program – program tetap b. Tidak buta warna promosi GB di dan 8 areanya dengan out- c. Tidak alergi terhadap baik dan efisien. sourcin debu, asap, suhu g (panas/dingin) 2) Ketersediaan sarana – sarana penunjang d. Sesuai Job Spesification dan SDM dalam Standar pelaksana program Kualifikasi Kasie Promosi 3) Pengawasan atas no dok GE-K-3-150-02, pemasangan tanggal terbit 25-11-2009 Material Promosi yang dilakukan oleh Pihak III b. Selengkapnya lihat dalam Standar Kualifikasi Kasie Promosi no dok GEK-3-150-02, tanggal terbit 25-11-2009
Adapun waktu kerja adalah 7 jam sehari atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu, dengan jam kerja sebagai berikut: a.
Kantor Jadwal kerja seluruh karyawan yang bekerja di kantor untuk hari Senin – Jumat adalah pukul 08.00 – 16.00, dengan istirahat 60 menit. Sedangkan untuk hari Sabtu pukul 08.00 – 13.00, tanpa istirahat.
b. Pabrik Jadwal kerja seluruh karyawan yang bekerja di kantor untuk hari Senin – Jumat adalah pukul 08.00 – 15.30, dengan istirahat 30 menit. Sedangkan untuk hari Sabtu pukul 08.00 – 13.00, tanpa istirahat. 47
6. Produk yang Dihasilkan Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak
tahun
tujuh
puluhan
telah
meningkatkan
kesejahteraan.
Meningkatnya kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi, Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha inti. a.
Farmasi Divisi farmasi yang menjadi tulang punggung kelompok usaha Konimex. Pada saat ini telah memiliki lebih dari 121 merek produk. Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran PT. Konimex, yaitu membangun citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat. Kalau pada mulanya hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), kini PT. Konimex juga mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (Ethical) serta produk nonkuratif, antara lain vitamin. Dari sediaan semula hanya tablet, kini kami memiliki berbagai variasi sediaan, seperti sirup, salep, krim, kapsul serta tablet effervescent. Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat ini, Konimex juga merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan sekali pakai dengan teknologi sterile closed system. Beberapa merek produk farmasi Konimex yang populer di masyarakat, antara lain 48
Konidin, Neo Napacin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Anakonidin, Feminax, Fungiderm, Siladex, Jesscool, Protecal, dan Braito. b. Kembang Gula Kembang gula menjadi pilihan pertama, ketika Konimex melakukan diversifikasi usaha ke industri makanan sehat pada tahun 1980. Selain karena faktor peluang pasar, pilihan ini juga dengan mempertimbangkan bahwa manajemen produksi kembang gula tidak jauh berbeda dengan farmasi. Divisi kembang gula Nimm’s ini sejak berdiri telah dilengkapi dengan mesin-mesin canggih dan mutakhir. Hal tersebut untuk mengantisipasi perkembangan permintaan pasar – terutama pangsa remaja yang dinamis. Hingga kini, Nimm’s telah mengembangkan bermacam bentuk kembang gula, antara lain hard candy, chewy candy, deposit candy dan compressed candy. Inovasi dalam hal rasa juga telah menghasilkan berbagai varian kembang gula rasa unik dan sangat digemari oleh mayarakat, antara lain Hexos, Nano-Nano, Eski dan Frozz. c.
Produk Alami Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan kecenderungan di masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif antara lain dengan
49
memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh alam (going to nature). Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong kami untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami. Hingga kini sudah 23 produk berbasiskan bahan alami sudah dipasarkan antara lain Konicare Minyak Telon, Konicare Minyak Kayu Putih, Virugon, Herba Drink Sari Jahe, Sari Temulawak dan Kunir Asam. Dengan demikian, usaha ”ikut menyehatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan. d. Makanan Ringan Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan, memperbesar keyakinan Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri makanan
merupakan
langkah
tepat.
Langkah
pengembangan
Kelompok Usaha Konimex berlanjut dengan berdirinya Sobisco pada tahun 1994. Sobisco adalah pabrik biskuit dan coklat yang dilengkapi dengan fasilitas mesin-mesin canggih berkapasitas besar. Di antara produk-produk Sobisco yang terkenal di masyarakat, antara lain Snip Snaps, Choco Mania, Tini Wini Biti dan Diasweet Litebite.
B. Laporan Magang Kerja 1. Pengertian Magang Kerja Magang kerja merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dengan cara terjun secara langsung ke dalam dunia kerja, di 50
mana mahasiswa dapat melihat dan merasakan penerapan dari berbagai teori yang telah dipelajari selama perkuliahan. 2. Tujuan Magang Kerja a.
Tujuan Umum 1) Menyelaraskan antara pencapaian pembelajaran di kampus dengan dinamika dunia kerja secara nyata. 2) Untuk meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing.
b. Tujuan Khusus 1) Memberdayakan mahasiswa dan meningkatkan wawasan pekerjaan melalui pengalaman kerja. 2) Melihat mahasiswa memasuki dunia kerja dan pengayaan wawasan pekerjaan. 3. Manfaat Magang Kerja a.
Bagi Mahasiswa 1) Dapat melihat secara lebih jelas proses kerja di dalam dunia kerja yang nyata khususnya yang terkait dengan bidang pemasaran. 2) Memberikan keterampilan dan pengalaman kerja pada mahasiswa.
b. Bagi Perguruan Tinggi 1) Terjalin hubungan yang lebih baik dengan perusahaan yang ditempati magang kerja perusahaan untuk kemitraan selanjutnya.
51
2) Dapat mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa selama perkuliahan, di mana nantinya dapat dijadikan oleh pihak pengelola Progran Studi Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret sebagai bahan evaluasi program pendidikan, untuk dapat menghasilkan bibit-bibit sumber daya manusia yang memiki kompetensi dan daya saing. c.
Bagi Perusahaan 1) Menjalin kerja sama dengan dunia pendidikan. 2) Tidak tertutup kemungkinan adanya saran dari mahasiswa yang bersifat membangun dan menyempurnakan.
4. Lokasi Magang Kerja Lokasi pelaksanaan magang kerja yaitu di PT. Konimex yang mana merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi, candy (permen), food (makanan), dan food supplement (suplemen makanan) yang cukup diperhitungkan dalam kancah bisnis di Indonesia. Dengan alamat Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah Indonesia, Phone (0271) - 716246, 719966, 714645. 5. Waktu atau Periode Pelaksanaan Magang Kerja Magang kerja dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai dari 16 Januari 2012 sampai 16 Maret 2012.
52
6. Penempatan Magang Kerja Di dalam pelaksanaan magang kerja, penulis ditempatkan pada bagian promotion service, di mana bagian ini merupakan divisi yang menangani atau menjadi eksekutor (pelaksana) program promosi khususnya personal selling melalui peranan Sales Promotion Girl (SPG) Regular maupun Event serta Sales Promotion Boy (SPB). 7. Kegiatan Magang Kerja Seperti yang telah diuraikan secara singkat di atas bahwa bagian di mana penulis melakukan magang kerja adalah bagian eksekutor program promosi yang secara spesifik menangani masalah personal selling melalui peranan Sales Promotion Girl (SPG) Regular maupun Event serta Sales Promotion Boy (SPB). Sehingga, kegiatan magang kerja yang dilakukan penulis yaitu berkutat dengan pelaksanaan program promosi regular maupun event. Adapun kegiatan penulis selama pelaksanaan magang kerja antara lain sebagai berikut: a.
Mengikuti visit para Team Leader (TL) ke beberapa outlet, di mana SPG yang dibawahinya ditempatkan.
b. Mengikuti proses interview SPG c.
Menyiapakan material promosi (“matprom”) untuk program promosi baik regular maupun event. 1) Program Promosi Regular Progam promosi ini merupakan promosi melalui peranan SPG yang dilakukan secara terus menerus atau setiap hari sesuai 53
jadwal yang telah disepakati. Untuk program promosi regular, matprom yang perlu disiapkan antara lain: brosur atau leaflet; bonus pembelian; sample product dan lain-lain. 2) Program Promosi Event Progam promosi ini merupakan promosi melalui peranan SPG atau SPB yang dilakukan pada suatu periode tertentu atau hanya dalam satu hari saja. Untuk program promosi event, matprom yang perlu disiapkan sesuai dengan program event yang dijalankan pada saat itu. Seperti program promosi atau event “Spreading Konimag, Inzana Masuk Angin, Inza Max, Inza”. Matprom yang dibutuhkan adalah produk itu sendiri dan hadiah pembelian dengan jumlah tertentu. Atau event “Bone Clinic”, di mana pada event ini program promosi untuk produk “Protecal Solid dan Protecal Osteo” dengan mengadakan pengecekan kondisi tulang secara gratis di beberapa outlet. Adapun matprom yang dibutuhkan adalah sample product “Protecal” untuk test drink beserta peralatan untuk menyiapkan test dink itu sendiri, peralatan untuk pengecekan kondisi tulang, serta hadiah untuk pembelian dengan jumlah tertentu produk Protecal oleh konsumen. Ataupun juga program promosi, di mana salah satu brand PT. Konimex menjadi salah satu sponsor acara gathering 54
pelanggan sebuah temapt pijat refleksi. Di event ini, kami juga mengadakan cek kolestrol gratis. Adapun matprom yang perlu disiapkan antara lain: peralatan pengecekan kolestrol, produk, dan beberapa brosur dan leaflet untuk sarana edukasi konsumen. d. Membantu input data laporan penjualan dan absensi (jam kerja) sebagai dasar pemberian gaji dan komisi SPG atau SPB.
C. Anlisis Data Pada bab analisis data ini akan dianalisis semua data yang telah diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Analisis data merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian karena akan digunakan dalam mengambil kesimpulan dari permasalahan yang dihadapai. Analisis data yang digunakan yaitu dengan cara melakukan analisis deskriptif dari hasil kuesioner. 1. Gambaran Umum Responden Responden
dalam
penelitian
ini
adalah
masyarakat
Kota
Surakarta.jumlah responden yang diteliti sebanyak 100 responden. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan, maka responden dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia, alamat, jenis pekerjaan dan status.
55
a.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel III.2 menunjukkan distribusi jenis kelamin responden. Tabel III.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Laki-laki
58
58%
Perempuan
42
42%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.2 mengenai distribusi jenis kelamin diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner, responden berjenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada responden yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat diketahui dengan melihat hasil presentaase yang dihasilkan yaitu 58% dari 100 responden yang mengisi kuesioner adalah laki-laki. Sedangkan sisanya, sebesar 42% merupakan responden berjenis kelamin perempuan. b. Responden Berdasarkan Usia Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi lima kelompok usia yaitu usia kurang dari 20 tahun, usia antara 20 sampai 30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun, dan usia lebih dari 50 56
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi usia responden dapat diketahui pada Tabel III.3 berikut: Tabel III.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia
Frekuensi
Persentase
<20 Tahun
11
11%
20 – 30 Tahun
50
50%
31 – 40 Tahun
13
13%
41 – 50 Tahun
20
20%
>50 tahun
6
6%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.3 mengenai distribusi wilayah tempat tinggal usia responden, diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner, responden berusia 20 – 30 tahun paling banyak ditemui sebesar 50%. Sedangkan responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebesar 11%, responden yang berusia 31 – 40 tahun sebesar 13%, responden yang berusia 41 – 50 tahun sebesar 20% dan responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebesar 6%.
57
c.
Responden Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi lima wilayah tempat tinggal atau kecamatan di Surakarta yaitu Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamtan Serengan dan Kecamatan Laweyan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi wilayah tempat tinggal atau kecamatan responden dapat diketahui dalam Tabel III.4 berikut: Tabel III.4 Distribusi Responden Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal Wilayah atau Kecamatan
Frekuensi
Persentase
Jebres
19
19%
Banjarsari
21
21%
Pasar Kliwon
18
18%
Serengan
10
10%
Laweyan
32
32%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.4 mengenai distribusi wilayah tempat tinggal atau kecamatan responden, diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner, responden yang beralamat atau tinggal di wilayah Laweyan paling banyak yaitu sebesar 32%. Adapun 58
responden yang beralamat atau tinggal di wilayah Jebres sebesar 19%, wilayah Banjarsari sebesar 21%, wilayah Pasar Kliwon sebesar 18%, dan wilayah Serengan sebesar 10%. d. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi lima jenis pekerjaan yaitu Mahasiswa / Pelajar, Pegawai Negeri / PNS, Swasta, Wiraswasta dan Lain-lain untuk mewadahi jenis pekerjaan responden selain yang telah dikategorikan di atas. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi jenis pekerjaan responden dapat diketahui dalam Tabel III.5 berikut: Tabel III.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
Mahasiswa / Pelajar
35
35%
Pegawai Negeri / PNS
8
8%
Swasta
31
31%
Wiraswasta
17
17%
Lain-lain
9
9%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.5 mengenai distribusi jenis pekerjaan responden, diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi 59
kuesioner, responden yang jenis pekerjaannya sebagai mahasiswa / pelajar paling banyak dari pada opsi atau pilihan jenis pekerjaan lainnya yaitu sebesar 35%. Adapun responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 8%, jenis pekerjaan swasta sebesar 31%, dan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta sebesar 17%. Sedangkan lain-lain merupakan pilihan yang disediakan oleh peneliti untuk memfasilitasi responden yang memiliki jenis pekerjaan selain opsi atau pilihan yang diberikan, seperti: ibu rumah tangga; pekerja seni; honorer dan pensiunan. Dari hasil penelitian responden yang memilih opsi atau pilihan lain-lain sebesar 9%. e.
Responden Berdasarkan Status Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi dua status yaitu menikah dan belum menikah. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi status responden dapat diketahui dalam Tabel III.6 berikut:
60
Tabel III.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Status
Frekuensi
Persentase
Menikah
41
41%
Belum Menikah
59
59%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.6 mengenai distribusi status responden, diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner, responden yang belum menikah lebih besar jika dibandingkan dengan responden dengan status menikah yaitu sebesar 59% dibanding dengan 41%. 2. Analisis Deskriptif Brand Awareness Pada bagian ini, peneliti akan menganalisis semua data yang relevan dan telah diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan melakukan analisis deskriptif dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, maka analisis deskriptif brand awareness (kesadaran merek) dapat diukur dengan cara mengategorikannya menjadi empat tingkatan, yaitu top of mind, brand recall, brand recognition dan unware of brand. Kriteria dari keempat tingkatan brand awareness dapat dilihat sebagai berikut:
61
Tabel III.7 Kriteria Brand Awareness Tingkatan Brand Kriteria
Awareness
Merek yang pertama kali diingat oleh responden Top of Mind
atau
pertama
kali
disebut
ketika
yang
bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk Merek-merek yang dapat diingat oleh responden
Brand Recall
setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut Responden harus diingatkan dalam pengenalan
Brand Recognition
merek dengan cara cara menyebutkan produk atau menunjukkan foto produk.
Unware of Brand
Responden tidak mengenal sama sekali terhadap merek yang sudah disebutkan.
Sumber : Durianto, dkk 2001 a.
Top of Mind Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Top of Mind adalah single respons question, artinya, satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk 62
pertanyaan yang diajukan di dalam draft kuesioner yang disebarkan, di mana pertanyaan yang diberikan adalah “Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang pertama kali muncul di benak Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari?”. Serta peneliti juga meminta responden untuk mengisi alasan atau pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan responden dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak responden. Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam Tabel III.8 sebagai berikut: Tabel III.8 Anlisis Top of Mind Merek Produk Multivitamin Jenis Tablet Effervescent
Frekuensi
Persentase
CDR
38
38%
REDOXON
27
27%
PROTECAL
27
27%
SUPRADYN
4
4%
ENERVON-C
3
3%
FIT-UP
1
1%
Total
100
100%
Sumber: Data Primer, diolah 2012
63
Berdasarkan Tabel III.8 dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa produk multivitamin jenis tablet effervescent yang menjadi top of mind yaitu CDR dengan presentase sebesar 38%. Kemudian disusul dengan multivitamin merek REDOXON dan PROTECAL yang memperoleh poin sama yaitu sebesar 27%. Adapun ENERVON-C, SUPRADYN, FIT-UP masing-masing menghasilkan 3%, 4% dan 1% dari 100 responden yang memberi jawaban pada kuesioner yang disebarkan. Dari hasil item pertanyaan yang sama, di mana peneliti meminta
kesediaan
responden
untuk
mengisi
alasan
atau
pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan responden dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak responden tersebut, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang mengemuka dan dituliskan oleh responden tersebut. Adapun beberapa alasan atau pertimbangan responden tersebut dapat diketahui melalui Tabel III.9 sebagai berikut:
64
Tabel III.9 Alasan atau Pertimbangan Pemilihan Merek sebagai Top of Mind Alasan atau Pertimbangan
Frekuensi
Persentase
Faktor Manfaat
25
25%
Faktor Promosi
21
21%
Faktor Kebiasan
20
20%
Faktor Kemudahan dalam Mendapatkan Produk
9
9%
Faktor Rasa
6
6%
Lain-lain
19
19%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Dari tabel III.9 di atas dapat pula disajikan dengan menggunakan pie diagram sebagai berikut:
65
Sumber: Data Primer, diolah 2012 Diagram III.1 Alasan atau Pertimbangan Pilihan Merek yang menjadi Top of Mind Pada Tabel III.9 dan didukung pula dengan Diagram III.1 dapat diketahui bahwa faktor manfaat yang diterima oleh konsumen dari produk menjadi alasan atau pertimbangan yang paling besar yang mengemuka sebagai salah satu acuan dalam hal penyebutan merek yang pertama kali ada di benak konsumen, yaitu sebesar 25%. Adapun faktor promosi menempati urutan ke dua yaitu sebesar 21%, faktor kebiasaan menempati urutan selanjutnya yaitu sebesar 20%, dan secara berturut-turut faktor kemudahan dalam mendapatkan produk dan faktor rasa menjadi urutan selanjutnya yaitu urtan ke tiga dan ke empat dengan perolehan masing-masing sebesar 9% dan 6%. 66
Sedangkan lain-lain yang memperoleh sebesar 19% merupakan faktor yang memfasilitasi jawaban responden selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya. b. Brand Recall Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek yang dapat diingat oleh responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question), di mana pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu “Selain yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari sebutkan di atas, merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang diingat?”. Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam tabel III.10 sebagai berikut:
67
Tabel III.10 Anlisis Brand Recall Merek Produk Multivitamin Jenis Tablet Effervescent
Frekuensi
Persentase
PROTECAL
53
53%
REDOXON
17
17%
CDR
15
15%
FIT-UP
6
6%
ENERVON-C
5
5%
SUPRADYN
3
3%
VIPRO-G
1
1%
Total
100
100%
Sumber: Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.10 dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa produk multivitamin jenis tablet effervescent yang menjadi Brand Recall yaitu PROTECAL dengan presentase sebesar 53%. Kemudian secara berturut-turut disusul dengan multivitamin merek REDOXON dan CDR yang memperoleh besaran yang tidak terpaut jauh yaitu sebesar 17% dan 15%. Adapun FIT-UP, ENERVON-C, SUPRADYN, DAN VIPRO-G masing-masing menghasilkan 6%, 5%, 3% dan 1% dari 100 responden yang memberi jawaban pada kuesioner yang disebarkan.
68
Dari hasil item pertanyaan yang sama, di mana peneliti meminta
kesediaan
responden
untuk
mengisi
alasan
atau
pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan responden dalam menuliskan merek yang diingat oleh responden selain merek yang telah disebutkan pada pertanyaan sebelumnya, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang mengemuka dan dituliskan oleh responden tersebut. Adapun beberapa alasan atau pertimbangan responden tersebut dapat diketahui melalui Tabel III.11 sebagai berikut: Tabel III.11 Alasan atau Pertimbangan Pemilihan Merek sebagai Brand Recall Alasan atau Pertimbangan
Frekuensi
Persentase
Faktor Promosi
49
49%
Faktor Manfaat
27
27%
Faktor Rasa
5
5%
Faktor Kemudahan dalam Mendapatkan Produk
5
5%
Faktor Kebiasan
4
4%
Lain-lain
10
10%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Dari tabel III.11 di atas dapat pula disajikan dengan menggunakan pie diagram sebagai berikut:
69
Sumber: Data Primer, diolah 2012 Diagram III.2 Alasan atau Pertimbangan Pilihan Merek yang menjadi Brand Recall Pada Tabel III.11 dan didukung pula dengan Diagram III.2 dapat diketahui bahwa faktor promosi menjadi alasan atau pertimbangan yang paling besar yang mengemuka yang menjadi salah satu acuan dalam hal penyebutan merek yang diingat selain merek yang telah disebutkan di pertanyaan sebelumnya, yaitu sebesar 49% atau menempati urutan pertama. Adapun faktor manfaat yang diterima oleh konsumen menempati urutan ke dua yaitu sebesar 27%. Faktor rasa dan kemudahan dalam mendapatkan produk berbagi perolehan yang sama yaitu masing-masing sebesar 5%. Dan faktor kebiasaan menempati urutan selanjutnya dengan perolehan sebesar 4%. 70
Sedangkan lain-lain yang memperoleh sebesar 10% merupakan faktor yang memfasilitasi jawaban responden selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya. c.
Brand Recognition Brand
recognition
atau
pengenalan
merek
merupakan
pengukuran brand awareness responden, di mana kesadaran merek diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut.
Pengukuran
Brand
Recognition
dilakukan
dengan
mengajukan pertannyaan, ”Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengenal produk mutivitamin merek PROTECAL?” dan memberikan opsi jawaban sebagai berikut: 1) Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya 2) Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini 3) Tidak mengenal sama sekali Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam Tabel III.12 sebagai berikut:
71
Tabel III.12 Anlisis Brand Recognition Pilihan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya.
78
78%
b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini
17
17%
c.
5
5%
100
100%
a.
Tidak mengenal sama sekali Total
Sumber: Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel III.12 dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa untuk opsi jawaban “a. Ya, saya
mengenal
dan
telah
menuliskannya
dalam
pertanyaan
sebelumnya” merupakan reprensentatif dari jawaban responden untuk item pertanyaan “Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang pertama kali muncul di benak Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari?”, yang mana merupakan dasar untuk analisis Top of Mind serta item pertanyaan “Selain yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari sebutkan di atas, merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang diingat?”, yang mana merupakan dasar dari analisis Brand Recall. Di mana opsi jawaban “a. Ya, saya 72
mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya” memperoleh 78% dari 100 responden yang mengisi kuesioner yang disebarkan. Sedangkan untuk opsi jawaban “b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini” memperoleh 17% dan responden yang memilih opsi jawaban “c. Tidak mengenal sama sekali”, sebesar 5%. Namun, untuk pengukuran Brand Recognition dilakukan analisis berdasarkan persentase responden yang memilih opsi jawaban “b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini”. Dari tabel III.12 dapat diketahui bahwa responden yang memilih opsi jawaban “b.” adalah sebesar 17 responden atau 17% dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner. d. Unware of Brand Untuk pengukuran unware of brand dilakukan observasi terhadap pertanyaan pengenalan brand awareness sebelumnya dengan melihat jawaban responden yang menjawab alternatif atau opsi jawaban ”c. (tidak mengenal sama sekali)”. Dari pengolahan data yang dapat juga dilihat pada Tabel III.12, dapat diketahui bahwa responden yang memilih opsi jawaban “c.” adalah 5 responden atau sebesar 5% dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner.
73
e.
Media Pengenalan Merek Untuk pengukuran media pengenalan merek dilakukan penelitian dengan mencantumkan item pertanyaan “Dari mana Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengenal merek “PROTECAL”?”. Serta memberikan atau menyediakan opsi jawaban kepada responden sebagai berikut: 1) Iklan di radio 2) Surat kabar 3) Iklan di televisi/ majalah 4) Billboard/ papan reklame 5) Event “Bone Clinic” 6) Sales Promotion Girl (SPG) / Sales Promotion Boy (SPB) 7) Keluarga/ teman 8) Lainnya, Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil seperti Tabel III.13 sebagai berikut:
74
Tabel III.13 Media Pengenalan Merek Alasan atau Pertimbangan
Frekuensi
Persentase
Iklan Televisi atau Majalah
57
57%
Keluarga atau Teman
14
14%
Faktor Rasa
5
5%
Sales Promotion Girl (SPG) atau Sales Promotion Boy (SPB)
5
5%
Lain-lain
9
9%
Event “Bone Clinic”
8
8%
Billboard atau Papan Reklame
2
2%
Iklan di Radio
1
1%
Surat Kabar
0
0%
Total
100
100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Dari Tabel III.13 di atas dapat pula disajikan dengan menggunakan pie diagram sebagai berikut:
75
Sumber: Data Primer, diolah 2012 Diagram III.3 Media Pengenalan Merek Pada Tabel III.13 dan didukung pula dengan Diagram III.3 terlihat jika media pengenalan produk multivitamin jenis tablet effervescent merek PROTECAL oleh responden melalui iklan televisi atau majalah yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar 57% dari 100 responden yang mengisi kuesioner. Pengenalan merek melalui keluarga atau teman menempati urutan ke dua dengan 14 responden yang memilih atau sebesar 14%, disusul kemudian pengenalan merek melalui Sales Promotion Girl (SPG) / Sales Promotion Boy (SPB) dan event “Bone Clinic”, di mana masingmasing memperoleh sebesar 9% dan 8%. Dan secara berturut-turut 76
pengenalan merek melalui billboard atau papan reklame serta iklan di radio, masing-masing memperoleh sebesar 2% dan 1%. Sedangkan melalui media lainnnya yang memfasilitasi media selain yang telah dicantumkan sebagai opsi atau pilihan jawaban memperoleh hasil sebesar 9%.
D. Pembahasan Dari hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa Top of Mind produk multivitamin jenis tablet effervescent adalah merek CDR dengan perolehan sebesar 38 responden atau setara dengan 38% dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner. Sedangakan dengan analisis yang sama yaitu Top of Mind, PROTECAL sebagai obyek penelitian menempati urutan ke dua dan berbagi hasil yang sama dengan REDOXON yaitu sebesar 27 responden atau setara dengan 27% dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner. Sisanya sebesar 4%, 3%, dan 1% merupakan pencantuman merek SUPRADYN, FIT-UP, dan ENERVON-C. Dan di dalam item pertanyaan yang sama, peneliti juga meminta kesediaan responden untuk mengisi alasan atau pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan responden dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak responden tersebut, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang mengemuka dan dituliskan masing-masing responden. Adapun alasan atau pertimbangan yang paling banyak mengemuka adalah faktor manfaat yang didapat dari suatu merek produk, dengan perolehan sebesar 25% dari 100 77
responden yang telah mengisi kuesioner. Atau dengan kata lain sebanyak 25 orang yang mencantumkan faktor manfaat yang didapat dari suatu merek produk sebagai alasan atau pertimbangan mereka dalam memilih suatu merek produk multivitamin jenis tablet effervescent yang menjadi Top of Mind (merek yang pertama kali di benak konsumen). Urutan selanjutnnya ditempati oleh faktor promosi dan faktor kebiasaan, di mana masing-masing memperoleh sebesar 21% dan 20%. Selanjutnya, merupakan alasan atau pertimbangan dari faktor kemudahan dalam mendapatkan produk memperoleh sebesar 9% dan faktor rasa memperoleh sebesar 6%. Sedangakan sisanya sebesar 19% merupakan lain-lain yang memfasilitasi faktor-faktor selain yang telah disebutkan. Sedangkan untuk tingkatan Brand Recall produk multivitamin jenis tablet effervescent, ditempati oleh merek PROTECAL dengan perolehan sebesar 53% dari 100 responden. Atau dengan kata lain sebanyak 53 responden mencantumkan atau menuliskan merek PROTECAL pada item pertanyaan ke dua yang menganalisis ingatan atau kesadaran terhadap merek produk multivitamin jenis tablet effervescent selain yang telah disebutkan pada item pertanyaan sebelumnya. Urutan selanjutnya adalah REDOXON dan CDR, di mana masing-masing memperoleh 17% dan 15%. Sisanya sebesar 6%, 5%, 3%, dan 1% merupakan produk multivitamin jenis tablet effervescent merek FIT-UP, ENERVON-C, SUPRADYN, dan VIPRO-G. Dan di dalam item pertanyaan yang sama, peneliti juga meminta kesediaan responden untuk mengisi alasan atau pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan 78
responden dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak responden tersebut, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang mengemuka dan dituliskan masing-masing responden. Adapun alasan atau pertimbangan yang paling banyak mengemuka adalah faktor promosi dari suatu merek produk, dengan perolehan sebesar 49% dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner. Atau dengan kata lain sebanyak 49 orang yang mencantumkan faktor promosi sebagai alasan atau pertimbangan mereka dalam memilih suatu merek produk multivitamin jenis tablet effervescent yang menjadi Brand Recall (ingatan atau kesadaran suatu merek produk selain yang disebutkan sebelumnya). Urutan selanjutnnya ditempati oleh faktor manfaat yang didapat dari suatu merek produk, di mana memperoleh sebesar 27%. Selanjutnya, merupakan alasan atau pertimbangan dari faktor kemudahan dalam mendapatkan produk dan faktor rasa, di mana masing-masing berbagi perolehan yang sama yaitu sebesar 5%. Sedangakan sisanya sebesar 4% merupakan faktor kebiasaan yang dijadikan alasan atau pertimbangan responden dalam mengingat dan menyebutkan kembali merek produk multivitamin jenis tablet effervescent dan 10% merupakan lain-lain yang memfasilitasi faktor-faktor selain yang telah disebutkan. Selain tingkatan Top of Mind dan Brand Recall yang dilakukan untuk analisis Brand Awareness, Brand Recognition dan Unware of Brand merupakan tingkatan yang dapat menganalisis Brand Awareness. Berdasarkan analisis Brand Recognition, diketahui bahwa sebesar 17% dari 100 responden atau setara dengan 17 orang responden mengenal produk multivitamin jenis 79
tablet effervescent merek PROTECAL setelah mengisi kuesioner yan disebarkan oleh penulis. Sedangkan untuk analisis Unware of Brand, sebesar 5% dari 100 responden atau dengan kata lain sebanyak 5 orang responden tidak mengenal sama sekali produk multivitamin jenis tablet effervescent merek PROTECAL walaupun setelah mengisi kuesioner yang disebarkan. Media pengenalan produk multivitamin jenis tablet effervescent merek PROTECAL oleh responden melalui iklan televisi atau majalah yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar 57% dari 100 responden yang mengisi kuesioner. Pengenalan merek melalui keluarga atau teman menempati urutan ke dua dengan 14 responden yang memilih atau sebesar 14%, disusul kemudian pengenalan merek melalui Sales Promotion Girl (SPG) / Sales Promotion Boy (SPB) dan event “Bone Clinic”, di mana masing-masing memperoleh sebesar 9% dan 8%. Dan secara berturut-turut pengenalan merek melalui billboard atau papan reklame serta iklan di radio, masing-masing memperoleh sebesar 2% dan 1%. Sedangkan melalui media lainnnya yang memfasilitasi media selain yang telah dicantumkan sebagai opsi atau pilihan jawaban memperoleh hasil sebesar 9%.
80
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pemabahasan pada bab III mengenai tingkatan Brand Awareness produk multivitamin jenis tablet effervesecent merek PROTECAL, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa: 1. Sebesar 27% menempatkan PROTECAL sebagai Top of Mind produk multivitamin jenis tablet effervesecent, namun kalah jika dibanding dengan merek CDR (sebesar 38%). Adapun alasan atau pertimbangan yang paling banyak mengemuka (sebesar 25%) dari pemilihan Top of Mind suatu merek adalah faktor manfaat yang didapat dari suatu merek produk. 2. Sebesar 53% menempatkan produk multivitamin jenis tablet effervesecent merek PROTECAL sebagai Brand Recall mereka. Adapun alasan atau pertimbangan yang paling banyak (sebesar 49%) mengemuka dari pemilihan Brand Recall suatu merek adalah faktor promosi. 3. Sebesar 17% menempatkan produk multivitamin jenis tablet effervesecent merek PROTECAL sebagai Brand Recognition mereka. 4. Sebesar 5% menempatkan produk multivitamin jenis tablet effervesecent merek PROTECAL sebagai Unware of Brand mereka. 5. Sebesar 57% mengenal produk multivitamin jenis tablet effervesecent merek PROTECAL melalui media iklan di televisi atau majalah. 81
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, berikut ini penulis sampaikan saran-saran yang mungkin dapat berguna: 1. Bagi Perusahaan Hasil analisis Brand Awareness, menunjukkan bahwa produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL” menempati tingkatan Brand Recall. Pada umumnya, masyarakat Kota Surakarta telah mengenal atau sadar terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL” melalui media iklan telvisi atau majalah, walaupun hanya menjadi ”merek ke dua”. Untuk semakin memperpendek gap yang ada atau bahkan meningkatkan posisi ke tingkatan Top of Mind, hendaknya PT. Konimex: a.
Lebih memaksimalkan peranan SPG atau SPB yang telah ada saat ini, sebagai salah satu media edukasi kepada konsumen terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”. Hal ini sebagai bahan pertimbangan terhadap alasan yang mengemuka dari pilihan merek yang menjadi Top of Mind, yaitu faktor manfaat yang diperoleh dari suatu produk. Di samping karena produk multivitamin jenis
tablet
effervescent
merek
“PROTECAL”
sendiri
juga
mempunyai tiga varian yang berbeda manfaatnya, yaitu “PROTECAL Defense”, “PROTECAL Solid” dan “PROTECAL Osteo”. b. Mendayagunakan dan memaksimalkan peranan program promosi berupa event “Bone Clinic” sebagai salah satu media edukasi dan 82
penawaran produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”. Hal ini disebabkan karena program ini merupakan event pengecekan kondisi tulang konsumen secara gratis oleh ahlinya dengan alat modern yang disediakan oleh PT. Konimex dan konsumen diberi penyuluhan terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL” mana yang cocok dikonsumsi sesuai dengan kondisi dari konsumen tersebut. c.
Lebih “mendekatkan” produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL” kepada konsumen dengan memillih outletoutlet yang mudah dijangkau. Sebagai bahan pertimbangan terhadap alasan yang mengemuka dari pilihan merek yang menjadi Top of Mind, yaitu faktor kemudahan dalam mendapatkan produk.
d. Memperhatikan dan menjaga mutu produk. Di samping itu, untuk lebih bisa membedakan antara “PROTECAL Defense”, “PROTECAL Solid”, dan “PROTECAL Osteo”, akan lebih baik untuk merek “PROTECAL Defense” diberi rasa yang lebih bervariasi, seperti rasa buah lainnya yang berfungsi untuk menjaga atau memelihara daya tahan tubuh. 2. Bagi Peneliti Lain Jika peneliti lain ingin mengangkat topik yang sama dan menginginkan hasil yang sesuai dengan kenyataan yang ada atau lebih akurat, maka hendaknya lebih memperhatikan metode pengambilan sampel. 83