BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang belajar, pertama, manusia adalah makhluk yang berada dalam proses menjadi (to be), bukan makhluk yang telah diprogramkan sejak lahir, melainkan manusia sendiri yang membuat program untuk menjadi segala sesuatu yang diinginkannya. Untuk itu manusia telah diberi perlengkapan yang sempurna berupa potensi-potensi yang dapat kembangkan. Dan belajar adalah bentuk kegiatan untuk mengembangkan potensi itu. Kedua, manusia adalah makhluk yang berada di dalam dunia tetapi tidak terikat kepada dunia. Manusia selalu berada dalam suatu interaksi dengan dunia sekitarnya, paham interaksi itu dan selalu memberi respon tertentu. Proses interaksi tersebut merupakan proses belajar yang berlangsung secara terus menerus.1 Adapun tujuan dari belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari.
2
Yakni dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga,
masyarakat bahkan Negara. Namun belajar bukan suatu proses untuk mencapai tujuan, tetapi merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh untuk
1
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), 23-24. S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 3. 2
2
mencapai tujuan akhir yaitu dalam kehidupan sehari-hari.3 Karena semua mata pelajaran yang dipelajari nanti akan berguna dalam kehidupan sehari-hari, terlebih pelajaran matematika. Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam menghitung jumlah ayam yang dimiliki, mengetahui waktu, membuat rumah, belanja ke pasar, memasak dan lain-lain. Akan tetapi banyak orang tidak sadar akan pentingnya pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari, banyak siswa kurang menyenangi pelajaran matematika. Menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit, membosankan dan menakutkan. Namun persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat diacuhkan begitu saja. Anggapan yang salah terhadap pembelajaran matematika ini harus dihilangkan sejak dini. 4 Pembelajaran matematika pada anak-anak, terutama pada usia dini sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajari matematika di tahun-tahun berikutnya. Jika konsep dasar yang diletakkan kurang kuat atau anak-anak mendapatkan kesan buruk pada perkenalan awal dengan matematika, maka tahap berikutnya akan menjadi masa-masa sulit dan penuh menakutkan.5 Urutan-urutan yang harus dilalui agar anak menguasai dengan matang suatu konsep matematika dalam otak dan memori anak yaitu memperhatikan 3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 29. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 251. 5 Ariesandi Setyono, Mathemagic Cara Jenius Belajar Matematika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 15. 4
3
aspek-aspek fisiologis dan fungsional otak, kematangan emosional, gaya belajar, kepribadian dan tahap-tahap perkembangan anak itu.6 Aspek lain juga sangat vital adalah proses penyampaian pelajaran matematika itu sendiri. Bagaimana guru menyampaikannya di kelas, bagaimana strategi yang digunakan, dapat menarik minat ataukah malah membosankan, bahkan menakutkan. Faktor lain yang juga cukup berperan adalah lingkungan sekitar anak didik, yakni lingkungan keluarga yang mempengaruhi anak. Karena sekolah hanya melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil tidaknya pendidikan sekolah itu tergantung pada pengaruh pendidikan di dalam keluarga.7 Orang tua yang memberikan lingkungan yang mendukung berkembangnya kemampuan matematika anak dan banyaknya latihan
mempelajari
matematika
serta
cara-cara
pemecahan
soal-soal
matematika sebagai bagian dari faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan pemahaman dan kemampuan matematika pada anak.8 Dalam pembelajaran matematika Guru dan Orang tua sangatlah penting. Hendaknya ada kerjasama yang baik antara guru dan orang tua yakni dalam hal memberi motivasi belajar kepada anak. Motivasi juga sangat dibutuhkan untuk memupuk minat anak didik dalam belajar matematika. Karena motivasi 6
Ibid., 15. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), 79. 8 Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari Anak Sampai Usia Lanjut (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006), 9. 7
4
merupakan keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku yang berfungsi sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan, menentukan arah dan menyeleksi tingkah laku.9 Namun pada Kenyataannya, pelajaran matematika tidak terlepas dari predikatnya yakni pelajaran yang sulit, membosankan bahkan menakutkan. Berdasarkan penjajagan awal di SDN 1 Ngilo-Ilo Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo, Peneliti menemukan beberapa masalah khususnya dalam proses pembelajaran matematika kelas IV. Diantaranya, siswa kurang aktif, metode pembelajarannya masih dominan kepada ceramah dan kurang memberikan ruang gerak kepada anak didik, sehingga siswa kurang aktif, pemahaman materi kurang optimal karena siswa cenderung bosan dan takut.10 Untuk mengatasi fenomena di atas, maka sebagai guru yang professional, harus menunjukkan keprofesionalannya yakni dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam proses pembelajaran, dimana dalam PTK ini guru tidak hanya mengajar, akan tetapi mengobservasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan yang akan lebih memberikan ruang gerak untuk aktif dan membuat matematika lebih menyenangkan sehingga akan meningkatkan
pemahaman
siswa,
yaitu
dengan
pendekatan
Realistic
Mathematics Education (RME).
9
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 243-244. 10 Hasil wawancara dengan Guru Matematika SDN 1 Ngilo-ilo, Ruang Guru, Rabu 31 Maret 2010 Pukul 08.30.
5
Karena dalam pembelajaran, siswa akan lebih cepat memahami materi bila ikut aktif dalam pembelajaran. Mel Silberman mengemukakan “What I hear, I forget. What I see, I remember. What I do I understand.”11 Yang bila ditejemahkan dalam bahasa Indonesia “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan saya paham.” Jadi dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) siswa akan ikut aktif dalam pembelajaran dan akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori pembelajaran yang bertitik tolak pada hal-hal yang real bagi siswa, yang menekankan ketrampilan proces of doing mathematics, berdiskusi, berargumentasi dengan teman sekelas, sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep matematika.12 Berangkat dari uraian di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut di atas dengan mengangkat judul “IMPLEMENTASI
PENDEKATAN
REALISTIC
MATHEMATICS
EDUCATION (RME) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG SEDERHANA SISWA KELAS IV SDN 1 NGILO-ILO SLAHUNG PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2009-2010”
11
Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), 1. 12 Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung.
6
B.
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dilakukan untuk diidentifikasi karena banyaknya jumlah peristiwa-peristiwa yang terjadi. Kemudian dari masalah satu dengan yang lain akan menemukan adanya hubungan yang akhirnya menemukan variabel-variabel penelitian.13 Dari permasalahan di atas, identifikasi masalah terkait dengan : 1. Pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika Tentang Geometri di SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo. 2. Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika di SDN 1 Ngilo-Ilo. 3. Kecakapan Berfikir siswa pada Pelajaran Matematika di SDN 1 Ngilo-Ilo.
C.
Batasan Masalah dan Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, agar tidak terjadi kerancauan dalam penelitian karena keterbatasan waktu, tenaga dan lain-lain, maka penelitian terbatas pada variabel-variabel dependen saja,14 atau masalah yang paling urgen dalam penelitian ini terkait dengan “Implementasi Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana Siswa Kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010”.
13 14
Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN PRESS, 2009), 17. Basuki As’adie. Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Ponorogo: STAIN PRESS, 2009), 85.
7
Untuk itu peneliti mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana ? 2. Apakah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana ? 3. Apakah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo pada mata pelajaran Matematika pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana ?
D.
Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas Hipotesis merupakan pernyataan yang tepat yang akan melahirkan suatu jawaban, dan jawaban itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan.15 Perlu disadari bahwa penelitian harus sudah mengetahui banyaknya masalah yang akan diteliti. Dan dengan pengetahuan yang telah dimiliki, maka peneliti
15
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), 13.
8
akan dengan mudah memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan dalam rumusan masalah.16 Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana. 2. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana. 3. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana.
E.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas 1. Untuk mengetahui perubahan pemahaman pada Mata Pelajaran Matematika siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo. 2. Untuk mengetahui perubahan keaktifan dalam proses pembelajaran Matematika siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo.
16
31.
LP3M, Pedoman Penulisan Skripsi( Ponorogo: LP3M IAI Riyadlotul Mujahidin Ngabar, 2006),
9
3. Untuk mengetahui perubahan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 NgiloIlo Slahung Ponorogo.
F.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas 1. Manfaat teoritis Dari penelitian ini, akan ditemukan implementasi pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) terhadap hasil belajar Matematika pokok bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana siswa-siswi kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik 1). Peserta didik lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran matematika. 2). Membantu peserta didik memahami materi pelajaran dengan baik tentang Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. b. Bagi Pendidik 1). Dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif dan efisien. 2). Dapat mengetahui permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran secara langsung serta untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah.
10
3). Memperoleh informasi kemajuan dan keberhasilan peserta didik dalam belajarnya. 4). Sebagai acuan dalam menyusun program untuk keefektifan dalam proses pembelajaran Matematika yang lebih baik. c. Bagi Sekolah / Lembaga 1). Mendapatkan informasi tentang pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), yang nantinya dapat diterapkan di kelas lain dan guru lain. 2). Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika serta meningkatkan Mutu pendidikan.
G.
Metodologi Penelitian Tindakan kelas 1. Objek Tindakan Kelas a. Pemahaman siswa pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana. b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Matematika. c. Prestasi belajar siswa pada mata Pelajaran Matematika. 2. Setting / Lokasi / Subjek Penelitian Tindakan Kelas a. Setting / Lokasi Penelitian Tindakan Kelas Penelitian bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam Pembelajaran Matematika di SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010.
11
b. Subjek Penelitian Tindakan Kelas Subjek Pelaku PTK ini adalah Mahasiswa STAIN Ponorogo yang sedang dalam proses mengerjakan tugas akhir (Skripsi) berbasis PTK, sedangkan subjek penerima adalah 19 siswa kelas IV semester Genap Tahun Pelajaran 2009-2010. 3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas terinci ke dalam beberapa siklus yang tiap-tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan (Planning), tindakan (Acting), observasi (Observing), refleksi (Reflecting).
17
Pada
perencanaan pertama dipaparkan kreasi yang telah direncanakan, gambaran pelaksanaan, skenario observasi, dan gambaran refleksinya. Pada tahap siklus selanjutnya, siklus sebelumnya merupakan dasar untuk menentukan perencanaan selanjutnya. Antara siklus dengan siklus selanjutnya saling keterkaitan dan berkelanjutan, karena siklus selanjutnya dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus sebelumnya. Dan begitu seterusnya hingga sudah mendapatkan hasil yang memuaskan.
17
Sutejo, Cara Mudah Menulis PTK (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2009), 53.
12
Logika empat tahap dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini :18
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Siklus I
Perencanaan Ulang
Siklus II
Observasi
Dst.
Gambar 1.1 Prosedur PTK.
Sebelum melakukan pembelajaran berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :19
18 19
a.
Menemukan masalah.
b.
Melakukan identifikasi masalah.
c.
Menetukan batasan masalah.
As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis ……………………, 5. Ibid., 6.
13
d.
Menganalisis masalah dengan menemukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya masalah.
e.
Merumuskan gagasan-gagasan.
Setelah merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK, maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut : a.
Menyusun Perencanaan (Planning) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh Guru adalah :20 1).
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang meliputi langkah-langkah yang dilakukan guru disamping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan.
2).
Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, misalnya model-model benda, alat peraga, dan sebagainya.
3).
Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan.
b.
Melaksanakan Tindakan (Acting) Pada tahap ini, Guru melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam
20
Sutejo, Cara Mudah Menulis ………………………, 53.
14
situasi yang aktual, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.21 c.
Pengamatan (Observing) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh Guru adalah :22 1).
Mengamati perilaku siswa dalam proses pembelajaran.
2).
Mengamati kegiatan diskusi/ kerjasama antarsiswa dalam kelompok.
3).
Mengamati
pemahaman
masing-masing
siswa
terhadap
penguasaan materi pembelajaran. d.
Melakukan Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh Guru adalah :23 1).
Mencatat hasil Observasi.
2).
Mengevaluasi hasil Observasi.
3).
Menganalisis hasil Pembelajaran.
4).
Mencatat
kelemahan-kelemahan
untuk
dijadikan
bahan
memperbaiki siklus berikutnya. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam pembelajaran berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru tidak hanya mengajar saja melainkan harus meneliti. Dalam
21
As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK………………, 6. Ibid. 23 Ibid. 22
15
pengumpulan data Peneliti menggunakan beberapa metode yang relevan dengan penelitian ini, yakni: a.
Teknik Wawancara Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.
24
Ada
beberapa bentuk wawancara, antara lain wawancara terstuktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara mendalam. Yang disebut wawancara terstruktur adalah apabila Peneliti sudah mempersiapkan bahan wawancara terlebih dahulu, sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur prakarsa untuk memilih topik bahasan diambil oleh orang yang diwawancarai. 25 Adapun wawancara mendalam adalah Peneliti mengajukan pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan.26 Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, yakni wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo untuk mengetahui permasalahanpermasalahan umum, wawancara yang dilakukan dengan guru pamong untuk mengetahui permasalahan dalam proses belajar mengajar dan
24
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: PT Remada Rosdakarya, 2006), 117. 25 Ibid., 118. 26 As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis …………………………, 124.
16
wawancara dengan siswa kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo untuk mengetahui pemahaman terhadap materi pelajaran, serta kesan dari diterapkannya Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dalam pembelajaran Matematika. b.
Teknik Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung, misalnya cara guru mengajar, cara siswa belajar, Kepala Sekolah sedang memberi pengarahan, personil Kepegawaian yang sedang rapat dan sebagainya.27 Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung atau partisipatif yakni pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. digunakan
untuk
mengetahui
28
Observasi langsung ini
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika serta kendala yang dihadapi saat diterapkannya pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dalam proses pembelajaran.
27
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 220. 28 Ibid.
17
c.
Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan merupakan pencarian datadata mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, foto-foto dan lain-lain. 29 Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyimpanan dokumen berupa foto pembelajaran dan tugas-tugas siswa. Teknik ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika serta kendala yang dihadapi saat diterapkannya Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dalam proses pembelajaran.
5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain,
sehingga
mudah
diinformasikan kepada orang lain.
30
dipahami
temuannya
dapat
Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), 236. 30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), 317.
18
dipelajari, serta membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis sejak penelitian dimulai dan dikembangkan selama proses refleksi sampai penelitian selesai. Data yang telah terkumpul dipilih dan dikategorikan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alur. Yakni meliputi reduksi data, penyajian data (Display data) dan penarikan kesimpulan (Verifikasi data).31 adapun teknik analisis data adalah model alur sebagai berikut, yakni: a.
Reduksi Data Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang data yang tidak perlu.32
b.
Penyajian Data Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie card, pictogram dan sejenisnya. Dengan penyajian data ini maka data akan terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah dipahami.
31 32
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru (Bandung: Yrama Widya, 2007), 106. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ………………………, 338.
19
c.
Penarikan Kesimpulan Setelah melalui reduksi data dan penyajian data, Peneliti kemudian membuat kesimpulan. Bila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat Peneliti ke lapangan mengumpulkan
data,
maka
kesimpulan
tersebut
merupakan
kesimpulan yang kredikal.
H.
Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian yang akan disusun dikelompokkan menjadi empat Bab yang masing-masing Bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan. Pada Bab ini diberikan penjelasan tentang gambaran umum penelitian. Sedangkan penyusunannya terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan Penelitian Tindakan Kelas, manfaat Penelitian Tindakan Kelas, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, serta sistematika pembahasan. Bab II berisi Kajian Pustaka. Pada Bab ini dijelaskan tentang landasan teori dan Hasil kajian peneliti terdahulu. Di mana landasan teori sebagai pedoman umum yang digunakan untuk landasan dalam melakukan penelitian yang berisi kajian teori yang meliputi: pengertian pendekatan dalam proses
20
belajar mengajar, pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) yang membahas tentang pengertian pendekatan RME, tujuan pendekatan RME, karakteristik pendekatan RME, prinsip pendekatan RME, Langkah-langkah pendekatan RME, kelebihan dan kelemahan pendekatan RME, serta hakekat matematika yang membahas tentang pengertian matematika, matematika sebagai ilmu deduktif, matematika sebagai ilmu terstruktur, matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu. Bab III berisi hasil Penelitian Tindakan Kelas. Pada Bab ini dijelaskan tentang gambaran setting penelitian yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Dijelaskan pula tentang penjelasan Per-siklus, proses analisis data per-siklus, pembahasan dan penarikan kesimpulan. Bab IV berisi penutup. Pada Bab ini dijelaskan tentang kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas dan Saran saran.
21
BAB II PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)
A.
Landasan Teori 1. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Pengertian pendekatan dalam proses belajar mengajar secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli, sehingga terdapat banyak sekali pengertian pendekatan dalam proses belajar mengajar menurut sudut pandang
dan
pengetahuan
masing-masing
Ahli.
Ujang
Sukandi
mengemukakan “Pendekatan dalam proses belajar mengajar adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian laksana memakai kaca merah yang kesemua tampak kemerah-merahan.”33 Gladene Robertson dan Hellmut Lang Mengemukakan pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi dua pengertian, yaitu :34 a. Pendekatan Pembelajaran sebagai Dokumen Tetap Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu kerangka umum dalam Praktek Profesional guru, yaitu serangkaian
dokumen
yang
dikembangkan
untuk
mendukung
pencapaian kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: 1). 33
Mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran.
http://banjarnegarambs.wordpress.com/2008/09/10/pendekatan-pembelajaran/. Diakses pada Tanggal 6 April 2010. 34 Ibid.
22
2).
Membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas.
3).
Sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum.
4).
Sebagai bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi.
b. Pendekatan
Pembelajaran
sebagai
Bahan
Kajian
yang
Terus
Berkembang Pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang, oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang dimaknai selain sebagai Kerangka umum untuk Praktek Profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang praktik pembelajaran, maupun petunjuk pelaksanaanya. Selain itu dokumen itu juga dimaksudkan untuk mendorong para guru untuk:35 1).
Mengkaji lebih jauh tentang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lainnya.
2).
Menjadi bahan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukannya.
3).
Merupakan seni, seperti halnya berkembang.
35
Ibid.
ilmu mengajar yang terus
23
4).
Sebagai katalisator untuk mengembangkan profesional guru lebih lanjut. Gambaran mengenai pendekatan pembelajaran yang lebih jelas
terdapat dalam artikel pendidikan yang diterbitkan oleh Saskatchewan education (1980) Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka besar tentang tugas profesional guru yang di dalamnya meliputi: modelmodel
pembelajaran,
Strategi-strategi
pembelajaran,
metode-metode
pembelajaran dan juga keterampilan-keterampilan mengajar. Pendekatan pembelajaran
juga
merupakan
skenario
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan guru dengan menyusun dan memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun keterampilan mengajar tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Menurut Philip R. Wallace pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu: 36 a. Pendekatan Konservatif (Conservative Approaches) Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Para ahli pendidikan lebih senang menggunakan istilah pendekatan yang berpusat pada guru (Teacher Centered Approach). 36
Ibid.
24
b. Pendekatan Liberal (Liberal Approach) Pendekatan liberal (Liberal Approaches) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri. Para ahli pendidikan lebih senang menggunakan istilah pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centered Approach).
Adapun
pendapat
lain,
dijelaskan
makna
dari
pendekatan
pembelajaran adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.37 2.
Realistic Mathematics Education (RME) a. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Realistic Mathematics Education (RME) diperkenalkan oleh Freudenthal di Belanda pada Tahun 1970 yang berpendapat bahwa matematika adalah aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata.38 Realistic
Mathematics
Education
(RME)
adalah
suatu
pendekatan dimana matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia. Salah satu filosofi yang mendasari pendekatan Realistic
37
Erman Suherman, et al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)), 70. 38 Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung.
25
Mathematics Education (RME) adalah bahwa matematika bukanlah satu kumpulan aturan-aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa pelajari, melainkan matematika adalah suatu pelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya.39 Treffers menjelaskan ide kunci dari pembelajaran matematika realistik yang menekankan perlunya kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali matematika dengan bantuan orang dewasa (guru). Selain itu disebutkan pula bahwa pengetahuan matematika formal dapat dikembangkan (ditemukan kembali) berdasarkan pengetahuan informal yang dimiliki siswa.40 Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan di atas menjelaskan suatu
cara
pandang
terhadap
pembelajaran
matamatika
yang
ditempatkan sebagai suatu proses bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan
matematika
berdasar
pengetahuan
informal
yang
dimilikinya. Dalam pandangan ini matematika disajikan bukan sebagai barang jadi yang dapat dipindahkan oleh guru ke dalam pikiran siswa. Terkait dengan aktivitas matematisasi dalam belajar matematika, Freudenthal menyebutkan dua jenis matematisasi, yaitu :41
39
Ibid., 125. http://ironerozanie.wordpress.com/2010/03/03/realistic-mathematics-education-rme-atau-pembe lajaran-matematika-realistik-pmr/. Diakses pada Tanggal 6 April 2010. 41 Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung. 40
26
1).
Matematisasi Horisontal Proses matematika horizontal pada tahapan menengah persoalan sehari-hari menjadi persoalan matematika sehingga dapat diselesaikan atau situasi nyata diubah ke dalam simbolsimbol dan model-model matematika. hubungan-hubungan
dalam
rumus,
42
Misalnya, presensi menghaluskan
dan
menyesuaikan model matematika, penggunaan model-model yang berbeda, perumusan model matematika dan penggeneralisasian. 43 2).
Matematika Vertikal Proses matematika pada tahap penggunaan simbol, lambang kaidah-kaidah matematika yang berlaku secara umum. Langkah-langkah
tahap
pendekatan
Realistic
Mathematics
Education (RME) yaitu :44 a).
Memberikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
b).
Mendorong siswa menyelesaikan masalah tersebut, baik individu maupun kelompok.
c).
Memberikan masalah yang lain pada siswa, tetapi dalam konteks yang sama setelah diperoleh beberapa langkah dalam menyelesaikan masalah tersebut.
42
http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/pendekatan-pembelajaran-matematika-realistik/. Diakses pada Tanggal 6 April 2010. 43 Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung. 44 http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/pendekatan-pembelajaran-matematika-realistik/. Diakses pada Tanggal 6 April 2010.
27
d).
Mempertimbangkan cara dan langkah yang ditentukan dengan
memeriksa
dan
meneliti,
kemudian
guru
membimbing siswa untuk melangkah lebih jauh ke arah proses matematika vertikal. e).
Menugaskan siswa baik individu maupun kelompok untuk menyelesaikan permasalahan lain baik terapan maupun bukan terapan.
Realistic Mathematics Education (RME) atau disebut juga Pendidikan
Matematika
Realistik
Indonesia
(PMRI)
adalah
pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan ketrampilan proses of doing mathematics, berkelompok sehingga mereka dapat menemukan sendiri konsep-konsep matematika dan menggunakannya untuk memecahkan masalah.45 Jadi pelaksanaan Realistic Mathematics Education (RME) di sekolah dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah yang nyata atau yang telah dikuasai atau dapat dibayangkan oleh siswa dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian matematika yang semakin meningkat. Jadi pembelajaran tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh,
45
Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung.
28
namun sifat, definisi teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa. Berangkat
dari
keberhasilan
RME
dalam
pembelajaran
Matematika di Belanda, maka RME banyak diadopsi oleh banyak Negara maju seperti, Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan, Brazil, USA, Jepang, bahkan di Indonesia sendiri RME sudah berkembang dan mendapat hasil yang positif yakni prestasi siswa meningkat baik secara nasional maupun internasional.46 b. Tujuan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Adapun tujuan dari Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebagai berikut:47 1).
Menjadikan matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
2).
Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3).
Menekankan belajar matematika (Learning by Doing).
4).
Memfasilitasi
penyelesaian
masalah
matematika
tanpa
menggunakan penyelesaian yang baku. 5).
Menggunakan
konteks
sebagai
titik
awal
pembelajaran
matematika.
46
Ibid. http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html. Diakses pada Tanggal 6 April 2010. 47
29
c. Pendekatan
Realistic
Mathematics
Education
(RME)
Diantara
Pendekatan Lainnya dalam Pendidikan Realistic diambil dari salah satu diantara empat pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu : 48 1).
Mechanistic Mechanistic adalah cara mengerjakan suatu masalah secara teratur. Menurut filosofi ini, manusia ibarat komputer, sehingga dapat diprogram dengan cara drill untuk mengerjakan cara hitungan atau logaritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana, membedakan dengan mengenali polapola dan proses berulang-ulang.
2).
Empiric Empiric adalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Menurut filosofi ini, bahwa dunia adalah kenyataan, siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan kehidupan siswa. Para siswa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang berguna, namun sayangnya para
siswa
tidak
dengan
segera
mensistemasikan
merasionalkan pengalaman.
48
Suherman, et al., Strategi Pembelajaran Matematika ………….., 127-128.
dan
30
3).
Structuralistic Structuralistic adalah cara menyusun suatu konsep atau unsur-unsur dengan pola tertentu. Dalam filosofi ini, secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika dan sistemnya terstruktur dengan baik. Manusia dengan kemuliannya, belajar dengan pandangan dan pengertian dalam berbagai rasional, manusia dianggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih efisien dengan cara menggunakan subjek materi sistematik dan struktur secara baik. Dalam filosofi ini, yang mulanya dijalankan oleh Sokrates, para siswa diharapkan patuh untuk mengulang-ulang deduksi pokok.
4).
Realistic Realistic artinya bersifat nyata. Dalam filosofi ini, siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Kemajuan individu maupun kelompok dalam proses belajar–seberapa jauh dan seberapa dekat–akan menentukan spektum perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu tersebut.
31
d. Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Realistic Mathematics Education (RME) mempunyai lima karakteristik, yaitu :49 1).
Menggunakan Masalah Kontekstual (The Use of Context) Pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual
(dunia
nyata),
tidak
dimulai
dari
sistem
formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang dikenali oleh siswa. 2).
Menggunakan Model atau Jembatan dengan Instrumen Vertikal (Use Models, Bridging by Vertical Instrument) Istilah model berkaitan dengan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan sendiri oleh siswa. Sewaktu mengerjakan masalah kontekstual siswa mengembangkan model mereka sendiri.
3).
Menggunakan Kontribusi Siswa (Students Constribution) Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan datang dari konstruksi dan produksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka kearah yang lebih formal. Streefland menekankan bahwa dengan produksi dan
49
Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung.
32
konstruksi, siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka sendiri anggap penting dalam proses belajar mereka. 4).
Interaktivitas (Interactivity) Interaksi antar siswa dan dengan guru merupakan hal penting dalam RME. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka sendiri melalui proses belajar yang interaktif, seperti presentasi individu, kerja kelompok, diskusi kelompok, maupun diskusi kelas Negosiasi secara ekplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi sesama siswa dan juga dengan guru adalah faktor penting dalam proses belajar mengajar secara konstruktif.
5).
Terintregrasi dengan Topik Pembelajaran Lainnya (Intertwining). Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu topik tercakup dalam beberapa konsep yang berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan keintegrasian antar topik (unit pelajaran) harus dieksploitasi untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang lebih bermakna.
e. Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Terdapat tiga prinsip utama dalam Realistic Mathematics Education (RME), yaitu :50
50
http://www.edukasi-online.info/matematika/74-realistic-mathematics-education-rme-paradigmabaru -pembelajaran-matematika.html . Diakses pada Tanggal 6 April 2010.
33
1).
Guided Reinvention and Progressive Mathematization (Penemuan Terbimbing dan Proses Matematisasi yang Makin Meningkat) Melalui topik-topik yang disajikan siswa harus diberi kesempatan
untuk
mengalami
sendiri
proses
yang sama,
sebagaimana konsep matematika ditemukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: memberikan contextual problems yang mempunyai berbagai solusi, dilanjutkan dengan mathematizing prosedur solusi yang sama, serta perancangan rute belajar sedemikan rupa sehingga siswa menemukan sendiri konsep atau hasil. Situasi yang berisikan fenomena dan dijadikan bahan serta area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata. Dalam hal ini dua macam matematisasi (horisontal dan vertikal) haruslah dijadikan dasar untuk berangkat dari tingkat belajar matematika secara real ke tingkat belajar matematika secara formal. 2).
Didactical Phenomenology (Fenomena yang Mengandung Muatan Didaktik) Topik-topik matematika yang disajikan atau masalah kontekstual yang akan diangkat dalam pembelajaran harus mempertimbangan dua hal yakni aplikasinya (kemanfaatannya)
34
serta
kontribusinya
untuk
pengembangan
konsep-konsep
matematika selanjutnya. Terkait dengan hal di atas, ada pertanyaan mendasar yang harus dijawab yaitu: a).
Bagaimana kita mengidentifikasi fenomena atau gejala yang relevan dengan konsep dan gagasan matematika yang akan dipelajari siswa.
b).
Bagaimana kita harus mengkonkritkan fenomena tahu gejala tersebut.
c).
Apa tindakan didaktik yang diperlukan untuk membantu siswa mendapatkan pengetahuan seefisien mungkin.
3).
Self-Developed Models (Pembentukan Model oleh Siswa Sendiri) Peran self-developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi konkrit atau dari informal matematika ke formal matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model suatu situasi yang dekat dengan alam siswa. Dengan generalisasi dan formalisasi model tersebut akan menjadi berubah menjadi modelof masalah tersebut. Model-of akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya akan menjadi pengetahuan dalam formal matematika.
35
f. Langkah-Langkah Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Meninjau
karakteristik
interaktif
dalam
pembelajaran
matematika realistik di atas tampak perlu sebuah rancangan yang mampu membangun interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan lingkungannya. Dalam hal ini, Asikin berpandangan perlunya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya melalui presentasi individu, kerja kelompok, diskusi kelompok, maupun diskusi kelas. Negosiasi dan evaluasi sesama siswa dan juga dengan guru adalah faktor belajar yang penting dalam pembelajaran konstruktif ini.51 Implikasi dari adanya aspek sosial yang cukup tinggi dalam aktivitas belajar siswa tersebut maka guru perlu menentukan metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Salah satu metode mengajar yang dapat memenuhi tujuan tersebut adalah memasukkan kegiatan diskusi dalam pembelajaran siswa. Aktivitas
diskusi
dipandang
mampu
mendorong
dan
melancarkan interaksi antara anggota kelas. Karena diskusi adalah bentuk pengajaran tatap muka yang paling umum digunakan untuk saling tukar informasi, pikiran dan pendapat. Lebih dari itu dalam sebuah diskusi proses belajar yang berlangsung tidak hanya kegiatan
51
http://ironerozanie.wordpress.com/2010/03/03/realistic-mathematic-education-rme-atau-pembe lajaran-matematika-realistik-pmr/. Diakses pada Tanggal 6 April 2010.
36
yang bersifat mengingat informasi belaka, namun juga memungkinkan proses berfikir secara analisis, sintesis dan evaluasi. Selanjutnya perlu pula ditentukan bentuk diskusi yang hendak dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi kondisi kelas yang ada. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan dalam RME adalah :52 1).
Memahami Masalah Kontekstual Pada langkah ini guru menyajikan masalah kontekstual kepada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memahami masalah itu terlebih dahulu. Karakteristik RME yang muncul pada langkah
ini
adalah
menggunakan
masalah
kontekstual.
Penggunaan masalah kontekstual terlihat pada penyajian masalah sebagai titik tolak aktivitas pembelajaran siswa. 2).
Menjelaskan Masalah Kontekstual Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami
masalah
kontekstual.
Pada
langkah
ini
guru
memberikan bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini adalah interaktif, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Sedangkan prinsip guided 52
Ibid.
37
reinvention setidaknya telah muncul ketika guru mencoba memberi arah kepada siswa dalam memahami masalah. 3).
Menyelesaikan Masalah Kontekstual Pada tahap ini siswa didorong menyelesaikan masalah kontekstual secara individual berdasar kemampuannya dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan. Siswa mempunyai kebebasan menggunakan caranya sendiri. Dalam proses memecahkan masalah, sesungguhnya siswa dipancing atau diarahkan untuk berfikir menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan untuk dirinya. Pada tahap ini dimungkinkan bagi guru untuk memberikan bantuan seperlunya (Scaffolding) kepada siswa yang benar-benar memerlukan bantuan. Pada tahap ini, dua prinsip RME yang dapat dimunculkan adalah Guided Reinvention and Progressive Mathematizing dan Self-Developed Models. Sedangkan karakteristik yang dapat dimunculkan
RME
adalah
penggunaan
model.
Dalam
menyelesaikan masalah siswa mempunyai kebebasan membangun model atas masalah tersebut. 4).
Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban Pada tahap ini guru mula-mula meminta siswa untuk membandingkan
dan
mendiskusikan
jawaban
dengan
pasangannya. Diskusi ini adalah wahana bagi sepasang siswa
38
mendiskusikan
jawaban
masing-masing.
Dari
diskusi
ini
diharapkan muncul jawaban yang dapat disepakati oleh kedua siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang dimilikinya dalam diskusi kelas. Pada tahap ini guru menunjuk atau memberika kesempatan kepada pasangan siswa untuk mengemukakan jawaban yang dimilikinya ke depan kelas. Karakteristik RME yang muncul pada tahap ini adalah interaktif dan menggunakan kontribusi siswa. Interaksi dapat terjadi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa. Dalam diskusi ini kontribusi siswa berguna dalam pemecahan masalah. 5).
Menyimpulkan Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenai pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik
RME
yang
muncul
adalah
interaktif
serta
menggunakan kontribusi siswa. g. Metode-Metode dalam Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Beberapa Metode yang terdapat dalam pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah :
39
1).
Ceramah Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan terkait materi sebagai petujuk bagi siswa dalama membangun konsep matematika.
2).
Ekspositori Guru menjelaskan materi sambil melakukan Tanya jawab kepada siswa agar siswa lebih aktif dan mudah memahami materi. Siswa akan lebih memperhatikan penjelasan guru karena sewaktuwaktu guru akan mengajukan pertanyaan.
3).
Inkuiri Terbimbing Dengan bimbingan guru, siswa menemukan kembali konsep-konsep matematika, di sini kontribusi siswa sangat diperlukan guna membangun konsep-konsep matematika.
4).
Tanya Jawab Guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswa dan siswa menjawab dengan lisan, di sini terbangun interaksi antara guru dan siswa
5).
Permainan Metode ini sebagai variasi dari metode-metode yang lain, dimana siswa bermain sambil belajar agar tidak mudah jenuh dan
40
bosan. Misalnya siswa disuruh mencari benda di sekitar sekolah, bernyanyi, dsb. 6).
Alat Peraga Alat peraga yang digunakan dalam pendekatan ini adalah benda-benda nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi.
7).
Demonstrasi Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok, siswa mengemukakan ide dalam konsep matematika.
8).
Breakout groupings Siswa berdiskusi membentuk kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan, yang dapat membangun interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
9).
Drill Siswa mengerjakan latihan-latihan dan menyelesaikan permasalahan dalam bentuk soal.
10). Resitasi Siswa mengaplikasikan pemecahan masalah matematika di dalam kehidupan sehari-hari.
41
h. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Seperti pendekatan pembelajaran lainnya, pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) juga mempunyai kelebihan dan kelamahan sebagai berikut :53 1).
Kelebihan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) a).
Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
b).
Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c).
Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
d).
Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e).
Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f).
Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.
2).
Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) a).
Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang).
b).
Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
53
http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan.html. Diakses pada Tanggal 6 April 2010.
42
c).
Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
3.
Hakekat Matematika a. Pengertian Matematika Banyak orang yang mempertukarkan antara Matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal Matematika memiliki ruang lingkup yang luas dari pada aritmetika atau berhitung, karena aritmetika atau berhitung hanya termasuk ruang lingkup dari Matematika.54 Istilah
mathematics
(Inggris),
mathematic
(Jerman),
Mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari bahasa Latin yaitu Mathematica, yang mulanya diambil dari bahasa Yunani yaitu dari kata Mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge or science) dan juga berhubungan erat dengan kata yang serupa yakni Mathanein yang berarti belajar atau berfikir.55 Jadi berdasarkan etimologi, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan nalar bernalar. Hal ini berarti matematika lebih menekankan pada dunia rasio atau penalaran, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping
54 55
Delphie, Matematika Untuk Anak …………….., 2. Suherman, et al., Strategi Pembelajaran Matematika ………………., 18.
43
penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, karena matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, yakni aktivitas manusia yang disebut pengalaman diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampaikan pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.56 Kemudian, kesimpulan yang berupa konsep-konsep matematika tersebut dapat dipahami oleh orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi dengan tepat, maka digunakan notasi dan istilah yang cermat yang disepakati bersama secara kully (global) yang dikenal dengan bahasa matematika.57 Menurut Paling dalam bukunya Dr. Mulyono Abdurrahman, mengemukakan bahwa ada bermacam-macam pengertian matematika, hal itu disebabkan oleh pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mendefinisikan matematika merupakan perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi, tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri dan trigonometri. Ada
56 57
Ibid. Ibid.
44
pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berfikir logis.58 Selanjutnya, Paling sendiri dalam bukunya Dr. Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa “Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.”59 Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins mengemukakan “In short, the question what is mathematics? May be answered difficulty depending on when the question is answered, where it is answered, who answer it, and what is regarded as being included in mathematics”60 yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Apakah matematika itu? dapat dijawab dengan berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, siapa yang menjawabnya, apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.” Pendapat Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins hampir sama dengan pendapatnya Paling, yaitu berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, hal itu tergantung dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. 58
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak ………….., 252. Ibid. 60 Suherman, et al., Strategi Pembelajaran Matematika ……………………, 17. 59
45
Adapun Soedjadi mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:61 1).
Matematika
adalah
cabang
ilmu
pengetahuan
eksak
dan
terorganisir secara sistematik. 2).
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3).
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4).
Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5).
Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
6).
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
b. Matematika Sebagai Ilmu Deduktif Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, ini berarti proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.62 Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara 61
http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2008/12/1-hakikat-matematika.html. Diakses pada Tanggal 6 April 2010. 62 http://frams-nie.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 20 April 2010.
46
deduktif. Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dimulai dengan cara induktif, dan seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.63 c. Matematika Sebagai Ilmu Terstruktur Disebut sebagai terstruktur karena matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Seperti dalam membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila pondasi dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benarbenar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya.64 d. Matematika Sebagai Ratu Dan Pelayan Ilmu Matematika sebagai Ratu dan sekaligus Pelayan ilmu. Ada pendapat yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus ratu dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar
63 64
Erman Suherman, et al., Strategi Pembelajaran ……………………,21-25. Ibid., 25.
47
yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Dengan perkataan lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri. Sedangkan sebagai ratu, perkembangan matematika tak tergantung pada ilmu-ilmu lain. Banyak cabang matematika yang dulu biasa disebut matematika murni, dikembangkan oleh beberapa matematikawan yang mencintai dan belajar matematika hanya sebagai hobi tanpa memperdulikan fungsi dan manfaatnya untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkembangan teknologi, banyak cabang-cabang matematika murni yang ternyata kemudian hari bisa diterapkan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.65 Banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan perkembangannya menggunakan matematika. Misalnya fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan diferensial; penemuan teori Mendel dalam biologi konsep probabilitas; teori ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus. Matematika sebagai ilmu berfungsi untuk tumbuh dan berkembang sebagai suatu ilmu matematika. Matematika sebagai pelayan ilmu melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangannya dan operasionalnya.
65
http://frams-nie.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 20 April 2010.
48
B.
Hasil Kajian Peneliti Terdahulu Dalam Bab ini, peneliti mengambil hasil penelitian Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tahun Pelajaran 2008 yang dilaksanakan di SDN Pancasila Gudang Kahuripan Lembang Bandung Barat, yang disusun oleh : Nama
:
Dedi Purwanto
NIM
:
0610785
Jurusan
:
Pendidikan Pedagogik
Fakultas
:
Ilmu Pendidikan UPI Bandung
Judul
:
“Pembelajaran
Matematika
Kontekstual
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SD Kelas IV”
Dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut, Khususnya di SDN Pancasila Gudang Kahuripan Lembang Bandung Barat pada Mata Pelajaran Matematika, akhirnya menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Dengan pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan penalaran matematika siswa. 2. Dengan pendekatan Kontekstual, siswa terdorong utnuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa belajar dari pengalaman dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
49
BAB III HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Gambaran Setting Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengambil setting di SDN 1 Ngilo-Ilo No. 350 Dusun Sukamaju Desa Ngilo-Ilo Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo. Sekolah ini menempati areal yang luas tanah milik desa seluas 2.835 m². Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut: 1.
Sebelah utara berbatasan dengan desa Pandak, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.
2.
Sebelah timur berbatasan dengan desa Duri dan Janti, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.
3.
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.
4.
Sebelah barat berbatasan dengan desa Tahunan, Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo
ini dalam pelaksanaannya mengikuti alur PTK yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, yang dijelaskan sebagai berikut :
50
1. Perencanaan Meliputi penetapan materi pelajaran Matematika pada Bab Geometri Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana dengan alokasi pelaksanaannya pada tanggal 10 Maret sampai dengan 12 Mei 2010. 2. Tindakan Meliputi
seluruh
kegiatan
proses
pembelajaran
meliputi
Implementasi Pendekatan Realistic Mathematics education (RME) pada Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana Siswa Kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 20092010. Dalam berlangsungnya proses pembelajaran secara garis besar meliputi kegiatan : a. Kegiatan awal, yaitu dengan kegiatan yang dapat menarik minat serta dapat
memusatkan
perhatian
siswa,
dan
menjelaskan
tujuan
pembelajaran kepada siswa. b. Kegiatan inti, yaitu aktivitas menyajikan atau mempresentasikan pelajaran dengan menggunakan pendekatan yang efektif, sarana dan sumber belajar yang relevan, serta melakukan penilaian di sela-sela pembelajaran yang sedang berlangsung. c. Kegiatan akhir, yaitu aktivitas merumuskan kesimpulan terhadap materi pelajaran, melakukan tindak lanjut dan menutup pelajaran.
51
3. Observasi Observasi ini dilakukan bersama dengan proses pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik terhadap materi pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang sederhana, keaktifan siswa saat diterapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dan hasil prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Setelah melakukan observasi dalam proses pembelajaran, di samping mengetahui tingkat pemahaman siswa, keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa
serta
berbagai
karakteristik
siswa
dalam
merespon
proses
pembelajaran dengan diterapkannya pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) juga dapat ditemukan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran berlangsung. Diantara kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), antara lain : a. Terbatasnya Alokasi Waktu dalam Proses Pembelajaran Ini merupakan salah satu kelemahan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), yang pada akhirnya menjadi suatu kendala bagi guru dalam menerapkan pendekatan ini. Karena Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) membutuhkan waktu yang lama, agar siswa benar-benar memahami materi.
52
b. Pengelolaan Kelas Kurang Maksimal Hal ini terkait dengan penataan tempat duduk yang masih tradisional, yakni masih berderet ke belakang, jadi interaksi siswa kurang maksimal, sehingga siswa kurang aktif. Hal ini juga menyebabkan kesulitan dalam pembentukan kelompok, karena siswa harus memindah-mindah bangku, jika akan berkelompok. c. Kemampuan Siswa Tidak Sama Hal ini terlihat pada siswa yang mempunyai kecerdasan sedang / dibawah rata-rata, memerlukan waktu yang lebih lama untuk memahami materi pelajaran. 4. Refleksi Pada refleksi ini seluruh proses pembelajaran yang telah berlangsung dianalisis untuk melakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang dirasakan guru saat proses pembelajaran, demi kebaikan pada siklus (proses pembelajaran) selanjutnya. Dari adanya observasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran belum mencapai tujuan secara maksimal, karena masih ada kendala-kendala sebagaimana dijelaskan di atas. Dari itu untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, upaya-upaya yang dilakukan antara lain :
53
a. Terkait dengan keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran, upaya yang dilakukan guru adalah pemberian tugas rumah untuk mengamati benda-benda di sekitar rumah yang berbentu kubus dan balok. b. Terkait dengan pengelolaan kelas, upaya yang dilakukan guru adalah memindah penataan tempat duduk menjadi huruf U dan tempat duduk dalam
kelompok-kelompok
kecil,
sehingga
siswa dapat bebas
berinteraksi dengan teman maupun guru. c. Terkait dengan perbedaan kecerdasan siswa, upaya yang dilakukan guru adalah membentuk kelompok-kelompok kecil, jadi bila siswa kurang bisa menerima penjelasan dari guru, maka siswa bisa menerima penjelasan dari teman dalam kelompoknya. B.
Penjelasan Per-Siklus Penelitian Tindakan Kelas dengan alur (Perencanaan, tindakan, observasi, refleksi) disajikan dalam tiga siklus dapat digambarkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:
54
Perencanaan 1
Refleksi 2
Perencanaan 3
Tindakan dan Observasi 1
Tindakan dan Observasi 2
Refleksi 1
Perencanaan 2
Tindakan dan Observasi 3
Refleksi 1
Gambar 3.1 Gambar Alur PTK Adapun perincian dari penjelasan tiga siklus tersebut dapat disajikan pada tabel siklus sebagai berikut :
55
Tabel 3.1 Siklus 1
Perencanaan
Tindakan
Menyusun suatu Menyampaikan program atau rencana tindakan. Menyiapkan benda-benda berbentuk balok
tujuan pembelajaran. Memberi contoh
Pengamatan
Refleksi
Mengamati Mencatat hasil aktivitas atau
observasi. Mengevaluasi
benda-benda yang
perilaku
berbentuk balok dan
siswa
kubus.
terhadap
hasil
penerapan
pembelajaran.
Membayangkan dan
RME.
hasil observasi. Menganalisis
Memperbaiki
dan kubus.
menyebutkan benda-
Menyiapkan
benda di rumah yang
Mengamati
kelemahan
lembar rekaman
berbentuk balok dan
keaktifan
pada siklus
(observasi,
kubus.
siswa.
ke II.
wawancara dan dokumentasi). Menyiapkan
Memberi evaluasi
Mengamati
untuk dikerjakan tiap
pemahaman
individu.
siswa.
lembar evaluasi. Klarifikasi dan mengambil kesimpulan. Motivasi dan resitasi.
56
Tabel 3.2 Siklus II
Perencanaan Menyusun
Tindakan Mereview pelajaran siklus I
Pengamatan
Refleksi
Mengamati Mencatat
rencana
dengan mengklarifikasi
aktivitas
hasil
tindakan
tugas rumah.
atau
observasi.
perbaikan. Memadukan
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
hasil refleksi Membentuk kelompok I agar siklus
belajar.
II lebih baik. Memberikan lidi dan Menyiapkan
potongan kertas manila.
lidi-lidi, serta Membuat kerangka balok potongan kertas manila. Menyiapkan
dan kubus. Menempel potongan kertas pada kerangka. Menerangkan ruas-ruas, sisi,
perilaku siswa
luasi hasil
terhadap
observasi.
penerapan RME. Mengamati keaktifan siswa. Mengamati
wawancara
Tanya jawab lisan.
setiap
dan
Mengerjakan soal secara
kelompok.
evaluasi.
Motivasi dan resitasi.
iki
ke III.
yang telah dibuat.
menyimpulkan pelajaran.
Memperba-
kelompok.
(observasi,
lembar
an.
pada siklus
menggunakan kerangka
Klarifikasi dan
pembelajar-
dalam
rekaman
Menyiapkan
sis hasil
kelemahan
titik sudut balok dan kubus
individu.
Menganali-
unjuk kerja
lembar
dokumentasi)
Mengeva-
Mengamati pemahaman
Mengamati pemahaman siswa.
57
Tabel 3.3 Siklus III
Perencanaan Menyusun
Tindakan Mereview pelajaran
Pengamatan
Mengamati Mencatat hasil
rencana
siklus II dengan
aktivitas
tindakan
mengklarifikasi tugas
atau
perbaikan.
rumah.
perilaku
Memadukan hasil refleksi siklus II agar siklus III lebih baik. Menyiapkan
Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menerangkan modelmodel gambar balok. Tanya jawab lisan. Memberi contoh cara
lembar
menggambar balok
rekaman
dan kubus berbagai
(observasi,
model.
wawancara dan Menggambar balok dokumentasi). Menyiapkan lembar evaluasi.
secara individu dalam berbagai model. Mengerjakan soal secara individu. Klarifikasi dan mengambil kesimpulan. Motivasi.
Refleksi
siswa
observasi. Mengevaluasi hasil observasi. Menganalisis
terhadap
hasil
penerapan
pembelajaran.
RME. Mengamati
Menyusun laporan selama
keaktifan
proses
siswa.
pembelajaran.
Mengamati pemahaman siswa.
58
C.
Proses Analisis Data Per-Siklus Proses analisis data sebagai hasil penelitian yang meliputi peningkatan pemahaman siswa terhadap Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran saat diterapkannya Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), serta hasil atau prestasi belajar terhadap materi Pelajaran Matematika yang disajikan dalam 3 siklus. 1. Siklus I Dalam proses Pembelajaran, siklus I ini, penyampaian materi dilakukan dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), dimana guru menyampaikan materi sambil menggunakan contoh langsung pada benda-benda di sekitar kelas. Kemudian siswa dihadapkan pada permasalahan untuk membayangkan dan menyebutkan benda-benda di rumah yang berbentuk balok dan kubus. Penerapan pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh keaktifan dan pemahaman siswa terhadap materi. Kemudian guru memberi evaluasi dan resitasi untuk melihat ketuntasan siswa dalam proses pembelajaran serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hasil penelitian siklus I menunjukkan :
59
Aspek Yang Diamati Pemahaman Siswa
Jumlah Pencapaian (%) 9 siswa
(47,37 %)
Keaktifan Siswa
13 siswa
(68,42 %)
Ketuntasan Hasil Belajar
12 siswa
( 63,15 %)
Interpretasi : Pada siklus ke I ini, hasil pembelajaran sudah cukup baik terhadap peningkatan pemahaman siswa dan keaktifan. Namun dalam proses pembelajaran belum maksimal dan belum sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu perlu siklus selanjutnya dengan mensisipkan atau menambahkan strategi yang dapat menyempurnakan proses pembelajaran. 2. Siklus II Dalam proses pembelajaran siklus II ini, guru menggunakan metode Breakout Groupings yakni membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Tiap-tiap kelompok membuat kerangka kubus dan balok, dan menempel potongan kertas manila pada kerangka balok dan kubus. Kemudian guru menyampaikan materi dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), dimana guru memberikan permasalahan untuk dipecahkan siswa berdasarkan hasil tugas masing-masing kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam kelompok.
60
Dari model balok dan kubus yang telah dibuat tiap-tiap kelompok. Penerapan metode tanya jawab pun diperlukan guna menggali informasi dari pemecahan masalah dan untuk melihat pemahaman siswa. Dari pemecahan masalah tersebut, kemudian siswa diminta membuat definisidefinisi sendiri tentang kubus dan balok, ini dimaksudkan untuk menyempurnakan karakteristik dari pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Untuk melihat ketuntasan peserta didik, maka diperlukannya evaluasi di akhir proses pembelajaran. Hasil pengamatan siklus II menunjukkan : Aspek Yang Diamati Pemahaman Siswa
Jumlah Pencapaian (%) 9 Siswa
(47,37 %)
Keaktifan Siswa
14 Siswa
(73,68 %)
Ketuntasan Hasil Belajar
14 Siswa
(73,68 %)
Interpretasi : Pada siklus ke II ini, hasil pembelajaran sudah cukup baik terhadap peningkatan pemahaman siswa dan keaktifan dalam kelompok. Namun penguasaan materi belum maksimal dan belum sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu perlu perlu siklus selanjutnya agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.
61
3. Siklus III Dalam proses pembelajaran siklus III ini, penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan metode ekspositori, dimana siswa tidak hanya memperhatikan tetapi di dalamnya ada tanya jawab dan performance siswa, kemudian dikolaborasikan dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yakni memberi contoh-contoh model gambar balok terhadap siswa, sehingga siswa dapat membayangkan. Selanjutnya diperlukan penerapan metode Tanya jawab untuk melihat keaktifan dan pemahaman siswa terkait materi. Kemudian penerapan metode demonstrasi pasif, yakni siswa mempraktekkan menggambar balok dengan berbagai model pada lembar kertas, yang dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman siswa. Untuk mengetahui ketuntasan dalam proses pembelajaran, diadakannya tes tulis. Hasil penelitian menunjukkan : Aspek Yang Diamati
Jumlah Pencapaian (%)
Pemahaman Siswa
15 Siswa
(78,95 %)
Keaktifan Siswa
15 Siswa
(78,95 %)
Ketuntasan Hasil Belajar
16 Siswa
(84,21 %)
Interpretasi : Pada siklus ke II ini, hasil pembelajaran denagan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkat dengan hasil
62
yang memuaskan lebih baik dari tingkat pemahaman maupun keaktifan dalam proses pembelajaran. Serta penggunaan berbagai metode dapat mempermudah siswa untuk mencapai indikator yang ditentukan. Dengan penguasaan materi dan pencapaian indikator pada siklus III ini, maka dapat dikatakan proses pembelajaran berhasil dengan baik. D.
Pembahasan Dan Pengambilan Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah memuaskan. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik pemahaman materi, keaktifan dalam proses pembelajaran dan ketuntasan prestasi belajar, sebagaimana pada tabel 3.4 sebagai berikut : Tabel 3.4 Profil Hasil Penelitian
Pemahaman Siswa
Keaktifan Siswa
Ketuntasan Hasil Belajar
Siklus
I
9
47,37 %
Siklus
II
9
47,37 %
Siklus
III
15
78,95 %
Siklus
I
13
68,42 %
Siklus
II
14
73,68 %
Siklus
III
15
78,95 %
Siklus
I
12
63,16 %
63
Siklus
II
14
73,68 %
Siklus
III
16
84,21 %
Salah satu observasi selain dari tiga hal di atas yang menjadi sasaran tindakan penelitian adalah dengan berkembangnya pemahaman terhadap materi pelajaran sejalan dengan berkembangnya aktifitas dan ketrampilan siswa dalam kerjasama kelompok maupun individual dalam proses pembelajaran. Dengan demikian semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi, maka aktifitas siswa semakin eksis dalam proses pembelajaran baik dalam kerjasama kelompok maupun individual.
64
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan. 1.
Implementasi Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari siswa di kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo mampu menjawab pertanyaan lisan dari guru, mengolah informasi yang telah didapat dan menyelesaikan permasalahan. di samping itu hasil proses pembelajaran menunjukkan pada siklus I mencapai 47,37 %, siklus II mencapai 47,37 %, dan siklus III mencapai 78,95 %.
2.
Implementasi Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika. hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa di kelas IV SDN 1 Ngilo-Ilo Slahung Ponorogo dalam mendengarkan penjelasan guru / teman, mencatat hal-hal yang penting, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berkelompok. Di samping itu hasil keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan pada siklus I 68,42 %, siklus II mencapai 73,68 %, siklus III mencapai 78,95 %.
3.
Implementasi Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. hal ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa di kelas IV SDN 1 Ngilo-
65
Ilo Slahung Ponorogo, pada siklus I 63,16 %, siklus II mencapai 73,68 %, siklus III mencapai 84,21 %. B.
Saran. 1.
Bagi Guru / Pendidik Proses pembelajaran Matematika selama ini masih menggunakan cara atau metode yang bersifat konvensional, maka seyogyanya guru menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan melakukan sendiri apa yang dipelajari, yakni dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). berdasarkan prosedur / langkah-langkah dalam pembelajaran matematika.
2.
Bagi Siswa Setelah mengikuti proses pembelajaran Matematika melalui implementasi Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), diharapkan siswa mampu membiasakan belajar aktif, kreatif, inovatif, serta mampu mengekspresikan potensi yang dimiliki dalam proses pembelajaran matematika.
3.
Bagi Sekolah Dengan
melihat
hasil
pembelajaran
Matematika,
melalui
implemetasi Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), tentunya harus dikembangkan dengan inovasi dan memadukan berbagai variasi metode maupun pendekatan aktif, dalam proses pembelajaran
66
matematika maupun proses pembelajaran bidang studi yang lain, sehingga dapat dijadikan sebagai wahana dan peluang untuk selalu meningkatkan keprofesionalan guru, serta mempertahankan eksistensi lembaga SDN 1 ngilo-ilo Slahung Ponorogo berdasarkan visi, misi dan tujuan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya, 2007. As’adie, Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis PTK. Ponorogo: STAIN PRESS, 2009. Delphie, Bandi. Matematika Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Sleman : KTSP, 2009. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002. Gunarsa, Singgih D. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006. Hamalik,Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. http://banjarnegarambs.wordpress.com/2008/09/10/pendekatan-pembelajaran/. http://ironerozanie.wordpress.com/2010/03/03/realistic-mathematics-education-rmeatau-pembelajaran-matematika-realistik-pmr/. http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2008/12/1-hakikat-matematika.html. http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/pendekatan-pembelajaran-matematikarealistik/. http://www.edukasi-online.info/matematika/74-realistic-mathematics-education-rmeparadigma-baru -pembelajaran-matematika.html. http://zahra-abcde.blogspot.com/2010/04/mengajar-matematika-dengan-pendekatan. html. Jasin,Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. LP3M, Pedoman Penulisan Skripsi. Ponorogo: LP3M IAI Riyadlotul Mujahidin Ngabar, 2006.
68
Makalah disajikan pada seminar sehari RME 4 April 2001 di Jurusan Matematika UPI Bandung. Mujib, Abdul. Jusuf Mudzakir. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001. Nasution, S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Silberman, Mel. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007. Setyono, Ariesandi. Mathemagic Cara Jenius Belajar Matematika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2006. Suherman, Erman. et al. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sutejo. Cara Mudah Menulis PTK. Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Ponorogo: STAIN PRESS, 2009. Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remada Rosdakarya, 2006.