BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan potensial untuk bertindak kreatif.
Kemampuan ini merupakan dasar bagi setiap manusia untuk
mengembangkan suatu usaha. Jika semakin disadari bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan penggerak utama ekonomi nasional maupun global maka perlu upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut berangkat dari hakekat manusia yang mampu berkreasi. Para
pembuat
kebijakan
ekonomi
semakin
menyadari
bahwa
kewirausahaan menjadi penggerak utama perekonomian nasional maupun global. Lebih dari itu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin terbukti menjadi
lembaga
usaha
yang
lebih
tahan
terhadap
goncangan krisis
perekonomian. Para wirausahawan tidak hanya menciptakan kesejahteraan ekonomi, tetapi banyak diantara mereka yang juga berjuang keras untuk membuat dunia ini menjadi tempat tinggal yang lebih baik. Para wirausahawan juga telah mengangkat kesejahteraan hidup masyarakat secara lebih luas melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Survei menunjukkan bahwa para pemilik UMKM meyakini mereka bekerja lebih keras, menghasilkan banyak uang, dan merasa lebih bahagia daripada bekerja untuk orang lain atau perusahaan lain ( Zimmerer, 2008).
1
2
Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan
sebagai
penerima
waralaba
(franchisee)
diwajibkan
mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Perkembangan Kota Bandung yang semakin pesat dari tahun ke tahun menyebabkan semakin besarnya peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan. Salah satu peluang yang paling terbuka lebar adalah bisnis restoran. Sudah lama juga Kota Bandung terkenal dengan wisata kulinernya. Hal ini menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya dengan berbisnis restoran. Bisnis ini banyak diminati investor karena dianggap memiliki tingkat pengembalian investasi yang relatif cepat dan dapat memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah restoran yang berdiri dan berkembang. Bisnis restoran di Indonesia mulai banyak dikembangkan dengan sistem usaha waralaba. Sistem ini dianggap menguntungkan karena merupakan sistem perdagangan yang kebal resesi ekonomi. Manajemen dan tingkat profitabilitas perusahaan dapat stabil, sehingga bisa memberikan keuntungan timbal balik
3
antara perusahaan induk dan perusahaan yang melakukan kerja sama dengan sistem waralaba.
Selain
itu,
semakin
banyak
perusahaan
yang
melakukan waralaba dengan membuka cabang-cabang baru di daerah, maka usaha yang dijalankan akan semakin cepat dikenal karena masyarakat akan dengan mudah memperoleh produk yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh sistem yang mengharuskan setiap cabang mempunyai standar yang sama dengan perusahaan induk. Semua yang ada di perusahaan induk ada di setiap perusahaan cabang, walaupun perusahaan tersebut tergolong masih baru. Standar yang diberikan oleh perusahaan induk tidak saja menyangkut masalah makanan, tetapi juga menyangkut sistem pelayanan, promosi, desain interior, persyaratan lokasi, manajemen, budaya perusahaan dan lain sebagainya. Sistem waralaba pada dasarnya adalah salah satu metode perluasan pasar yang dilakukan oleh perusahaan
yang
telah
mantap
atau
mapan
dan
punya
nama.
Salah satu restoran waralaba yang berada di Bandung adalah Rumah Makan Pecel Lele Lela. Rumah Makan Pecel Lele Lela yang berlokasi di jalan Dipatiukur no 248 Bandung. Menu makanan pecel lele sudah tidak asing lagi kita dengar. Hampir sepanjang jalan dapat kita temukan warung kaki lima yang menjual pecel lele. Akan tetapi kita hanya dapat menemukan warung makan yang menjual pecel lele di sore hari hingga larut malam. Disinilah hal yang membedakan Rumah Makan Pecel Lele Lela. Waralaba ini membidik pangsa pasar bagi penggemar makanan pecel lele di siang hari dengan memulai jam buka operasional di siang hari. Mereka juga menawarkan berbagai macam menu pecel lele yang beraneka ragam dengan harga cukup terjangkau.
4
Franchise/Waralaba PECEL LELA unit ke 52 bertempat di jalan Dipatiukur Bandung, salah satu waralaba di Indonesia. Permasalahan yang baru bagi waralaba/Franchise yaitu waralaba di Indonesia belum memiliki neraca awal dan laporan keuangan sesuai dengan standar Akuntansi yang berlaku, sedangkan omset PECEL LELA bisa mencapai 1 Milyar/tahun bahkan lebih(Parnoto,2013). Hal ini dapat menghambat waralaba dalam mendapatkan modal yang berasal dari pemberian kredit dari bank dimana waralaba diharuskan memperlihatkan kinerja usaha serta kondisi keuangan tersebut dalam bentuk laporan keuangan agar bank tidak salah mengambil keputusan dalam hal pemberian pinjaman untuk tambahan modal usaha. Diperlukan pembuatan neraca awal untuk waralaba PECEL LELA karena kinerja waralaba bisa terlihat dari neraca awal waralaba tersebut. Neraca Awal adalah sebagai gambaran kegiatan usaha dan posisi keuangan perusahaan. Sedangkan kondisi keuangan bisa terlihat dari laporan keuangan yang dimiliki waralaba tersebut. Menurut Hamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari : Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pencatatan yang dilakukan waralaba PECEL LELA sederhana yaitu hanya mencatat transaksi jumlah uang yang diterima, dikeluarkan, Jumlah ikan lele yang terjual, ataupun yang tersisa. Selain itu waralaba ini hanya membuat laporan laba
5
rugi sebagai dasar acuan mereka mengenai mengetahui keuntungan selama periode bulan. Sedangkan PECEL LELA memiliki omset yang cukup besar dan bukti-bukti transaksi yang memadai untuk dibuatkan Laporan keuangan. Sayangnya PECEL LELA belum menjadikan SAK ETAP sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan, dikarenakan minimnya pengetahuan pemilik dan pengelola waralaba terhadap SAK ETAP sehingga waralaba tidak bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP. SAK-ETAP merupakan kepanjangan dari Standar Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk perusahaan kecil dan menengah. SAK-ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai standar yang telah ditetapkan. Standar ETAP ini cukup sederhana dan tidak akan menyulitkan penggunanya. Unit usaha apapun menginginkan usahanyanya berkembang, untuk mengembangkan usaha tentu berbagai upaya dilakukan. Salah satu upaya itu adalah meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan
dapat
dipertanggungjawabkan.
Mempertanggungjawabkannya
menyajikan laporan keuangan sesuai standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang sesuai standar membantu manajemen usaha untuk memperoleh kemudahan yaitu menentukan kebijakan usaha dimasa yang akan datang , mendapat pinjaman dari pihak ketiga , dan lain-lain(Darti,2012). Laporan keuangan yang disusun berdasarkan SAK ETAP akan membuat informasi yang disajikan lebih relevan dan mudah dipahamni oleh para pengguna laporan waralaba yang bersangkutan. Dengan adanya laporan keuangan yang sesuai SAK ETAP, waralaba dapat menggambarkan kemampuan kinerja terhadap
6
operasionalnya dan membantu manajemen mengambil keputusan , kebijakan, serta strategi yang diambil. (http://www.4shared.com/,15.40,12-032012) Dilatarbelakangi masalah tersebut maka penulis berniat untuk mengangkat topik tersebut sebagai bahan dalam menyusun tugas akhir Program Diploma 3 Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis-Universitas
Padjadjaran
dengan
judul
“PENYUSUNAN NERACA AWAL DAN LAPORAN KEUANGAN PADA WARALABA PECEL LELA DIPATIUKUR PERIODE APRIL 2013”
1.2
Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penulis melakukan penelitian ini adalah: 1. Penyusunan Neraca Awal pada Waralaba PECEL LELA unit ke-52 tanggal 31 Maret 2013. Dimana dalam menyusun Neraca Awal,Penulis memerlukan data keuangan Waralaba sejak berdirinya Waralaba PECEL LELA sampai tanggal 30 April 2013 yang terdiri dari Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. 2. Penyusunan Laporan Keuangan pada Waralaba PECEL LELA unit ke-52 sesuai Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang terdiri dari: 1. Neraca Awal (Beginning Balance Sheet) per 31 Maret 2013. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) untuk periode April 2013. 3. Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity Statement) untuk periode April 2013. 4. Neraca (Balance Sheet) per 30 April 2013. 5. Laporan Arus Kas (Cash Flows Statement) untuk periode April 2013.
7
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah adalah : 1. Menyajikan Neraca Awal (Beginning Balance Sheet) per 1 April 2013 pada Waralaba PECEL LELA unit ke-52. 2. Untuk membuat Laporan Laba Rugi (Income Statement) pada periode April 2013 di Waralaba PECEL LELA unit ke 52. 3. Untuk membuat Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity Statement) pada periode April 2013 di Waralaba PECEL LELA unit ke 52. 4. Untuk membuat Neraca (Balance Sheet) per 30 April 2013 di Waralaba PECEL LELA unit ke-52. 5. Untuk membuat Laporan Arus Kas (Cash Flows Statement) Waralaba PECEL LELA unit ke 52 periode April 2013.
1.3
Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan hasil penelitian menurut (Acynolstat,2008) dapat diklasifikasikan menjadi manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian.Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan untuk memperbaiki kinerja.
1. Manfaat Penelitian secara Praktis
8
Bagi Waralaba PECEL LELA Laporan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan dan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan usaha kedepan agar kinerja lebih teratur dan terarah, serta informasi dan pengetahuan untuk pemilik waralaba PECEL LELA tentang
Standar
Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). 2. Manfaat Penelitian secara Teoritis Bagi Penulis Penelitian dapat menambah wawasan penulis mengenai penyusunan laporan keuangan , sehingga dapat dibandingkan antara teori yang di dapat dibangku kuliah dengan penelitian langsung di lapangan. Sekaligus meningkatkan pengetahuan dibidang bisnis Waralaba dan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir program diploma 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Padjadjaran.
`1.5 Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu dengan menggunakan deskriptif . pengertian metode deskriptif
menurut
Sugiyono (2009:21) adalah sebagai berikut “ metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis pada penenlitian kali ini adalah dengan cara:
9
a. Penelitian Lapangan (Field Research) 1. Wawancara (Interview) Menurut Bursa Emka (2009:6) adalah wawancara dilakukan secara lisan dengan tanya jawab antara responden dan interviewer. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara kepada pemilik dengan topik yang diangkat pada penelitian ini. Dengan wawancara, penulis dapat memperoleh informasi yang objektif tentang masalah yang terjadi.
2. Observasi Menurut Bursa Emka (2009:6) adalah cara memeriksa dengan menggunakan indera terutama mata, selama jangka waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah. Penulis juga melakukan observasi terhadap kegiatan operasional perusahaan.Penulis melakukan Observasi tidak langsung sehingga penulis tidak terlibat langsung dalam kegiatan operasional perusahaan hanya sebagai pengamat independen.
3. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Menurut Mardalis (2002:28) adalah suatu teknis pengumpulan data-data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material atau buku-buku yang terdapat diruang perpustakaan. Penulis juga melakukan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data perusahaan seperti catatan keuangan dan informasi lainnya.
10
1.5.2 Teknik Pengolahan Data Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengolahan data dengan cara mengumpulkan dan menyusun kembali semua datadata yang diperoleh, kemudian mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan perumusan masalah yang diteliti, data kemudian diolah, disusun, dianalisis, dan kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan. Teknik pengolahan data untuk mengetahui penyusunan laporan keuangan yang dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data,baik primer maupun sekunder berupa bukti penjualan dan bukti transaksi lainnya. 2. Data tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun menjadi sebuah informasi keuangan yang terdiri dari : Neraca Awal (Beginning Balance Sheet) per 31 Maret 2013. 1. Laporan Laba Rugi (Income Statement) untuk periode April 2013. 2. Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity Statement) untuk periode April 2013. 3. Neraca (Balance Sheet) per 30 April 2013. 4. Laporan Arus Kas (Cash Flows Statement) untuk periode April 2013. 3.
Langkah- langkah tersebut kemudian diakhiri dengan membuat Laporan Tugas Akhir.
11
1.6
Lokasi dan Alokasi Penelitian Untuk memperoleh data dalam rangka penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini, penulis melakukan penelitian pada Waralaba PECEL LELA unit ke-52 yang berlokasi di Jalan Dipatiukur no. 248 Bandung.
12