BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan per orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (Depkes RI, 2005). Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009). Menurut Saifuddin,dkk (2002), asuhan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Menurut statistik kesehatan World Health Organization (WHO) Tahun 2009, setiap tahun diperkirakan sebanyak 536.000 wanita meninggal dunia akibat masalah persalinan dan 99% kematian ibu akibat masalah persalinan terjadi di negara-negara
Universitas Sumatera Utara
berkembang. Rasio kematian ibu secara global 400 per 100.000 kelahiran hidup (Oxfam, 2009 http://www.alernet.org). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) lainnya. Menurut Badan penelitian dan pengembangan Depkes RI, AKI tahun 2009 mencapai 226 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup (Anonim, 2010 http://www.jarlitbangkes.or.id). Kehamilan, persalinan dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini baik gangguan fisiologik maupun psikologis dapat menimbulkan efek yang buruk tidak hanya terhadap kesehatan ibu sendiri, tetapi membahayakan bagi bayi yang dikandungnya, bahkan tidak jarang menyebabkan kematian ibu (Murniati, 2007). Selanjutnya Depkes RI (2009) menyatakan penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia telah lama dilakukan yaitu sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada Tahun 1950 yang memberi pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak, pendidikan kesehatan, pelatihan dukun bayi dan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
keluarga berencana. Namun angka kematian ibu sampai sekarang masih tinggi (Murniati, 2007). Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan dapat berperan besar dalam menurunkan AKI. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008, AKI di Sumatera Utara Tahun 2008 adalah 260 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008, cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Sumatera Utara tertinggi di Kota Sibolga (92,31%) dan di Kabupaten Batubara (92,17%). Cakupan kunjungan ibu hamil K4 paling rendah di Kabupaten Dairi (53,18%) dan Kabupaten Pakpak Bharat (50,34%). Menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 angka kematian ibu di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 sebanyak 243 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Kabupaten Tapanuli Tengah masih tinggi dan masih jauh dari target yang ingin dicapai oleh Depkes RI untuk Tahun 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 20 kecamatan dengan 17 Puskesmas. Berdasarkan Profil Dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008, jumlah ibu hamil sebanyak 8.080 dan yang datang memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yaitu K1 sebanyak (81,83%) dan K4 sebanyak (71,09%). Puskesmas Sarudik terletak di Kecamatan Sarudik memiliki ibu hamil sebanyak 470 dan yang datang memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yaitu K1 (64,85%) dan K4 (52,55%).
Universitas Sumatera Utara
Hasil Laporan Program KIA Puskesmas Sarudik Tahun 2009, Jumlah ibu hamil sebanyak 542 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4) di Puskesmas Sarudik Tahun 2009 Ibu Hamil NO Desa/Kelurahan Jumlah K1 % K4 % Sasaran 1 Sarudik 239 185 77,41 156 65,27 2 Pasir Bidang 117 44 37,60 31 26,49 3 Pondok Batu 76 65 85,52 50 65,78 4 Sibulian III 92 72 78,26 56 60,86 5 Sipan 18 13 72,22 10 55,55 542 379 69,93 303 55,90 Sumber : Profil Puskesmas Sarudik Tahun 2009 Berdasarkan hasil laporan di atas maka cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 di Puskesmas Sarudik tertinggi di Pondok Batu K1 (85,52%), K4 (65,78%) dan paling rendah di Kelurahan Pasir Bidang K1 44 (37,60%) dan K4 31 (26,49%). Hasil laporan tersebut di atas masih sangat jauh dari yang diharapkan sesuai dengan Standar
Pelayanan
Minimal
(SPM).
Permenkes
RI
Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, Bab II Pasal 2a menyatakan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% pada Tahun 2015. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kunjungan ibu hamil paling rendah terdapat di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik, baik K1 maupun K4 dibandingkan dengan desa dan kelurahan lainnya. Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik termasuk wilayah kerja Puskesmas Sarudik. Menurut petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Sarudik, faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan antenatal atau kunjungan ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang
Universitas Sumatera Utara
sangat kompleks, namun pada dasarnya berkaitan dengan penyedia pelayanan antenatal di satu pihak dan ibu hamil di lain pihak. Menurut Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2003), bahwa faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi dalam 3 kategori, yakni karakteristik predisposisi, karakteristik pemungkin dan karakteristik kebutuhan. Karakteristik predisposisi mencakup ciri-ciri demografi, struktur sosial, sikap, keyakinan dan pandangan individu terhadap pelayanan kesehatan. Karakteristik pemungkin meliputi pendapatan/penghasilan keluarga dan sumber daya masyarakaat. Menurut penelitian Murniati (2007), faktor–faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil adalah faktor predisposisi, faktor pemungkin dan kebutuhan. Faktor predisposisi meliputi variabel umur, paritas, jarak kehamilan, pengetahuan sedangkan sikap tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Faktor pemungkin meliputi variabel pekerjaan suami dan keterjangkauan. Penelitian Ulina (2004)
menunjukkan variabel pendidikan,
pengetahuan, pendapatan dan paritas mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sedangkan variabel pekerjaan dan riwayat persalinan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Penelitian Agnes (2005) menyatakan
bahwa
variabel
pengetahuan,
pendapatan
keluarga,
pekerjaan
mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kunjungan pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005. Menurut Adri (2008), faktor geografi dan prilaku ibu hamil berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sedangkan faktor sosial budaya tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas Runding Kota Subussalam Propinsi NAD Tahun 2008. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010.
1.2.
Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Bagaimana pengaruh faktor predisposisi (meliputi pendidikan, paritas, jarak kelahiran, pengetahuan, sikap ibu) dan faktor pemungkin (meliputi pekerjaan suami dan pendapatan keluarga) serta faktor kebutuhan (meliputi kondisi ibu) terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenal oleh ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010”.
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi,
pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah mengenai sejauh mana pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dan membuat program yang sesuai untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. 2. Bagi peneliti lain dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang pemanfaatan pelayanan antenatal. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dalam meningkatkan kunjungan ibu hamil dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu promosi kesehatan ibu hamil dalam pelaksanaan pemeriksaan kehamilan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah.
Universitas Sumatera Utara