BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Shalat adalah ibadah yang sangat istimewa dalam Islam. Istimewa karena shalat menjadi tiang agama, menjadi pembeda antara orang Muslim dan orang kafir serta menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan selain shalat. Sesungguhnya shalat merupakan rukun agama terbesar yang bersifat praktik (amali), sedangkan di antara hal yang amat dituntut di dalam pelaksanaan shalat ialah khusyu’.1 Ibadah shalat juga merupakan sarana untuk berdialog dengan Allah, sarana untuk membangun manusia menjadi taqwa, sarana untuk berdzikir kepada Allah, sarana untuk membangun manusia menjadi orang yang mampu mencegah fahsya’ dan munkar juga sebagai sarana untuk mohon pertolonganNya. Shalat menurut pandangan Islam merupakan bentuk komunikasi manusia dengan Khaliknya.2 Komunikasi ini dimaksudkan untuk bertawajjuh (menghadap) sungguh-sungguh dan ikhlas kepada Allah SWT. Di samping itu, shalat dimaksudkan juga untuk meneguhkan keesaan Allah, tunduk dan patuh terhadap perintah-perintah dan larangan-Nya.3 Lebih lanjut, shalat juga merupakan bukti syukur yang tulus kepada Allah atas curahan nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga, dan juga merupakan pembersih bagi jiwa manusia dari dosa-dosa dan kesalahan yang dilakukan siang dan malam. Bahkan shalat juga dapat mencegah seseorang dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Ada keterkaitan yang kuat antara shalat dan al-Qur'an. Hal ini terbukti antara lain, bahwa kata al-Qur'an kadang-kadang dipakai untuk menyebut 1
Muhammad Shaleh al-Munjid, Shalat yang Khusyuk dan Langkah-langkah Mencapainya, Zulkifli Zakaria (Pen.), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. V. 2 Abdullah Gymnastiar, Shalat Best of The Best, (Bandung: PT. Senibudaya Sejahtera Offset, 2005), hlm. 8. 3 Misa Abdu, Al-Khusyu’ fish Shalah wa Asraruhu, (terj.) Jujuk Najibah Ardianingsih, Menjernihkan Batin dengan Shalat Khusyu’, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), cet. 3, hlm. 1-2.
1
2
kata shalat, sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 78:
ﺠ ِﺮ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺠ ِﺮ ﻗﻠﻰ ِﺍﻥﱠ ﹸﻗﺮ ﺍ ﹸﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻭﹸﻗﺮ ﻴ ِﻞﺴ ِﻖ ﺍﻟﱠ ﺲ ﺍِﱃ ﹶﻏ ِ ﻤ ﺸ ﻮ ِﻙ ﺍﻟ ﻟﹸﻠﻮ ﹶﺓ ِﻟﺪﹶﺍِﻗ ِﻢ ﺍﻟﺼ {78 : }ﺍﻻﺳﺮﺁﺀ.ﺍﻮﺩ ﻬ ﺸ ﻣ Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu oleh disaksikan (oleh malaikat).4 (QS. al-Isra’: 78) Shalat sesungguhnya juga merupakan cermin keimanan bagi seorang mukmin. Ia merupakan sentuhan kasih sayang, sentuhan yang lembut yang mampu membuka hati, dan menembus Dzat Yang Maha Tinggi. Maka tujuan yang dimaksud dari shalat bukan sekedar gerakan-gerakan badan, tetapi tujuan yang hakiki adalah adanya keterkaitan hati dengan Allah SWT. Itulah pelaksanaan shalat yang hakiki dan sempurna. Shalat merupakan proses transendensi (berpindahnya jiwa) menuju Tuhan dengan menyebut nama Allah dan bermunajat kepada-Nya. Ia merupakan bentuk komunikasi yang sempurna antara hamba dan Tuhannya. Karena kedudukan shalat begitu agung dan tinggi menurut Allah, maka tidak diragukan bagi seorang Muslim untuk memperhatikan pentingnya shalat. Karenanya ia wajib melaksanakan shalat secara benar dan sempurna. Jika selama ini problem umat Islam kebanyakan adalah mereka tidak mau shalat, maka sesungguhnya problem bagi mereka yang sudah shalat adalah bahwa mereka belum dapat merasakan khusyu’5 dalam menjalankan shalat. Banyak umat Islam yang belum mampu shalat secara khusyu’, sehingga kalaupun mereka sudah melaksanakan shalat, tetapi kosong dari kekhusyu’an. Jadi, seolah-olah shalat hanya mengikuti kebiasaan saja dan kering dari makna ibadah. Padahal khusyu’ itulah buah dari ibadah yang 4
Muhammad Noor, dkk., Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1996), hlm. 231. 5 Khusyu’ berarti jiwa raganya tunduk dan penuh taat dalam mengerjakan shalat di hadapan Allah. Raganya tenang dan menunduk karena merasa rendah di hadapan Allah. Semua ini bisa tercapai bila yang bersangkutan merasa di bawah pengawasan Allah. Lihat Muhammad Thalib, Tuntunan Khusyu’ Shalat, (Surakarta: Kaffah Media, 2005), hlm. 26.
3
hakiki, dan buah dari mengenal Allah dan kitab-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 45-46:
ﻢ ﻬ ﻧﻮ ﹶﻥ ﹶﺍ ﻨﻳﻈﹸ ﻦ ﻳﻻ ﺍﻟﱠ ِﺬ.ﻦ ﻴﺸ ِﻌ ِ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺨ ﺮ ﹲﺓ ِﺍ ﹶﱠﻻ ﻴﺎ ﹶﻟ ﹶﻜِﺒﻧﻬﻭِﺍ ﻠﻮ ِﺓ ﻗﻠﻰﺍﻟﺼﺒ ِﺮ ﻭﺼ ﺍ ﺑﺎِﻟﻨﻮﻴﺘ ِﻌﺳ ﺍﻭ {46-45 : }ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ.ﻮ ﹶﻥ ﻴ ِﻪ ﺭ ِﺟﻌﻢ ِﺍﹶﻟ ﻧﻬﻭﹶﺍ ﻢ ﺑ ِﻬﺭ ﺍﻠ ﹸﻘﻮﻣ “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.6 (QS. al-Baqarah: 45-46) Khusyu’ dalam shalat bisa tercapai dengan beberapa hal, sebagian di antaranya adalah bagian dari shalat itu sendiri (di dalamnya), dan sebagai lainnya di luar shalat. Di antara hal-hal tersebut yaitu; mengingat mati, merenungkan makna-makna kalimat yang berhubungan dengan shalat, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat, memperbanyak membaca al-Qur’an.7 Sedangkan sifat-sifat orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya yakni; takut kepada Allah, menangis karena takut kepada-Nya, sabar dalam menerima musibah, menegakkan shalat, membayar zakat, mengagungkan syiar Allah dan meyakini pertemuan dengan Allah.8 Kaitannya dengan ini penulis terpanggil untuk mengkaji dan meneliti tentang kekhusyu’an dalam shalat pada pengikut thariqah, khususnya pengikut Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Hal tersebut dimungkinkan pengikut thariqah dalam melakukan shalatnya bisa khusyu’, dikarenakan mereka sudah biasa melakukan amalanamalan yang sekiranya bisa menghantarkan mereka ke dalam khusyu’, di samping itu juga mungkin hati mereka sudah tertata rapi dan merasa tenang dalam melakukan shalat
6
Muhammad Noor, dkk., Al-Qur'an al-Karim…op. cit., hlm. 7. Husein al-Awaisyah, Ash- Shalatu wa Atsaruha fi Ziyadatil Iman wa Tahdzibin Nafsi, (terj.) Hannan Hosein B., Khusyu’ Rahasia dan Pengaruhnya Terhadap Iman, (Solo: Pustaka ArRayyan, 2005), hlm. 25-38. 8 Salim bin Id Al-Hilali, Menggapai Khusyuk Menikmati Ibadah, (Solo: Era Intermedia, 2004), hlm. 41-47. 7
4
Dari illustrasi di atas, penulis menjadi tertarik dan minat untuk meneliti lebih jauh dalam kehidupan masyarakat tentang kekhusyu’an shalat, yang penulis rangkum dalam sebuah judul “Kekhusyu’an Shalat Pada Pengikut Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah (Studi Kasus di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang). Sekilas jika melihat judul tersebut pasti dalam benak kita bertanyatanya; apakah ada konsep tentang shalat khusyu’ dan bagaimana orang bisa mencapainya? Hal inilah yang akhirnya penulis formulasikan dalam pokok masalah dalam karya ilmiah ini. B. Alasan Pemilihan Judul Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapatlah dikemukakan tentang alasan pemilihan judul karya ilmiah sebagai berikut: 1. Ibadah yang sangat penting dalam Islam adalah shalat atau dengan kata lain bahwa shalat merupakan ibadah paling pokok dalam Islam. Shalat memiliki kedudukan istimewa baik dilihat dari cara memperoleh perintahnya yang dilakukan secara langsung, kedudukan shalat itu sendiri dalam agama maupun dampak atau fadhilahnya. 2. Shalat tidak hanya sekedar formalitas tetapi perlu penghayatan dan kekhusyu’an dalam pelaksanaannya. 3. Pengikut Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dalam rangka pencapaian shalat khusyu’ ini melakukan beberapa langkah dan tahapan guna mencapai tujuan tersebut. C. Penegasan Istilah Untuk memperjelas maksud yang penulis kehendaki dan untuk menghindari berbagai kesalahpahaman yang dimaksud dalam penelitian ini, maka perlu kiranya penulis jelaskan kata-kata yang terdapat dalam judul “Kekhusyu’an Shalat Pada Pengikut Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah (Studi Kasus di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang)”, antara lain:
5
1. Kekhusyu’an Kata kekhusyu’an berasal dari kata khusyu’ mendapat prefiks ke-an yang berarti memusatkan. Sedangkan khusyu’ secara bahasa berasal dari kata khasya’a-yakhsya’u-khusuuu’an, atau ikhtasya’a dan takhasysya’a yang artinya tunduk, takluk, menyerah.9 Arti khusyu’ itu lebih dekat dengan khudlu’ yang berarti ketundukan, kekhidmatan.10 Sedangkan menurut istilah syara’ khusyu’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ di hati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh lainnya. Adapun yang dimaksud kekhusyu’an dalam penelitian ini, penulis mengkhususkan khusyu’nya pengikut Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dalam mengerjakan shalat. 2. Shalat Shalat secara bahasa berarti berdoa.11 Ia disebut doa, karena sebagian pelaksanaan shalat adalah doa.12 Dengan kata lain, shalat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan. Dinamakan shalat karena ia merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengagungkan Allah SWT dan mencucikan-Nya.13 Adapun pengertian shalat menurut syara’ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan yang dimaksud di sini adalah bacaanbacaan al-Qur'an, takbir, tasbih dan doa. Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.14
9 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: PP. AlMunawir, 1984), hlm. 366. 10 Ibid. 11 Ibid., hlm. 84. 12 Misa Abdu, op. cit., hlm. 16. 13 Ibid., hlm. 17. 14 Ibid.
6
Sedangkan menurut Syahminan Zaini shalat adalah ibadah pokok untuk mengingat Allah dan berdialog dengan-Nya secara khusyu’ guna membentuk jiwa manusia yang anti kejahatan atau senang kebaikan yang dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu dengan beberapa perbuatan dan beberapa perkataan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.15 3. Thariqah Thariqah berasal dari kata serapan dari bahasa Arab yaitu aththariqah yang artinya perjalanan, metode.16 Sedangkan menurut istilah thariqah adalah jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-menyambung dan rantai-berantai.17 4. Studi Studi adalah "penelitian ilmiah, kajian telaahan".18Secara istilah berarti penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang perhubungan-perhubungan sebab akibat, yakni meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor yang lain.19 5. Desa Babadan Limpung, merupakan desa yang menjadi obyek penelitian penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
D. Rumusan Masalah Adapun permasalahannya dapat penulis formulasikan sebagai berikut: 1. Apa dan bagaimana konsep shalat khusyu’ itu?
15
Syahminan Zaini, Sudah Benarkah Shalatku?, (Jakarta: Samudra Ilmu, 2005), hlm. 16. Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir…op. cit., hlm. 910. 17 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhani, 1996), hlm. 67. 18 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), hlm. 965. 19 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), hlm. 30. 16
7
2. Bagaimana
kekhusyu’an
shalat
pengikut
Thariqah
Qadiryah
Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui konsep shalat khusyu’. 2. Mengetahui
kekhusyu’an
shalat
pengikut
Thariqah
Qadiryah
Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. F. Telaah Pustaka Buku karya Abu Sangkan, “Pelatihan Shalat Khusyu’; Shalat Sebagai Meditasi Tertinggi dalam Islam”. menjelaskan tentang hukum dan teori mengenai shalat khusyu’. Juga di dalamnya dijelaskan tentang langkahlangkah konkrit yang dapat mencapai shalat khusyu’. Buku karya Muhammad Shaleh Al-Munjid, “Shalat Yang Khusyuk dan Langkah-langkah Mencapainya, menjelaskan beberapa upaya untuk mengundang dan menguatkan kekhusyu’an dalam shalat, juga di dalamnya dijelaskan tentang segala penghalang dan pengganggu yang memalingkan dan mengeruhkan rasa khusyu’. Buku karya Misa Abdu, “Al-Khusyu’ fish Shalah wa Asraruhu”, Jujuk Najibah Ardianingsih (terj.) menjelaskan tentang niat dan pengertiannya, baik secara bahasa maupun istilah syara’, serta peranan niat dalam ibadah, juga di dalamnya dijelaskan tentang definisi khusyu’ baik secara bahasa maupun istilah syara’ serta menjelaskan dasar-dasar khusyu’ dan pengaruhnya dalam jiwa manusia, pentingnya khusyu’ dalam shalat serta-serta faktor-faktor yang dapat mengantarkan kekhusyu’an shalat, serta dijelaskan mengenai bagaimana merenungkan makna-makna bacaan dan rahasia-rahasia gerakan shalat. Buku karya Abdullah Gymnastiar, “Shalat Best of the Best”, menjelaskan tentang kedudukan shalat, kunci sukses shalat khusyu’, serta dijelaskan mengenai persiapa-persiapan dalam rangka mencapai kekhusyu’an dalam shalat.
8
Buku karya Sri Mulyati, et. Al., “Mengenal dan Memahami Tarekatareka Muktabarah di Indonesia”, menjelaskan tentang tarekat-tarekat yang berkembang di Indonesia, di dalamnya juga ada pembahasan panjang lebar mengenai Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah Sedangkan buku lainnya; karya Imam Musbikin, yang berjudul “Rahasia Shalat Bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis”, cet. 11, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004. Buku karya Sentot Haryanto, yang berjudul “Psikologi Shalat: Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005. Setelah penulis teliti dan telusuri ternyata belum ada karya ilmiah yang secara eksplisit sama membahas tentang kekhusyu’an shalat pada pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Oleh karena itu penulis tertarik dan bermaksud meneliti hal tersebut. G. Metodologi Penelitian 1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama, sedangkan sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan secara langsung dalam penelitian.20 Adapun populasi yang dilibatkan secara langsung dalam penelitian ini adalah pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang yang berjumlah 120 orang. Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakilinya.
Dalam
pengambilan
sampel,
Suharsimi
Arikunto
memberikan pedoman bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 20% atau 20% - 25% atau lebih.21
20
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133. 21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 107.
9
Sehubungan dengan itu, maka penulis menetapkan sampel sebanyak 50 % dari jumlah pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Sehingga dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel dengan jumlah 60 orang (responden). Adapun dalam penentuan sampelnya menggunakan teknik random sampling, sehingga semua individu dalam populasi penelitian diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota dalam sampel penelitian.22 2. Sumber Data Adapun sebagai sumber datanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber yang memberikan data langsung dalam penelitian ini. Adapun yang dimaksud sebagai sumber data primer adalah seluruh pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang sekaligus sebagai populasi atau obyek penelitian ini. Untuk menunjang kevalidan penelitian ini, penulis mengumpulkan informasi dari orang-orang yang berkaitan langsung dengan pengikut thariqah tersebut. Informasi juga bisa digali dari Kepala Desa / Pemuka Agama / Pemimpin Jam’iyyah Thariqah tersebut dan tokoh masyarakat yang berpengalaman yang kesemuanya dijadikan sebagai sumber data primer. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang dalam penelitian ini. Adapun sebagai data penunjang penulis mengambil dari
buku-buku
yang
berhubungan
dengan
penelitian
ini,
mengumpulkan dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. 22
Mohamad Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur Dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 61.
10
3. Metode pengumpulan data Adapun metode pengumpulan datanya melalui cara sebagai berikut: a. Observasi Observasi yaitu pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.23 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang kekhusyu’an shalat pada pengikut Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang b. Dokumentasi Dokumentasi dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data dengan melihat dan mencatat dokumen-dokumen baik yang tertulis maupun tidak serta sumber data arsip lainnya.24 Di sini penulis mengumpulkan foto-foto sebagai sumber yang sekiranya berhubungan dengan penulisan karya ilmiah ini. c. Angket Angket atau kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.25 Metode ini digunakan untuk mengetahui kekhusyu’an shalat pada pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. d. Wawancara (Interview) Interview disebut juga metode wawancara, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.26 Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek (responden).27 Metode ini digunakan untuk mengetahui kekhusyu’an shalat pada
23
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 10. Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: PT. Andi Offset, 1993), hlm. 136. 25 S. Margono, Metodologi …op.cit.,hlm. 167. 26 Ibid. 27 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, (Surabaya: SIC, 1996), hlm. 67. 24
11
pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. 4.
Analisis data Menganalisis data-data yang diperoleh dari kepustakaan atau hasil dari penelitian lapangan, penulis menggunakan metode analisis data sebagai berikut: a. Metode Kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.28 Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memahami sesuatu yang bersifat realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri, dalam hal ini terhadap jam’iyyah thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah tersebut. b. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.29 Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memahami data hasil angket yang bersifat statistik, sehingga diketahui hitungan data angket yang merupakan manifestasi keadaan yang sebenarnya di lapangan, yakni tentang shalat khusyu’ pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan pada akhirnya dapat dibuat prosentase dari masing-masing variabel yang ada. Metode kuantitatif di sini bukan berarti penulis menggunakan salah satu rumus statistik formal untuk menganalisa data yang ada, melainkan penulis hanya menghitung data hasil angket dengan skor yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian membuat prosentase, 28
Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitas dan Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3. 29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. 1, hlm. 8.
12
sehingga diketahui berapa jumlah responden yang termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik dan berapa jumlah responden yang termasuk kategori kurang baik dalam hal shalat khusyu’. c. Analisis Deskriptif Merupakan metode penulisan dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian. Metode ini dipakai dalam pengertian umum segi teknik untuk mendeskripsikan yaitu menguraikan dan menjelaskan tentang kekhusyu’an shalat pengikut thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan kongkrit tentang penelitian ini, penulis akan membagi ke dalam tiga bagian, yaitu: a. Bagian Muka (Preliminaris) Pada bagian muka memuat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi. b. Bagian Isi Adapun yang termuat dalam bagian isi ini adalah Bab I sampai Bab V. Adapun lima bab itu sebagaimana berikut: Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini penulis kemukakan mengenai: Latar Belakang Masalah; menjelaskan latar belakang yang menjadikan penulis menulis karya ilmiah ini, Alasan Pemilihan Judul; menjelaskan berbagai alasan penulis melakukan penelitian ini, Penegasan Istilah; menjelaskan berbagai istilah / kata kunci dalam judul dengan harapan tidak ada kesalahpahaman persepsi, Rumusan Masalah; menjelaskan berbagai hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, Tujuan Penelitian; mencakup berbagai tujuan diadakannya penelitian ini, Metode Penelitian; menjelaskan berbagai metode yang digunakan dalam penelitian ini, dan Sistematika Penulisan Skripsi; hal ini dilakukan penulis dengan harapan memudahkan pembaca
13
dalam memahami alur skripsi ini, sehingga pembahasan permasalahan dapat dilakukan secara sistematik sebagai gambaran dan sistematika pemikiran penulis. Bab kedua, merupakan landasan teori mengenai khusyu’ dalam shalat dan teori mengenai thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah. Dalam bab ini, berisi dua pembahasan yakni; 1) khusyu’ dalam shalat, yang pembahasannya meliputi; pengertian shalat dan khusyu’; menjelaskan pengertian dan definisi tentang shalat khusyu’, pengaruh shalat khusyu’ dalam jiwa manusia; menjelaskan berbagai ekses / pengaruh dari shalat khusyu’
itu
sendiri
terhadap
jiwa
manusia,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kekhusyu’an shalat; menjelaskan berbagai macam faktor yang mempengaruhi kekhusyu’an orang dalam mengerjakan shalat. Pada sub bab akhir juga dibahas mengenai berbagai macam upaya guna menguatkan kekhusyu’an dalam shalat. Hal ini penulis cantumkan mengingat
urgennya
masalah
tersebut.
2)
Thariqah
Qadiriyyah
Naqsabandiyah, yang pembahasannya meliputi; pengertian, tujuan, sejarah ajaran dan manfaat thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah. Hal ini penulis lakukan dengan harapan mendapat gambaran secara komprehensif mengenai thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah. Bab ketiga, bab ini berisi tentang Desa Babadan yang meliputi keadaan geografis desa Babadan, keadaan demografis desa babadan, keadaan sosial, ekonomi, budaya. Hal ini penulis lakukan dengan harapan mendapat gambaran secara komprehensif mengenai Desa Babadan. Di samping itu juga penulis paparkan mengenai thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah di Desa tersebut. Bab keempat, bab ini merupakan analisis penulis terhadap masalah khusyu’nya shalat pengikut thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, yang pembahasannya meliputi; faktor-faktor yang mempengaruhi shalat khusyu’ bagi pengikut thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang; dalam hal ini juga penulis menganalisis
14
bagaimana sebenarnya kondisi riil khusyu’nya pengikut thariqah tersebut. Di samping itu dalam bab ini penulis juga menganalisis dampak dari shalat khusyu’ bagi pengikut thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyah di Desa Babadan Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Bab kelima, merupakan akhir dari keseluruhan proses penelitian ini yang berisi penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dari babbab sebelumnya, kemudian penulis menulis saran-saran sebagai catatan penulis dalam rangka memberi masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya bagi pembaca yang budiman, dan sebagai kata akhir adalah kata penutup dari penulis. c. Bagian Akhir, terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis.