BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nganjuk merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terletak di dataran rendah.Daerah ini masuk kawasan agraris,kehidupan
masyarakatnya
sebagian
besar
bertani.
Tanahnya subur, sehingga cocok untuk pertanian. Daerah ini memiliki sejarah kesenian yang muncul dari filosofi kesuburan. Satu diantaranya adalah tari Tayub, tarian yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan diiringi gamelan dan tembang. Tayub merupakan kesenian yang tidak asing bagi masyarakat Jawa. Kesenian
ini
hidup
dan
tertanam
kuat
dalam
kehidupan
masyarakat Nganjuk.Karena ketika memahami makna Tayub sebagai sebuah tari dari suatu daerah ini berkaitan dengan aspek komunikatif tarian itu sendiri yang digunakan sebagai media ekspresi.1 Tari Tayub ini dipercaya banyak digemari karena mempunyai
nilai
keindahan,
sakral,
luhur,
dan
mulia,
mencerminkan pribadi dan media ekspresi dari masyarakatnya sebagai sarana ritual. Pertunjukan
Tayub
atau
tayuban
biasanya
banyak
diselenggarakan untuk kepentingan pernikahan dan pertanian.
Anya Peterson Royce. 1980. The Antrhopology of Dance. Blomington & London: Indiana University Press. 192. 1
1
2
Kata Tayub sendiri sering dikaitkan dengan kata nayub yang memiliki arti tari atau menari.2 Lebih jelasnya yaitu bergerak menari yang dibuat seindah-indahnya, teratur, tertata, rapi sehingga peserta menjadi guyub, rukun dan satu jiwa. Hal itu dimaksudkan agar perasaan untuk menikmati keindahan benarbenar dirasakan, agar tampak kompak, bersatu, manunggal dalam kebersamaan. Pada
acara
pernikahan,
Tayub
diselenggarakan
mempelai pria dipertemukan dengan mempelai wanita.
saat
Di sela-
sela acara ini, penari Tayub yang disebut teledhèk sambil menyanyi mempersilakan mempelai pria untuk ngibing atau menari bersamanya. Adegan tarian ini yang sering dibumbui gerakan seperti berciuman, merupakan perlambang hubungan antara kekuatan pria dan wanita, yang dalam perkawinan dipercaya akan menghadirkan kekuatan magis simpatetis, yang diharapkan mampu merangsang pembuahan atau keturunan.3 Fungsi ritual Tayub yang berkaitan dengan pertanian diselenggarakan
apabila
diselenggarakan
oleh
panen
seluruh
telah
usai.
masyarakat
Upacara
pedesaan,
ini dan
tempatnya biasanya di pendapa atau balai pertemuan kepala desa. Namun,
ada
pula
yang
diselenggarakan
di
pinggir
sawah.
Sri Rochana Widyastutieningrum. 2007. Tayub di Blora Jawa Tengah. Surakarta: ISI Press Surakarta, 95. 3R.M. Soedarsono. 2010. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 201 2
3
Pengibing pertama yang mendapatkan penghormatan adalah kepala desa. Setelah itu, barulah dimulai Tayub untuk hiburan pribadi. Pertunjukan ini selain sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang berhasil, juga diharapkan agar musim tanam berikutnya bisa berhasil dengan baik. Di Kabupaten Nganjuk penari Tayub disebut klèdhèk. Klèdhèkadalah seniwati dari Kabupaten Nganjuk yang bertugas menari dan menyanyi saat penyelenggaraan pentas seni beksa langen tayub. Masyarakat Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Kebumen menyebut klèdhèk.dengan istilah ronggèng. Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo menyebutnya lènggèr. Untuk wilayah Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo mengenal dengan sebutan lèdhèk. Nama tandhak populer di wilayah Jombang, Mojokerto, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo dan Malang. Klèdhèk mempunyai sinonim dengan lèdhèk, ronggèng, lènggèr, dan tandhak. Di Kabupaten Nganjuk pelaku seni Tayub yaitu kledhèk mempunyai ritual turun temurun yang harus dilaksanakan. Tidak mudah untuk menjadi seorang klèdhèk profesional4 Ia harus
Profesional dalam aktivitas waranggana merupakan pembuktian telah diselesaikannya masa menuntut ilmu (nyantrik). Keberhasilan menyelesaikan syarat dan ketentuan sebagai Waranggana ini diwujudkan dengan penguasaan minimal 10 gendhing dan bentuk tari. Pemberian kartu izin pentas dari 4
4
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang disebut tirakat.Sampai disahkan pada ritual gembyangan waranggana sebagai klèdhèk dengan mendapat gelar kehormatan waranggana, ia baru bisa menjalankan
kegiatannya
secara
profesional.
Gembyangan
waranggana merupakan salah satu upacara adat yang ada di Kabupaten
Nganjuk.
Gembyangan
waranggana
dilaksanakan
bersamaan dengan acara bersih desa pada hari Jumat Pahing bulan Besar (kalender Jawa) di pundhen Mbah ageng.5 Melalui ritual ini aura dan pesona klèdhèk sering membuat pengibing yang kebanyakan para lelaki dalam kondisi mabuk langsungjatuh hati dan tidak segan menggodanya. Tidak jarang kasus perkelahian karena merebutkan seorang klèdhèk mewarnai pertunjukan ini. Sekitar tahun 1990 Program Pembinaan Tayub mulai diperkenalkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk. Pada tahun 2006 Dinas kebudayaan dan pariwisata meresmikan nama Padang Bulan sebagai program pembinaan pentas. Menghargai upaya pemerintahan sebelumnya yang aktif memberikan pembinaan kesenian Tayub. Pembinaan Tayub Padang Bulan yang dilaksanakan 6 kali dalam satu tahun digunakan sebagai sarana memperbaiki dan melestarikan seni Tayub supaya tetap mendapatkan ruang di hati masyarakat pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk menjadikan aktivitas mereka dikatakan profesional. 5Anik Juwariyah. 2014. Dialektika Konstruksi Langen Tayub Nganjuk dalam Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat. Surabaya: Jaudar Press. 35.
5
umum. Pada awalnya Tayub Padang Bulan dilakukan setiap malam bulan purnama di sebuah desa bernama Ngrajek. Karena waktu dan tempat telah ditentukan, Tayub Padang Bulan lebih dikenal sebagai seni pertunjukan Tayub yang telah dikemas sebagai seni pariwisata yang dilaksanakan pada malam bulan purnama. Itulah sebabnya kesenian Tayub ini lebih terkenal dengan sebutan Tayub Padang Bulan. Tayub Padang Bulan mempunyai beberapa aturan. Misalnya pemegang sampur maksimal menari 4 gending hingga selesai gong. Pengibing yang memberikan saweran pada permintaan gending tidak bisa disénggak atau diambil alih penyawer yang lain meskipun jumlah sawerannya lebih tinggi. Kewajiban pengrawit memainkan génding sampai selesai gong baru bisa dilanjutkan permintaan selanjutnya dan masih banyak aturan lainnya.6 Tidak ada perubahan dalam bentuk sajian seni pertunjukan Tayub Padang Bulan. Penyelenggaraan dimaksudkan untuk perbaikan teknis tata kelola aturan untuk menghindari kerusuhan dan memperbaiki citra klèdhèk. Sejauh ini perkembangan kesenian tayub di Kabupaten Nganjuk menunjukkan peningkatan kuantitas yang cukup baik. Tayub Padang Bulan kini sudah mempengaruhi seluruh kesenian
Wawancara dengan Winarto narasumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk, Kepala Bagian Pembinaan, Pengembangan dan Pelestarian Budaya pada 12 Mei 2016. 6
6
Tayub di Kabupaten Nganjuk. Di kegiatan bersih desa selalu diadakan pergelaran wayang kulit dan Tayub semalam suntuk. Acara-acara bersih desa seperti nyadran masih kerap dilakukan di desa-desa
yang
ada
di
Kabupaten
Nganjuk.
Kegiatan
itu
memberikan wadah penikmat maupun pelaku kesenian Tayub untuk tetap mengapresiasi dan melestarikannya. Kondisi sosial dan budaya yang berkembang dengan baik khususnya terhadap kesenian Tayub itu sangat mendorong keinginan penulis melakukan penelitian mengenai konstruksi tata kelola yang dilakukan oleh pemerintah setempat sehingga mampu menjadikan kesenian Tayub berkembang ke arah yang cenderung positif. Selain itu penelitian yang secara khusus mengkaji tata kelola kesenian Tayub Padang Bulan masih belum ada, sehingga keinginan penulis untuk melakukan penelitian tentang hal ini sangat dimungkinkan. Berdasarkan uraian latar belakang dan penjelasan yang sudah dijabarkan, maka judul yang dikemukakan adalah “Tata Kelola Program Tayub Padang Bulan Oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2006 Sampai 2016”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas masalah ini berfokus pada penelitian Konstruksi Tata Kelola Tayub Padang Bulan Oleh
7
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk. Adapun rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana
bentuk
dan
latar
belakang
awal
program
pembinaan pentas Tayub Padang Bulan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk? 2. Bagaimana penerapan tata kelola program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk? 3. Apa hasil yang diperoleh oleh masing-masing pihak dengan adanya Program Pembinaan Tayub Padang Bulan ditinjau dari aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi?
C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Tujuan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan
penelitian
tambahanpengetahuan
secara apresiasi
umum tentang
adalah tata
memberikan kelola
seni
pertunjukan Tayub Padang Bulan di Kabupaten Nganjuk. 2. Tujuan Khusus a. Memberikan sudut pandang baru untuk masyarakat umum tentang seni pertunjukan Tayub Padang Bulan di Kabupaten Nganjuk.
8
b. Menciptakan informasi baru melalui penelitian ini agar dapat memunculkan pengetahuan baru tentang konstruksi tata kelola Tayub Padang Bulan yang ada di Kabupaten Nganjuk. c. Meningkatkan wawasan,pemahaman tentang tata kelola Tayub Padang Bulan untuk pelaku seni pertunjukan Tayub itu sendiri dan seniman lokal di Kabupaten Nganjuk. d. Memberikan pengalaman estetis kepada penulis khususnya dan pada masyarakat umum melalui penelitian ini. e. Meningkatkan minat untuk generasi lanjut yang diharapkan dapat minimal mempertahankan warisan budaya tradisi seperti seni pertunjukan Tayub di Kabupaten Nganjuk.
D. Tinjauan Pustaka Asal mula tari Tayub di Jawa, dapat dilacak lewat datadata arkeologi yang terdapat pada relief-relief candi Prambanan berciri Hindu maupun candi Borobudur berciri Budha dari abad ke VIII dan abad IX. Pada relief-relief candi tersebut terdapat peninggalan tentang tari-tarian yang dilakukan oleh makhlukmakhluk Khayangan seperti Gandarwa dan Hapsara.7 Tari-tarian tersebut pada umumnya masih bersifat keagamaan. Namun selain tarian yang bersifat keagamaan itu, ada juga yang digunakan 7R.M. Soedarsono. 1972. Jawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Traditionil di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University press. 41
9
sebagai hiburan. Tari-tarian yang bersifat keagamaan itu terdapat pada Candi Dieng Jawa Tengah (abad VIII). Pada plato Dieng tersebut terdapat patung penari wanita, yang biasa disebut dengan istilah ronggèng yang mempunyai tugas sebagai penghibur raja dan para bangsawan. Relief penari ronggèng itu juga terdapat pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan Jawa Tengah.8 Data tertulis mengenai tari tayub juga dapat diikuti dalam Serat Sastramiruda, karya K.P.A. Kusumadilaga yang ditulis pada tahun 1930 sebagai berikut. Mungguh kahanane teledhek babarang, nalika jaman ing Demak. Gamelane trebang, kendhang, yen lekasing gendhing dibukani swara. Mangkono mau mirit jaman Kabudan, kacarita jogeding widadari, tetabuhane swara ketawang. Dene tekan jaman keraton ing jenggala kacarita Prabu Suryawisesa, yen kondur ing kedhaton pinethuk ing prameswari, ana madyaning paringgitan padha ngigel, sarta kinurmatan ing gamelan Salendro. Dadi beksan tayuban mirit nalika jumenenge Prabu Suryawisesa. (Depdikbud 1981:178) Adanya pertunjukan tledek yang ngamen, pada zaman Demak. Iringannya trebang, kendhang. Permulaan gendhing diawali dengan tembang. Demikian itu seperti zaman Budha, menceritakan bidadari menari yang diiringi gendhing ketawang. Pada zaman keraton di Jenggala Prabu Suryawisesa, bilmana raja kembali ke istana disambut prameswari (Istrinya), di tengah peringgitan semua menari, dan dihormati dengan gamelan slendro. Jadi tari tayuban sudah ada sejak pemerintahan Prabu Suryawisesa.9 8 Soetarno. 2002 “Tari Tayub Dalam Ritual Bersih Desa” dalam Greged Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Tari, Vol. 1, No. 1, hal. 08. Surakarta: Jurusan Tari STSI Surakarta. 9Seperti dikutip oleh Soetarno. 2002 “Tari Tayub Dalam Ritual Bersih Desa” dalam Greged Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Tari, Vol. 1, No. 1, hal. 08. Surakarta: Jurusan Tari STSI Surakarta.
10
Keberadaan tari talèdhèk atau tlèdhèk berkaitan erat dengan tari Tayub, karena tari talèdhèk merupakan bagian atau perkembangan dari tari Tayub. Istilah talèdhèk juga digunakan untuk menyebut penari Tayub, penari talèdhèk dan penari gambyong. Tari gambyong merupakan perkembangan bentuk tari talèdhèk. Dari pernyataan ini tampak keterkaitan antara tari gambyong dengan tari talèdhèk atau tari tayub. Gambyong dapat juga berarti tarian tunggal yang dilakukan oleh wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk permulaan penampilan tari atau pesta tari, sedangkan gambyongan memiliki arti golèkan (boneka yang terbuat dari kayu) yang menggambarkan wanita menari di dalam pertunjukan wayang kulit sebagai penutup. Berdasarkan beberapa uraian singkat mengenai asal-usul seni pertunjukan tayub, penulis sangat antusias meneliti tentang proses mempertahankan dan mengelola kesenian Tayub dengan aturantertentu dan tetap melibatkan klèdhèk. Klèdhèk dinyatakan juga oleh Geerts, sebagai perempuan penari dan penyanyi jalanan, yang bermain baik disewa maupun berjalan dari pintu ke pintu sepanjang jalan kota, pasar, bahkan di desa-desa.10 Widyastutieningrum menyatakan dalam bukunya yang berjudul Sejarah Tari Gambyong, pada zaman Susuhunan Paku Buwana X (1893-1939) bahwa sering ditampilkan tayuban di ClifordGeertz. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. 397. 10
11
pesanggrahan-pesanggrahan, misalnya di Paras Boyolali. Sampai pada tahun 1960-an, masih dilihat pertunjukan tari tayub di Surakarta, tetapi sekarang ini telah jarang dilakukan. Di luar Surakarta tayuban berkembang sangat pesat. Hal ini dapat diamati
di
daerah
Sragen,
Karanganyar,
Wonogiri,
Blora,
Grobogan, dan lain-lain.11 Perkembangan yang cukup pesat ini dipengaruhi oleh seni pertunjukan pinggiran atau pedesaan yang digemari banyak kalangan masyarakat. Ada beberapa bentuk pertunjukan pedesaan yang tak terpengaruh oleh tiadanya perhatian dari pemerintah. Bentuk tari yang tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas adalah tari yang mampu menghibur di mana saja dan kapan saja. Singkatnya, selama di jagat ini masih ada laki-laki, pertunjukan hiburan pribadi tak bakal mati. Pertunjukan ini di Jawa Tengah dan Jawa Timurlebih dikenal dengan nama tayub atau tayuban.12 Tayub yang berkembang dan dipentaskan di masyarakat pedesaan, masyarakat
dalam yang
Masyarakat
yang
kenyataannya kondisi kondisi
bukan
hanya
perekonomiannya
digelar
tergolong
perekonomiannya
biasa
oleh kaya. juga
menyelengarakannya. Hal ini menunjukkan bahwa tayub digelar bukan
hanya
untuk
kebutuhan
praktis,
melainkan
untuk
Sri RochanaWidyastutieningrum. 2004. Sejarah Tari Gambyong. Surakarta: Citra Etnika Surakarta. 31. 12 Soedarsono. 2010. 200. 11
12
kebutuhan fungsional lainnya, dan hal itu dilatarbelakangi oleh struktur dan institusi sosial.13 Menurut Juwariyah, wilayah Kabupaten Nganjuk mayoritas penduduknya bercocok tanam dan berada di wilayah pedesaan. Hal ini mengakibatkan pola pikir dan pola hidup masyarakat agraris masih mewarnai kehidupan sehari-hari mereka. Secara geografis, Nganjuk merupakan dataran tanah yang subur dan kondisi lingkungan masyarakat yang sebagian besar hidup dari tanah pertanian. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang ada di Kabupaten Nganjuk. Mayoritas penduduknya jarang melakukan aktivitas yang biasa dilakukan masyarakat petani. Meskipun demikian, masih ada yang percaya pada hal-hal yang bersifat tradisi, seperti: bersih desa. Hal ini terjadi karena lokasi wilayah yang termasuk dalam kabupaten kota, ada yang berdekatan dengan wilayah pedesaan, sehingga adat istiadat yang mereka lakukan hampir sama. Penduduk di pedesaan meskipun mereka para petani, tetapi
tampaknya
jika
dilihat
secara
rata-rata
kondisi
perekonomian masyarakat desa termasuk menengah ke atas untuk ukuran wilayah desa. Kondisi rumah atau tempat tinggal rata-rata sudah memenuhi syarat untuk ukuran rumah sehat, meskipun kondisi bangunan rumah tidak semua batu bata, Soedarsono. 2010. 201.
13
13
karena ada yang rumahnya dari bambu atau gédhèg (dinding bambu yang dianyam), kayu, ada pula yang separuh batu bata dan bambu. Berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan di Kabupaten Nganjuk. Mata pencaharian mereka lebih beragam. Sebagai pedagang, pegawai negeri di berbagai instansi, guru, dan lain-lain. Pola pikir dan tindak mereka menjadi lebih rasional. Aktivitas masyarakatnya lebih diarahkan untuk kepentingan dirinya.
Sifat
indvidualistis
juga
terkadang
muncul
dalam
kehidupan mereka. Dibidang pendidikan, sebagian besar masyarakat pedesaan rata-rata lulusan SMP dan SMA, dan kelompok orang tua sebagian lulusan SD. Pada kondisi sekarang ini masyarakat desa sudah memikirkan masa depan kelanjutan anak-anaknya. Kondisi anak usia sekolah disetiap keluarga sudah mendapat perhatian dari orang tua. Banyak orang tua di desa menyekolahkan anak-anak mereka, baik TK, SD, SMP dan SMA. Di perkotaan masyarakat sebagian besar lulusan SMA dan perguruan tinggi.14 Bentuk
pola
pikir
yang
sudah
cukup
maju
karena
pengaruh pendidikan yang lebih tinggi ini merupakan faktor cukup kuat yang dapat mempengaruhi perkembangan seni pertunjukan langen tayub pada generasi selanjutnya di Kabupaten Nganjuk. Potensi kesenian yang ada di Kabupaten Nganjuk cukup AnikJuwariyah. 2014. 23-25.
14
14
bervariatif, antara lain: ketoprak, wayang purwa, ludruk, wayang wong, langen tayub, hadrah, jaran kepang, dan lain-lain. Namun hanya ada tiga yang menjadi unggulan, yaitu jaran kepang, langen tayub, dan wayang purwa. Ketiga kesenian ini masih banyak diselenggarakan di wilayah pedesaan. Selain wayang purwa sulit sekali ditemukan kesenian jaran kepang dan langen tayub di daerah
perkotaan.
Wayang
purwa
juga
sangat
jarang
diselenggarakan di wilayah perkotaan. Ketiga kesenian unggulan kabupaten Nganjuk sangat digemari masyarakat di wilayah pedesaan. Terutama tayub untuk kalangan
orang
tua
yang
masih
mempercayai
mitos
dewi
kesuburan. Pertunjukan langen tayub memiliki fungsi ritual biasanya berkaitan dengan kesuburan tanaman padi. Hal ini dikarenakan masyarakat pedesaan sebagian besar adalah petani. Masyarakat pedesaan juga masih percaya bahwa nanggap klèdhèk berarti rejekinya mbanyu mili, mengalir deras. Sawab dan sawanklèdhèk berpengaruh pada doa serta permintaan petani. Petani
merasakan
harapannya
terkabul
jika
klèdhèkmau
mendoakan. Doa kledhekdipercaya akan selalu dipenuhi Tuhan. Doa
Klèdhèk
terbukti
manjur,
seolah-olah
klèdhèk
adalah
perantara atau penghubung antara Tuhan dengan petani. Ilmu dan laku (pengalaman) klèdhèkmempermudah komunikasi dengan sing gawè urip (sang pencipta).
15
Petani yang nanggap Tayub percaya akan makmur. Panen berlimpah ruah, jauh dari hama. Padi, palawija, pala pendhem, pala gumandhul, pala kesimpar, karang kitri memberi penghasilan. Sayur dan buah membuat kekayaan bertambah. Tanah, air, udara dan api cocok dengan suara gamelan. Di waktu malam mereka berdoa bersama suara klèdhèk yang mengalun merdu. Wujud syukur ini dilakukan para petani melalui pertunjukan Tayub yang diselenggarakan setelah panen raya, dengan menikmati Tayub petani menyampaikan rasa syukurnya.15 Ritual
tari
Tayub
juga
sering
digunakan
pada
saat
seseorang mempunyai hajat perkawinan. Bagi masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mempunyai hajat mengawinkan anak putrinya, masih ada yang menyelenggarakan ritual Tayub. Pria yang bertindak sebagai pengibing pertama kali ialah mempelai pria. Mempelai pria itu harus menari bersama klèdhèk, walaupun ia tidak dapat menari. Biasanya mempelai pria pada waktu menari itu ada dua orang pendampingnya yang berada di belakang penari klèdhèk yang disebut penglarih. Temanten pria menari berhadaphadapan dengan klèdhèk. Orang yang menari berpasangan lawan jenisnya dan berhadap-hadapan itu melambangkan hubungan sakral antara pria dan wanita dan diharapkan melakukan magi
Wawancara dengan Saidjo pelatihwaranggana Padepokan Langen Tayub Anjuk Ladang Dusun Sambirejo Desa Ngrajek Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk pada 23 Desember 2015 15
16
simpatetis, yang selanjutnya dalam waktu tidak terlalu lama akan melahirkan
jabang
bayi
seperti
yang
diharapkan
kedua
mempelai.16 Terlepas dari fungsi ritual Tayub muncul dampak negatif yang berkembang di masyarakat. Widyastutieningrum menyatakan upacara hubungan laki-laki dan klèdhèk juga sering disebut bedhah bumi yang secara harafiah berarti “membelah bumi”. Istilah bedhah bumi tampaknya melambangkan “membelah rahim wanita”
yang
mempunyai
kekuatan
magi
simpatetis
akan
mempengaruhi kesuburan. Upacara bedhah bumi juga dilakukan pada saat panen padi, yang dilakukan antara penari klèdhèk dengan
tetua
desa
sebagai
pengibing
pertama.
Hal
ini
melambangkan hubungan antara pria dan wanita dengan tanah yang “dibelah” untuk ditanami benih padi yang diharapkan akan tumbuh dengan subur. Upacara bedhah bumi juga dapat diartikan lagi sebagai hubungan badani antara penari Tayub dengan seseorang yang berhasil mendapatkannya. Hal ini juga sering dikaitkan dengan upacara bukak kelambu, yaitu suatu upacara melakukan hubungan badani dengan laki-laki untuk pertama kali bagi calon kledek yang akan menjadi penari Tayub. Penari akan
Soetarno. 2002. 14-15.
16
17
dianggap sah menjadi penari Tayub, jika telah melaksanakan upacara bukak kelambu.17 Pertunjukan klèdhèk sebagai hiburan kaum pria senantiasa melibatkan dan mempengaruhi banyak pria, bahkan dianggap menggoda kaum pria. Oleh karena itu gadis-gadis penari klèdhèk sering kali dikaitkan atau dianggap sebagai pelacur, bahkan pada umumnya penari klèdhèk adalah wanita-wanita tuna susila. Mereka menyanyikan lagu-lagu dengan lirik yang bersifat erotik, dan menari-nari dengan gerak-gerak mengundang perhatian para pria.18 Gerak-gerak klèdhèk yang menonjolkan seksualitas itu, mengakibatkan citra penari kledhek di tengah masyarakat sebagai wanita berstatus rendah dan sering merusak rumah tangga warga masyarakat dikarenakan pengibing yang telah berumah tangga tergila-gila
dengan
penari
klèdhèk.19
Sebagai
individu
yang
bermasyarakat vonis sosial sangat berimbas dalam diri pelaku seni seperti sinden dan penari seperti dalam bahasan ini yaitu kledhek.20 Pada masa itu muncul hal-hal kontradiktif. Di satu sisi, bentuk seni pertunjukan tradisional ini menjadi tumpuan harapan
Widyastutieningrum. 2004. 27-26. Widyastutieningrum. 2004. 23. 19 Soetarno. 2002. 21. 20Endang Caturwati. 2011. Sindẽn – Penari Di Atas dan Di Luar Panggung. Bandung: Pustaka Pelajar. 435 17
18
18
sebagian
anggota
masyarakat.
Bagi
sebagian
masyarakat
pedesaan, seniman Tayub merupakan profesi yang menjijikkan. Menurut Juwariyah perkembangan Tayub sejak kelahirannya hingga sekarang telah mengalami sejumlah perubahan fungsi. Ketika keberadaan tayub dianggap sebagai bagian dari prosesi ritual, ia berfungsi sebagai media untuk memperoleh kesuburan. Pada saat keberadaan tayub berubah menjadi pertunjukan hiburan komersial, ia memuat sejumlah fungsi, baik sebagai simbol kewibawaan para bangsawan, alat propaganda politik maupun
sebagai
salah
satu
wahana
pembawa
pesan
pembangunan.21 Memberikan ruang pergaulan non formal dalam bentuk tari-tarian yang mampu mendekatkan masyarakat satu dengan lainnya merupakan fungsi kesenian Tayub saat ini. Melepaskan anggapan miring terhadap para praktisi kesenian ini sangat dimungkinkan, karena mempertahankan kesenian tradisi dapat dimulai dari mengubah pola pikir dan sudut pandang tentang semua hal negatif pada bentuk positif. Anggapan kesenian Tayub sebagai kesenian para pelacur berinteraksi dengan laki-laki hidung belang berubah fungsi sebagai kesenian tayub yang memberikan ruang non formal pada sebuah hubungan formal (misalkan para pejabat daerah yang kaku jadi lebih akrab). Para 21Anik
Juwariyah. 2014. 7-8.
19
penari pun juga tidak menari dengan laki-laki saja melainkan dengan perempuan juga. Kegiatan Tayub sekarang akan mudah dipahami
sebagai
kerukunan
kesenian
dibandingkan
menari citra
bersama
negatif
dalam
yang
satu
disandang
sebelumnya. Pemerintah daerah setempat yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk memberikan kartu izin pentas bagi waranggana profesional sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap kelangsungan hidup kesenian lokal dan para pelakunya.
22
Langkah pemerintah tidak berhenti disitu saja dalam usahanya melestarikan kesenian Tayub Padang Bulan. Pemerintah memulainya dari awal dan pengendalian penuh oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk. Pengendalian merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses manajemen dan sering dikaitkan dengan fungsi perencanaan. Pengendalian pada
prinsipnya
adalah
mekanisme
yang
berfungsi
untuk
menjamin atau memastikan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan.23 Dalam konteks ini pengendalian oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk memiliki
perencanaan
melestarikan
kesenian
Tayub
dengan
sebutan baru yaitu Tayub Padang Bulan. Maka dari itu penting Wawancara dengan Winarto narasumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk, subag Kebudayaan 23 Desember 2015 23 Achsan Permas, Dkk. 2003. Managemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: Penerbit PPM. 30. 22
20
kiranya
penelitian
ini
dimungkinkan
ada
untuk
mengupas
bagaimana bentuk dan latar belakang awal program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan dan, Apa dan bagaimana penerepan tata kelola serta hasil dari program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk.
E. Landasan Teori Ilmu manajemen di indonesia sebenarnya banyak berkaca pada teori dan teknik negara Barat. Manajemen terjadi di dalam organisasi apapun juga, dimana kerjasama antara dua orang atau lebih dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu.24 Terlebih manajemen atau tata kelola yang digagas oleh pemerintah untuk seni pertunjukan Tayub Padang Bulan Di Kabupaten Nganjuk menjadi penting apabila diulas secara mendalam. Bahkan menjadi menarik karena melibatkan beberapa kelompok kesenian yang dibina secara bersama dan bergiliran. Manullang berpendapat keberhasilan manajemen dalam proses dinamis dan khasnya yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
suatu
kemampuan
tujuan,
manager
sebagian sebagai
besar
tergantung
penanggung
jawab
pada atas
Soehardi Sigit. 1984. Sekilas Tentang Manajemen Ilmu dan Praktek. Yogyakarta:BPFE. 05. 24
21
terselenggaranya
aktivitas-aktivitas
manajemen.25
Sebagai
manager yang memimpin secara teknis haruslah paham dengan keadaan dan kebiasaan lingkungannya. Misalnya adat-istiadat dan budaya yang menjadi identitas suatu daerah akan mempengaruhi kelangsungan akivitas manajemen itu sendiri. Menurut sebuah penelitian salah satu cabang manajemen yang memiliki spesifikasi dan menaruh perhatian terhadap kegiatan seniman dan pekerja seni, khususnya bidang seni pertunjukan adalah manajemen seni pertunjukan. Manajemen seni pertunjukan merupakan salah satu dari sekian banyak permasalahan maupun
yang
pemerhati
sering seni
didiskusikan pertunjukan.26
oleh
para
seniman
Manajemen
seni
pertunjukan ini dimulai dari perencanaan strategi, manajemen proyek,
manajemen
pemasaran,
manajemen
keuangan,dan
pengawasan. Sistem tata kelola manajemen seni pertunjukan dalam penelitian ini merupakan rancangan khusus dari pemerintah daerah setempat, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk ini merupakan pengelola yang posisinya
25M.
Manullang. 2002. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta:Gadjah Mada University. 04 26 Gandung Djatmiko. 2012. Peran Kepemimpinan Sri SultanHamengkuBuwono XDalam Manajemen Seni PertunjukanDi Kraton Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 26.
22
seperti yang dikemukakan Stephen Langley dalam sudut pandang ekonomi
yaitu
sebagai
pihak
terhormat
yang
menolong
memberikan fasilitas dalam memproduksi hasil akhir sesuai yang diharapkan.27 Kesenian yang dikelola adalah seni pertunjukan Tayub jenis baru yang melibatkan beberapa komunitas dan pelaku seni lokal pertunjukan Tayub tradisi. Keberadaan Tayub Padang Bulan memberikan warna baru bagi komunitas seni Tayub di Kabupaten Nganjuk karena pakem-pakem yang diubah dan telah disepakati bersama. Tata Kelola seni pertunjukan Tayub Padang Bulan oleh pemerintah setempat seperti yang Lindsay katakan merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan, campur tangan dengan peraturan dan perizinan, menentukan aturan pergelaran, dan juga menjadi ujung tombak inovasi.28 Untuk itu manajemen akan membantu suatu proses pengelolaan seni pertunjukan agar dapat mencapai tujuannya secara efektif. 1. Manajemen Seni Pertunjukan a. Perencanaan strategi Perencanaan merupakan salah satu fungsi fundamental dari manajemen. Setiap pengelolaan apa saja yang menginginkan segala hal menjadi berkelanjutan atau mencapai tujuannya secara efektif memerlukan sebuah perencanaan.
Menurut Dadang
27Stephen Langley. 1974. Theatre Managment in America. New York: Drama Book Specialist Publshers. 25 28Mulyanto, Aton Rustandi dkk. 2006. 08.
23
Suganda
perencanaan
meliputi
tindakan:
memilih
dan
menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi
serta
diusulkan
dianggap
dan
merumuskan perlu
aktivitas-aktivitas
mencapai
hasil-hasil
yang yang
diinginkan.29 Oleh karena itu perencanaan sangat dibutuhkan agar kegiatan yang ingin dicapai dapat dilakukan secara teratur dengan memberikan gambaran jelas dan lengkap mengenai pekerjaan
dan
tujuannya.
Dengan
kata
lain
perencanaan
merupakan usaha memperkecil resiko yang akan dihadapi dimasa yang akan datang. Strategi menurut Drucker dalam Djamarah dan Zain, merupakan garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.30 Strategi dalam segala hal sangat penting, sebab digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu tujuan tidak akan mudah sekali dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan dan perbuatan
tidak
lepas
dari
strategi,
terlebih
dalam
target
komunikasi.
Dadang Suganda.2002.Manajemen Seni Pertunjukan. Bandung: STSI PRESS BANDUNG. 80. 30 Djamarah dan Zain. A. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 05. 29
24
b. Manajemen proyek Proyek seni pertunjukan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks, selain banyak resiko hal itu juga mengarah ke sesuatu yang tidak pasti. Adapun ciri-ciri umum sebuah proyek menurut Permas dkk, antara lain: 1) Maksud dan tujuan tertentu 2) Kegiatan tertentu 3) Sumber daya tertentu 4) Biaya tertentu 5) Waktu tertentu Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka persiapan dan perencaaan harus dilakukan. Selain itu perumusan maksud dan tujuan proyek juga penting karena diperlukan penjelasan mengapa proyek ini perlu ada, alasan utama mengadakan proyek, dan ide dasar munculnya proyek.31 Proyek seni pertunjukan sangat dibutuhkan kematangan yang cukup dalam persiapan, karena akan mempengaruhi kinerja tim untuk memanajemen mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. c. Manajemen pemasaran Pemasaran dalam majemen seni pertunjukan adalah suatu proses yang membantu sebuah kepentingan menukarkan sesuatu karya seni yang mempunyai nilai atau manfaat bagi publik Achsan Permas, Dkk. 2003. 65-67
31
25
penontonnya dengan sesuatu seperti nama, posisi, atau uang yang dibutuhkan penyelenggara seni pertunjukan tersebut. Sasaran pemasaran yaitu untuk memuaskan antara lain: publik penonton, masyarakat, pemerintah, pelaku seni, karyawan (panitia
teknis),
dan
pemegang
saham
(donatur/sponsor).32
Adapun manfaat pemasaran dalam manajemen seni pertunjukan ini dijelaskan: 1) Mengenali pasar. Bertujuan untuk memahami situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Tujuannya untuk mencari waktu yang tepat untuk memberikan pemasaran yang tepat guna. 2) Memiliki karya yang tepat. Karya yang diberikan merupakan karya yang harus disesuaikan sasaran pasar. Agar tidak terjadi kesenjangan pemahaman dari sudut pandang manapun. 3) Mencapai publik. Diharapkan apa yang direncanakan dengan sangat mudah dapat diterima sebagai informasi di masyarakat. 4) Mengembangkan
pesan
yang
memotivasi.
Pemasaran
ini
bermanfaat pula sebagai penyampaian pesan atau informasi yang bisa juga diselipkan motivasi misalnya semangat menjaga budaya lokal dengan melestarikan seni pertunjukan. 5) Menarik perhatian publik. Pemasaran merupakan sarana untuk menarik perhatian publik agar mempunyai minat terhadap hasil produksi seni pertunjukan yang akan diselenggarakan. Achsan Permas, Dkk. 2003.98-99
32
26
6) Menonjolkan kelebihan/keistimewaan. Dalam hal ini pemasaran mempunyai kewajiban mengenalkan keistimewaan yang ada dalam karya seni pertunjukan supaya publik benar-benar tertarik dan berminat ikut serta mengapresiasi.33 Secara umum pemasaran seperti halnya media publikasi ke masyarakat
untuk
kepentingan-kepentingan
menyebarluaskan
hasil yang sudah direncanakan sebelumnya dengan matang, untuk dinikmati dan diapresiasi. d. Manajemen keuangan Permas dkk, mengatakan manajemen keuangan berarti melaksanakan fungsi manajemen di bidang keuangan. Dengan demikian memanajemeni keuangan berarti mengelola keuangan sesuai dengan proses manajemen, yaitu proses perencanaan (planning),
proses
pengorganisasian
(organizing),
proses
pelaksanaan (actuating), dan proses pengendalian (controlling). 1) Proses perencanaan Membuat perencanaan di bidang keuangan disebut juga anggaran. Di dalam anggaran harus dibuat perencanaan kapan uang diterima, kapan uang keluar, berapa sisa usaha yang diinginkan, kapan investasi dilakukan, kapan berhutang, dan seterusnya. Dalam konsep manajemen keuangan, anggaran keuangan dapat
Achsan Permas, Dkk. 2003. 100
33
27
meliputi anggaran kas, anggaran biaya, anggaran investasi, dan anggaran pendapatan. 2) Proses pengorganisasian Setelah perencanaan keuangan disusun dengan baik, maka sangat diperlukan pengorganisasian dengan baik pula. Pada tahap ini perlu dipikirkan siapa saja yang bertanggung jawab terhadap setiap
tahap
atau
bagian
anggaran.
Pembagian
dan
pengelompokan anggaran perlu dibuat sesuai dengan jenis dan kelompok anggarannya. 3) Proses pelaksanaan Proses pelaksanaan atau pada tahap operasional perlu pula dipikirkan bagaimana mengkomunikasikan anggaran keuangan ke seluruh
bagian
yang
sudah
direncanakan
serta
bagaimana
melakukan koordinasi. Pada saat operasional, perlu diterapkan aturan-aturan beserta sanksi-sanksinya bagi yang melanggar aturan atau menyimpang dari anggaran. Untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang tegas dan teliti. Anggaran dibuat untuk dilaksanakan dan diusahakan tidak boleh ada penyimpangan. 4) Proses pengendalian Perlu dipikirkan, bagaimana jika terjadi penyimpangan? Kalau ada penyimpangan, maka pemimpin harus berani menegur dan memberi sanksi kepada anggota atau pengurus yang melakukan penyimpangan anggaran. Mungkin juga perlu dilakukan revisi
28
anggaran jika anggarannya tidak tepat atau koreksi seandainya realisasi keuangannya salah. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bagaimana mencegah munculnya penyimpangan dan bagaimana menanggulanginya kalau penyimpangan itu muncul.34 e. Pengawasan Hani Handoko dalam Suganda mendefinisikan pengawasan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen
membuat
tercapai.
Ini
kegiatan-kegiatan
berkenaan sesuai
dengan
dengan
cara-cara
apa
yang
direncanakan.35 Lebih lanjut dikemukakan oleh Robert J. Mockler masih dalam Suganda bahwa pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,
menentukan
dan
mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian
tujuan-tujuan
Achsan Permas, Dkk. 2003. 121-122 Suganda.2002.200 36Dadang Suganda.2002.201 34
35Dadang
perusahaan.36
Menurut
29
pengertian tersebut maka semakin jelas bahwa terjalin hubungan erat antara perencanaan dengan pengawasan.
Gambar 1.1 Hubungan pengawasan dengan fungsi manajemen lainnya (Dibuat oleh : Ulfa 2016)
Pengawasan mempunyai tujuan agar proses pelaksanaan dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpanganpenyimpangan agar tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan yang direncanakan.37 2. Kepemimpinan Menurut
Robbins
dalam
Suganda
kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok ke arah pencapaian tujuan. Greenberg dan Baron mengemukakan bahwa
kepemimpinan
adalah
proses
yang
digunakan
oleh
seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompok ke arah pencapaian tujuan-tujuan kelompok dan organisasi. Dengan
37Malayu S.P. Hasibuan. 1984. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: CV Haji Masagung. 222
30
demikian kepemimpian merupakan aktivitas berkelanjutan yang memberikan dampak pada perilaku orang lain dari komunikasi dan pengarahan, yang kemudian difokuskan pada upaya untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi/kelompok.38 a. Komunikasi Komunikasi adalah proses perpindahan informasi, gagasan, dan atau pengertian dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut dapat menginterpretasikannya sesuai dengan yang diharapkan. Seorang
pemimpin
harus
berkualitas
dalam
hal
komunikasi dengan anggota, hal itu dikarenakan agar dapat terjalin pemahaman yang kondusif di setiap situasi. Komunikasi dalam suatu proses dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan unit kerja yang berbeda dan bidang yang berbeda pula sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi. Konsep-konsep tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut. 1) Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti. 2) Sebagai sarana pengaliran informasi 3) Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi antar individuindividu39
38 39
Dadang Suganda.2002.189-190. Dadang Suganda.2002. 184.
31
Pada
saat
pemimpin/Manajer
dalam
memimpin
dan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, komunikasi menjadi sangat penting baginya. Komunikasi yang membuat seorang pemimpin memiliki waktu untuk mengenal anggotanya lebih dekat. Selain itu memudahkan seorang pemimpin mengarahkan para
anggotanya
melaksanakan
visi
misi
mencapai
tujuan
organisasi/kelompoknya. b. Pengarahan Pengarahan berhubungan dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen berputar. Pengarahan menimbulkan tantangan dan daya pikat yang luar biasa. Nilai-nilai, sikap, harapan, kebutuhan, ambisi, pemuasan seseorang dan interaksinya dengan orang-orang lain serta dengan lingkungan fisik kesemuanya berkaitan dengan proses menggerakkan. G.R.
Terry
Sugandamenyatakan menggerakkan
alih
bahasa
pengarahan
anggota-anggota
oleh
Winardi
merupakan kelompok
(1986)
dalam
usaha
untuk
sedemikian
rupa
sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan tersebut karena para anggota ingin mencapai
sasaran-sasaran
tersebut.
Hal
fundamental
atas
keberhasilan manajemen adalah mengusahakan agar para anggota organisasi melaksanakan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya
32
secara sukarela dengan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya. Pada dasarnya pengarahan dimulai dari dalam diri kita sendiri dan bukan dengan menggerakkan pihak lain. Seorang pemimpin juga membutuhkan motivasi secara pribadi untuk mencapai kemajuan dan bekerja sama secara harmonis serta terarah dengan pihak lain, sebab apabila tidak demikian halnya maka mungkin untuk bisa menggerakkan pihak lain.40 Penerapan tata kelola atau manajemen dalam program pembinaan
Tayub
Padang
Bulan
mengacu
dalam
proses
manajemen seni pertunjukan pada umumnya. Dimulai dari manajemen perencaanaan sampai pelaksanaan secara teknis.
F. Metode Penelitian Penelitian Tata Kelola Tayub Padang Bulan oleh Dinas Kebudayaan menggunakan
dan
Pariwisata
pendekatan
Daerah
Etnografi.
Kabupaten Etnografi
Nganjuk
merupakan
penelitian yang mendeskripsikan sebuah kebudayaan. Tujuan utama aktivitas penelitian ini yaitu memahami pandangan hidup dari penduduk asli. Seperti yang deikemukakan Malinowski dalam James Spradley bahwa tujuan utama etnografi memahami sudut pandang
penduduk
asli,
hubungannya
dengan
kehidupan
tersebut, dan bagaimana cara mendapatkan pandangan mengenai Dadang Suganda.2002.170-171.
40
33
dunianya.41 Jenis penelitian untuk menguraikan hasil penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif analitis. Kualitatif deskriptif analitis berusaha mengumpulkan informasi mengenai gejala atau keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Moleong menyatakan,
penelitian
kualitatif
berlatar
alamiah
sebagai
keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, berpikir secara
induktif,
dan
bersifat
deskriptif.42
Dalam
hal
ini,
kebudayaan dipakai sebagai alat atau sarana untuk menafsirkan berbagai macam gejala yang ditemui.43 Ada beberapa alasan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif analitis untuk penelitian ini. Pertama, penelitian ini akan memahami secara keseluruhan potensi daerah Kabupaten Nganjuk yang memiliki keanekaragaman baik secara sosial, ekonomi, dan budaya. Kedua penelitian ini juga akan mendiskripsikan peran kuat pemerintah seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk dalam sistem manajemen program unggulan Tayub Padang Bulan di Kabupaten Nganjuk. 1. Lokasi Pemilihan lokasi yaitu di Kabupaten Nganjuk. Pemilihan berdasarkan pertimbangan bahwa minat penggemar kesenian 03.
41James
P. Spradley. 1997. Metode Etnografi.Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.44 43 Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 44 42
34
Tayub di Kabupaten Nganjuk cukup baik hingga saat ini. Selain itu
program
Tayub
Padang
Bulan
belum
pernah
diteliti
sebelumnya. 2. Penentuan Informan Pengolahan narasumber
dari
data dinas
lebih terkait.
banyak
melalui
Wawancara
wawancara
tersebut
untuk
mengupas bentuk dan latar belakang awal program pembinaan pentas
Tayub
Padang
Bulan.
Wawancara
ini
juga
untuk
mengetahui penerepan tata kelola serta hasil dari program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan. Narasumber dalam penelitian ini merupakan narasumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk bernama Winarto. Winarto paling dipandang memahami dan mengerti sejarah tata kelola Tayub Padang Bulan. Narasumber lain mengambil salah satu sampel secara random dari kelompok kesenian Tayub yang masih aktif dari praktisi kesenian Tayub baik waranggana, pramugari, dan wiyaga. Seperti Darsih dan Sriatun sebagai sampel narasumber praktisi waranggana. Sampel praktisi pramugari senior yaitu Lilik Supriadi. Praktisi wiyaga sekaligus pelatih waranggana Saidjo Hadi Wiyono dari padepokan seni Langen Tayub Desa Ngrajek, Kecamatan Tanjunganom.
35
3. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dimaksudkan yaitu cara untuk memperoleh data yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan penelitian ini. Pengumpulan data didapatkan dari informasiinformasi yang digali dengan cara: (1) studi pustaka, (2) observasi partisipan, dan (3) wawancara mendalam. Cara tersebut ditempuh dan fokusnya mengarah pada pokok permasalahan tentang manajemen
seni
mendapatkan
pertunjukan.
informasi
Hal
mengenai
ini
dimaksudkan
perencanaan,
untuk
produksi,
pemasaran, penganggaran, dan pengawasan seni pertunjukan tari khususnya yang diselenggarakan enam kali dalam satu tahun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk. Lokasinya berpindah-pindah dari desa satu ke desa lainnya. 4. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu menggunakan terhadap
wawancara
objek-objek
terhadap
yang
lain.
orang
dan
Observasi
pengamatan berperanserta
(participant observation) menjadi acuan penelitian ini karena peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari objek yang sedang diamati. Dengan observasi partisipan ini, maka data yag diperoleh akan lebih lengkap.
36
5. Wawancara Wawancara
terstruktur
digunakan
sebagai
teknik
pengumpulan data. Pengumpul data menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan secara terstruktur. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden menjawab pertanyaan dan pengumpul data mencatatnya. 6. Studi Pustaka Banyak literatur mengenai Kesenian Tayub. Literatur tersebut mulai dari sejarah hingga estetika penyajiannya. Selain itulebih banyak penelitian mengarah pada hal-hal materi secara tekstual maupun kontekstual. Baik dari pelaku seni Tayub dan segala hal pendukungnya. Secara khusus mengenai Tayub Padang Bulan ini belum pernah diteliti terlebih konstruksi tata kelolanya. Untuk itu penelitian menggunakan metode kualitatif diharapkan akan maksimal dalam menganalisis dan menyajikan data. 7. Dokumentasi Dokumentasi merupakan pengumpulan data dalam bentuk audio, visual ataupun audio visual seperti foto, video, rekaman vokal, dan lain sebagainya. Proses mendapatkan dokumentasi pengumpul data dibantu oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
37
yang menjadi sumber informasi dan proses pendokumentasian pribadi.
G. Sistematika Penulisan Adapun Konstruksi
rencana
Tata
Kelola
dan
kerangka
Tayub
Padang
tulisan Bulan
penelitian oleh
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk sebagai berikut: 1. BAB 1 Pada bagian ini berisikan pengantar yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka,
landasan
teori,
metode
penelitian,
dan
sistematika penulisan. 2. BAB 2 Bagian ini merumuskan masalah yang pertama. Masalah yang dirumuskan tentang bagaimana bentuk dan latar belakang awal program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan. 3. BAB 3 Pada bagian ini membahas rumusan masalah yang kedua. Masalah yang dirumuskan tentang bagaimana penerepan tata kelola serta hasil dari program pembinaan pentas Tayub Padang Bulan. Pada bagian ini lebih mengarah ke bentuk menyeluruh
38
tentang
strukturalisasi
manajemen
seni
pertunjukan
Tayub
Padang Bulan. Mulai dari awal perencanaan sampai saat ini masih berjalan beserta perubahan-perubahannya. 4. BAB 4 Pada bagian ini membahas rumusan masalah yang ketiga. Masalah yang dirumuskan tentang hasil yang diperoleh oleh masing-masing pihak dengan adanya Program Pembinaan Tayub Padang Bulan ditinjau dari aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi. 5. BAB 5 Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi berkaitan dengan penelitian Konstruksi Tata Kelola Program Tayub Padang Bulan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk. 6. KEPUSTAKAAN Berisi acuan yang digunakan dalam penelitian ini, semua sumber bacaan yang dikutip dalam tulisan, yaitu berkaitan dengan Konstruksi Tata Kelola Tayub Padang Bulan oleh Dinas Kebudayaan
dan
Pariwisata
Daerah
Kabupaten
Nganjuk.
Penelitian sebelumnya yang memberikan sumbangsih pemikiran dan
dasar
pengembangan
melengkapi penelitian ini.
penelitian
juga
menjadi
acuan
39
7. LAMPIRAN Lampiran digunakan untuk meletakkan hasil dokumentasi, data, atau keterangan lain yang berfungsi untuk melengkapi uraian yang disajikan dalam bagian utama Tesis. 8. GLOSARIUM Glosarium merupakan bagian yang akan menjelaskan secara
rinci
untuk
kata-kata
dan
istilah
khusus
yang
membutuhkan pengertian lebih lanjut. Hal ini digunakan untuk menghindari ambiguitas.