BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat, cerdas dan produktif. Salah satu prioritas pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya penurunan angka kematian bayi dan balita (Anwar, 2002) Menurut profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,17 per 1.000 kelahiran hidup, meskipun jumlah menurun bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 10,48 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Batang tahun 2009 sebesar 16,72 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun jika dibanding dengan tahun 2008 sebesar 21,30 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sesuai dengan cakupan yang diharapkan dalam MDGs (Millenium Development Goals) ke 4 tahun 2015 yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun demikian masih diperlukan berbagai usaha untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu cara untuk menurunkan AKB diantaranya adalah melalui upaya pengembangan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir yang diharapkan akan meningkatkan cakupan ASI eksklusif. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
optimal, sedangkan menyusui menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupanya dengan cara yang paling sehat. Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia cenderung masih kurang dan lebih banyak yang memberikan makanan pendamping ASI. Angka cakupan ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia turun 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3% pada tahun 2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Batang yaitu sebesar 21,52 % meningkat jika dibanding dengan tahun 2008 sebesar 4,70 %. Angka ini masih di bawah Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 40,21 % dan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 80%. Berdasarkan data dari profil Kesehatan Kabupaten Batang tahun 2009 dari 15 kecamatan yang terdiri dari 21 puskesmas terdapat 5 puskesmas yang mempunyai cakupan ASI eksklusif paling rendah, salah satunya adalah Puskesmas Blado I (22,62%). Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif ini menunjukkan masih perlu upaya untuk peningkatan cakupan ASI eksklusif. Salah satu upaya yang dilaksanakan yaitu dengan cara tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi sebelum usia 6 bulan. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pemberian
makanan padat atau tambahan yang terlalu awal dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta dapat meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Menurut World Health Organization (WHO) bayi yang diberikan makanan pendamping/susu selain ASI akan mempunyai risiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Dalam hal ini diare mempunyai risiko lebih besar dibanding yang lain. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005, p.224). Diare pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai sebab baik kelainan susu maupun makanan yang kurang cocok komposisinya. Angka kejadian diare sebagian besar wilayah kerja Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 3 bagi bayi. Dalam Profil Kesehatan Jawa Tengah didapatkan rata-rata kejadian diare pada bayi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 1,39%. Angka kejadian diare pada bayi di Kabupaten Batang pada tahun 2009 sebesar 15%. Angka ini meningkat dari tahun 2008 yaitu sebesar 6,06 %. Di Puskesmas Blado I Kecamatan Blado Kabupaten Batang angka kejadian diare sebesar 22,3 %, dengan prevalensi terbanyak yaitu di Desa Kalipancur (15
%). Mengingat diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, faktor risiko diare harus diidentifikasi. Desa Kalipancur merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Blado I yang berada di Kecamatan Blado, dimana angka cakupan ASI eksklusif di Desa Kalipancur masih rendah yaitu sebesar 30,43 % jika dibanding dengan target SPM sebesar 80 %. Masih banyak ibu yang memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia 6 bulan sebesar 69,57 %. Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2009 bayi yang diberikan MP ASI sebelum berusia 6 bulan adalah 59,79 %. Di Kabupaten Batang sendiri yaitu 78,48 % dan di Puskesmas Blado I pada tahun 2009 sebesar 77,38 %.
Berbagai faktor yang menghambat pemberian ASI
eksklusif yaitu sangat rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, faktor sosial budaya, selain itu sekarang ini masih gencarnya pemasaran susu formula. Hal ini didukung dengan pernyataan bidan desa menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi yang berusia dibawah 6 bulan sudah memberikan makanan pendamping ASI sejak anak berusia kurang dari 6 bulan. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Kalipancur, dari 46 ibu yang mempunyai bayi berusia dibawah 6 bulan, 32 ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif
0-6 bulan. Menurut bidan setempat, ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif kurang setuju jika hanya memberikan ASI saja hingga berusia 0-6 bulan tanpa memberikan tambahan makanan dengan alasan bayi menangis karena lapar sehingga akan berhenti menangis dan
tertidur nyenyak setelah diberi makanan. Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan paling sering dijumpai yaitu pisang yang dilumatkan dan bubur susu. Berdasarkan uraian di atas tentang tingginya angka kejadian diare dan juga masih banyaknya pemberian makanan pendamping ASI secara dini maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pemberian MP ASI dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun 2011.
B. Rumusan Masalah Setelah diketahui dan dipahami latar belakang masalahnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Apakah ada hubungan pemberian MP ASI dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan b. Mendeskripsikan frekuensi kejadian diare pada bayi 0-6 bulan
c. Menganalisis hubungan pemberian MP ASI dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Ibu Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI yang diberikan sesuai dengan umur bayi.
2.
Bagi Masyarakat Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
terutama
ibu-ibu
terhadap
pentingnya pemberian ASI dan MP ASI yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari penyakit diare. 3.
Bagi Instansi Terkait Dapat menjadi bacaan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dan sebagai referensi baru di perpustakaan sehingga dapat berguna bagi seluruh pembaca.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Tri Budi Astuti (2010)
Judul
Variabel
Metode
Hasil
Perbedaan
Perbedaan tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan yang tidak diberi ASI eksklusif di Desa Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara
Variabel Independen : Pemberian ASI Variabel Dependen : Tumbuh Kembang
Penelitian analitik. Metode pendekatan cross sectional
Ada perbedaan tumbuh kembang antara bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan yang tidak diberi ASI esklusif.
Penelitian ini meneliti tentang tingkat kesehatan. Sedangkan penelitian saya meneliti tentang pemberian MP ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan
Fajriyatun Wahidah 2010
Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-4 bulan di Desa Gubug, Grobogan
Variabel Independen : Pengetahuan, Dukungan Keluarga Variabel Dependen : Praktik Pemberian MP ASI pada bayi usia 0-4 bulan
Penelitian deskriptif analitik. Metode pendekatan cross sectional
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan praktik pemberian MP ASI pada bayi usia 0-4 bulan
Pada penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian MP ASI. Sedangkan penelitian saya meneliti tentang hubungan pemberian MP ASI dengan frekuensi kejadian diare.
Wita Wulandari 2009
Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Candilama, Semarang
Variabel Independen : Pengetahuan ibu Variabel Dependen : Praktik pemberian ASI eksklusif
Jenis penelitian explanatory recearch. Metode pendekatan cross sectional
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktik pemberian ASI eksklusif
Penelitian ini tentang tingkat pengetahuan ibu dengan praktik pemberian ASI eksklusif.Penelitian saya tentang pemberian MP ASI dengan frekuensi kejadian diare.
Perbedaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 1.
Variabel Bebas Pada penelitian yang dilakukan oleh Fajriyatun, variabel bebas yang digunakan adalah pengetahuan, dukungan keluarga, sedangkan pada penelitian saya menggunakan variabel bebas pemberian makanan pendamping ASI.
2.
Variabel Terikat Pada penelitian yang dilakukan oleh Tri Budi Astuti, variabel terikat yang digunakan
adalah
tumbuh
kembang
sedangkan
penelitian
saya
menggunkan variabel terikat frekuensi kejadian diare. 3.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti terdahulu berbeda dengan penelitian saya. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Budi Astuti dilakukan di Jepara, penelitian Fajriyatun dilakukan di Grobogan, sedangkan Wita Wulandari dilakukan di Semarang. Penelitian saya dilakukan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang.