BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bank XYZ merupakan bank umum yang berfokus pada segmen korporasi.
Namun seiring dengan tuntutan persaingan bisnis, Bank XYZ pun melakukan transformasi bisnis dengan berfokus pada 3 (tiga) area bisnis yaitu:
Wholesale transaction: Bank XYZ akan memperkuat leadership-nya dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate & commercial di Indonesia.
Retail deposit & payment: Bank XYZ memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.
Retail financing: Bank XYZ memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor 1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di mikro banking. Fokus bisnis yang telah ditetapkan oleh Bank XYZ di atas menegaskan
bahwa Bank ini ingin meningkatkan portfolio di segmen retail banking baik dalam bidang retail deposit dan payment maupun retail financing. Salah satu bentuk implementasinya adalah dengan melakukan ekspansi pembiayaan pada
1
kredit mikro. Imbal hasil (yield) yang tinggi menjadi daya tarik utama Bank XYZ tertarik meningkatkan portfolio di segmen ini. Adapun produk yang dipasarkan pada segmen ini yaitu kredit usaha mikro dan kredit serbaguna mikro. Kredit usaha mikro khusus diberikan kepada usaha mikro dengan limit Rp.100.000.000,00 dan diperkenankan untuk di top up menjadi Rp.200.000.000,00. Sedangkan kredit serbaguna mikro diberikan sebagai bentuk pembiayaan untuk berbagai macam keperluan (serbaguna) sepanjang tidak melanggar kesusilaan, ketertiban umum, dan bertentangan dengan hukum yang berlaku dengan limit kredit maksimal RP.50.000.000,00. Perkembangan portfolio kredit Mikro di Bank XYZ saat ini cukup ekspansif. Total portfolio kredit di tahun 2013 mencapai Rp.27.05 trilyun atau meningkat 42% dibandingkan dengan tahun 2012, dengan tingkat NPL yang relatif terjaga yakni sebesar 3.02% (Annual Report Bak XYZ tahun 2013). Namun demikian, dalam usaha mencapai tujuan dan memenangkan persaingan, perusahaan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan risiko. Risiko berasal
dari
ketidakpastian.
Vaugham
(1978)
dalam
Darmawi
(2005)
mendefinsikan risiko sebagai: 1. Risiko adalah kans kerugian, 2. Risiko adalah kemungkinan kerugian, 3. Risiko adalah ketidakpastian, 4. Risiko adalah perbedaan hasil aktual dari hasil yang diharapkan, dan 5. Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome yang berbeda dengan outcome yang diharapkan.
2
Bank XYZ juga harus mampu menerapkan kebijakan manajemen risiko yang tepat yang bertujuan untuk mengantisipasi potential barriers yang mungkin terjadi dalam rangka menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen risiko dapat didefiniskan sebagai mekanisme pengelolaan risiko yang terdiri dari identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang mungkin menjadi penghambat jalannya bisnis perusahaan. Khusus untuk industri perbankan, berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) no 5/2/DPNP/20003 tanggal 29 September 2003 perihal penerapan manajemen risiko bagi bank umum sebagaimana telah diubah dengan SE BI no. 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, bank umum harus memiliki Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko yang sekurangkurangnya memuat: 1. Penerapan risiko secara umum 2. Penerapan risiko untuk masing-masing risiko, yang mencakup 8 (delapan) risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategic, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. 3. Penilaian Profil Risiko. Manajemen Risiko di Bank XYZ ditujukan untuk menjaga modal Bank, mendukung proses pengambilan keputusan, mengoptimalkan profil risk-return, meningkatkan nilai perusahaan, serta melindungi reputasi Bank. (Annual Report Bank XYZ: 2013). Dalam penerapannya, Bank XYZ menggunakan konsep Enterprise Risk Management (ERM) dengan pendekatan two-prong yaitu pengelolaan risiko melalui permodalan dan aktivitas operasional sehingga
3
diharapkan tercapai pengelolaan risiko yang melekat dalam pengelolaan bisnis seperti gambar berikut:
Gambar 1.1. Kerangka Enterprise Risk Management (ERM) pada Bank XYZ,. Sumber: Annual Report 2013 Bank XYZ
Pengelolaan risiko melalui permodalan di Bank XYZ meliputi kebijakan diversifikasi sumber permodalan yang sinkron dengan rencana strategis jangka panjang dan kebijakan alokasi modal secara efisien pada segmen bisnis yang memiliki profil risk-return yang optimal (termasuk penempatan pada perusahaan anak). Hal ini bertujuan untuk memenuhi ekspektasi stakeholder termasuk investor dan regulator. Sedangkan pengelolaan risiko melalui aktivitas operasional ditujukan untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional pada level yang dapat diterima. Pengelolaan risiko melalui aktivitas operasional di segmen kredit mikro dilaksanakan masing-masing antara unit bisnis dan unit manajemen risiko, khususnya yang terkait dengan risiko kredit. Pengendalian Non Performing Loan (NPL) sebagai indikator dari risiko kredit dimulai dengan pemberian kredit kepada calon debitur yang sesuai dengan Risk Acceptance Criteria (RAC) yang telah ditetapkan. Disamping itu, dilakukan juga aktivitas penagihan terhadap
4
debitur. Aktivitas penagihan tersebut dilakukan masing – masing antara unit bisnis yang menangani penagihan untuk debitur dengan kualitas kredit Lancar dan Dalam Perhatian Khusus (Performing Loan). Sedangkan unit risk management melakukan penagihan terhadap debitur dengan kualitas kredit Kurang Lancar, Diragukan dan Macet (Non Performing Loan). Namun demikian, upaya pengendalian risiko operasional yang terjadi pada aktivitas penagihan segmen kredit mikro belum dilaksanakan secara terintegrasi antara unit bisnis dan unit penagihan (risk management) sehingga penanganan risiko operasional tersebut masih belum optimal. Oleh karena itu, berdasarkan paparan di atas penulis ingin menganalisis mengenai cara yang dapat dilakukan oleh Bank XYZ dalam melaksanakan risk assesment atas risiko operasional pada aktivitas penagihan segmen kredit mikro dan upaya mitigasi yang dilakukan terhadap risiko operasional utama pada aktivitas penagihan segmen kredit mikro.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Bank XYZ dapat melakukan risk assesment atas risiko operasional pada aktivitas penagihan segmen kredit mikro? 2. Bagaimana upaya mitigasi yang dapat dilakukan Bank XYZ atas risiko operasional utama dari hasil risk assesment tersebut?.
5
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan
penelitian ini adalah mengetahui mekanisme yang dapat digunakan Bank XYZ dalam melakukan risk assesment atas risiko operasional pada aktivitas penagihan segmen kredit mikro dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan Bank XYZ atas risiko operasional utama dari hasil risk assesment tersebut.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini antara lain : 1. Bagi praktisi, penelitian ini menjadi salah satu alternatif untuk mekanisme yang dapat digunakan Bank XYZ dalam melakukan risk assesment atas risiko operasional pada aktivitas penagihan segmen kredit mikro dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan Bank XYZ atas risiko operasional utama dari hasil risk assesment tersebut. 2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan berkenaan dengan pengelolaan manajemen risiko operasional yang ada di Bank XYZ dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar MBA Program MM UGM. 3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam bidang manajemen risiko maupun sebagai referensi penelitian lain.
6