BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada seseorang. Ada perilaku yang menguntungkan dan juga merugikan diri sendiri serta orang lain. Salah satu contoh perilaku yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain ialah merokok. Merokok cenderung dilakukan oleh orang dewasa, namun seiring dengan perkembangan zaman merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI (2003), tahun 2010 prevalensi penduduk umur 15 tahun keatas yang merokok tiap hari sebesar 28,2 %. Prevalensi perokok lebih banyak pada laki-laki, dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat dan hanya tamat sekolah dasar. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan ialah perokok di zaman sekarang ini bukan hanya mereka yang berpendidikan rendah, tetapi mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi adalah pelaku dari merokok itu sendiri. Saat ini prevelansi perokok usia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan dari 27% (1995) mencapai 34,7% (2010). Jumlah perokok laki-laki dewasa pada tahun 1995 sebesar 53% dan meningkat menjadi 66% (Ahsan, 2012).
1
2
Indonesia merupakan negara dengan tingkat penggunaan rokok yang cukup tinggi. Pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke-4 di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 260.800 rokok (4%) (Eriksen, 2012). Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, salah satunya terjadi perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru (Depkes RI, 2003). Hal ini menyebabkan seorang perokok memiliki keterbatasan saat melakukan aktivitas karena struktur dan fungsi organ jantung dan paru yang menurun mengakibatkan kebugaran fisiknya juga menurun. Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa merasa lelah yang berlebihan serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak (Sumosardjuno, 1989). Kebugaran fisik ditentukan oleh beberapa komponen salah satunya kapasitas kardiorespirasi yang merupakan komponen penting dalam menentukan kebugaran fisik seseorang. Dilaporkan dalam beberapa penelitian bahwa kapasitas kardiorespirasi pada sebagian besar pegawai negeri, pegawai swasta dan kelompok usia produktif yaitu 30-39 tahun dalam kondisi yang kurang (Abdullah, 1994). Bahkan pada tahun 1983 Brotz menuliskan dalam Journal of American Medical Association bahwa tidak ada obat yang bisa digunakan sekarang atau masa depan yang memberikan dan mempertahankan kesehatan yang lebih baik daripada kebiasaan berolahraga. Untuk dapat mencapai kondisi bugar seseorang perlu melakukan aktivitas yang melibatkan komponen kebugaran fisik yaitu kapasitas kardiorespirasi (Bustaman, 2003). Kapasitas kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung,
3
paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh. Salah satu indikator kebugaran fisik adalah kapasitas aerobik yang menggambarkan tingkat efektifitas tubuh untuk mendapatkan oksigen lalu ditransportasi ke otot-otot serta sel-sel lain dan digunakan dalam pengadaan energi, pada waktu bersamaan membuang sisa metabolisme yang dapat menghambat aktifitas fisik (Sumosardjuno, 1999). Kapasitas aerobik yang baik dapat diperoleh melalui latihan. Latihan adalah suatu proses berlatih secara sistematis yang dilakukan secara berulang dengan beban latihan yang kian bertambah (Harsono, 1988;Widiyanto, 2007). Pada prinsipnya latihan adalah memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik dan berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas (Widiyanto, 2007). Latihan fisik yang dilaksanakan secara teratur dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa bentuk latihan fisik ternyata dapat memberi manfaat terhadap kesehatan yang pada akhirnya berguna untuk membantu mengatasi penyakit tertentu . Kekurangan gerak dan kurangnya latihan dengan intensitas yang memadai dapat menimbulkan penyakit kurang gerak. Penyakit ini menampakkan dirinya dalam beberapa gejala seperti obesitas, fungsi organ tubuh yang lemah dan hidup yang cenderung tidak bergairah. Penderita cenderung mengidap penyakit
4
berbahaya seperti penyakit jantung, paru-paru, tekanan darah tinggi dan gangguan pencernaan (Rusli, 1991). Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga. Olahraga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Olahraga yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sistem tubuh adalah yang bersifat aerobik yaitu menggunakan energi yang berasal dari pembakaran oksigen. Ada beberapa jenis latihan aerobik berdasarkan intensitasnya. Jogging dan bersepeda merupakan olahraga yang bersifat aerobik dan berintensitas sedang sehingga bisa dilakukan oleh semua kalangan khususnya pada perokok. Seseorang dengan kapasitas aerobik yang baik memiliki jantung yang efisien, paru-paru yang efektif serta peredaran darah yang baik sehingga dapat mensuplai otot-otot agar mampu bekerja secara kontinu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan (Sumosardjuno, 1999). Pernafasan memiliki peranan yang sangat penting dalam latihan daya tahan terutama pada olahraga yang membutuhkan waktu yang cukup lama dengan sejumlah pengulangan. Pernafasan yang baik ditentukan oleh latihan fisik yang dilakukan dan penggunaan oksigen yang optimal. Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut berbagai manfaat pemberian latihan aerobik terhadap kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar.
5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian latihan jogging dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar? 2. Apakah pemberian latihan sepeda dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar? 3. Apakah pemberian latihan jogging sama baik dengan latihan sepeda dalam meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bahwa pemberian latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan bahwa pemberian latihan jogging dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar. 2. Untuk membuktikan bahwa pemberian latihan sepeda dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar.
6
3. Untuk membuktikan bahwa pemberian latihan jogging dan latihan sepeda sama baik dalam meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
fisiologi
olahraga
dalam
meningkatkan
kapasitas
kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif melalui latihan aerobik. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi dan dikembangkan melalui penelitian yang lebih spesifik, serta sebagai masukan terhadap kalangan perokok maupun olahragawan tentang manfaat latihan aerobik yang dapat meningkatkan kapasitas kardiorespirasi.