1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut Heizer et al. (2005) manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan atau dengan mesin sehingga menghasilkan suatu barang. Secara umum, manufaktur adalah kegiatan yang dilakukan untuk memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar. Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan pengolahan input menjadi output. Kegiatan manufaktur dapat dilakukan secara perorangan (manufacturer) atau dengan perusahaan manufaktur (manufacturing company).Perusahaan manufaktur diidentikkan dengan perusahan industri pengolahan yang mengolah bahan bakumenjadi bahan jadi. Industri furniture termasuk dalam industri manufaktur yang mengolah barang kayu dan hasil hutan.Wirakusumah (2013) mengatakan, industri furniture masuk ke dalam sembilan sektor industri yang diprioritaskan oleh pemerintah untuk dikembangkan dalam rangka mengisi pasar ASEAN.Keputusan pemerintah tersebut dibuat untuk menghadapi pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015.Walaupun sampai pada tahun 2008 industri furniture masuk ke dalam sunset industry, tetapi industri ini mampu bangkit pada tahun 2012 dengan bertumbuh sebesar 8,45% dan termasuk dalam salah satu dari empat cabang industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi. Tahun 2013, sampai dengan kuartal III, ekspor furniture sudah mengalami pertumbuhan sebesar 10% dari
2
kuartal III tahun sebelumnya.AMKRI (Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia) menargetkan setiap tahunnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor sebesar 25%. Dalam lima tahun kedepan, ekspor furniture Indonesia diharapkan bisa mencapai US$ 5 miliar. Melihat prospek yang cerah dalam industri furniture, persaingan antar perusahaan merupakan hal yang sangat wajar terjadi.Setiap perusahaan harus mampu menghadapi kompetitor jika ingin bertahan menjalankan usaha mereka.Perusahaan yang mampu bertahan di tengah ketatnya kompetisi bisnisadalah perusahaan yang mampu bersaing dalam hal kualitas dan harga. Untuk mendapatkan barang yang berkualitas dengan harga yang bersaing, perusahaan harus berhati-hati dalam proses kalkulasi kos (costing).Sistem kalkulasi kos akan menelusuri kos langsung dan mengalokasikan kos tidak langsung ke produk. Menurut Horngren et al. (2012) kalkulasi kos ini penting dilakukan karena dapat membantu manajer untuk merumuskan strategi dan membuat keputusan penetapan harga, bauran produk, dan manajemen kos. Keputusan yang diambil manajer tidak boleh hanya fokus kepada kos total tetapi juga harus memperhatikan kos per unit yang dihitung dengan membagi kos total dengan jumlah unit. Kos per unit berguna dalam penentuan kos total pada laporan laba rugi, neraca, dan hasil keuangan yang harus dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan serta membantu manajer untuk memutuskan produk mana yang harus ditekan dan berapa harga yang harus dibebankan kepada suatu produk. Kalkulasi kos yang tidak akurat akan memberikan gambaran yang menyesatkan bagi manajer tentang profitabilitas produk; akibatnya, manajer bisasecara tidak
3
sadar mempromosikan produk yang tidak menguntungkan dan mengabaikan produk yang sebenarnya menguntungkan. Setelah
melalui
proses
kalkulasi
kos,
perusahaan
akan
dapat
mengetahuiharga pokok produksi (cost of goods manufactured) yang merupakan kos barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan (Horngren et al. 2012:63).
Harga pokok
produksi dapat juga disebut sebagai product cost jika digunakan untuk laporan keuangan. Kos produk (product cost)dihitung berbeda berdasarkan tujuan yang berbeda. Kos produk ditambah dengan
biayaperiode itulah yang kemudian
mendasariditetapkannya harga jual bagi sebagian besar perusahaan. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2005), faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemilik perusahaan kecil ketika menetapkan harga akhir dari barang atau jasa meliputi: 1. Kos produk atau jasa 2. Faktor pasar – permintaan dan penawaran 3. Volume penjualan 4. Harga pesaing 5. Keunggulan bersaing perusahaan 6. Kondisi perekonomian 7. Lokasi perusahaan 8. Fluktuasi musiman 9. Faktor psikologis
4
10. Penjualan kredit dan potongan penjualan 11. Kepekaan pelanggan terhadap harga 12. Citra yang diinginkan Harga jual yang terlalu tinggi akan menjadikan produk yang dihasilkan tidak dapat bersaing di pasar, sebaliknya harga jual yang terlalu rendah menyebabkan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan. Ketidaktepatan menimbulkan
dalam
masalah
perhitungan
kerugian
dalam
dan
pencatatan
perusahaan
dan
kos
produk
menghambat
perkembangan perusahaan sehingga kelangsungan hidup perusahaan tidak dapat dipertahankan lagi. Ketepatan penentuan kos produk didasarkan pada ketepatan pengklasifikasian dan pengalokasian unsur-unsur kos yang akan membentuk kos produk tersebut. Kos yang digunakan dalam proses produksi umumnya diklasifikasikan menjadi tiga yaitu kos bahan baku, kos tenaga kerja langsung dan kosoverhead manufaktur. Mahkota Mulyo Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri furniture.Mahkota Mulyo Mandiri terletak di kota Jepara yang memang terkenal sebagai kota industri ukir dan mebel (furniture). Saat ini Mahkota Mulyo Mandiri memproduksi berbagai macam furniture baik untuk di dalam ruangan (indoor) maupun untuk di luar ruangan(outdoor). Dalam kegiatan operasionalnya, Mahkota Mulyo Mandiri mengolah bahan baku berupa kayu jati menjadi produk jadi berupa kursi, meja, lemari, sofa, tempat tidur, dan sebagainya sesuai pesanan pembeli. Metode yang digunakan oleh Mahkota Mulyo Mandiri
5
untuk menentukan kos produk adalah metode yang masih tradisional dengan perhitungan sederhana berdasarkan asumsi pemilik. Metode sederhana yang dipakai serupa dengan metode variable costing tanpa memasukkan unsur overhead cost dalam perhitungan kos produk. Perusahaan berskala mikro, kecil, dan menengah sering menemui adanya perang harga.Perang harga dapat menghapuskan marjin laba perusahaan dan merusak kegiatan operasi perusahaan.Banyak wirausahawan yang bersedia menurunkan harga sampai pada titik yang tidak menguntungkan demi persaingan di pasar.Kepuasan pelanggan menjadi lebih penting daripada harga ideal untuk sebuah produk.Hal itu pula yang terkadang dilakukan oleh Mahkota Mulyo Mandiri dan rekan pengusaha furniture yang ada di Jepara. Dengan penghitungan variabel costingtanpa kosoverhead variabel, perusahaan mendapatkan harga yang lebih murah dan disukai pelanggan tetapi harga tersebut belum tentu menguntungkan untuk produk yang diproduksi. Perlu digunakan full costing agar harga produk yang dihasilkan mencerminkan kos yang sebenarnya digunakan. Metode full costing akan mencakup semua kos yang digunakan untuk produksi, termasuk didalamnyakos overhead pabrik yang bersifat tetap dan variabel. Saat ini Mahkota Mulyo Mandiri menentukan kos produk dengan mengalikan volume bahan baku yang digunakan untuk membuat satu barang dengan perkiraan harga kayu per m3 oleh pemilik, ditambah dengan kostenaga kerja langsung yang juga dihitung berdasarkan perkiraan pemilik. Koskosoverhead manufaktur seperti paku, lem, pajak atas kepemilikan pabrik,gaji
6
kepala bagian dan staf, dan penyusutan pabrik tidak diperhitungkan oleh Mahkota Mulyo Mandiri dalam penentuankos produk. Seluruh kos-kosoverhead tersebut dikelompokkan kedalam biaya periode oleh perusahaan dan tidak memiliki hubungan dengankos produk. Padahal, overhead kos tersebut jelas memiliki hubungan yang erat dengan proses produksi. Dapat disimpulkan bahwa cara pengumpulan, perhitungan dan pengalokasian kos yang dilakukan oleh Mahkota Mulyo Mandiri kurang tepat sehingga mempengaruhi ketepatan penentuan kos produk dan harga jual tiap pesanan. Untuk Mahkota Mulyo Mandiri, hal yang paling utama yang membuat sistem pengalokasian koske dalam kos produk lemah adalah pemberlakuan sistem variable costing tanpa kos overhead .Unsur kos yang dimasukkan oleh perusahaan hanya sebatas kos-kos yang bersifat pokok yaitu bahan baku dan tenaga kerja. Selain itu, perusahaan belum melakukan pengumpulan kos dengan cara yang terstruktur dan dapat dikatakan bahwa cara yang digunakan masih sangat sederhana. Dengan segala keterbatasan dalam kegiatan operasional usahanya, pemilik perusahaan mengaku kesulitan untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai pendapatan dan laba yang diperoleh setiap bulan dan evaluasi kos tidak dapat dilakukan oleh pihak manajemen karena keterbatasan informasi yang valid. Sistem kalkulasi kos yang jauh dari sempurna tersebut tidak hanya dilakukan oleh Mahkota Mulyo Mandiri. Hampir semua perusahaan mebel yang berskala mikro, kecil, dan menengah di Jepara memberlakukan sistem kalkulasi kos yang “asal tembak”. Istilah “asal tembak” biasa dipakai oleh para pengrajin mebel untuk merepresentasikan sistem penghitungan harga yang tidak berdasar
7
pada hitungan rinci, hanya berdasar pada perasaan dan perkiraan harga kayu per m3pada saat itu.Sistem “asal tembak” harga jual produk tersebut digunakan karena kurangnya pengetahuan para pengrajin mebel atas akuntansi kos. Tujuh dari sepuluh pemilik perusahaan mebel berskala mikro, kecil, dan menengah yang ada di Jepara tidak mengenyam pendidikan mengenai perkayuan ataupun bisnis secara formal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem cost flow yang ada di Mahkota Mulyo Mandiri, kemudian membangun sistem cost flow yang tepat yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman dalam penentuan kos produk. Reklasifikasi kos juga dilakukan untuk membantu perusahaan dalam memahami tugas dari masing-masing kos. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi lanjutan terhadap penerapan metode kalkulasi kos produk berdasarkan sistem yang sudah digunakan oleh Mahkota Mulyo Mandiri dan rekalkulasi dengan metode jobcosting oleh penulis. Hasil dari kedua kalkulasi tersebut akan dibandingkan dan diuji keefektifannya. Penulis juga memberikan usulan metode untuk menentukan harga jual agar memudahkan perusahaan mencapai profit yang diinginkan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “EVALUASI PENENTUAN KOS PRODUK DENGAN METODE JOB COSTING PADA PERUSAHAAN MAHKOTA MULYO MANDIRI”.
8
1.2 Perumusan Masalah Ketidaktepatan penentuan kos produk oleh Mahkota Mulyo Mandiri didukung oleh ketidaktepatan cost flow dan klasifikasi kos. Perusahaan sulit untuk menghitung profitabilitas setiap pesanan.Dengan sistem costing perusahaan, sebuah pesanan bisa dihargai terlalu mahal atau terlalu murah.Informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan pemilik secara tidak sadar mempromosikan produk
yang
tidak
menguntungkan
dan
mengabaikan
produk
yang
menguntungkan bagi perusahaan.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusahan masalah di atas, penulis mengajukan 4 pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana cost flow yang sesuai untuk perusahaan Mahkota Mulyo Mandiri dalam proses penentuan kos produk? 2. Bagaimana metode job costing dapat membantu perusahaan dalam menentukan kos produk yang akurat? 3. Mengapa metode job costing lebih tepat digunakan dalam menentukankos produk? 4. Metode penentuan harga jual apakah yang sesuai untuk Mahkota Mulyo Mandiri?
9
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membuat cost flow yang tepat yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman dalam penentuan kos produk. 2. Mengaplikasikan metode job costing untuk membantu perusahaan dalam menentukan kos produk yang akurat. 3. Mengetahui efek dan ketepatan metode job costing dalam penentuankos produk. 4.
Menentukan harga jual yang bersaing dan ideal dengan menggunakan metode cost-plus pricing.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Bagi Penulis a. Sebagai sarana mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. b. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menganalisis suatu masalah nyata yang ada di perusahaan. 2. Bagi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Menambah perbendaharaaan tugas akhir ilmiah untuk mendukung terciptanya generasi muda yang cerdas, kritis, dan inovatif.
10
3. Bagi Mahkota Mulyo Mandiri a. Mampu menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan kos produk yang tepat. b. Mampu menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun ulang sistem akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, khususnya sistem costing. c. Mampu
menjadi
bahan
pertimbangan
dan
masukan
dalam
penggolongandan pengumpulan kos produksi untuk mendukung penghitungan kos produk.
1.6 Sistematika Penulisan Penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab dengan isi sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Menjelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Menguraikan landasan teori yang berhubungan dengan akuntansi koskhususnya dalam hal pengertian kos, kos produk, harga jual, dan metode job-costing. Bab III Metode Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan
11
Menjabarkan rancangan penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis data serta memberikan gambaran mengenai perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian. Bab IV Analisis Data Pembahasan Menguraikan analisis dan menjawab rumusan masalah berdasarkan pada hasil temuan yang berupa cost flow, kelemahan, kelebihan, serta perbandingan metode yang lama diterapkan dengan metode job-costing. Bab V Penutup Menjelaskan simpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk perusahaan.