BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut amanat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan mendorong motivasi untuk belajar terus.
Djohar (2007:630-632) dalam artikelnya pada buku Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan menjelaskan bahwa ada delapan karakteristik pendidikan kejuruan yang membedakannya dengan pendidikan umum, yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. 2. Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja (demand driven). 3. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja. 4. Penilaian sesungguhnya terhadap keberhasilan peserta didik adalah pada performa dalam dunia kerja. 5. Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan. 6. Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi. 7. Pendidiakn kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik pendidikannya. 8. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum.
1
2
Orientasi pendidikan kejuruan harus menitik beratkan pada pencapaian keterampilan kejuruan (hands on) dan bukan pada keterampilan akademik. Selain itu juga bahwa orientasi pendidikan kejuruan lebih pada pemenuhan sumber daya manusia pada level teknisi menengah sehingga pendekatan pemelajaran pada analisis tugas sesuai yang ada pada dunia industri. Djohar (2007 : 627) menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar dan interaksi dengan dunia diluar diri anak didik, untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Demikian perhatian terhadap keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal, namun tidak terlepas dari konteks sosial masyarakatnya. Salahsatu tugas guru adalah menciptakan kondisi-kondisi yang dapat membantu
peserta
didik
dalam
mengembangkan
diri
dan
potensinya.
Pembelajaran kooperatif adalah salahsatu model pembelajaran kelompok yang dapat menstimulus potensi-potensi peserta didik. Karena dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerja sama, bertanggung jawab, dan dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran Oleh karena itu metode-metode pembelajaran yang berpusat pada siswa harus segera diterapkan. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat meningkatakan aktivitas maupun hasil belajar siswa, bahkan kepada nilai-nilai sosial. Seperti dikutip oleh Isjoni (2007: 20), bahwa sebanyak 25 dosen dari
3
Universitas Midsized Midwestrn berpartisipasi dalam penelitian pembelajaran kooperatif. Setiap dosen diberikan perlakuan belajar pasif dan belajar aktif. Hasilnya adalah pembelajaran kooperatif (belajar aktif) dapat meningkatkan keinginan kelas, prestasi yang dipertahankan, dan prestasi aktual. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang sedang banyak diuji dan digunakan. Salah satu penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Mabroer (2006), Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika di kelas X-C SMAN I Lembang telah mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Salah satu hal penting dalam penelitian Mabroer (2006:60) adalah pembuktian bahwa keaktifan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Artinya, bahwa aktivitas belajar berbanding lurus dengan hasil belajar. Menurut hasil observasi awal terhadap beberapa indikator aktivitas belajar siswa pada kelas X Teknik Mekanik Otomotif (TMO) 3 di SMK Taruna Mandiri (tempat penulis mengajar), keaktifan siswa masih dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Hasil Studi Awal Aktivitas Belajar Siswa No
Indikator keaktifan
Jumlah
1 2 3
Bertanya Menjawab Komentar/ mengemukakan gagasan
3 5 6
Total Siswa 45
Persentase (%) 6.7 11.1 13.5
(Sumber: Observasi Aktivitas Belajar Siswa X TMO 3 SMK Taruna Mandiri) Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada kelas X TMO 3 SMK Taruna Mandiri dengan maksud untuk meningkatkan
4
aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Karena secara teoritis, model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan aktivitas belajar. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul : “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing gemerincing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kompetensi Dasar Memelihara/Servis dan Mengisi Baterai Di SMK Taruna Mandiri)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran pada mata diklat produktif I di SMK Taruna Mandiri menggunakan metode ceramah. 2. Penggunaan metode pembelajaran ceramah menyebabkan siswa kurang aktif. 3. Aktivitas belajar pada mata diklat produktif I di SMK Taruna Mandiri masih rendah. C. Pembatasan dan Rumusan Masalah Agar ruang lingkup penelitian jelas serta tidak meluas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, permasalahan penelitian dibatasi pada: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pada penelitian ini di batasi pada teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan cara mengkondisikan setiap siswanya untuk aktif berinteraksi dan bekerja sama pada suatu kelompok kecil
5
(empat sampai enam orang siswa) dengan cara membagikan 2 (dua) benda kecil sebagai kupon untuk melakukan aktivitas belajar. Apabila dua buah benda kecil setiap anggota kelompok tidak habis, maka tidak diberikan nilai kelompok. Apabila tugas kelompok selesai sedangkan kupon sudah habis, maka kupon bisa dibagikan kembali. (Lie, 2008: 63-62). 2. Aktivitas pembelajaran yang diukur pada penelitian tindakan ini adalah :1. Aktivitas Motorik yang terdiri dari indikator, tetap berada dalam tempat kerja kelompok, tetap berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek, dan mempraktikan informasi yang disampaikan teman. 2. Aktivitas Lisan, yang terdiri dari indikator : bertanya kepada teman atau guru, dan mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. 3. aktivitas visual/menggambar/menulis yang terdiri dari indikator: mengerjakan soal, mencatat/menggambarkan temuan-temuan, dan mencatat hasil diskusi. (diadaptasi dari Hamalik, 2009:172-175). Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat
meningkatkan
aktivitas
belajar
siswa
pada
kompetensi
dasar
Memelihara/Servis dan Mengisi Baterai?”. D. Tujuan Penelitian Menentukan tujuan penelitian sangat penting, karena dengan menentukan tujuan kita dapat menentukan dan merumuskan langkah-langkah selanjutnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar
6
siswa pada pembelajaran standar kompetensi pemeliharaan/servis dan penggantian baterai, pada kompetensi dasar memelihara/servis dan mengisi baterai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Tujuan peningkatan aktivitas yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan persentase siswa yang tetap berada dalam tempat kerja kelompok. 2) Meningkatkan persentase siswa yang tetap berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek. 3) Meningkatkan persentase siswa yang mempraktikan informasi yang disampaikan teman. 4) Meningkatkan persentase siswa yang bertanya kepada teman atau guru. 5) Meningkatkan persentase siswa yang mengemukakan pendapat. 6) Meningkatkan persentase siswa yang menjawab pertanyaan. 7) Meningkatkan persentase siswa yang mengerjakan soal. 8) Meningkatkan persentase siswa yang melihat/mencatat/menggambarkan temuan-temuan. 9) Meningkatkan persentase siswa yang mencatat hasil diskusi. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan yaitu : 1. Bagi siswa Untuk meningkatkan aktivitas siswa agar belajar lebih giat, aktif dan bersaing secara fair
dan tanggung jawab. Diharapkan dengan tumbuhnya
7
aktivitasi belajar, hasil belajar siswa akan meningkat. Semua potensi yang ada dalam tiap individu berkembang. 2. Bagi Guru Bidang Studi Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang merupakan tugas utamanya. Diharapkan guru bisa lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaram di kelas, sehingga proses pembelajaran tidak membosankan. 3. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat dalam pengambilan kebijakan. Bisa juga sebagai bahan up-grading yang dilakukan sekolah bagi para guru untuk menambah khazanah model-model pembelajaran modern. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman antara penulis dan pembaca, maka dibawah ini akan diuraikan definisi operasional yang digunakan dalam judul penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pada penelitian ini diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yaitu belajar kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa pada setiap kelompoknya. Setiap siswa mendapatkan 2 (dua) batang korek api yang digunakan sebagai kupon untuk menjawab pertanyaan dan memberikan komentar. Kalau dua kupon tersebut habis sedangkan tugas kelompok belum selesai, maka siswa boleh membagikan lagi benda-benda tersebut sesuai dengan konsensus seluruh anggota.
8
2.
Aktivitas Belajar Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa pada
mata diklat produktif I dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing yang diukur dengan indikatorindikator : 1) Aktivitas Motorik, yang terdiri dari indikator : tetap berada dalam tempat kerja kelompok, tetap berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek, dan mempraktikan informasi yang disampaikan teman. 2) Aktivitas Lisan yang terdiri dari indikator :bertanya kepada teman atau guru, mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. 3) aktivitas Menggambar/menulis, yang terdiri dari indikator : mengerjakan soal, mencatat/menggambarkan temuantemuan, dan mencatat hasil diskusi. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami skripsi ini, maka penulis uraikan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan merupakan pembahasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori merupakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian, antara lain teori mengenai hakikat belajar, hakikat aktivitas belajar, metode pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing, anggapan dasar, hipotesis tindakan, dan kriteria keberhasilan tindakan.
9
Bab III Metode Penelitian merupakan penjelasan mengenai desain penelitian, teknik penumpulan data, prosedur penelitian, analisis dan pengolahan data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan merupakan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya. Bab IV ini meliputi hasil penelitian, deskripsi data, dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.