BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang Masing-masing profesi kesehatan di pelayanan kesehatan memiliki peran yang berbeda. Namun pada praktiknya, profesional kesehatan tidak akan bekerja sendirian namun dalam tim yang terdiri dari beberapa profesi terkait, misalnya dokter, perawat, bidan, apoteker, radiografer, okupasi terapi, psikolog dan lain-lain. Profesi-profesi kesehatan tersebut melakukan kolaborasi profesi dengan berbagi motif yaitu perkembangan penyakit yang kompleks, meningkatkan kualitas kinerja profesi kesehatan, dan mutu layanan kesehatan (Vachon et al. 2013). Untuk itu, institusi pendidikan kesehatan sebaiknya membekali mahasiswa program-program studi kesehatan dan kedokteran untuk dapat bekerjasama dalam tim kesehatan secara profesional (WHO, 2010). Kompetensi kolaboratif tentang kerjasama, manajemen tim dan kepimpinan penting dibekali sejak dini pada level pendidikan karena menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010) Kompetensi kolaboratif di pendidikan tenaga kesehatan dapat diterapkan metode pembelajaran Interprofessional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan (WHO, 2013). Hasil yang
1
2
diharapkan
pada
implementasi
IPE
diantaranya
adalah
komunikasi
interprofesi, manajemen tim, dan keterampilan kepimpinan pada perspektif masing-masing profesi (Barr, 2010; Thistlethwaite dan Moran, 2010). Namun, implementasi pendidikan interprofesi dapat bervariasi, tergantung pada kebijakan instansi, mahasiswa, rumah sakit, atau komunitas (Rosenfield, 2011). Pengembangan pembelajaran IPE merupakan salah satu langkah strategis bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) untuk yang ingin mencetak lulusan yang profesional di bidangnya dan mampu menjawab tantangan kesehatan di Indonesia. Program studi Diploma III (D-III) Kebidanan dan Kedokteran merupakan ranah yang sesuai untuk melakukan implementasi IPE. Sehingga FK UNS perlu mengembangan kurikulum IPE pada kedua program studi tersebut. Profesi bidan dan dokter memiliki peran yang vital, khususnya di daerah perifer Indonesia. Dalam perkembangannya, kedua profesi tersebut lebih banyak melakukan kolaborasi pada tingkat layanan primer, yaitu sebagai bidan desa dan dokter puskesmas dengan indikator-indikator kerja yang mayoritas berbasis kesehatan komunitas (Kemenkes, 2011). Berdasarkan data laporan Millenium Development Goals (MDGs) oleh WHO tahun 2014 mengungkapkan bahwa terdapat 36 kematian neonatus per 1000 kelahiran di wilayah Asia tenggara termasuk Indonesia, sedangkan target MDGs tahun 2015 harus mencapai angka 25 per 1000 kelahiran. Data Riskesdas 2013 menunjukan angka kematian bayi baru lahir dan kematian ibu masih cukup
3
tinggi, faktor-faktor yang menjadi penyebab diantaranya fasilitan pelayanan kesehatan yang belum memadai, tenaga kesehatan yang kurang, dan sistem rujukan yang tidak berjalan dengan baik. Kolaborasi bidan dan dokter menjadi tantangan untuk permasalahan komunitas tersebut, khususnya kesehatan ibu dan anak. FK UNS telah melakukan telaah program terkait pembelajaran IPE berbasis komunitas. Pembelajaran IPE di FK UNS dalam proyek tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu sosialisasi IPE, implementasi dan tahap evaluasi. Proyek tersebut dilakukan pada sepuluh mahasiswa profesi dokter dan delapan mahasiswa kebidanan yang ditempatkan di dua puskesmas di wilayah Surakarta. Respon positif didapatkan dari mahasiswa tentang pemahaman pentingnya kolaborasi dan komunikasi antar profesi serta umpan balik yang baik dari pembimbing di puskesmas bahwa proyek ini membantu puskesmas terkait program kesehatan ibu dan anak (Pamungkasari et al, 2015). Namun pada pembelajaran ini, belum dilakukan penilaian pencapaian kompetensi mahasiswa terkait kompetensi IPE. Oleh karena itu, melihat kebutuhan pengembangan kurikulum pembelajaran IPE dan peningkatkan kualitas pendidikan profesi tenaga kesehatan, sehingga perlu dilakukan pengembangan pembelajaran IPE lebih lanjut. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pembelajaran IPE berbasis komunitas terhadap aspek kolaborasi antar profesi. Kolaborasi antar profesi yang ingin dilihat sesuai dengan Curran et al (2011) yaitu komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab, pendeketan kolaboratif yang berpusat
4
pada pasien berfungsinya tim, manajemen konflik. Selain itu, penelitian ini ingin mengevaluasi bagaimana proses intervensi pelaksanaan IPE berdasarkan dokumentasi kegiatan mahasiswa untuk mengevaluasi program implementasi IPE.
I. 2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pembelajaran IPE berbasis komunitas pada aspekaspek kolaborasi antar profesi (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab, pendekatan kolaboratif berpusat pada pasien berfungsinya tim, serta manajemen konflik) pada mahasiswa kedokteran dan kebidanan? 2. Bagaimana evaluasi hasil pembelajaran IPE berbasis komunitas di FK UNS?
I. 3 Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pembelajaran IPE berbasis komunitas pada aspekaspek kolaboratif mahasiswa kedokteran dan kebidanan.
B. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruhi pembelajaran IPE berbasis komunitas pada aspek komunikasi, kolaborasi, manajemen tim, pendekatan pada pasien, peran dan tanggung jawab serta manajemen konflik.
5
b. Membandingkan aspek komunikasi, kolaborasi, manajemen tim, pendekatan pada pasien, peran dan tanggung jawab serta manajemen konflik pada mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran IPE. c. Melakukan evaluasi proses pembelajaran IPE berbasis komunitas di FK UNS berdasarkan dokumentasi pelaporan hasil intervensi mahasiswa.
I. 4 Manfaat Penelitian 1. Model pembelajaran IPE yang dapat diimplementasikan FK UNS dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan dalam intrakurikulum tahap pre klinik maupun klinik. 2. Mengembangkan teori IPE berbasis komunitas dengan penerapan pada dua profesi, yaitu bidan dan dokter. 3. Meningkatkan
kualitas
kesehatan
masyarakat
melalui
kegiatan
implementasi IPE.
I. 5 Keaslian Penelitian 1. Bridges et al (2011) mengemukakan tentang praktik interprofessional collaboration (IPC) berbasis pelayanan klinis dan komunitas di tiga universitas di Amerika Serikat. Terdapat beragam metode aplikasi IPC pada berbagai profesi kesehatan, seperti perawat, okupasi, dokter, pekerja sosial, farmasi, dan kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan adalah diawali dengan pembentukan tim, perencanaan, implementasi, evaluasi dan monitoring, serta refleksi kegiatan. Kompetensi yang dapat dilihat dari
6
ketiga instansi pendidikan tersebut yaitu kolaborasi, komunikasi antar profesi, dan pendekatan pasien termasuk tentang etik. 2. Thistlewaite dan Moran (2010) mengemukan kompetensi IPE yaitu dapat menilai kepemimpinan, komunikasi profesi, manajemen tim, dan etik. Pada publikasi ini juga dikemukakan entang tujuan pembelajaran IPE, yaitu a. menghormati, memahami dan mendukung peran dan dampak profesi yang lain pada pelayanan pasien b. Berkontribusi secara efektif sebagai anggota yang sejajar di tim kolaborasi profesi c. Memahami perubahan sifat dan hambatan yang terjadi pada pelayanan kesehatan d. Mampu mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam kolaborasi pada pelayanan yang berpusat pada pasien dan keselamatannya. 3. Cullen et al (2003) menuliskan tentang strategi pembelajaran IPE untuk mahasiswa kedokteran dan kebidanan pada konteks pelatihan keterampilan (skill lab) tentang ilmu kebidanan dan kandungan. Strategi yang menggunakan Interprofessional Team Objective Structured Clinical Examination (ITOSCE) menunjukan kolaborasi dokter dan bidan dapat didukung dengan adanya suatu sistem penilaian atau pembelajaran yang menuntut kemampuan komunikasi dan kinerja tim yang baik. Penggunaan asesmen sebagai media untuk implementasi IPE dapat menjadi alternatif integrasi IPE pada kurikulum tahap pendidikan pre-klinik.
7
4. Saxell et al (2009) menerangkan tentang kolaborasi mahasiswa kedokteran, kebidanan dan perawat pada topik kesehatan ibu dan anak. Metode yang digunakan dimulai dari tahap pemaparan pengetahuan dan keterampilan, observasi langsung pada kasus hingga melakukan tindakan dengan supervisi. Metode IPE tersebut menunjukan perkembangan yang progresif terkait manajemen tim, komunikasi, dan kepimpinan pada masing-masing profesi. Pada
penelitian
ini
ingin
menambahkan
pembahasan
tentang
implementasi IPE, khususnya pada dua profesi yaitu dokter dan bidan. Hal yang menarik adalah ranah kerja di komunitas Indonesia pada kedua profesi tersebut saling bersinggungan, sebagai bidan desa dan dokter fungsional di layanan primer atau puskesmas. Studi pre eksperimen akan melihat pengaruh intervensi pembelajaran IPE. Untuk melakukan evaluasi terkait program implementasi IPE, penelitian ini juga ingin menambahkan informasi dokumentasi pelaporan hasil intervensi mahasiswa.