BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada terjadinya transisi epidemiologi, transisi demografi dan transisi teknologi, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular
(noncommunicable
diseases).
Terjadinya
transisi
epidemiologi
disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan dalam hal: sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, yang mengakibatkan masyarakat mengadopsi perilaku hidup yang tidak sehat, misalnya: kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, makan makanan berlemak dan kalori yang tinggi, serta kebiasaan minum alkohol, yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (Rahajeng & Sulistyowati, 2011). Penyakit hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular dewasa ini menjadi masalah yang besar dan serius, karena prevalensi penyakit hipertensi yang tinggi dan cenderung meningkat. Hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga menjadi pembunuh diam-diam (the silent killer of death) dan menjadi penyebab utama timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal (Sutanto, 2010; Suiraoka, 2012). World Health Organization (WHO, 2013) memperkirakan 1 milyar penduduk di dunia menderita penyakit hipertensi dan diprediksi pada tahun 2025 ada sekitar 29% jiwa di dunia yang akan menderita penyakit hipertensi.
1
2
Prevalensi penyakit hipertensi rata-rata pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 25,8%, namun cakupan kasus oleh tenaga kesehatan hanya sebesar 36,8% dari total penderita yang diperkirakan dan sisanya tidak terdiagnosis dengan baik di masyarakat (Kemenkes RI., 2013). Sedangkan prevalensi penyakit ini di Propinsi Jawa Timur sebesar 26,2% masih melebihi prevalensi nasional (Kemenkes RI., 2013). Berdasarkan data 5 besar penyakit tidak menular di Banyuwangi tahun 2013, penyakit hipertensi menduduki rangking pertama sebesar 19.878 (41,39%) kasus, disusul diabetes, asma, penyakit jantung koroner, penyakit stroke dan ginjal. Penyakit hipertensi di Puskesmas Sempu jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan puskesmas lainnya di Banyuwangi pada tahun yang sama (Dinas Kesehatan Banyuwangi, 2013). Kasus hipertensi di Puskesmas Sempu, menduduki rangking 2 dari 15 besar penyakit, yaitu sebesar 4.094 (16,09%) kasus. Jumlah ini cenderung mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 3.780 (12,78%) kasus (Puskesmas Sempu, 2013). Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan proporsi aktivitas fisik penduduk yang tergolong kurang aktif di Indonesia sebesar 26,1%. Dari seluruh propinsi di Indonesia terdapat 22 propinsi yang aktivitas fisik penduduknya tergolong kurang aktif dengan proporsi di atas rerata nasional, termasuk di Propinsi Jawa Timur yaitu sebesar 33,9% (Kemenkes, RI., 2013). Aktivitas fisik penduduk di Kabupaten Banyuwangi diukur dari survei PHBS dan dijumpai aktivitas fisik rumah tangga sehat sebesar 33%, artinya masih ada 67% rumah
3
tangga yang kurang aktivitas fisik, sedangkan target PHBS di Kabupaten Banyuwangi sebesar 75% (Dinas Kesehatan Banyuwangi, 2013). Proporsi penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kebiasaan merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat menurut survei Riskesdas tahun 2007, 2010 dan 2013, berturut-turut sebesar 34,2%, 34,7% dan 36,3%. Angka yang sama di Propinsi Jawa Timur sebesar 33%, masih di bawah rerata nasional (Kemenkes RI, 2013). Data kebiasaan merokok di Kabupaten Banyuwangi hanya tersedia dari PHBS. Kebiasaan tidak merokok di dalam rumah menurut survei PHBS hanya sebesar 28% sedangkan target kebiasaan tidak merokok di dalam rumah pada PHBS Kabupaten Banyuwangi sebesar 75% (Dinas Kesehatan Banyuwangi, 2013). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keterkaitan aktivitas fisik dengan hipertensi masih inkonsisten. Aktivitas fisik kurang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi dan demikian juga dengan merokok (Hashani, dkk., 2014, Wahiduddin, dkk., 2013). Hasil sebaliknya menunjukkan bahwa aktivitas fisik berat berhubungan dengan hipertensi (OR = 2,367) (Sundari, dkk., 2013). Demikian juga dengan merokok, hasil berbeda juga ditunjukkan bahwa merokok tidak terbukti atau tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi dengan p > 0,05 (Sugiarto, 2007, Umiyati, 2011). Keterkaitan penyakit hipertensi dengan penyakit tidak menular lainnya di Banyuwangi khususnya di Puskesmas Sempu, belum pernah diteliti sebelumnya, padahal hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti: penyakit diabetes, jantung, ginjal dan hipertiroid. Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan
4
prevalensi diabetes di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan Riskesdas 2007, dari sebesar 1,1% meningkat menjadi sebesar 2,1%. Sedangkan prevalensi diabetes di Propinsi Jawa Timur sebesar 2,5% di atas rerata nasional. Demikian juga dengan prevalensi jantung, ginjal dan hipertiroid di Indonesia juga mengalami peningkatan dan di Propinsi Jawa Timur di atas rerata nasional (Kemenkes, RI., 2013). Upaya yang telah dilakukan Puskesmas Sempu untuk mengatasi penyakit hipertensi selama ini masih lebih banyak bersifat pengobatan (kuratif) di puskesmas. Upaya untuk mendeteksi secara dini penyakit tidak menular, mulai dirintis Puskesmas Sempu sejak 1 tahun yang lalu dengan program posbindu (pos pembinaan terpadu) penyakit tidak menular usia 18 sampai dengan 60 tahun, yang kegiatannya antara lain: pengukuran tinggi badan, berat badan, IMT, lingkar perut, analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan darah, kadar gula darah, pemeriksaan kadar alkohol, kadar amfetamin, pemeriksaan klinis payudara, uji paru sederhana dan konseling edukasi serta tindak lanjut lainnya (Puskesmas Sempu, 2013). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bersinergis dengan program posbindu penyakit tidak menular yang telah berjalan, khususnya pencegahan penyakit hipertensi. Sehubungan dengan itu peneliti meneliti dengan judul: “Pengaruh aktivitas fisik, merokok dan riwayat penyakit dasar terhadap terjadinya hipertensi di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi tahun 2015”.
5
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Apakah aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya hipertensi ?
1.2.2
Apakah merokok mempengaruhi terjadinya hipertensi ?
1.2.3
Apakah riwayat penyakit mempengaruhi terjadinya hipertensi ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.
1.3.2
Tujuan Khusus Membuktikan :
1. Aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya hipertensi. 2. Merokok mempengaruhi terjadinya hipertensi. 3. Riwayat penyakit dasar mempengaruhi terjadinya hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Dapat menambah wawasan serta konsistensi antara teori dengan hasil penelitian bahwa aktivitas fisik, merokok dan riwayat penyakit dasar berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi.
1.4.2
Manfaat Praktis
1. Bahan masukkan untuk Puskesmas Sempu guna meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat terkait pencegahan hipertensi. 2. Bahan masukan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dalam menyusun program kesehatan khususnya yang berkaitan dengan pencegahan hipertensi.
6
3. Bagi kalangan akademik, penelitian ini bermanfaat sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan dan pengembangan penelitian terkait hipertensi di masa mendatang. 1.4.3
Manfaat bagi masyarakat Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi.