BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok dan landasan agama Islam adalah akidah. Pendidikan akidah menjelaskan tentang hakikat manusia yang sebenarnya dan tujuan diciptakannya manusia di permukaan bumi ini. Potensi dan fitrah yang dimiliki manusia dalam beragama menuntun pada kesadaran mereka untuk bertuhan atau menuhankan sesuatu. Banyaknya bukti historis dan antropologis menunjukkan bahwa manusiamanusia terdahulu yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Tuhan, ternyata mempercayai adanya wujud Tuhan. Mereka meyakini Tuhan sebatas pada khayalan mereka yang berupa benda-benda alam misterius di sekeliling mereka, seperti pohon besar yang berusia ratusan tahun, batu besar dan sebagainya. Mereka menyembahnya, menjaganya dan mempercayai adanya kekuatan dalam benda-benda alam tersebut, kepercayaannya disebut dengan dinamisme. Pada perkembangan selanjutnya kekuatan misterius dari benda-benda alam itu tergantikan oleh istilah roh yang memiliki karakter, yang kepercayaannya disebut dengan animisme. Lalu masih ada lagi kepercayaan politeisme, yaitu suatu kepercayaan ketika roh-roh itu dipersonifikasikan berbentuk dewa yang berjumlah banyak dan masing-masing memiliki kekuatan khusus.3 Kenyataan-kenyataan tersebut tidak lain menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat potensi yang sangat besar untuk bertuhan. Namun dikarenakan potensi yang tidak diarahkan, manusia cenderung mengambil bentuk keyakinan
3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 16-19.
1
2
yang bermacam-macam sehingga keadaannya serba relatif. Dalam situasi tersebut, Allah mengutus para Nabi dan Rasul kepada mereka untuk mengajarkan bahwa Tuhan yang mereka cari sesungguhnya adalah Allah yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang tertulis dalam kitab yang dibawa para Nabi dan Rasul.4 Saat ini manusia memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menguasai alam dan luar angkasa. Manusia telah melakukan loncatan-loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Manusia memperoleh kenikmatan dan kenyamanan dari alat-alat yang mempermudah mereka untuk mencapai segala kebutuhannya. Kemampuan untuk menguasai sumber-sumber energi dari atom, matahari, ombak, laut serta angin, kini bukanlah merupakan suatu khayalan belaka, tetapi benar-benar telah menjadi realitas dalam kehidupan manusia di jaman ini. Akan tetapi banyak pemikir yang merasa resah atas semua realitas zona nyaman ini. Mereka memikirkan situasi dimana kekuatan-kekuatan fisik serta pengetahuan ilmiah dan kebudayaan manusia berbanding terbalik dengan pencapaian kepentingan individu untuk memecahkan persoalan-persoalan kehidupan dari segi moral. Hal tersebut tidak lain terjadi karena pengetahuan dan science terpisah dari nilai. Manusia telah memperluas jangkauan dan kuantitas pengetahuan, tetapi belum bisa memahami tujuan, cita-cita perseorangan dan realisasi diri (self-realization). Manusia telah memperoleh keamanan dan kenikmatan, tetapi pada waktu yang sama, mereka merasa tidak aman,
4
Rosihon Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 115.
3
dikarenakan tidak adanya keyakinan akan arti kehidupan dan tidak adanya sebuah arah yang benar dalam kehidupan mereka.5 Pada saat yang lain, sebagian umat muslim tidak dapat mengambil makna dan hikmah dari ibadah-ibadah yang dilakukannya, yang disebabkan oleh pemahaman akidah yang kurang atau terdapat penyimpangan dari pemahaman akidah yang benar. Ketika seseorang mengerjakan suatu ibadah, seharusnya ia tidak lagi merasakan kekeringan spiritual dalam hidupnya karena ibadah yang dilakukan dengan khusyuk tidak mungkin menimbulkan kebosanan. Nilai-nilai akidah yang kurang pada kehidupan spiritual seorang muslim telah menyebabkan sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang kurang pula. Ilmu akidah yang tidak difahami dengan baik juga membuat kebanyakan kaum muslimin terjebak pada pengamalan agama formalistik, yakni mengamalkan ibadah dengan susah payah akan tetapi tidak bermakna, sehingga membuatnya tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya terkandung di dalam ibadah tersebut.6 Umat Islam membutuhkan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk meraih kepuasan dan kebahagiaan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Maka di samping akal, Allah juga membekali keistimewaan lain yang akan membimbing gerak akal, yaitu agama Islam. Agama Islam adalah agama yang fitrah, sehingga pokok-pokok isi ajaran Islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia. Sebagai agama fitrah, substansi ajaran Islam akan tumbuh dan berkembang secara serasi bersama dengan perkembangan fitrah manusia tersebut dan beradaptasi serta
5
Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Rajawali Pers: 2005), hlm. 1-4. 6 Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historitas?, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 65-69.
4
berinteraksi dengan setiap sistem hidup dan lingkungan budaya yang dijumpai umat Islam sesuai dengan jamannya.7 Faktor lain yang menyebabkan seorang Muslim harus memahami ajaran akidah ialah kehidupannya yang senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari luar. Tantangan dari dalam diri dapat berupa dorongan hawa nafsu, adapun tantangan dari luar dapat berupa bisikan setan yang berbentuk jin dan manusia, yang membentuk rekayasa-rekayasa dan upaya-upaya untuk memalingkan dirinya agar menjauh dari Allah. Tantangan lain bagi seorang Muslim untuk berakidah dengan baik dan benar adalah orang-orang kafir. Mereka dengan sukarela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang dimanifestasikan dalam bentuk kebudayaan, yang di dalamnya mengandung misi agar umat islam tidak lagi menjalankan ketaatan pada agamanya. Oleh karena itu, pemahaman serta pendidikan akidah yang benar wajib ditanamkan pada diri setiap muslim sebagai upaya pembentengan dirinya dari pemikiran akidah yang menyimpang dan tantangan kehidupan yang semakin meningkat.8 Salah satu usaha menyimpangkan akidah tersebut adalah pendidikan orientalis barat, yang dalam mengajarkan studi Islam selalu mengangkat citra bahwasanya Islam senantiasa penuh dengan perbedaan dan konflik. Para ulama digambarkan tidak pernah sepakat dalam hal-hal pokok ajaran Islam. Selalu ada perbedaan dan perselisihan pendapat dalam berbagai masalah seperti akidah, sumber hukum Islam, maupun dalam aspek politik. Mereka berusaha membuat kesan bahwasanya Islam tidak satu dan memiliki banyak macam sehingga tidak 7
Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hlm. 11-12. Murtadha Muthahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Penerbit Mizan, 1990), hlm. 56-57. 8
5
perlu meyakini satu paham Islam tertentu. Keadaan semacam ini sengaja dibuat agar umat Islam digiring untuk menerima relativisme tafsir akidah dan relativisme kebenaran. Gambaran orientalis tentang Islam yang semacam itu akan berujung pada sikap skeptis terhadap kebenaran yang dibawa oleh Islam.9 Ulama kaum muslimin telah berhasil menepis tuduhan tersebut, salah satunya adalah ulama tafsir (al-mufassirūn). Mereka berusaha untuk menjelaskan kebenaran kepada umat Islam seiring dengan munculnya berbagai macam problematika kehidupan. Hal ini menimbulkan kesadaran mengenai urgensi memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat alQur‟an. Oleh karena itu lahirlah berbagai macam tafsir al-Qur‟an yang dikembangkan oleh para mufasir. Metode-metode tersebut dikembangkan untuk menghasilkan penafsiran al-Qur‟an yang representatif, yang diharapkan akan menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kaum muslimin dan sebagai pemecahan dari masalah-masalah kontemporer yang sedemikian kompleks.10 Berdasarkan berbagai masalah dalam diri dan lingkungan yang terjadi sepanjang sejarah manusia di atas, peneliti melihat pentingnya pendidikan akidah Islam sebagai solusi. Salah satu sumber yang sarat akan nilai-nilai pendidikan akidah adalah ibrah dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS, berupa doa-doa yang beliau panjatkan kepada Allah. Nabi Ibrahim merupakan sosok yang bertaqwa, sabar, teguh pada pendirian, dan memiliki sifat ideal lainnya yang sudah
9
Hasan Abdul Rauf, Abdurrahman Ghirah, penj. H Andi Subarkah, Orientalisme dan Misionarisme. Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: Rosda, 2008), hlm. 18-21. 10 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 56-58.
6
seharusnya melekat pada diri setiap muslim. Secara eksplisit Nabi Ibrahim disebutkan oleh Allah sebagai suri teladan bagi umat muslim di seluruh dunia, sebagaimana dalam firman-Nya: “Sesungguhnya, telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.” (QS. al-Mumtahanah: 4) Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam salah satu doa Nabi Ibrahim dalam al-Qur‟an, yaitu pada surat Ibrahim ayat 35-41. Peneliti merumuskan nilai-nilai pendidikan akidah apa saja yang terdapat pada ayat tersebut setelah menelaah dua buah kitab tafsir. Peneliti memilih untuk menelaah dua kitab tafsir mutaqoddimin, yaitu Tafsir ar-Rāzī yang merupakan at-tafsīr bi ar-ra‟yi dan Tafsir at-Ṭabarī yang merupakan at-tafsīr bi al-ma‟ṡur. Kedua kitab tafsir tersebut merupakan kitab tafsir besar dan monumental, yang penafsirannya menggunakan metode tahlili (analitis), sehingga pembahasannya sangat terperinci serta mencakup banyak hal. Peneliti mencari penafsiran ayat dengan menelaah lebih dalam dua kitab tafsir menggunakan metode perbandingan, yaitu metode muqarin atau komparatif. Peneliti melihat adanya kelebihan dalam menggunakan metode komparatif tersebut, yaitu memberikan wawasan yang lebih luas dibandingkan metode tafsir yang lainnya. Peneliti berharap penelitian ini akan mendatangkan solusi bagi problematika di kalangan umat muslim terutama mengenai pendidikan akidah.
7
B. Rumusan Masalah Peneliti harus merumuskan masalah pada penelitiannya agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan jelas darimana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa dia akan meneliti. Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Masalah dalam penelitian tersebut dirumuskan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Rumusan masalah harus berhubungan dengan pokok masalah penelitian sebagaimana yang tertuang dalam latar belakang masalah. 11 Berikut ini adalah rumusan masalah pada penelitian ini: 1. Bagaimana penafsiran ar-Rāzī dan at-Ṭabarī terhadap surat Ibrahim ayat 35-41 dalam kitab Tafsir ar-Rāzī dan Tafsir at-Ṭabarī? 2. Apa saja nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam doa Nabi Ibrahim berdasarkan telaah Tafsir ar-Rāzī dan Tafsir at-Ṭabarī terhadap surat Ibrahim ayat 35-41? 3. Apa saja implikasi nilai-nilai pendidikan akidah tersebut dalam pendidikan Islam di Indonesia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian memuat secara spesifik rumusan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Pada dasarnya tujuan penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Secara umum tujuan dari penelitian kualitatif adalah memberikan teori baru, memperkuat teori yang telah ada, mengadakan 11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 63-72.
8
penilaian terhadap produk atau proses, dan merumuskan kebijakan.12 Maka dari itu peneliti merumuskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui penafsiran ar-Rāzī dan at-Ṭabarī terhadap surat Ibrahim ayat 35-41 dalam kitab Tafsir ar-Rāzī dan Tafsir at-Ṭabarī. b. Menyebutkan nilai-nilai akidah yang terkandung dalam doa Nabi Ibrahim berdasarkan telaah Tafsir ar-Rāzī dan Tafsir at-Ṭabarī terhadap surat Ibrahim ayat 35-41. c. Menyebutkan implikasi nilai-nilai pendidikan akidah tersebut dalam pendidikan Islam di Indonesia 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang luas baik dari sisi akademis maupun secara praktis. Berikut ini adalah beberapa manfaat penelitian ini baik secara akademis maupun secara praktis. a. Manfaat Akademis 1) Penelitian ini dapat menjadi pengembangan bagi ilmu pendidikan Islam khususnya dalam bidang pendidikan akidah, baik di Indonesia maupun dalam dunia Islam pada umumnya. 2) Penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan serta keilmuan peneliti dan juga pembaca, terkait dengan nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ayat 35-41.
12
Sutama, Metode Penelitian Pendidikan Kuatitatif, Kualitatif, PTK, dan R&D, (Surakarta: Fairuz Media, 2011), hlm. 76.
9
3) Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan bahan kajian bagi peneliti lain dalam bidang pendidikan Islam secara khusus, maupun bagi pembaca secara umum. 4) Penelitian ini dapat memenuhi syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan program studi magister pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Manfaat praktis 1) Secara umum penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan Islam, khususnya dalam bidang pendidikan akidah. 2) Bagi pembaca, mereka dapat memahami serta mengamalkan nilai-nilai pendidikan akidah yang telah peneliti kemukakan sebagai hasil dari telaah tafsir atas doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ini. 3) Bagi pemerintah, maka penelitian ini dapat menjadi landasan referensi dibuatnya peraturan-peraturan pemerintah serta dapat menjadi dasar materi-materi pelajaran pendidikan agama Islam. 4) Bagi masyarakat, agar senantiasa memperbaiki diri dengan merefleksikan ajaran dan nilai pendidikan akidah yang benar, terutama nilai pendidikan yang telah tertuang pada hasil penelitian ini. D. Telaah Pustaka Telaah pustaka merupakan pelacakan penelitian-penelitian terdahulu, yang terkait dengan tema penelitian, terutama dalam bentuk tesis dan disertasi. Fungsi telaah pustaka adalah menunjukkan bahwa pokok masalah yang sedang diteliti
10
merupakan sesuatu yang orisinil. Informasi yang dipilih dalam telaah pustaka harus terkait dengan domain dari pokok penelitian.13 Sejauh penelusuran pustaka yang peneliti lakukan baik di perpustakaan UMS maupun diluar perpustakaan UMS, peneliti tidak menemukan adanya penelitian maupun buku dengan judul yang sama dengan judul penelitian ini. Namun ada beberapa penelitian berbentuk tesis dan skripsi yang menyinggung pendidikan Islam secara umum maupun pendidikan akidah secara khusus dan beberapa penelitian yang membahas kisah Nabi Ibrahim secara umum. Berikut ini beberapa penelitian berbentuk tesis yang peneliti temukan, diantaranya adalah: 1. Tesis yang ditulis oleh Al Furqon Hasbi (2006), berjudul: Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibn Qayyim: Relevansinya Dengan Pendidikan Modern. 14 Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library reasearch) yang menjadikan bahan-bahan tertulis berupa buku sebagai bahan utamanya. Metode yang digunakan adalah heurmenetik. Dalam menemukan pembaharuan konsep pendidikan Ibnu al-Qoyyim peneliti membandingkan konsep Ibnu al-Qoyyim dengan para pakar pendidikan sebelumnya. Hasilnya adalah bahwasanya konsep pendidikan Ibnu al-Qoyyim lebih komperhensif dari para pakar sebelumnya karena tujuan pendidikan Ibnu al-Qoyyim yang berorientasi pada dunia dan akhirat. Pada penelitian ini dijelaskan konsep pendidikan Islam akan tetapi tidak secara spesifik pada pendidikan akidah.
13
Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: Sekolah Pascasarjana UMS, 2014), hlm. 9. 14 Al Furqon Hasbi, Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibn Qayyim: Relevansinya Dengan Pendidikan Modern, Tesis (Program Pascasarjana UMS, 2006).
11
2. Tesis yang ditulis oleh Sahirman (2013), berjudul: Strategi Keberhasilan Nabi Ibrahim bagi Pendidikan Anak dan Relevansinya dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Telaah Atas Tafsir Surat As-Shaffat Ayat 99-113).15 Penelitian ini meneliti masalah kualitas dan nilai pendidikan pada anak, dengan mengkaji peristiwa mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yaitu Ismail dalam al-Qur‟an Surat As-Shaffat: 99-113. Penelitian ini bersifat kualitatif yang mengacu pada data-data berupa karya ilmiyah, dan menggunakan pendekatan tafsir dengan metode tematik (maudhu‟i). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi Nabi Ibrahim dalam mendidik anak adalah dengan metode pensucian jiwa, berada pada lingkungan yang baik dan terkontrol, memiliki visi, misi dan tujuan, melakukan komunikasi yang baik, memiliki semangat berkorban dan memiliki rumus “Balasan adalah semisal dengan perbuatan”. Nilai yang dihasilkan adalah: banyak berdoa, mendirikan shalat, memiliki kekuatan tekad, kejujuran, kesabaran dan tanggung jawab. Pada penelitian ini dijelaskan mengenai nilai pendidikan Islam yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim namun tidak secara spesifik menjelaskan nilai-nilai pendidikan akidah. 3. Tesis yang ditulis oleh Ayu Budi Wijayati (2012), berjudul: Kajian Nilai Pendidikan Akidah Akhlak dalam Film Ketika Cinta Bertasbih.16 Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) sehingga metode yang digunakan adalah metode dokumentasi, sedangkan analisis data yang 15
Sahirman, Strategi Keberhasilan nabi Ibrahim bagi Pendidikan Anak dan Relevansinya dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam ,Telaah Atas Tafsir Surat As-Shaffat Ayat 99-113, Tesis (Program Pascasarjana UMS, 2013). 16 Ayu Budi Wijayati, Kajian Nilai Pendidikan Akidah Akhlak dalam Film Ketika Cinta Bertasbih, Tesis (Program Magister IAIN Walisongo, 2012).
12
digunakan adalah analisis semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran nilai pendidikan akidah dan akhlak dalam film ketika cinta bertasbih mengarah pada penciptaan manusia yang selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui perjalanan hidup sang tokoh dengan berbekal iman. Latar belakang cerita tersebut adalah lembaga pendidikan Islam Universitas AlAzhar Kairo dan segala aktivitasnya baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga tersebut. Penggambaran sang tokoh juga terhiasi oleh akhlak terpuji seperti tawakkal, takwa, cinta kepada Allah, sabar, bergaul dengan baik, mencari ilmu yang bermanfaat, bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, menjaga lisan, menghormati guru, hormat dan patuh pada orang tua dan menghindari rasa sombong dan dengki. Penelitian ini meneliti tentang nilai pendidikan akidah secara umum namun tidak terkait dengan doa Nabi Ibrahim sebagai sumber nilai pendidikan akidah tersebut. Berdasarkan telaah atas hasil penelitian-penelitian di atas ada beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini, baik dari sisi metode, pendekatan, maupun variabel penelitian, akan tetapi tidak ditemukan judul maupun substansi penelitian yang sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Oleh sebab itu penelitian ini termasuk penelitian baru dan orisinil, karena tidak mengikuti atau menjiplak penelitian yang telah ada. E. Landasan Teori Teori adalah seperangkat konsep, proposisi dan definisi yang digunakan untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan serta meramal fenomena.
13
Mencari teori serta konsep yang digunakan dalam penelitian merupakan sebuah langkah penting dalam penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai landasan teoritis agar penelitian tersebut memiliki dasar yang kokoh. Adanya landasan teoritis ini sebagai tanda bahwa penelitian tersebut memiliki cara ilmiah dalam mendapatkan data.17 Berikut ini adalah landasan teori yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini. 1. Nilai-nilai Pendidikan Islam Hakikat dan makna nilai banyak didefinisikan oleh para pakar sebagai norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga untuk dijalankan dalam kehidupan seseorang. Nilai bersifat abstrak dan tidak dapat ditulis, akan tetapi dapat dirasakan sebagai dasar dari sebuah tindakan. Dalam makna yang lebih luas nilai dapat diartikan sebagai ukuran untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk.18 Pendidikan agama merupakan pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya. Adapun pendidikan Islam dapat dimaknai sebagai sebuah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam menjalankan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan hadist.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 79-80. 18 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: Imtima, 2007), hlm. 45-46.
14
Maka tujuan dari pendidikan agama Islam itu adalah membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia.19 Berdasarkan penjelasan diatas maka nilai-nilai pendidikan agama Islam terdiri atas tiga unsur yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan keimanan sehingga cakupan pendidikan akidah adalah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab suci, Nabi dan rasul, hari akhir/kiamat, dan takdir atau qada dan qadar. Syariat secara etimologi adalah jalan yang harus ditempuh, sedangkan secara terminologi syariat adalah sistem norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah), hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan sekitarnya (muamalah). Displin ilmu khusus yang membahas syariah disebut dengan ilmu fikih. Akhlak merupakan sikap yang menimbulkan kelakuan baik atau buruk. Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, prilaku, watak dan budi pekerti. Secara garis besar pendidikan akhlak mencakup prilaku seorang muslim terhadap al-Khaliq dan makhluq.20 2. Dasar-dasar Pendidikan Akidah Secara etimologi akidah berarti ikatan atau sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Akidah juga memiliki istilah lain yaitu iman dan keyakinan. Kedudukan akidah sangat fundamental karena akidah adalah asas segala sesuatu dalam Islam, dan juga merupakan titik tolak kegiatan setiap muslim. Akidah Islam berawal dari keyakinan terhadap zat mutlak Yang Maha Esa yaitu Allah Swt, sedangkan ilmu 19
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,hlm. 2. Mohammad Daus, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 133-
20
134.
15
yang membahas tentang kemahaesaan Allah disebut dengan tauhid. Apabila manusia menerima tauhid sebagai prima causa21, maka rukun iman yang lainnya hanyalah akibat logis dari penerimaan tauhid yang merupakan rukun iman yang pertama. Berdasarkan penjelasan diatas maka akidah Islam berarti beriman dengan penuh kepastian dan keteguhan yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam dan tidak bercampur dengan kebimbangan atau tidak tercemar dengan keraguan sedikitpun terhadap seluruh rukun iman yang enam, dan seluruh apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya tentang pokok-pokok agama serta hal-hal ghaibiyah.22 3. Sumber-sumber Akidah Islam Sumber akidah Islam adalah metode yang harus ditempuh dalam menetapkan muatan-muatan akidah Islam. Sumber akidah tersebut adalah AlQuran, As-Sunnah dan akal sehat. Dasar-dasar rasional penentuan hukum akal terdiri dari sejumlah sumber yang merupakan landasan bagi struktur pengetahuan manusia. Tanpa landasan tersebut manusia tidak akan memperoleh hasil pengetahuan. Dasar-dasar tersebut yaitu: Pertama, informasi dan pengetahuan yang diserap melalui pengalaman pengindraan dan pancaindra. Kedua, pengetahuan-pengetahuan dan aksioma-aksioma dasar yang bersifat absolut. Ketiga, pengetahuan bawaan (fitrah). Keempat, pengetahuan yang diperoleh melalui rangkaian aktivitas perenungan, penelitian, analisa, dan semacamnya baik bersifat abstrak maupun konkrit. Dalam membentuk kerangka logika dan analisa, akal juga harus memahami keterkaitan dan keterpaduan antara keempat dimensi 21
Asal pertama yang merupakan sebab terjadinya segala sesuatu. Zainal Abidin, Akidah Muslim, Landasan Pokok Akidah Ahlusunnah Wal Jama‟ah, (Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2014), hlm. 3. 22
16
tersebut dengan sesuatu yang akan diberikan hukum tertentu. Bila keterkaitan dan keterpaduan tersebut tidak ada, maka hukum-hukukm akal dengan sendirinya menjadi salah dan batal.23 F. Metode Penelitian 1. Paradigma Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library research), sehingga paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma penelitian kualitatif. Peneliti berusaha menemukan gambaran lengkap tentang makna teks serta maksud dari sumber data yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel sebagaimana penelitian dengan paradigma kuantitatif. Peneliti juga banyak membaca referensi berupa buku-buku dan artikel agar hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan landasan teori yang digunakan. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi teks dan dokumentasi. Peneliti lebih menitik beratkan penelitian ini pada analisis atau interpretasi bahan tertulis yang merupakan sumber data berdasarkan konteksnya. Teks yang merupakan sumber data primer menggunakan bahasa arab, sehingga peneliti terlebih dahulu menerjemahkan teks tersebut kedalam bahasa Indonesia secara bebas, kemudian peneliti menyusunnya kembali sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan menambahkan poin-poin sehingga mudah untuk dipahami.
23
Zainal Abidin, Akidah Muslim, hlm. 3.
17
3. Sumber Data Pada penelitian ini sumber data terbagi menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer pada penelitian ini adalah kitab Tafsīr Ar-Rāzī atau Mafātihul Gaib cetakan pertama oleh Darul Fikri Beirut tahun 1981, dan kitab Tafsīr At-Ṭabarī atau lebih dikenal dengan Jāmiul Bayān „An Ta‟wīli Āyil Qur‟ān cetakan pertama oleh Markaz al-Buhuts Wa adDirasat al „Arabiyah Wa al Islamiyah dan Dar Hijr Kairo tahun 2001. Sumber data sekunder penelitian ini adalah buku-buku yang memuat permasalahan akidah dan pendidikan Islam. 4. Analisis Data Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis isi (content analysis), dimana peneliti berusaha mengungkapkan secara kontekstual maksud dari teks dan dokumentasi yang akan diteliti dan mencari jawaban dari rumusan masalah pada penelitian. Adapun metode analisis tafsir yang digunakan oleh peneliti
adalah
metode
perbandingan
atau
metode
komparasi,
yaitu
membandingkan tafsir ar-Rāzī dan at-Ṭabarī. Peneliti membandingkan jenis, metodologi, serta corak dari kedua tafsir tersebut. Sebagai hasil dari penelitian ini, peneliti menyebutkan poin-poin yang merupakan nilai-nilai pendidikan akidah yang terdapat dalam penafsiran tersebut. G. Sistematika Pembahasan Pada sub bab sistematika pembahasan ini, akan diuraikan susunan pembahasan dan penulisan pada penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari 5 bab,
18
dimana pada setiap bab terdapat sub bab yang memperinci pembahasan pada bab tersebut. 1. Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan gambaran awal terhadap penelitian sehingga penelitian dapat berjalan sesusai dengan gambaran awal tersebut. 2. Bab II : Landasan Teori. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang digunakan dalam penelitian meliputi pendidikan akidah dalam Islam, nilainilai pendidikan akidah, metodologi penafsiran ayat al-Qur‟an, profil Nabi Ibrahim As serta doa Nabi Ibrahim dalam al-Qur‟an. 3. Bab III : Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Surat Ibrahim Ayat 3541. Pada bab ini akan dibahas mengenai biografi ar-Rāzī dan at-Ṭabarī, tinjauan terhadap doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ayat 35-41, Telaah tafsir ar-Rāzī terhadap surat Ibrahim ayat 35-41, telaah tafsir at-Ṭabarī terhadap surat Ibrahim ayat 35-41 serta perbedaan tafsir ar-Rāzī dan tafsir at-Tabari. 4. Bab IV : Nilai-Nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim. Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ayat 35-41, serta implikasinya dalam pendidikan agama Islam. 5. Bab V : Penutup. Pada bab ini akan dimuat kesimpulan penelitian, saran dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.