BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan, Kecamatan Susukan. SMP Negeri 2 Susukan terbagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. Tiap kelas di SMP Negeri 2 Susukan mempunyai susunan mata pelajaran yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum. “Kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.”1
Kurikulum di SMP Negeri 2 Susukan berisi lima kelompok mata pelajaran yaitu, agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, jasmani olahraga dan kesehatan. “Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.”2
Salah satu mata pelajaran yang tergolong ke dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1
Mimin Haryati, Model Dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta:Gaung Persada Press,2007), Hal. 1. 2 Tim Penyusun Kurikulum SMP Negeri 2 Susukan Kabupaten Semarang, hal. 17.
1
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Ekonomi merupakan salah satu kajian di dalam IPS yang menjadi fokus utama dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini. Tujuan dari ekonomi yang merupakan kajian dari mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan pemahaman tentang prilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi. Selama ini proses pembelajaran ekonomi dilakukan dengan metode ceramah, artinya guru hanya memindahkan informasi yang diketahui oleh guru, siswa diminta mendengarkan atau mencatat. Metode ini membuat kegiatan belajar mengajar di kelas lebih didominasi dan terfokus pada guru, sehingga partisipasi siswa di dalam kelas menjadi berkurang dan siswa cenderung menjadi pasif. Ketepatan pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran yang dicapai siswa. “Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.”3 Hasil belajar mata pelajaran IPS pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas di SMP Negeri 2 Susukan dinilai kurang memuaskan. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian siswa pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas yang nilainya sudah mencapai KKM sebanyak sembilan siswa dari 23 (dua puluh tiga) siswa yang mengikuti ulangan harian.
3
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Bumi Aksara: Jakarta, 2006), hal.16.
2
Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, siswa dianggap kompeten jika nilai telah mencapai 71. Oleh karena itu, apabila ada siswa yang nilainya di bawah 71, maka hal itu menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu upaya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok. Siswa belajar di dalam suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau menyelesaikan sesuatu untuk tujuan bersama. ”Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi, dan pengembangan keterampilan sosial”.4 Jenis
pembelajaran
kooperatif
sangat
bervariatif,
salah
satu
tipe
pembelajaran kooperatif adalah TAI (Team Assisted Individualization). “TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.”5 Ciri khas dari pembelajaran ini adalah siswa belajar secara individual mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru. Hasil belajar individual akan
4
Richard I. Arends, Learning To Teach, atau Belajar Untuk Mengajar, terje. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hal. 5. 5 http://binham.wordpress.com/2012/04/20/model-pembelajaran-tai-team-assistedindividualization/, (diunduh tanggal 23 Oktober 2012Jam 16.35).
3
dibawa ke dalam kelompok masing – masing untuk dibahas dan didiskusikan oleh anggota kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban yang telah dikerjakan. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari bagaimana menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman kelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, dan menghargai pendapat teman yang lain. TAI juga melihat siswa untuk bersosialisasi dengan baik, adanya pengaruh positif hubungan dan sikap terhadap siswa yang terlambat akademisnya. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki beberapa pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik yaitu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kususnya pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
“Model pembelajaran tipe TAI memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut:a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.b. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh
4
guru kembali diakhiri pemecahan masalah”6
waktu
pembelajaran
dengan
strategi
Menurut Robert E. Slavin, TAI “dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual: 1. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin. 2. Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil. 3. Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa di kelas tiga ke atas dapat melakukannya. 4. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas. 5. Tersedianya banyak cara pengecekan penugasan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru. 6. Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang mengecek kemampuannya ada dibawah siswa yang dicek dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekanakan cukup sderhana dan tidak mengganggu sipengecek. 7. Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupunsiswa, idak mahal, fleksebel, dan tidak membutuhkanguru tambahan ataupun tim guru. 8. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompokkelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap positif terhadap siswa-siswa mainstream yang cacat secara akademik dandi antara para siswa dari latar belakang ras atau etnik berbeda.”7 1.2. Permasalahan Seharusnya dalam proses pembelajaran guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong
6
Ibid.http://binham.wordpress.com/2012/04/20/model-pembelajaran-taiteam-assisted-individualization/ 7
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik (Bandung:NusaMedia,2005),hal.190.
5
aktivitas belajar siswa dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Senyatanya metode pembelajaran yang digunakan guru di kelas VIII E kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas adalah metode ceramah. Metode ini menyebabkan siswa masih tergantung pada penjelasan guru saja dalam proses belajar mengajar tanpa memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang disediakan di sekolah. Metode sering kali membuat siswa merasa bosan. Hal ini diperhatikan dari prilaku siswa selama di dalam kelas. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ditemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar ada siswa yang melakukan aktivitas lain
yang
tidak
berhubungan
dengan
pelajaran
dan
tidak
memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan kelas, seperti berbicara sendiri dengan teman sebangku, mengganggu teman yang duduk di depannya, menyandarkan kepala di atas meja, bersiul, sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru. 2. Ada siswa yang tidak berani maju ke depan kelas ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di depan kelas. 3. Ada siswa yang suka membentuk kelompoknya sendiri pada saat pelajaran berlangsung, anak perempuan duduk di depan, sedangkan anak laki – laki duduk di belakang 4. Selain itu berdasarkan wawancara dengan guru IPS kelas VIII E SMP N 2 Susukan, nilai ulangan harian pada kompetensi dasar
6
mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas kurang memuaskan. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian yang nilainya di atas KKM sejumlah sembilan siswa dari 23 (dua puluh tiga) yang ikut ulangan harian. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin membuktikan apakah dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Hubungan Antara Kelangkaan Sumber Daya Dengan Kebutuhan Manusia Yang Tidak Terbatas dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas VIII E Semester I Tahun Ajaran 2012 / 2013 di SMP Negeri 2 Susukan.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan penggunaan metode kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Hubungan Antara Kelangkaan Sumber Daya Dengan Kebutuhan Manusia Yang Tidak Terbatas di Kelas VIII-E Semester I Tahun Ajaran 2012 / 2013 di SMP Negeri 2 Susukan.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Peserta didik
7
Penelitian ini sebagai masukan untuk meningkatkan keaktifan dan partisipasi peserta didik, mengembangkan kerja sama antar peserta didik, menghargai satu sama lain, membangun percaya diri dan kesiapan peserta didik, meningkatkan solidaritas antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai, serta sebagai metode yang dapat meningkatkan hasil belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Guru Penelitian ini sangat berguna bagi guru untuk mengetahui strategi pembelajaran selain ceramah bervariasi, khususnya metode pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dapat memadukan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran
individual
sehingga
dapat
mengoptimalkan
penggunaan metode pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. 3. Sekolah Penelitian ini memberikan masukan tentang metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di SMP Negeri 2 Susukan dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan pembelajaran di sekolah.
8