BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan industri kecil dan menengah yang berkembang di Provinsi
Bali dapat meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan yang lebih bermutu selain itu mengingat sumber daya alam yang melimpah dan kreativitas masyarakat akan kerajinan dan seni yang mereka punya akan memberikan kontribusi dan meningkatkan
potensi
yang
ada
dalam
memajukan
program-program
pembangunan daerah. Perkembangan usaha kecil di Provinsi Bali mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi
sektor industri
yang
berpotensi
dalam
menjalankan kegiatan perekonomian di Provinsi Bali. Kondisi sumber daya alam
lokal
memberikan
dan
kreativitas
kontribusi
masyarakat
dalam
dibidang
pengembangan
seni
IKM
dan
dan
kerajinan
peningkatan
masyarakat disekitarnya. Perkembangan industri kecil yang terdapat di Provinsi Bali berjalan sejajar dengan berkembangnya industri pariwisata. Perpaduan itu akan dapat menciptakan sesuatu yang baru yaitu dalam hal ini adalah industri kecil (kerajinan) tangan yang merupakan salah satu usaha dari berbagai usaha yang berkembang di wilayah Bali. Sektor industri baik itu industri besar, sedang, kecil ataupun kerajinan ini memberikan kontribusi terhadap PDRB.Dimana ini memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap perekonomian di Bali serta berpengaruh terhadap PDRB di setiap Kabupatennya. Provinsi Bali terkenal akan kerajinan, yang mengandalkan
1
pesona alamnya, seni, budaya, serta adat istiadat yang semakin diperkenalkan di mancanegara. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan meningkatnya pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali setiap tahunya di masingmasing sektor (Sudemen, 2009:394). Berikut dijelaskan dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 (dalam persen) No
Kab/Kot
2009
2010
2011
2012
2013
1
Jembrana
4,82
4,57
5,61
5,90
5,38
RataRata 5,26
2 3 4
Tabanan Badung Gianyar
5,44 6,39 5,93
5,68 6,48 6,04
5,82 6,69 6,76
5,91 7,30 6,79
6,03 6,41 6,43
5,78 6,66 6,39
5
Klungkung
4,92
5,43
5,81
6,03
5,71
5,58
6
Bangli
5,71
4,97
5,84
5,99
5,61
5,63
7
Karangasem
5,01
5,09
5,19
5,73
5,81
5,37
8
Buleleng
6,10
5,85
6,11
6,52
6,71
6,26
9
Denpasar Bali
6,53 5,33
6,57 5,83
6,77 6,49
7,18 6,65
6,54 6,05
6,72 6,07
Sumber: Badan Pusat Statistik Bali, 2014 Menurut Tabel 1.1 Menujukan bahwa PDRB Kabupaten Badung mengalami peningkatan setiap tahunnya dari periode 2009-2012 walaupun pada tahun 2013 sempat menurun akan tetapi hal ini menunjukan bahwa laju PDRB Kabupaten Badung terus berkembang dan produk yang dihasilkan setiap tahunnya terus bertambah. Berkembangnya
Industri
di
berbagai
sektor
mendukung
laju
pertumbuhan industri, sehingga menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian sedang tumbuh dan sehat.
2
Selain itu pembangunan industri juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kemampuannya memanfaatkan sumber daya secara optimal. Hal tersebut berarti bahwa pembangunan industri dianggap sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Perkembangan sektor industri kerajinan di Kabupaten Badung yang didukung menjadikan
sektor pertanian, Kabupaten
pariwisata
Badung
serta
sektor
mampu bersaing
jasa-jasa
dengan
mampu
kabupaten –
kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Sektor industri kecil di Kabupaten Badung mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat sumber daya alam lokal dan kreativitas masyarakat pada bidang seni ataupun bidang kerajinan cukup memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung program pembangunan daerah. Perkembangan industri kecil cukup pesat sejajar dengan pesatnya perkembangan
industri pariwisata yang
membuka peluang pasar baik lokal maupun internasional. Kabupaten Badung memiliki industri pariwisata yang potensinya dikembangkan sebagai pendukung perkembangan pariwisata itu sendiri dan pembangunan daerah. Seperti pada Tabel 1.2 berikut disajikan PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 20102013.
3
Tabel 1.2 PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2013 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
Pertanian, Peternakan
487,78
504,63
514,10
526,95
Pertambangan dan Penggalian
5,94
6,22
6,87
7,40
Industri Pengolahan
169,69
177,09
187,63
202,62
Listrik, Gas, dan Air Bersih
94,44
100,78
112,95
124,47
Bangunan
253,70
273,90
355,19
385,66
Perdagangan, Hotel dan restoran
2.689,07
2.900,78
3.000,02
3.180,02
Pengangkutan dan komunikasi
1.55,51
1.644,53
1.816,93
1.732,28
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
148,97
152.51
164,73
174,05
Jasa-Jasa
482,26
519,77
580,49
648,07
PDRB
5.886,37
6.280,21
6.738,91
7.170,97
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 Dilihat dari Tabel 1.2 sektor industri pengolahan dari tahun 2010-2013 meningkat dan dapat memberikan sumbangan terhadap PDRB yang terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sektor industri khususnya industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Badung memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Selain itu, pertumbuhan sektor industri juga diharapkan mampu memberikan dampak yang positif dan menunjang pertumbuhan sektor pertanian, sektor pariwisata dan berbagai sektor lainnya. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh ”terbatasnya permintaa tenaga kerja” yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya,
4
yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro, 2000:307). Pembinaan dan pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan (public policy). Kebijakan ini berupa pembinaan teknis maupun kebijakan dalam peng-implementasi-an untuk
setiap
sektor
potensial.
Tujuannya
adalah
untuk
meningkatkan
kesejahteraan melalui peciptaan iklim usaha yang kondusif, efisien dan efektif (Suharjono, 2003). Pentingnya kajian tentang IKM dengan melihat hubungan tata kelola dan kinerja IKM nantinya dapat dijadikan basis data atau dasar arahan dalam pengembangan IKM di Kabupaten Badung. Hasil kajian, nantinya akan ikut membantu mempercepat pemulihan dan penggerakan ekonomi secara meluas di daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara meluas sehingga dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat daerah khususnya Kabupaten Badung. Merujuk pada permasalahan Industri kecil kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Banyak sedikitnya jumlah tenaga kerja yang diminta suatu industri juga dipengaruhi oleh tingkat upah, ketika tingkat upah makin tinggi maka tenaga kerja yang diminta sedikit, hal itu dilakukan suatu perusahaan/industri untuk mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahan tersebut. Terkait dengan hal tersebut maka perlu diketahui seberapa besar pengaruh faktor modal, tingkat upah dan teknologi
5
terhadap penyerapan tenaga kerja dan produktivitas kerja pada industri kecil kerajinan patung kayu diKabupaten Badung. Dilihat dari jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang terserap pada kerajinan di Kabupaten Badung ini di paparkan Tabel seperti pada Tabel berikut: Tabel 1.3 Rekapitulasi Data Industri Kecil dan Menengah Perkomoditi Tahun 2014 di Kabupaten Badung NO
JENIS KOMODITI
Industri Makanan dan Minuman
JUMLAH UNIT USAHA 276
TENAGA KERJA (ORANG) 2420
1 2
Industri Kerajinan Patung Kayu
278
2763
3
Industri Tekstil, Tenun dan Sebagainya
193
4876
4
15
158
73
561
29
590
40
256
19
244
9
Industri Anyaman Bambu, Rotan dan Sebagainya Industri Kerajinan dari batu dan Bahan Kerajinan dari batu dan semen dari Semen Industri Kerajinan Batu bata dan bahan dari Tanah Liat Industri Kosmetik dan Obat-Obatan Tradisional Industri Kerajinan dari Logam dan Sejenisnya Industri Percetakan
26
196
10
Industri Perhiasan dan Sejenisnya
41
635
11
Industri Kerajinan Kulit dan Karet
11
150
12
Industri Kerajinan Musik Tradisional
4
43
13
Industri Kerajinan Lukisan
1
1
14
Industri Lainnya
102
1414
1.111
14.330
5 6 7 8
Sumber: Disperindag Provinsi Bali, 2014 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa kerajinan patung kayu termasuk golongan dari kerajinan kayu dimana datanya diambil dari industri kerajinan patung kayu karena mayoritas penduduk di Kabupaten Badung
6
mempunyai skill dalam membuat kerajinan tersebut dan bekerja sebagai pengrajin kerajinan patung kayu seperti di Kabupaten Badung. Sektor usaha kerajinan di Kabupaten Badung memberikan dampak yang penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja informal di Kabupaten Badung. Perkembangan usaha kerajinan disetiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Badung berbeda–beda seperti di sajikan dalam tabel berikut: Tabel 1.4 Jumlah Kerajinan Patung Kayu per- Kecamatan Kabupaten Badung di Hitung dari Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja 2015 No
Kecamatan
Jumlah Unit Usaha
Tenaga Kerja (Orang)
1
Abiansemal
61
636
2
Kuta
4
56
3
KutaUtara
6
53
4
Kuta Selatan
5
38
5
Mengwi
46
418
6
Petang
31
22
Sumber: Disperindag Kabupaten Badung, 2015 Peran sektor industri dalam hal ini sangat berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor industri terhadap pembangunan nasional. Dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasional dapat ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional atau terhadap produk domestik bruto. Selain itu peranan sektor industri yang ditujukkan untuk memperkukuh struktur ekonomi nasional dan saling mendukung antar sektor, meningkatkan perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja,
7
mereduksi kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yang juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan perkapita (Widiyanto, 2010:54). Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan
dan
memajukan
kesejahteraan
masyarakatnya
melalui
pembangunan, dalam menunjukan hal ini pemerintah berusaha mengembangkan sektor industri yang ada di Indonesia, baik sektor industri skala kecil, menengah maupun besar (Lia, 2007:53). Industri kecil yang dimaksud menurut Pratama (2012) menyatakan bahwa Industri kecil adalah kegiatan industri yang di kerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjaanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Dalam industri kecil adapun karakteristiknya antara lain 1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara administrasi dan operasional. 2) Industri kecil kurang memiliki akses ke lembaga formal. 3) Sebagian besar industri kecil belum berbadan hukum (Kuncoro, 2000). Perkembangan industri kecil salah satunya kerajinan yang saat ini mampu meningkatkan PDRB dimana konsep kerajinan menurut Soeroto (1983: 25) kerajinan adalah suatu usaha produktif disektor non pertanian baik berupa mata pencaharian pokok maupun sampingan. Usaha kerajinan sebagai kegiatan produktif non pertanian tumbuh atas dasar dorongan naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Merujuk pada hasil kerajinan yang dimiliki khususnya di Provinsi Bali seni kerajinan ukiran patung kayu adalah kerajinan yang tumbuh dan berkembang dengan baik yang hampir setiap desa dan wilayah di Bali memiliki kerajinan ini, namun yang memiliki nama atau ikon seni ukir adalah Kabupaten Badung,
8
terkenal dengan seni ukir yang bermutu tinggi. Penggunaan ornamen-ornamen bangunan dengan seni ukir tradisional, hasil kerajinan diperuntukkan sebagai pelengkap yang semakin kreatif dan inovatif yang tak lekang oleh transisi jaman yang selalu berubah-ubah. Seiring berkembangnya industri kerajinan dalam memproduksi patung kayu juga tak lekang oleh teknologi yang digunakan dalam industri kerajinan untuk mengukir patung kayu. Teknologi yang dimaksud berarti perubahan dalam teknik produksi, perbaikan peralatan yang digunakan dalam proses produksi, peningkatan kemampuan pekerja, dan perbaikan dalam mengurus perusahaan. Penggunaan teknologi yang tepat guna akan mendukung adanya inovasi-inovasi produk, meningkatkan daya saing produk dan menjadi hambatan masuk bagi perusahaan pesaing (Sukirno, 2005; Kesumadinata dan Budiana, 2012). Pengembangan industri kerajinan patung kayu tak luput dari variabelvariabel yang digunakan seperti modal, tingkat upah dan teknologi yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan produktivitas kerja. Dimana perkembangan kerajinan patung kayu dari tahun 2014-2015 ini dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut: Tabel 1.5 Perkembangan Jumlah Unit Usaha dan Tenaga kerja Kerajinan Patung Kayu di Kabupaten Badung Tahun
Jumlah Unit Usaha
Tenaga Kerja (Orang)
2014
278
2763
2015
153
1223
Sumber: Disperindag Kabupaten Badung 2015
9
Berdasarkan Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 jumlah unit usaha kerajinan patung kayu 278 dan tenaga kerja berjumlah 2763 orang yang pada tahun 2015 mengalami penurunan dalam unit usahanya menjadi 153 dan tenaga kerjanya 1223 orang. Ini menunjukkan bahwa dalah kurun waktu 1 tahun pengusaha kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung mengalami kendala atau permasalahan yang terkait dengan variabel-variabel seperti modal, tingkat upah dan teknologi yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan usaha kecil tersebut dalam penyerapan tenaga kerja yang maksimal serta produktivitas kerja dari para pengrajin kerajinan patung kayu. Dilihat dari sisi hubungan dari variabel yang digunakan seperti modal terhadap penyerapan tenaga kerja adalah modal merupakan seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja, sedangkan tenaga kerja adalah waktu yang di habiskan orang untuk bekerja. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat saling mengganti. Hubungan Tingkat Upah dan penyerapan tenaga kerja Menurut Payaman J. Simanjuntak (2001), bahwa semakin tinggi tingkat upah, semakin kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja. Demikian sebaliknya dengan turunya tingkat upah maka akan diimbangi oleh meningkatnya permintaan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa permintaan tenaga kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Hubungan teknologi dengan penyerapan tenaga kerja dimana saat industri mempunyai teknologi yang modern dan canggih dalam kerajinanya maka tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit karena teknologi dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak mampu di lakukan oleh pekerjaan manusia dan sebaliknya. Adapun indikator dari teknologi antara lain: 1) Teknologi
10
Tradisional yang digunakan misalnya pahatan seperti pahat penyiku, pahat penyolat, pahat kol, pahat pongot, palu dan sikat. 2) Teknologi Modern misalnya mesin bor, grinde, mesin bubut, dan gergaji diesel. Hubungan dilihat dari produktivitas kerja dengan menggunakan modal. Menurut Aulia Rahma (2011) dan Reddy (2011), menyatakan bahwa Manajemen modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas. Sesuatu yang digunakan sebagai pengukur produktivitas kerja adalah tingkat upah dimana produktivitas dan pengupahan sangat erat sekali hubungannya, ketika pekerja bekerja secara produktif sehingga memberikan kontribusi besar pada perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang besar maka sudah selayaknya perusahaan memberikan penghargaan namun akan berlaku sebaliknya. Adapun hubungan yang terkait dengan teknologi dengan produktivitas kerja yang penguasaan dan pengembangan teknologi dapat dicapai Implikasinya untuk permintaan tenaga kerja professional, jadi teknologi yang digunakan bila semakin modern dalam sebuah industri akan mampu mencapai hasil keluaran atau output/ produktivitas kerja yang maksimal. Hal akhir yang dapat di paparkan adalah hubungan yang terdapat pada penyerapan tenaga kerja dan produktivitas kerja adalah menurut Mulyadi (2006), Tingkat produktivitas tenaga kerja digambarkan dari rasio PDRB terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta. Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat.
11
Menurut Penelitian terdahulu penelitian ini mengacu pada penelitianpenelitian sebelumnya yang bertujuan untuk member dasar yang kuat dalam penyajian materi, pemantapan variabel maupun konsep-konsep yang dipakai peneliti dalam penelitian ini. Penelitian pertama dilakukan oleh Citraesmi (2010) dengan judul “Pengaruh Modal, Tingkat Upah, Nilai Produksi dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Kreatif di Kota Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal (X1), tingkat upah (X2), nilai produksi (X3), dan teknologi (D) terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil kreatif di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan 80 sampel yang tersebar di Kota Denpasar. Hasil dari penelitian ini adalah setiap penambahan modal sebesar Rp.1000 maka jam kerja pekerja industri kecil kreatif akan meningkat sebesar 1 jam. Selanjutnya ada perbedaan rata-rata jam kerja total antara industri kecil kreatif yang menggunakan teknologi modern dengan tradisional atau sederhana. Rata-rata jam kerja total pada industri kecil kreatif dengan teknologi maju 84,619 jam lebih rendah dibandingkan pada industri kecil kreatif dengan teknologi sederhana. Persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan modal, tingkat upah dan teknologi sebagai variabel independennya, akan tetapi penggunaan teknik analisis yang berbeda. Adapun perbedaan yang lainnya yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen meliputi penyerapan tenaga kerja dan produktivitas kerja industri patung kayu di Kabupaten Badung, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen meliputi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil kreatif.Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda
12
yaitu pada penelitian ini menggunakan lokasi di Kabupaten Badung, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan lokasi di Kota Denpasar. Penelitian lainnya dilakukan oleh Parameswara (2011) dengan judul “Pengaruh Tingkat Upah, Kualitas SDM, dan Teknologi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Yang Kreatif Berbasis Kearifan Lokal di Kota Denpasar”. Hasil analisis secara keseluruhan disimpulkan bahwa tingkat upah, kualitas SDM, dan teknologi berpengaruh signifikan secara serempak terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kreatif yang berbasis kearifan lokal di Kota Denpasar, dengan nilai Fhitung = 55,995 ini berarti Fhitung > Ftabel = 55,995 > 3,11. Adapun persamaan dengan penelitian sbelumnya adalah penggunaan tingkat upah dan teknologi sebagai variabel independenya akan tetapi penggunaan teknik analisis yang berbeda. Perbedaan penelitian yang lainnya dalam penelitian ini lokasi penelitiannya di Kabupaten Badung, sedangkan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi di Kota Denpasar dan terdapat perbedaan pada variabel independenya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan tingkat upah, kualitas sdm dan teknologi sedangkan penelitian penulis menggunakan variabel independen modal, tingkat uaph dan teknologi. Penelitian tentang produksi dilakukan oleh Yuniartini (2012) dengan judul “Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Teknologi terhadap Produksi Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar”. Hasil analisis data menunjukkan secara serempak modal, tenaga kerja dan teknologi berpengaruh signifikan terhadap produksi industri kerajinan kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,976 berarti 97,6
13
persen variasi (naik turunnya) produksi industri kerajinan kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar dipengaruhi oleh variasi (naik turunnya) modal, tenaga kerja dan teknologi, sedangkan sisanya sebesar 2,4 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Secara parsial teknologi tidak berpengaruh terhadap produksi industri kerajinan kayu, sementara modal dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Seberapa besar pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan patung kayu diKabupaten Badung? 2) Seberapa besar pengaruh langsung modal, tingkat upah, teknologi dan penyerapan tenaga kerja terhadap produktivitas kerja pada industri kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung? 3) Seberapa besar pengaruh tidak langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produktivitas kerja melalui penyerapan tenaga kerja pada kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung?
14
1.3
Tujuan Penelitian 1) Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung. 2) Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh langsung modal, tingkat upah, teknologi dan penyerapan tenaga kerja terhadap produktivitas kerja pada industri kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung. 3) Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tidak langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produktivitas kerja melalui penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung.
1.4
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis
dan kegunaan praktis 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini mengharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual mengenai berbagai pertimbangan kerajinan patung kayu di Kabupaten Badung dalam mengembangkan produktivitas dan mampu meningkatan taraf hidup melalui penyerapan tenaga kerja pengerajin patung kayu tersebut. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan informasi kepada pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya
15
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan industri kerajinan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya ke depan dan
bagi para
pengusaha pengrajin untuk lebih bisa mengembangkan dan bisa lebih meningkatkan kualitas produksinya sehingga dapat mengembangkan usaha kerajinan patung kayu dan mampu bersaing dalam mempertahankan keunggulan kerajinan tersebut didalam atau di luar negeri. 1.5
Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara
sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II
: Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai teori ketenagakerjaan, produktivitas kerja, sektor ekonomi, konsep industri, industri kecil, konsep kerajinan, teori produksi, teori penyerapan tenaga kerja, konsep modal, teori tingkat upah, teknologi, serta hubungan-hubungan antara variabel.
16
Bab III
: Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab IV
: Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V
: Simpulan dan Saran Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Ketenagakerjaan 2.1.1.1 Teori Klasik Adam Smith Adam Smith (17929-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi. 2.1.1.2 Teori Keynes John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labour union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
18
Jika harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam memperkerjakan tenaga kerja akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas. 2.1.1.3 Teori Malthus Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari
hal
tersebut
adalah
melakukan
pertumbuhan penduduk.
19
kontrol
atau
pengawasan