1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang “Where words fail, music speaks". 1 Mengutip penulis kenamaan dunia Hans Christian Andersen (1805-1875), bahwa ketika kata-kata tak lagi bermakna, maka musik yang berbicara. Musik mengungkapkan dengan lebih baik perasaan hati paling dalam. Musik adalah bahasa universal yang melepaskan simpul-simpul perbedaan, menebas sekat dan prasangka, untuk secara bersama-sama berkumpul merasakan emosi dan spirit yang sama. Dalam pemilihan lagu sebuah iklan televisi, terlebih sebuah iklan politik, pemilihan lagu termasuk pencipta dan performers nya adalah hal yang sangat krusial. Dalam berlomba meraih simpati masyarakat dan meningkatkan awareness, sebuah partai politik tentu tak ingin sembrono. Sebab lirik lagu, pencipta dan penyanyi akan menjadi representative partai politik tersebut.
Lagu Kopi Dangdut dipilih oleh ARB Team 2, tim pemenangan ARB dan Partai Golkar sebagai salah satu theme song iklan televisi karena lagu ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Baik musik maupun liriknya. Kopi Dangdut sendiri adalah versi Indonesia dari lagu asal Venezuela berjudul Moliendo Café 3 , Diciptakan oleh Hugo Blanco tahun 1958 saat usianya masih 18 tahun dan 1
www.goodreads.com ARB Team adalah tim pemenangan Aburizal Bakrie (ARB) dan Partai Golkar. Beralamat di Wisma Proklamasi, Jl Proklamasi Raya No. 41, Menteng, Jakarta Pusat. Dipimpin oleh Rizal Mallarangeng, doktor ilmu politik dari The Ohio State University, AS yang juga menjabat sebagai ketua DPP Partai Golkar Bidang Pemikiran dan Kajian Kebijakan sejak 2009. 3 http://en.wikipedia.org/wiki/Moliendo_Café 2
2
menjadi hits di Argentina tahun 1961. Moliendo Café memiliki 800 versi dengan berbagai terjemahan bahasa. Diantaranya di Jepang dengan judul Coffee Rumba. Berbeda dengan Moliendo Café asli yang berupa instrumen, Kopi Dangdut dipopulerkan oleh Fahmi Shahab di Indonesia lengkap dengan lirik puitis namun ringan. Lirik lagu yang pas didendangkan oleh orang yang sedang jatuh cinta namun dengan irama up beat, bukannya melankolik. Dengan mendengarnya suasana hati menjadi ringan, gembira, semangat namun tetap relaks. Tak makan banyak waktu, setelah di release, lagu ini langsung hits dan menduduki puncak lagu dalam negeri selama beberapa pekan pada periode tahun 1991 4. Dan sejak saat itu Kopi Dangdut menjadi salah satu lagu populer yang taklekang waktu. Lirik lagu “Kopi Dangdut” : Kala kupandang kerlip bintang nun jauh di sana Saat kudenger melodi cinta yang menggema Terasa kembali gelora jiwa mudaku Karna tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut Chorus : Api asmara yang dahulu pernah membara Semakin hangat bagai ciuman yang pertama Detak jantungku seakan ikut irama Karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut Irama kopi dangdut yang ceria Menyengat hati menjadi gairah Membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu Dag dig dug detak jantungku Ser ser ser bunyi darahku Na na na Mengapa kamu datang lagi menggodaku Dulu hatiku membeku Bagaikan segumpal salju Ku tak mau peduli 4
ibid
3
Biar hitam biar putih Melangkah berhati hati Asal jangan nyebur ke kali Penggubahan lirik lagu Kopi Dangdut untuk iklan politik Partai Golkar tentulah membutuhkan ketelitian. Karena, jangan sampai notasi musik yang sudah mengalun dengan sangat cantiknya menjadi rusak dengan pemilihan syair yang berat dan terkesan dipaksakan. Apalagi durasi sebuah iklan televisi sangat singkat, dengan biaya fantastis 5. Secara keseluruhan, yang terpenting dalam sebuah iklan politik adalah pesannya sampai dan masyarakat yang menyaksikan iklan tersebut terhibur kemudian jatuh cinta terhadap partai politik dan sosok ketua umumnya.
Lirik lagu Kopi Dangdut - Iklan Partai Golkar : Intro : Golkar selalu menemani Membuat aku rindu pada warna kuningmu Chorus : Aku sungguh merindu di dalam hati Pada karya bakti dan pengabdianmu Cita-cita yang tinggi serta mulia Aku melangkah meraih mimpi Bersama Partai Golkar Dalam Forum Group Discussion (FGD) 6 , yang digelar oleh ARB Team di sejumlah kabupaten di Jawa Barat periode bulan Oktober 2013 mencatat, bahwa semenjak iklan televisi Partai Golkar versi Kopi Dangdut ditayangkan di beberapa stasiun TV Nasional dan TV lokal rata-rata sebanyak 15 kali per hari selama 2 5
Untuk iklan durasi 30 detik di RCTI pada jam prime time bisa mencapai Rp.50jt per sekali tayang (Tabel 4.2 Harga Iklan Televisi). Halaman 77. 6 Forum Group Discussion dilakukan oleh tim Elang Kuning (bagian dari ARB Team) secara berkala, salah satunya adalah untuk mengetahui kedisukaan masyarakat terhadap iklan – iklan TV ARB dan Partai Golkar.
4
minggu, masyarakat langsung jatuh hati. Dibanding theme song iklan Partai Golkar yang diputar sebelumnya, versi Kopi Dangdut lebih disukai. Ditambah rekaman perjalanan Aburizal Bakrie sang ketua umum partai saat bertemu langsung dengan masyarakat dengan bahasa tubuh yang tulus, berwibawa, bukan polesan kamera. Dalam kejadian ini mengutip lirik lagu berjudul “in color” dari penyanyi country yang populer tahun 2008, Jamey Johnson rasanya sangatlah tepat .. that “a picture worth a thousand words”.
Adalah Fahmi Shahab yang membawa alunan latin Moliendo Café dan menggubahnya menjadi irama dangdut dilengkapi lirik yang sesuai dengan cita rasa pendengaran masyarakat Indonesia setelah 30 tahun musik itu wara-wiri di berbagai café dan pub latin di seluruh dunia. Tanpa digubahnya musik asli Moliendo Café menjadi dangdut belum tentu masyarakat Indonesia menerima. Di Indonesia, dangdut ibarat lagu wajib. Dangdut adalah satu dari genre musik yang memiliki paling banyak massa dan penggemar 7 . Bentuk musik ini sebenarnya berasal dari musik Melayu yang eksis di Indonesia tahun 1940an. Dalam evolusinya menjadi musik kontemporer, dangdut banyak mendapat pengaruh dari unsur musik India terutama dalam penggunaan tabla 8 dan juga musik Arab pada cengkok dan harmonisasinya. Sekitar 30% dari musik dangdut terpengaruh unsur musik India dan 20% unsur musik Arab. Sementara sisanya adalah campuran antara Melayu – Indonesia. Seiring dengan perubahan arus politik di Indonesia 7
Dangdut from Zero to Hero, Forum Ilmu Komunikasi UI 2009 Sejenis gendang yang mempunyai bingkai kayu dan bertutup dengan belulang pada satu bukaannya. Tabla biasanya dimainkan secara duduk, dengan gerakan memalu secara langsung menggunakan tangan (Wikipedia)
8
5
dan membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat terhadap musik dangdut membuat instrumen dalam dangdut menjadi lebih beragam, contohnya saja penggunaan gitar listrik. Selain itu pemasaran dari musik juga berubah.
Masuknya Moliendo Café menjadi Kopi Dangdut di Indonesia tidak dibarengi dengan pendaftaran Hak Cipta oleh pencipta lagu sekaligus penyanyinya, Fahmi Shahab. Meski pendaftaran sebuah Hak Cipta tidaklah wajib, hal ini penting sebagai penguatan bukti dan untuk menghindari terjadinya konflik 9. Bagi Fahmi, sebagai bekal jika terjadi konflik hanyalah berupa surat perjanjian antara ia bersama rekan lirikus dan produser Kopi Dangdut, seorang warga negara Jepang, Makoto Kubota.
Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak yang sangat pribadi atau eksklusif 10 bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berbunyi : ”Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu 9
Wawancara dengan praktisi hukum spesialis bidang HKI, Donny AS, LLM di Jakarta, Senin, 11 Agustus 2014 10 Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah Populer, Surabaya: Kartika, 1994, hlm. 100, memberikan pengertian Eksklusif sebagai suatu yang istimewa, khusus, terpisah dari yang lain. Berbeda dengan pengertian hak eksklusif dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menyebutkan bahwa yang dimaksud hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
6
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku”.
Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta berdasar pasal 12 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan (ayat 1, huruf l) dan ayat 2 Ciptaan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli. Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh yang terdiri dari unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya, dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan karya cipta. Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan musik atau lagu berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang dalam istilah lain dikenal sebagai komposer. 11
Seorang pencipta lagu memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya ataupun memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal tersebut. Itu berarti bahwa orang lain atau pihak lain yang memiliki keinginan untuk menggunakan karya cipta (lagu) milik orang lain, maka ia harus terlebih dahulu meminta izin dari si pencipta lagu atau orang yang memegang hak cipta atas lagu tersebut.
11
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Jakarta: Penerbit Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003, hlm. 55.
7
Pasal 2 (1) : Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perbuatan pengumuman ini sendiri adalah pembacaan, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain. Sedangkan perbuatan yang dikategorikan sebagai perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Hal ini sesuai dengan filosofi hukum yang diatur dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta bahwa pencipta mempunyai hak moral untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk keuntungan yang dihasilkan oleh keintelektualannya 12 . Jadi Hak Cipta memberi hak milik eksklusif atas suatu karya pencipta.
Dengan demikian, setiap orang lain yang ingin melakukan perbuatan untuk mengumumkan dan atau memperbanyak hasil ciptaan, wajib terlebih dahulu minta izin kepada pemiliknya yaitu pemegang Hak Cipta (lagu atau musik) melalui pemberian lisensi. Hal ini sesuai dengan hakikat hak eksklusif itu sendiri. Sehubungan dengan hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang Hak Cipta lagu,
12
Djuwityastuti, Kajian Yuridis Penerbitan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia, Majalah Yustisia, Edisi No. 69 September-Desember 2006, hlm. 47.
8
maka pemegang Hak Cipta dapat saja memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan lagu ciptaannya tersebut. Pemberian izin tersebut biasanya disebut sebagai pemberian lisensi yang ketentuannya diatur dalam Pasal 45 - 47 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Pasal 45 1. Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (dua). 2. Kecuali diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. 3. Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi. 4. Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi. Pasal 46 Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 47 1. Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian Lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal. 3. Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan perjanjian Lisensi diatur dengan Keputusan Presiden.
Lisensi adalah suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu hak atas kekayaan intelektual yang dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi agar dapat melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentuk teknologi atau pengetahuan (know how) yang dapat dipergunakan untuk memproduksi, menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang tertentu, maupun
9
yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa tertentu, dengan mempergunakan hak kekayaan intelektual yang dilisensikan. Untuk keperluan tersebut penerima lisensi diwajibkan untuk memberikan kontraprestasi dalam bentuk pembayaran royalti yang dikenal juga dengan license fee dan harus diwujudkan dalam bentuk kontrak 13. Oleh karena itu masing-masing pihak berhak untuk mengatur hal-hal yang dikehendaki dengan memperhatikan syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Pasal 1320 yaitu adanya kesepakatan kehendak, kewenangan berbuat dan adanya perihal tertentu serta kuasa yang halal.
Sebagaimana sifat yang melekat pada bentuknya, lisensi merupakan suatu perjanjian yang pada dasarnya harus disepakati oleh kedua belah pihak tanpa paksaan. Oleh karena itu, baik pengguna/pemakai karya cipta musik maupun pencipta/pemegang hak cipta/kuasanya yang merupakan para pihak dalam perjanjian pada dasarnya dapat melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan dalam perjanjian. Negosiasi akan membawa suatu perikatan pemberian lisensi di bidang Hak Cipta, yaitu pemberi lisensi memberikan ijin kepada penerima lisensi untuk mengeksploitasi Hak Cipta nya. Dalam negosiasi dapat dibahas hal-hal yang juga menyangkut kepentingan si pemakai, diantaranya mengenai ruang lingkup pemanfaatan karya cipta tersebut apakah akan digunakan untuk kepentingan sendiri atau untuk komersial. Dimana apabila suatu karya cipta digunakan untuk kepentingan sendiri tidak ada kewajiban untuk membayar royalti. Negosiasi juga dapat dilakukan terhadap besarnya royalti yang harus 13
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hlm.10.
10
dibayarkan pengguna dan sistem pembayaran royalti sesuai dengan kapasitas dalam melakukan pembayaran tersebut 14.
Lagu atau musik yang merupakan salah satu objek Hak Cipta pada dasarnya terkandung hak ekonomi yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi untuk mendapatkan keuntungan seperti uang 15 , disamping pula terkandung suatu hak moral yaitu suatu hak yang melekat pada diri si pencipta atau pelaku dan tidak dapat dihilangkan, dihapus, atau dialihkan tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah beralih atau dialihkan. Pemanfaatan secara ekonomi atau pengeksploitasian suatu ciptaan selaras dengan sifat dari Hak Cipta, yaitu bahwa Hak Cipta merupakan benda bergerak yang dapat beralih dan dialihkan baik melalui pewarisan, hibah, wasiat, maupun melalui suatu perjanjian seperti jual beli, atau lisensi 16 . Hak ekonomi yang terkandung dalam Hak Cipta di Indonesia dibagi menjadi 8 hak, yaitu : 1. Performing
right/mengumumkan/mempertontonkan
karya
cipta
untuk
kepentingan komersil. 2.
Broadcasting Right/hak menyiarkan.
3.
Reproduction Right/hak reproduksi.
4.
Mechanical Right/hak menggandakan dalam bentuk lain secara mekanik (kaset, cd, dvd, dsb).
5. Printing Right/hak mencetak (lagu, majalah, buku, dsb). 14
Rapin Mudiardjo, Negosiasi dalam Penentuan Besarnya Royalti Lagu atau Musik, http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=16440&cl=Berita 15 Ahmad Sarjono, Royalti dalam Karya Cipta Lagu, http://www.dharanalastarya.org/forum/viewtopic.php?t-1085.html, 16 Edy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT Alumni, 2002, hlm. 19.
11
6.
Synchronization Right/hak untuk menggunakan lagu untuk video, film, dsb
7.
Adverstising Right/hak Memproduksi lagu untuk iklan komersial melalui TV atau radio.
8.
Distribution Right/hak Penyebaran.
Khusus untuk lagu/ musik, dengan atau tanpa teks, yang digandakan dalam bentuk kaset atau CD (Compact Disc), selalu terdapat dua macam hak yang melekat, yaitu mechanical right dan performing right. Misalnya, seseorang membeli kaset atau CD, ia baru membayar untuk mechanical right-nya, tetapi orang tersebut harus membayar royalti apabila kaset itu diputar, dimainkan, atau dipertunjukkan untuk kepentingan komersial (membayar performing right-nya). Berkaitan dengan penggunaan karya cipta lagu atau musik, pemegang Hak Cipta tidak memiliki kemampuan untuk memonitor setiap penggunaan karya ciptanya, seperti di stasiun televisi, radio, restoran untuk mengetahui berapa banyak karya cipta lagunya diperdengarkan di tempat tersebut. Oleh karena itu, untuk menciptakan kemudahan bagi si pemegang hak cipta untuk memonitor penggunaan karya ciptanya, dapat menunjuk kuasa (seseorang atau lembaga) yang bertugas mengurus hal tersebut. Dalam praktek di beberapa negara, pengurusan lisensi atau pengumpulan royalti dilakukan melalui suatu lembaga manajemen kolektif.
Dalam penelitian ini, lembaga yang mewakili pencipta lagu atau musik sebagai
12
collecting society 17 dalam menagih royalti karya musik baik bagi musisi Indonesia maupun musisi dari luar negeri atas performing right mereka adalah Yayasan Karya Cipta Indonesia, disingkat KCI. Secara umum KCI mempunyai peranan untuk mengurus kepentingan pencipta lagu yang Hak Cipta nya dikuasakan pada KCI dalam pemungutan royalti untuk pemakaian ciptaan tersebut oleh pengguna/user 18 yang bersifat komersial di dalam atau di luar negeri, juga untuk ciptaan lagu atau musik asing di Indonesia serta kemudian mendistribusikan royalti tersebut kepada pencipta lagu. Selanjutnya, kewenangan hukum KCI dalam hal pemungutan royalti bagi karya musik dan lagu asing di Indonesia mendasarkan kewenangannya pada perjanjian reciprocal yaitu perjanjian timbal balik yang dibuat antara KCI dengan lembaga-lembaga collecting society di seluruh dunia. Selama ini, perlindungan hukum bagi karya musik dan rekaman suara asing di dalam kerangka hukum Hak Cipta di Indonesia, juga didasarkan pada perjanjian reciprocal (timbal balik) secara bilateral maupun multilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat 19 , Indonesia dan United Kingdom 20 , Indonesia dan Australia 21, serta pertukaran surat persetujuan perlindungan Hak Cipta bagi karya rekaman suara antara Indonesia dengan masyarakat Eropa 22.
17
Perjanjian Lisensi Hak Cipta Musik Dalam Pembuatan Rekaman” (2005), Rooseno Harjowodigdo. 18 Termasuk pengguna/user adalah stasiun televisi, radio, tempat-tempat umum seperti hotel, diskotik, restoran, tempat perbelanjaan, dan sebagainya 19 Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1989 tentang Ratifikasi Persetujuan Perlindungan Hak Cipta antara Republik Indonesia-Amerika Serikat 20 Keputusan Presiden No. 56 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Persetujuan Perlindungan Hak Cipta antara Republik Indonesia-Inggris 21 Keputusan Presiden No. 38 Tahun 1993 tentang Ratifikasi Persetujuan Perlindungan Hak Cipta antara Republik Indonesia-Australia 22 Keputusan Presiden No. 17 Tahun 1988 tentang Pengesahan Persetujuan Pemerintah RI dengan Masyarakat Eropa dengan Pemberian Perlindungan Hukum secara Timbal Balik (reciprocal) terhadap Hak Cipta atas Karya Rekaman Suara (Sounds Recording). Persetujuan tersebut
13
Itulah yang menjadi concern bagi negara-negara berkembang. Bahwa royalti untuk karya cipta lagu, harus dibayarkan karena lagu adalah sebuah karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum. Jika pihak lain ingin menggunakannya, sepatutnya meminta izin kepada si pemilik/pemegang Hak Cipta. Namun disisi lain UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pasal 1 tidak mengakui Ciptaan jika Pencipta tidak dapat menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam apa dan bagaimana perlindungan Ciptaan dari seorang Pencipta yang bukan sepenuhnya karya orisinil. Dimana dalam kasus ini, Pencipta lagu Kopi Dangdut, Fahmi Shahab terinspirasi dari Moliendo Café, sebuah lagu latin yang populer tahun 1961 yang diciptakan dan diumumkan pertama kalinya oleh musisi asal Venezula, Hugo Blanco.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahanpermasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta terhadap lagu Kopi Dangdut ? 2. Bagaimana peran Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) ? 3. Bagaimana mekanisme pembayaran royalti antara user (tim pemenangan ARB dan Partai Golkar) dengan Fahmi Shahab. Apakah tetap ada kewajiban untuk membayar? dituangkan dalam surat yang ditandatangani dan dipertukarkan (exchange of letters) di Brussel, Belgia, pada tanggal 27 April 1988 oleh Kepala Perwakilan RI untuk Masyarakat Eropa dan Anggota Komisi Masyarakat Eropa untuk bidang Hubungan Luar Negeri dan Perdagangan.
14
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memahami perlindungan Hak Cipta, apa saja yang dilindungi dan bagaimana cara memperoleh perlindungan atas suatu Ciptaan. 2. Untuk mengetahui dan memahami peran KCI sebagai lembaga manajemen kolektif dalam memungut royalti dari para pengguna (users) . 3. Bagaimana proses pembayaran royalti lagu dari pengguna kepada pemilik Hak Cipta lagu atau musik untuk keperluan komersil? Dalam hal ini untuk digunakan sebagai theme song salah satu iklan TV Partai Golkar.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis mengandung arti bahwa penelitian ini bermanfaat bagi pengkajian konseptual disiplin hukum (pengembangan hukum teoritis), sedangkan manfaat praktis mencakup kemanfaatan dari segi perwujudan hukum dalam kenyataan kehidupan yang konkret (pengembangan hukum praktis). 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan memberikan sumbangan pemikiran dalam mengefektifkan hukum yang berlaku di masyarakat. 2. Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para pihak, baik itu para pencipta, pemegang Hak Cipta dan masyarakat
15
pengguna/penikmat (user) lagu atau musik untuk lebih aware dalam mencipta atau menggunakan ciptaan orang lain untuk kegiatan komersil.
E . Keaslian Penelitian Penelitian ini berdasar studi kasus di kantor konsultan politik, yang menjadi salah satu kantor pemenangan calon presiden dari Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB). Beralamat di Wisma Proklamasi, Jl. Proklamasi Raya No. 41 Menteng, Jakarta Pusat dimana penulis bekerja dan terlibat penuh dalam semua metode kampanye ARB, yang antara lain terdiri dari roadshow atau tatap muka dengan masyarakat dan berbagai komunitas/kelompok serta tokoh-tokoh masyarakat serta kunjungan ke sekolah setingkat SLTA melalui kegiatan Ceramah Motivasi Siswa dan untuk Perguruan tinggi melalui kegiatan Kuliah Umum Kewirausahaan. Kegiatan Roadshow sendiri sudah dilakukan oleh ARB sejak menjadi Ketua Umum Partai Golkar tahun 2009, namun dilakukan dengan lebih intensif sejak deklarasi dirinya sebagai Calon Presiden RI pada bulan July 2012. Berbagai metode kampanye terukur dan sistematis dilengkapi berbagai hasil survey adalah melalui “serangan udara”, dengan berbagai design kreatif yang sarat muatan pesan, seperti: billboard, spanduk, baliho, kaos, poster, sosial media, radio dll. Dan yang terpenting serta membutuhkan perhatian khusus serta ketelitian tinggi dengan memahami isu-isu yang ingin diangkat dan pesan-pesan yang ingin disampaikan, dilengkapi dengan beauty shot dan insert gambar yang menarik adalah melalui iklan televisi atau TV Commercial (TVC).
16
Berdasar pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan latar belakang, maka diketahui jika penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain dari segi permasalahan, terlebih dengan mengambil judul yang sama. Sehingga penelitian ini merupakan sesuatu yang baru, perlu dibahas dan diteliti lebih lanjut. Penelitian ini adalah asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Sistematika Penulisan Agar segala pembahasan yang berhubungan dengan pokok permasalahan dapat Penulis jabarkan secara jelas dan mudah dipahami, maka dalam penyusunan tesis ini Penulis menjabarkannya ke dalam bentuk sistematika penulisan. Penulisan sistematika tesis tersebut akan disusun ke dalam empat bab yang menggambarkan konsistensi pemikiran terhadap permasalahan yang menjadi fokus tesis. Masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagai bagian dari pokok pikiran bab. Bab I, Pendahuluan. Berusaha untuk memberikan gambaran secara umum terhadap permasalahan dan kerangka berpikir yang akan dipergunakan untuk mengkaji permasalahan yang menjadi fokus tesis. Oleh karenanya, bagian pendahuluan ini disusun ke dalam urutan sub bab sebagai berikut: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II, Tinjauan Pustaka. Berusaha untuk memberikan gambaran secara lebih mendalam terhadap kajian teoritis yang akan dipergunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian. Tinjauan Pustaka mencakup tinjauan umum tentang Hak Cipta, Hak Cipta Lagu atau Musik, serta
17
tinjauan mengenai Royalti dalam Hak Cipta Lagu atau Musik. Bab III berisikan Metode Penelitian, meliputi Metode Pendekatan, Spesifikasi Penelitian, Sumber dan Jenis Data, Metode Pengumpulan Data, Lokasi Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Metode Analisis Data dan Metode Penyajian Data. Bab IV adalah esensi terdalam dari penelitian ini. Meliputi Implementasi Undang Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta terhadap lagu Kopi Dangdut, Peran Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) dan Mekanisme Pembayaran Royalti dari ARB Team (Tim Pemenangan ARB dan Partai Golkar) kepada pencipta sesungguhnya lagu Kopi Dangdut. Penulisan tesis ini ditutup dengan Bab V yang berisikan kesimpulan dan saran-saran, dimana Penulis berusaha untuk merumuskan secara singkat dan padat terhadap analisis permasalahan yang telah dipaparkan pada babbab sebelumnya.