BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007). Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa sangatlah kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami gangguan jiwa. Menurut Yahoda seseorang dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi
1
(keseimbangan atau keutuhan), otonomi, persepsi realitas, environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan). Krisis
ekonomi
yang
berkepanjangan
telah
menyebabkan
meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa. Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa di dunia. Data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dengan ratarata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang dan rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang perhari atau 48.000 orang bunuh diri pertahun. Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa dan penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di RS Jiwa (Depkes, 2005). Hal ini juga dapat dibuktikan dengan jumlah penderita kelainan jiwa dengan di kota Semarang melonjak tajam selama tahun 2011. Data di rumah sakit jiwa (RSJ) Amino Gondohutomo pedurungan mencatat kenaikan dalam 3 bulan terakhir. Faktor dominan yang menyebabkan adalah tidak kuat menghadapi sulitnya ekonomi saat ini. Lonjakan pasien penderita kelainan jiwa menyebabkan penuhnya kapasitas tempat tidur rumah sakit. Di RSJ Dr. Amino Gondohutomo tercatat ada 346 tempat tidur pasien. Bed tingkat
2
hunian (BOR) pada bulan Oktober 94,62 persen, November 90,7 persen, Desember 93,99 persen di tahun 2011. BOR salah satu indikator tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit yang merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Pasien rawat inap di RSJ Amino Gondohutomo pada Oktober tercatat 408 pasien, November 341 pasien, sedangkan pada Desember 369 pasien di tahun 2011. Pada orang gangguan jiwa biasanya akan terjadi masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan diri, diantaranya yaitu kurangnya kebutuhan merawat diri atau defisit perawatan diri. Menurut Wartonah (2006) personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya. Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007). Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara mandiri (Nanda, 2006).
3
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri. c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri. d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri. e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri. f. Mampu membuat faktor penghambat pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri. g. Mampu membuat faktor pendukung pada klien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri.
4
C. Metode Penulisan Karya tulis ilmiah ini dengan menggambarkan masalah yang terjadi dan didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Wawancara Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien, perawat dan dokter serta tim kesehatan lainnya. 2. Observasi partisipasi aktif Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. 3. Studi kepustakaan Mempelajari literatur yang berhubungan dengan defisit perawatan diri. 4. Studi dokumentasi Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil pemeriksaan klien. D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut : Bab I pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
5
Bab II konsep dasar meliputi pengertian, etiologi, tanda dan gejala, manifestasi klinik, mekanisme koping, masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan. Bab III tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Bab IV pembahasan kasus yang ditunjukkan untuk menemukan kesenjangan antara teori dan fakta yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, evaluasi dan implementasi dan evaluasi. Bab V penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran tentang kasus yang dibahas dan dapat menjadi pemikiran selanjutnya. Daftar pustaka
6